Oleh :
Ubaidillah Hasan
NIM : 14201.06.14041
PROBOLINGGO
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Mahasiswa
NIM. 14201.06.14026
Mengetahui
Kepala Ruangan
LAPORAN PEDAHULUAN
CVA
Anatomi fisiologi
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupkan pusat dari
semua bagian tubuh. Bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga
tengkorak (kranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat (syaifuddin,
2003).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang
merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-
gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater
yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari
bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks
yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus
dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata,
pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat
refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin,
batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata
rantai penghubung yang penting pada jaras kortikosereberalis yang
menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon merupakan
bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa
traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf
pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus
dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi
subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti
sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus
yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada
satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi
dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan
dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah
dan emosi. (Sylvia A. Price, 2005).
b. Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi
oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak
diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan
dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.(Satyanegara,
2008).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis
kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam
tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri
serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada
struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia,
kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus
frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks
motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis,
parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang
sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum,
setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu
membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi
otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri
serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini jmemperdarahi
medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian
diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis
dan organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price, 2005).
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula
(yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris.
Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.
(Satyanegara, 2008).
B. Definisi
C. Klasifikasi stroke
Menurut smeltzer (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari
empat kejadian yaitu sebagai berikut.
1. Thrombosis serebral.
Arteriklorosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosis serebral yang merupakan penyabab paling
umum dari stroke. Tanda-tanda thrombosis serebral bervariasi. Sakit
kepala adalah onset yang tidak umum. Beberapa pasien dapat
mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa
mengalami onset yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intrasebral
atau embolisme serebral. Secara umum, thrombosis serebral tidak terjadi
dengan tiba-tiba; dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau
parestesia, pada setengah tubuh dapat mendahului onset paralisis berat
pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis atau
hemiplegia tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan
kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah
karakteristik dari embolisme serebral.
3. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
kontriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
a. Angiografi serebral
b. Lumbal pungsi
d. MRI
e. USG Doppler
f. EEG
g. Pemeriksaan Laboratorim
I. Penatalaksanaan
Kematian dan deteriosasi neurologis minggu pertama stroke iskemia
terjadi karena adanya otak. Edema otak timbul dalam beberapa jam setelah
stroke iskemik danmencapai puncaknya 24-96 jam. Edema otak mula-mula
cytofosic karena terjadi gangguan pada metabolism seluler kemudian
terdapat edema vasogenik karena rusaknya saluran darah otak setempat.
Untuk menurunkan edema otak, dilakukan hal-hal berikut ini.
1. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-30°.
2. Hindarkan pemberian cairan intavena yang berisi glukosa atau cairan
hipotonik.
3. Pemberian osmoterapi seperti berikut ini.
a. Bolus marital (sebuah massa makanan yang siap ditelan atau
dilewatkan disetiap usus) 1 gr/kg BB dalam 20-30 menit kemudian
dilanjutkan dengan dosis 0,25 gr/kg BB setiap 6 jam sampai maksimal
48 jam. Target osmolaritas (natrium , kalium, glukosa, dan urea)300-
320 mmol/liter.
b. Gliserol 50 % oral 0,25-1 gr/kg BB setiap 4 atau 6 jam atau gliserol
10% intravena 10 ml/kg BB dalam 3-4 jam (untuk edema serebri
ringan, sedang).
c. Furosimide 1 mg/kg BB intavena.
4. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai
PCO2 = 29-35 mmHg.
5. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat
supratentoral 8. Dengan pergeseran linea mediarea atau serebral infark
disertai efek rasa.
6. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serebral
karena disamping menyebabkan hiperglikemia juga naiknya risiko infeksi.
Konservatif:
a) Antihipertensi.
b) Deuritika.
c) Vasodilator perifer.
d) Antikoagulan.
e) Diazepam bila kejang.
f) Anti tukak misal cimetidine.
g) Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien
akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan
lambung.
h) Manitol : mengurangi edema otak.
Operative:Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang
menetap akan membahayakan kehidupan klien.
Pencegahan :
A. Pengkajian (Assesment)
1) Anamnesis
Anamnesis pada strok meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga dan pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, no register dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Sering kali menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, tidak dapat berkomonikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Sekarang strok sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubaha pada tingkat kesadaran
disebabkan perubahan didalam intrakranial. Keluhan perubahan
prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, terjdi
letargi, tidak resporsif dan koma.
d. Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hiprtensi, riwayat strok sebelumnya, diabetes
meletus, penykit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian
pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian obat anti hipertensi, anti lepedemia, penghambat beta,
dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan
penggunaan obat kontrasepsi oral. Penyakit riwayat ini dapat
mendkung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberika tindakanselanjutnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
meletus, adanya riwayat strok dari generasi terdahulu.
B. Pemeriksaan Fisik :
1. PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSERVASI.
Setelah di lakukan anamesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
dari pengkajian anamesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara
per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pad pemeriksaan
B3(brain) yang terarah dan dihubungkan dengan kuluhan-keluhan dari
klien.
Keadaan Umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran,kadang mengalami
gangguan, bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan
pada tanda-tanda vital:tekanan darah meningkat, dan denyut nadi
berfariasi.
1) BI ( Bright / pernafasan).
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, menggunakan otot bantu napas, peningkatan
frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis, pengkajian
inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan
taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan
bunyi napas tambahan.
Secara Singkat Perlu di kaji adanya :
a. Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan
refleks batuk.
b. Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
c. Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
d. Catat jumlah dan rama nafas
2) B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan
Tekanan Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah
nadi. Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolomik)yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertesi masif (tekan
darah >200 mmHg).
3) B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )
3.4 Intervensi
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan status nutrisi terpenuhi dengan skala sbb:
Status nutrisi: 1= sangat menyimpang dari rentang normal
2= banyak emnyimpang dari rentang normal
3= cukup menyimpang dari rentang normal
4= sedikit menyimpang dari rentang normal
5= tidak menyimpang dari rentang normal
No Outcome 1 2 3 4 5
1 Asupan gizi
2 Asupan makanan
3 Asupan cairan
4 Energi
6 Hidrasi
Intervensi:
1. Manajemen nutrisi
a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi
b. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi mkanan yang dimiliki
pasien
c. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
d. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
makan
2. Manajemen energi
a. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
b. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan yang dialami
c. Gunakan instrumen yang valid untuk mengukur kelelahan
d. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
farmakologis maupun non farmakologis dengan tepat
e. Monitor intake/asupan nutrisi untuk emgetahui sumber energi
yang adekuat.
3. Terapi intravena
a. Verifikasi perintah untuk terapi
b. Instruksikan pasien tentang prosedur
c. Jaga teknik aseptik dengan ketat
d. Lakukan prinsip lima benar sebelum memulai infus atau
pemberian pengobatan
e. Monitor tanda vital
2) Hambatan Mobilitas Fisik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat berkurang yang
ditunjukkan dengan skala nyeri sbb:
Pergerakan: 1= sangat terganggu
2= banyak terganggu
3= cukup terganggu
4= sedikit terganggu
5= tidak terganggu
No Outcome 1 2 3 4 5
1 Cara Berjalan
2 Geraakan Otot
3 Gerakan sendi
4 Berjalan
Intervensi :
1. Peningkatan Latihan
a. Lakukan sceening kesehatan sebelum memulai latihan untuk
mengidentifikasi resiko dengan menggunakan skala kesiapan
latihan fisik terstandart
b. Bantu pasien dalam mengekspresikan nilai kepercayaan dan
tujuannya dalam melakukan latihan otot
c. Memberikan informasi tentang jenis latihan yang bisa
dilakukan (ROM Aktif maupun ROM pasif)
d. Intruksikan untuk menggunakan pakaian yang dapat
mencegah kepanasan (pakaian yang ketat)
e. Bantu mengembangkan cara untuk meminimalkan efek
prosedur, emosi, tingkah laku, finansial atau hambatan,
kenyamanan terhadap latihan kekuatan otot
2. Terapi Latihan Ambulasi
a. Berikan pasien untuk mengenakan pakaian yang tidak
mengekam
b. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki yang
mengfaslilitasi pasien untuk berjalan dan mencegah
cedera.
c. Bantu pasien untuk duduk disisi tempat tidur untuk
memfalitasi penyesuaian sikap tubuh
d. Konsultasikan pada tim ahli fisik mengenai rencana
ambulasi sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Nurrarif, Amin Huda dan Kusuma Hardi. 2013. Nanda nic-noc jilid 2. Jakarta:
media Action
Irfan, Muhammad. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Strok Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Satyanegara, (2008), Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.