Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU HAMIL DENGAN HT KRONIS DI RUANG


BERSALIN RSUD BANGIL

Di Susun Oleh:
Ummy Khoirun Nisak

PRODI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan

Bangil , Maret, 2020


Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK dan RUANGAN

Nama : Ruangan :
NIM : Kasus :
No Hari / Masukan Paraf
Ci lahan Ci Akademik
tanggal
LAPORAN PENDAHULUAN
POST SC (SECTIO CAESAREA)

A. Anatomi Fisiologi

Jalan lahir terdiri dari atas panggul ibu , yakni bagian tulang padat , dasar
panggul, vagina, dan introitus ( tulang luar vagina ). Meskipuan jaringan lunak
khususnya lapisan otot dasar panggul , ikut menunjang kelaurnya bayi, tetapi
panggul ihu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku , oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan di mulai.

1. Jalan lahir di bagi atas tuba falopi

Bagian tulang Terdiri atas tulang- tulang panggul ( artikulasio ). Bagian


lunak terdiri atas otot- otot , jaringan, dan ligament. Tulang panggul terdiri dari :
Os. illium ( Krista illiaka, spina ischiadika anterior posterior, spina illiaka anterior
inferior, spina illiaka posterior inferior dan spina illiakaposterior superior. Secara
fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis
minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atsa linea terminalis
disebut juga valse pelvis . pelvis minor adalah bagian terletak du bawah linea
terminalis atau di sebut true pelvis. Bentuk pelvis minor menyerupai suatu
saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan. Di antara ke 2 pintu ini
tedapat ruang panggul ( pelvi cafiti). Ruang panggul mempunyai ukuran paling
luas di bawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit pada ruang tengah
untuk kemudian menjadi luas lagi sedikit. penyempitan di panggul tengah ini
disebabkan oleh adanya spuna isdiadika yang kadang menonjol dalam ruang
panggul. ( Mansjoer, A. 2017 )

2. Bagian lunak jalan lahir


Pada kala pengeluaran ( kala II) ikut memebentuk jalan lahir segmen bawah
uterus, servikc uteri dan vagina. Pada akhir kehamilan 38 minggu serviks lebih
pendek dari pada waktu kehamilan 16 minggu. Umumnya serviks disebut matang
bila teraba sebagai bibir pada kehamilan 34 minggu.
Disamping uterus dan vagina otot otot, jaringan jaringan ikat, dan ligament yang
berfungsi menyokong alat alat urogenitalis perlu diketahui oleh karena semuanya
mempengaruhi jalan lahir dan lahirnya kepala atau bokong pada partus.
( Mansjoer, A. 2017 )

Otot otot yang menahan dasar panggul bagian luar adalah muskulus
spingterani eksternum, muskulus bulbokafernosus yang melingkari vagina, dan
muskulus perinea transfersus superfisialis. Terdapat juga otot otot yang
melingkari vagina bagian tengah dan anus antara lain muskulus iliokogsigeus,
muskulus iskiofoksigeus, muskulus perinea transfersus profundus, dan muskulus
koksigeus. Lebih dalam lagi ditemukan otot dalam yang paling kuat di sebut
diafragma pelvis. ( Mansjoer, A. 2017 )

Perineum adalah jaringan yang terletak disebelah distal diagfragma


pelvis.perinium mengandung sejumlah otot supervisial, vaskuler, dan berisi
jaringan lemak. Saat persalinan, otot ini sering mengalami kerusakan ketika
janin dilahirkan.Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang
panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot, jaringan, dan ligament).
Tulang –tulang panggul meliputi dua tulang pangkal paha (ossa caxae), 1 tulang
belakang (ossa sacrum), dan 1 tulang tungging (ossa coxygis). Jalan lahir bagian
lunak meliputi SBR (segmen bawah rahim), serviks uteri, vagina, otot-otot,
jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat-alat urogenital.

3. Uterus
Uterus adalah organ tunggal muscular dan berrongga. Hasil pembuahan
antara sperma dan ovum akan ditanam dalam endometrium uterus setelah
mencapai stadium blastula, yaitu sekitar 3 minggu setelah terjadinya fertilisasi
dengan vesika urinaria dan dibagian belakangnya berbatasan dengan rectum.
Umumnya uterus terfleksi ke arah depan dan teranteversi, sehingga letaknya
hampir horizontal dengan vesika urinaria. Uterus ditopang oleh lipatan peritoneal,
ligament besar yang melekat uterus pada dinding pelvis. Ligament cardinal dan
uterosacral juga ikut menopang letak uterus di rongga pervis
.
4. Vagina
Vagina adalah tuba fibromuskular yang dapat berdistensi.Organ ini
merupakan organ organ kopulasi wanita, dan merupakan jalan lahir janin saat
persalinan. Vagina memiliki panjang sekitar 8-10 cm, dan berbatasan dengan
uretra pada bagian anterior, dn rectum pada bagian posterior.

B. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus ( Mansjoer, A. 2017 )
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea
adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar R, 2016)
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan
janin dari dalam rahim (Carpenito 2016).
a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV
kurang 8 cm).
b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa
(partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal,
baru dilakukan sectio.
c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu
operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung
dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin
dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
B. Etiologi
Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R, 2016)
adalah sebagai berikut :
a. Indikasi Ibu
1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
2) Panggul sempit.
3) Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
4) Partus lama (prolonged labor).
5) Ruptur uteri mengancam.
6) Partus tak maju (obstructed labor).
7) Distosia serviks.
8) Pre-eklampsia dan hipertensi.
9) Disfungsi uterus.
10) Distosia jaringan lunak.

b. Indikasi janin:
1) Letak lintang.
2) Letak bokong.
3) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
4) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain
tidak berhasil.
c. Jenis-Jenis Sectio Caesaria
1) Section caesaria klasik atau corporal : insisi meanjang pada segmen atas
uterus
2) Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa
dengan teknik melintang (kerr) atau memanjang (kronij).
3) Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uterin berat

C. Manifestasi Klinis
Menurut Manuaba, Ida Bagus Gede. ( 2018 ) manifestasi klinis pada klien
dengan post sectio caesarea, antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d. Bising usus tidak ada.
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.

D. Patofisiologi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr


dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa
dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama
karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun
juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
E. Pathway

Insufisiensi plasenta Sirkulasi Cemas pada janin


uteroplasenta↓

Tidak timbul HIS


Kadar kortisol ↓
(merupakan
metabolisme
Faktor predisposisi : Tidak ada perubahan
karbohidrat, protein dan
Ketidak seimbangan sepalo pada serviks
lemak)
pelvic
Kehamilan kembar
Distress janin
Presentsi janin Kelahiran terhambat
Preeklampsi / eklampsi

Post date

SC (suction)

Persalinan tidak
normal

Kurang Nifas Estrogen


pengetahuan (post meningkat
pembedahan)

Ansietas Nyeri Penurunan laktasi


Intoleransi
Aktivitas
Resti Infeksi
Ansietas
Ketidakefektifan
menyusui
F. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)


b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
d. Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi janin

G. Penatalaksanaan
Teknik SC transperitaneal profunda
i. Persiapan pasien
Pasien dalam posisi trandenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal / peridural pada
oprasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat operasi, obat dan darah
dipersiapkan
ii. Pelaksanaan
1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan oprasi
dipersempit dengan kain suci hama.
2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis ampai dibawah
umbilikus lapis demi lais sehingga kavum peritonium terbuka.
3) dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
4) Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung kencing di
depn segmen bawah rahim secara melintang pada vesikouterma ini disisihkan
secara tumpul ke arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum
kandung kencing
5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan plikavesikouretra
tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm. Kemudian diperlebar sc melintang
secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen
bawah rahim dapat melintang (transversal)
6) Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan. Badan
janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat dijepit dan diotong
plasenta dilahirkan secara manual ke dalam otot rahim intramuscular disuntik
oksitosin. Laisan dinding rahim dijahit :
Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja
Lapisan III : Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina
7) Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi
8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit

H. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut
(Mochtar R,2016) adalah sebagai berikut :
a. Infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
b. Perdarahan
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Atonia uteri.
3) Perdarahan pada placental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila reperitonealisasi
terlalu tinggi.
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
ASKEP TEORI

1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,
perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
c. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat
badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan, dan
HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lal,
dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana
KB.

2. Pola Kebutuhan Sehari-Hari


1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan),
nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin
dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass,
apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut
BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya
terjadi diantara hari kedua dan kelima.
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat
diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
Insomnia mungkin teramati.
6) Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut
dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5
pasca partum.
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-
37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya
selama fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan
bayi selama masa nifas.

3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan
darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum.
Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya
pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC
pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya
infeksi atau sepsis nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai  sekitar 60 x/menit yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya
bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat
pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda
syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah konjungtiva
pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid,
pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi kolostrums
/48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh
limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi,
tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan
eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus
normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of
approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya
nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri
saat kaki dorsofleksi pasif).

4. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan  diskontinyuitas jaringan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap
proses pembedahan.

1. Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi


Tujuna : setelah di lakukan tindakan selama 3x24 jam di harapkan rasa nyaman
terpenuhi dan nyeri berkurang
Intervensi :
1. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan
Karakteristik, onset/durasi, frekuensi, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan secara ketat.
3. Gunakan strategi komunitas trapeutik untuk untuk mengetahui
pengalaman nyeri
4. Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk
meningkatkan rasa nyaman distraksi relaksasi
5. Dorong pasien untuk menggunakan obat obatan penurun nyeri yang
adekuat

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Nyeri

2 Meringis

3 Kehilangan nafsu makan

4 Mual

5 Muntah

2. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam
doharapakn resiko infeksi berkurang
Intervensi :
1. Berikan balutan sesuai jenis luka
2. Perkuat balutan
3. Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase
4. Periksa kulit dan jaringan di sekitar lokasi pembedahan
5. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkan kepada layanan kesehayan.

No Outcome 1 2 3 4 5
1 Elastisitas
2 Tekstur
3 Integritas kulit
4 Lesi pada kulit

3. Resiko inveksi
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
doharapakn resiko infeksi berkurang
Intervensi :
1. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan
2. Buka persediaan peralatan steril dengan menggunakan teknik aseptik
3. Pisahkan alat-alat steril dan non steril
4. Periksa kulit dan jaringan di sekitar lokasi pembedahan
5. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkan kepada layanan kesehayan.

No Outcome 1 2 3 4 5
1 Kemerahan
2 Cairan
3 Drainase pirulen
4 Nyeri
5 Malaise
6 Jaringan lunak

Anda mungkin juga menyukai