Di Susun Oleh:
Ummy Khoirun Nisak
Kepala Ruangan
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK dan RUANGAN
Nama : Ruangan :
NIM : Kasus :
No Hari / Masukan Paraf
Ci lahan Ci Akademik
tanggal
LAPORAN PENDAHULUAN
POST SC (SECTIO CAESAREA)
A. Anatomi Fisiologi
Jalan lahir terdiri dari atas panggul ibu , yakni bagian tulang padat , dasar
panggul, vagina, dan introitus ( tulang luar vagina ). Meskipuan jaringan lunak
khususnya lapisan otot dasar panggul , ikut menunjang kelaurnya bayi, tetapi
panggul ihu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku , oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan di mulai.
Otot otot yang menahan dasar panggul bagian luar adalah muskulus
spingterani eksternum, muskulus bulbokafernosus yang melingkari vagina, dan
muskulus perinea transfersus superfisialis. Terdapat juga otot otot yang
melingkari vagina bagian tengah dan anus antara lain muskulus iliokogsigeus,
muskulus iskiofoksigeus, muskulus perinea transfersus profundus, dan muskulus
koksigeus. Lebih dalam lagi ditemukan otot dalam yang paling kuat di sebut
diafragma pelvis. ( Mansjoer, A. 2017 )
3. Uterus
Uterus adalah organ tunggal muscular dan berrongga. Hasil pembuahan
antara sperma dan ovum akan ditanam dalam endometrium uterus setelah
mencapai stadium blastula, yaitu sekitar 3 minggu setelah terjadinya fertilisasi
dengan vesika urinaria dan dibagian belakangnya berbatasan dengan rectum.
Umumnya uterus terfleksi ke arah depan dan teranteversi, sehingga letaknya
hampir horizontal dengan vesika urinaria. Uterus ditopang oleh lipatan peritoneal,
ligament besar yang melekat uterus pada dinding pelvis. Ligament cardinal dan
uterosacral juga ikut menopang letak uterus di rongga pervis
.
4. Vagina
Vagina adalah tuba fibromuskular yang dapat berdistensi.Organ ini
merupakan organ organ kopulasi wanita, dan merupakan jalan lahir janin saat
persalinan. Vagina memiliki panjang sekitar 8-10 cm, dan berbatasan dengan
uretra pada bagian anterior, dn rectum pada bagian posterior.
B. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus ( Mansjoer, A. 2017 )
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea
adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar R, 2016)
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan
janin dari dalam rahim (Carpenito 2016).
a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV
kurang 8 cm).
b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa
(partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal,
baru dilakukan sectio.
c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu
operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung
dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin
dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
B. Etiologi
Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R, 2016)
adalah sebagai berikut :
a. Indikasi Ibu
1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
2) Panggul sempit.
3) Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
4) Partus lama (prolonged labor).
5) Ruptur uteri mengancam.
6) Partus tak maju (obstructed labor).
7) Distosia serviks.
8) Pre-eklampsia dan hipertensi.
9) Disfungsi uterus.
10) Distosia jaringan lunak.
b. Indikasi janin:
1) Letak lintang.
2) Letak bokong.
3) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
4) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain
tidak berhasil.
c. Jenis-Jenis Sectio Caesaria
1) Section caesaria klasik atau corporal : insisi meanjang pada segmen atas
uterus
2) Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa
dengan teknik melintang (kerr) atau memanjang (kronij).
3) Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uterin berat
C. Manifestasi Klinis
Menurut Manuaba, Ida Bagus Gede. ( 2018 ) manifestasi klinis pada klien
dengan post sectio caesarea, antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d. Bising usus tidak ada.
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
D. Patofisiologi
Post date
SC (suction)
Persalinan tidak
normal
G. Penatalaksanaan
Teknik SC transperitaneal profunda
i. Persiapan pasien
Pasien dalam posisi trandenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal / peridural pada
oprasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat operasi, obat dan darah
dipersiapkan
ii. Pelaksanaan
1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan oprasi
dipersempit dengan kain suci hama.
2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis ampai dibawah
umbilikus lapis demi lais sehingga kavum peritonium terbuka.
3) dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
4) Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung kencing di
depn segmen bawah rahim secara melintang pada vesikouterma ini disisihkan
secara tumpul ke arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum
kandung kencing
5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan plikavesikouretra
tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm. Kemudian diperlebar sc melintang
secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen
bawah rahim dapat melintang (transversal)
6) Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan. Badan
janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat dijepit dan diotong
plasenta dilahirkan secara manual ke dalam otot rahim intramuscular disuntik
oksitosin. Laisan dinding rahim dijahit :
Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja
Lapisan III : Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina
7) Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi
8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit
H. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut
(Mochtar R,2016) adalah sebagai berikut :
a. Infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
b. Perdarahan
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Atonia uteri.
3) Perdarahan pada placental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila reperitonealisasi
terlalu tinggi.
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
ASKEP TEORI
1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,
perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
c. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat
badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan, dan
HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lal,
dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana
KB.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan
darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum.
Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya
pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC
pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya
infeksi atau sepsis nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya
bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat
pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda
syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah konjungtiva
pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid,
pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi kolostrums
/48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh
limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi,
tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan
eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus
normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of
approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya
nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri
saat kaki dorsofleksi pasif).
4. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap
proses pembedahan.
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Nyeri
2 Meringis
4 Mual
5 Muntah
No Outcome 1 2 3 4 5
1 Elastisitas
2 Tekstur
3 Integritas kulit
4 Lesi pada kulit
3. Resiko inveksi
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
doharapakn resiko infeksi berkurang
Intervensi :
1. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan
2. Buka persediaan peralatan steril dengan menggunakan teknik aseptik
3. Pisahkan alat-alat steril dan non steril
4. Periksa kulit dan jaringan di sekitar lokasi pembedahan
5. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkan kepada layanan kesehayan.
No Outcome 1 2 3 4 5
1 Kemerahan
2 Cairan
3 Drainase pirulen
4 Nyeri
5 Malaise
6 Jaringan lunak