Anda di halaman 1dari 27

A.

Anatomi

Susunan Saraf pusat


1. Medula Spinalis
a. Otak besar
b. Otak kecil
2. Otak
3. Batang otak
Susunan saraf perifer

1. Susunan saraf somatic


Susunan saraf yang
mempunyai peranan spesifik untuk
mengatur aktivitas otot sadar atau
serat lintang.
2. Susunan saraf otonom
Susunan saraf yang
mempunyai peranan penting memengaruhi pekerjaan otot involunter (otot
polos) seperti jantung, hati, pancreas, jalan pencernaan, kelenjar dan lain-
lain.
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis

Otak

Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari


sebuah tabung yang mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak
awal.

a. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta


hipotalamus.
b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
c. Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
Serebrum

Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:

1. Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus
sentralis.
2. Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh
korako-oksipitalis.
3. Lobus temporalis, terdapat
dibawah lateral dari fisura
serebralis dan di depan
lobus oksipitalis.
4. Oksipitalis yang
mengisi bagian belakang dari
serebrum.

Korteks serebri selain dibagi


dalam lobus dapat juga dibagi
menurut fungsi dan banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri
menjadi 20 area. Secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat bagian:

1. Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat
atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di
samping itu juga korteks sensoris bagian fisura lateralis menangani bagian
tubuh bilateral lebih dominan.
2. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir,
rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan
daya yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan
dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
3. Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral.
Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan
sikap mental dan kepribadian.

Fungsi serebrum
1. Mengingat pengalaman yang lalu.
2. Pusat persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal, intelegensi,
keinginan, dan memori.
3. Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.

Batang otak

Batang otak terdiri dari:

1. Diensefalon, ialah
bagian otak yang
paling rostral, dan
tertanam di antara ke-
dua belahan otak
besar (haemispherium
cerebri). Diantara
diensefalon dan
mesencephalon,
batang otak membengkok hampir sembilah puluh derajat kearah ventral.
Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis
terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap kesamping. Fungsi dari
diensefalon:
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b. Respiratori, membantu proses persarafan.
c. Mengontrol kegiatan refleks.
d. Membantu kerja jantung.
2. Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang
menonjol ke atas. Dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua di sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior.
Serat saraf okulomotorius berjalan ke ventral di bagian medial. Serat
nervus troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi
lain. Fungsinya:
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3. Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan
pons varoli dengan serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak
tengah dan medula oblongata. Disini terdapat premotoksid yang mengatur
gerakan pernapasan dan refleks. Fungsinya:
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula
oblongata dengan serebelum atau otak besar.
b. Pusat saraf nervus trigeminus.
4. Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah
yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah
medula oblongata merupakan persambungan medula spinalis ke atas,
bagian atas medula oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di
daerah tengah bagian ventral medula oblongata. Fungsi medula oblongata:
a. Mengontrol kerja jantung.
b. Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
c. Pusat pernapasan.
d. Mengontrol kegiatan refleks

Serebelum

Serebelum (otak kecil)


terletak pada bagian bawah
dan belakang tengkorak
dipisahkan dengan serebrum
oleh fisura transversalis
dibelakangi oleh pons varoli
dan di atas medula oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen
sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi.

Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan
bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan
dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior (korpus retiformi)
permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebelum tetapi
lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebelum ini
mengandung zat kelabu.

Uruta Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk dan


n saraf fungsi
I Nervus Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
olfaktorius
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata dan
okulomotoris mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan penggerak
bola mata
V Nervus Motorik dan -
trigeminus sensorik
Kulit kepala dan kelopak mata atas
N. Oftalmikus Motorik dan Rahang atas, palatum dan hidung
sensorik Rahang bawah dan lidah
N. Maksilaris
Sensorik
N. Mandibularis
Motorik dan
sensorik
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, menggerakkan lidah dan
Sensorik selaput lendir rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan Faring, tonsil, dan lidah, rangsangan
motorik citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan Faring, laring, paru-paru dan
motorik esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah
hipoglosus
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga
lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut
saraf yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebelum

Fungsi serebelum
1. Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari telinga dalam
yang diteruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk keseimbangan dan rangsangan
pendengaran ke otak.
2. Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari reseptor
sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (N. trigeminus) kelopak mata, rahang
atas, dan bawah serta otot pengunyah.
3. Neoserebelum (pontoserebelum). Korteks serebelum menerima informasi tentang
gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengaturgerakan sisi badan.

Saraf otak

Saraf otonom

Saraf Simpatis

Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan


sumsum tulang belakang melalui serabut – serabut saraf. Sistem simpatis
terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis


1-3 terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan – kumpulan sel saraf
simpatis. Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut – serabut preganglion
yang keluar dari kornu anterior bersama- sama dengan radiks anterior dan
nucleus spinalis. Setelah keluar dari foramen intervertebralis, serabut –
serabut preganglion ini segera memusnahkan diri dari nucleus spinalis dan
masuk ke trunkus simpatikus serabut. Serabut preganglion ini membentuk
sinap terhadap sel – sel simpatis yang ada dalam trunkus simpatikus.
Tetapi ada pula serabut – serabut preganglion setelah berada di dalam
trunkus simpatikus terus keluar lagi dengan terlebih dahulu membentuk
sinaps menuju ganglion – ganglion / pleksus simpatikus.
2. Trunkus simpatikus beserta cabang – cabangnya. Di sebelah kiri dan
kanan vertebra terdapat barisan ganglion saraf simpatikus yang membujur
di sepanjang vertebra. Barisan ganglion – ganglion saraf simpatikus ini
disebut trunkus simpatikus. Ganglion – ganglion ini berisi sel saraf
simpatis. Antara ganglion satu dengan ganglion lainnya, atas, bawah, kiri,
kanan, dihubungkan oleh saraf simpatis yang keluar masuk ke dalam
ganglion – ganglion itu. Hali ini menyebabkan sepasang trunkus
simpatikus juga menerima serabut – serabut saraf yang datang dari kornu
anterior. Trunkus simpatikus di bagi menjadi 4 bagian yaitu :

a. Trunkus simpatikus servikalis.


Terdiri dari 3 pasang ganglion. Dari ganglion – ganglion ini keluar
cabang – cabang saraf simpatis yang menuju ke jantung dari arteri
karotis. Disekitar arteri karotis membentuk pleksus. Dari pleksus ini
keluar cabang – cabang yang menuju ke atas cabang lain mempersarafi
pembuluh darah serta organ – organ yang terletak di kepala. Misalnya
faring, kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, otot – otot dilatators, pupil
mata, dan sebagainya.
b. Trunkus simpatikus torakalis.
Terdiri dari 10-11 ganglion, dari ganglion ini keluar cabang – cabang
simpatis seperti cabang yang mensarafi organ – organ di dalam toraks (
mis, orta, paru – paru, bronkus, esophagus, dsb ) dan cabang – cabang
yang menembus diafragma dan masuk ke dalam abdomen, Cabang ini
dalam rongga abdomen mensarafi organ – organ di dalamnya.

c. Trunkus simpatikus lumbalis.


Bercabang – cabang menuju ke dalam abdomen, juga ikut membentuk
pleksus solare yang bercabang – cabang ke dalam pelvis untuk turut
membentuk pleksus pelvini.
d. Trunkus simpatikus pelvis. Bercabang cabang ke dalam pelvis untuk
membentuk pleksus pelvini.
3. Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya. Di dalam abdomen, pelvis,
toraks, serta di dekat organ – organ yang dipersarafi oleh saraf simpatis
( otonom ).
Umumnya terdapat pleksus – pleksus yang dibentuk oleh saraf simpatis /
ganglion yaitu pleksus/ganglion simpatikus.

Ganglion lainnya ( simpatis ) berhubungan dengan rangkaian dua


ganglion besar, ini bersama serabutnya membentuk pleksus – pleksus
simpatis :

1. Pleksus kardio, terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan


cabangnya ke daerah tersebut dan paru – paru
2. Pleksus seliaka, terletak di sebelah belakang lambung dan
mempersarafi organ – organ dalam rongga abdomen
3. Pleksus mesentrikus ( pleksus higratrikus ), terletak depan sacrum dan
mencapai organ – organ pelvis

Tabel 10-2 Organ tubuh dan system pengendalian ganda


Organ Rangsangan simpatis Rangsangan
parasimpatis
Jantung Denyut dipercepat Denyut dipercepat
Arteri koronari Dilatasi Konstriksi
Pembuluh darah perifer Vasokonstriksi Vasodilatasi
Tekanan darah Naik Turun
Bronkus Dilatasi Konstriksi
Kelenjar ludah Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Kelenjar lakrimalis Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Pupil mata Dilatasi Konstriksi
Sistem pencernaan Peristaltik berkurang Peristaltik bertambah
makanan (SPM)
Kelenjar – kelenjar SPM Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Kelenjar keringat Ekskresi bertambah Ekskresi berkurang
Fungsi serabut saraf simpatis

1. Mensarafi otot jantung


2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan
usus
4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6. Mempertahankan tonus semua otot sadar.

Sistem Parasimpatis

Saraf cranial otonom adalah saraf cranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini
merupakan penghubung, melalui serabut – serabut parasimpatis dalam
perjalanan keluar dari otak menuju organ – organ sebagian dikendalikan oleh
serabut – serabut menuju iris. Dan dengan demikian merangsang gerakan –
gerakan saraf ke -3 yaitu saraf okulomotorik.

Saraf simpatis sacral keluar dari sumsum tulang belakang melalui


daerah sacral. Saraf – saraf ini membentuk urat saraf pada alat – alat dalam
pelvis dan bersama saraf – saraf simpatis membentuk pleksus yang
mempersarafi kolon rectum dan kandung kemih.

Refleks miksi juga menghilang bila saraf sensorik kandung kemih


mengalami gangguan. System pengendalian ganda ( simpatis dan
parasimpatis ). Sebagian kecil organ dan kelenjar memiliki satu sumber
persarafan yaitu simpatis atau parasimpatis. Sebagian besar organ memiliki
persarafan ganda yaitu : menerima beberapa serabut dari saraf otonom sacral
atau cranial. Kelenjar organ dirangsang oleh sekelompok urat saraf ( masing –
masing bekerja berlawanan ).

Dengan demikian penyesuaian antara aktivitas dan tempat istirahat


tetap dipertahankan. Demikian pula jantung menerima serabut – serabut
ekselevator dari saraf simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus.
Saluran pencernaan memiliki urat saraf ekselevator dan inhibitor yang
mempercepaT dan memperlambat peristaltic berturut – turut.

Fungsi serabut parasimpatis :

1. Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis,


submandibularis, dan kelenjar – kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
2. Mmepersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di
nuclei lakrimalis, saraf – sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
3. Mempersarafi kelenjar ludah ( sublingualis dan submandibularis ),
berpusat di nucleus salivatorius superior, saraf – saraf ini mengikuti nervus
VII
4. Mempersarafi parotis yang berpusat di nucleus salivatoris inferior di
dalam medulla oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX
5. Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru – paru,
gastrointestinum, ginjal, pancreas, limfa, hepar, dan kelenjar suprarenalis
yang berpusat pada nucleus dorsalis nervus X
6. Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat
kelamin, berpusat di sacral II, III, IV.
7. Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflex yang berpusat di
kornu lateralis medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan
rectum tegang miksi dan defekasi secara reflex. Pada orang dewasa reflex
ini dapat dikendalikan oleh kehendak. Saraf yang berpengaruh
menghambat ini berasal dari korteks di daerah lotus parasentralis yang
berjalan dalam traktus piramidalis.

Reflek Patologis
Reflek Patologis merupakan reflek yang terjadi karena adanya gangguan
atau kerusakan sistem saraf pusat. Kondisi seperti ini digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya kelainan sistem saraf.

Jenis-jenis Reflek Patologis :


a. Reflek Babinski:
Posisi : Pasien diposisikan berbaring terlentang dengan kedua kaki diluruskan,
posisi tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar
kaki tetap pada tempatnya
Cara : Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke
anterior
Respon : Positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya

b. Reflek Chaddok
Cara : Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis
dari posterior ke anterior
Respon : Positif apabila ada gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai pengembangan
jari-jari kaki lainnya (reflek seperti babinski).

c. Reflek Schaeffer
Cara : Menekan tendon achilles.
Respon : Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.

d. Reflek Oppenheim
Cara : Penggoresan atau pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari
proksiml ke distal
Respon : Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.

e. Reflek Gordon
Cara : Memberi penekanan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
Respon : Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.

f. Ankle Clonus
Posisi : Pasien tidur terlentang atau setengah duduk
Cara : Lutut dalam posisi fleksi, dan dengan cara manual lakukan gerakan
dorsofleksi secara kejut
Respon : Positif bila terjadi gerakan dorsi/plantar fleksi yang terus menerus

g. Knee Clonus
Posisi : Pasien dalam posisi duduk di tepi bed
Cara : Dilakukan ketukan dengan reflek hammer pada tendon patella
Respon : Positif bila terjadi terjadi gerakan fleksi/ekstensi yang terus menerus
pada lututnya

Glasgow Coma Scale

* Refleks Membuka Mata (E)

4 : membuka secara spontan

3 : membuka dengan rangsangan suara

2 : membuka dengan rangsangan nyeri

1 : tidak ada respon

* Refleks Verbal (V)

5 : orientasi baik

4 : kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan

3 : kata-kata baik tapi kalimat tidak baik

2 : kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang

1 : tidak ada respon

* Refleks Motorik (M)

6 : melakukan perintah dengan benar

5 : mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar


4 : dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi.

3 : hanya dapat melakukan fleksi

2 : hanya dapat melakukan ekstensi

1 : tidak ada respon

B. Definisi
Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2011).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah di otak pecah sehingga timbul iskemik dan hipoksia di hilir.
Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke ini, pada lesi vaskuler intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan langsung ke dalam jaringan otak. Peradarahan
secara cepat menimbulkan gejala neurogenik karena tekanan pada
struktur-struktur saraf di dalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi
sekunder dari perdarahan baik yang spontan maupun traumatik.
Mekanisme terjadinya iskemia tersebut karena adanya tekanan pada
pembuluh darah akibat ekstravasasi darah ke dalam tengkorak yang
volumenya tetap dan vasopasme reaktif pembuluh-pembuluh darah yang
terpajan di dalam ruang antara lapisan arknoid dan piameter meningen.
Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi
otak dan kehilangan kesadaran (Price & Wilson, 2013).
Kesimpulannya, stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke
yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah
tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak
mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

C. Etiologi
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi memgakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan
karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen, thalamus, pons, dan
serebelum.
b. Perdarahan Subarakhnoid
Dapat terjadi karena trauma atau hipertensi, penyebab tersering
adalah kebocoran anurisma pada area sirkulus Willisi dan Malvormasi
arteri-vena kongenital. Gejala-gejala pada umumnya mendadak,
peningkatan intracranial (TIK), perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala
(mungkin hebat), vertigo, kacau mental, stupor sampai koma, gangguan
ocular, hemiparesis atau hemiplegic, mual muntah, iritasi meningeal
(kekakuan nukhal, kernig’s, Brudzinski’s positif, Fotofobia, penglihatan
ganda, peka rangsang, kegelisahan, peningkatan suhu tubuh)
c. Perdarahan Serebral
Beberapa faktor resiko stroke antara lain:
1) Hipertensi, merupakan faktor resiko utama
2) Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari
jantung.
3) Kolesterol dalam darah tinggi.
4) Obesitas atau kegemukan.
5) Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark
serebral.
6) Diabetes mellitus terkait dengan aterogenesis terakselerasi.
7) Kontrasepsi oral (khususnya dengan
hipertensi,merokok,dan kadar estrogen tinggi)
8) Merokok
9) Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
10) Konsumsi alkohol
(Muttaqin, 2011)

D. Klasifikasi
Klasifikasi stroke terbagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Stroke hemoragik: salah satu pembuluh darah di otak (aneurisma,


mikroaneurisma, kelainan pembuluh darah kongenital) pecah atau
robek
b. Stroke non hemoragik/ iskemik stroke: Terjadi akibat obstruksi atau
bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum
STROKE HEMORAGIK

Pecahnya pembuluh darah serebral diotak dan terjadinya pendarahan


diotak disaat seseorang sedang melakukan aktifitas. Stoke hemoragik dapat
dibagi 2 :

1. Perdarahan intra serebral (PIS)

Pendarahan intra serebral mempunyai gejala prodromal,kecuali nyeri


kepala pada hipertensi. Serangan sering kali pada siang hari.mual dan
muntah sering terdapat pada serangan permulaan serangan
hemiparesis/hemiplegi terjadi pada sejak kesadaran menurun dan cepat
coma (65% terjadi kurang dari setengah jam dan 12% terjadi setelah 2 jam
sampai 19 hari.

2. Perdarahan serebral anachroid (PSA)

Gejala nyeri kepala hebat dan akut kesadaran sering terganggu dan
sangat bervariasi.ada gejala, tanda rangsangan meningeal. edema pupil bila
ada pendarahan subhilaloid karena pecahnya aneurisma.

STROKE NON-HEMORAGIK (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

EPIDEMIOLOGI
Stroke Non Hemoragik adalah masalah neurologik primer di AS dan
di dunia. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada
insiden beberapa tahun terakhir,stroke adalah peringkat ketiga penyebab
kematian, dengan laju mortalitas 18 % sampai 37% untuk stroke pertama dan
sebesr 62 % untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup
dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan; dari angka ini,40%
memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.( Smeltzer C.
Suzanne,2002, hal 2131).Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab
kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang
paling sering pada usia antara 75 ± 85 tahun.(Long. C, Barbara;1996, hal 176)

Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian


nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang
mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi
di negara-negara yang sedang berkembang.( Feigin, Valery. Stroke
Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta:
PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.)

Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak


20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari
jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi
atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia.( Sutrisno,
Alfred. Stroke? You Must Know Before you Get It!. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13) Di Amerika Serikat, stroke
menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang menyebabkan
kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker. Di
negeri Paman Sam ini, setiap tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke.
Sebanyak 500.000 diantaranya kasus serangan pertama, sedangkan
200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang. Sebanyak 75 persen
penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan. (Sutrisno,
Alfred. Stroke? You Must Know Before you Get It!. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13) Di Indonesia penyakit ini
menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5 persen
penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan
sebagian maupun total. Hanya 15 persen saja yang dapat sembuh total dari
serangan stroke dan kecacatan.

E. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat) ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan
gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya:
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia).
2. Tonus otot lemah atau kaku.
3. Menurun atau hilangnya rasa.
4. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
5. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia
atau disafhasia: bicara defeksif/kehilangan bicara).
6. Gangguan persepsi
7. Gangguan status mental.
(Joyce & Jane, 2014)

F. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lambat atau makin cepat) pada gangguan lokal
(trombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area stenosis, tempat aliran
darah mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan
edema dan kogestri disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi
yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang
dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada
dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
serebral, jika aneurisme pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan
hipartensi pembuluh darah.perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskular, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa otak,
peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
mengakibatkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen
magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer
otak, dan perdarahan sibatang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
bataang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga
kasus perdarahan otak di nucleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang enuksia
serebral. Perubahan yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk
waktu 4 sampai 6 menit. Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkin otak, akibat volume perdarahan yang
relativ banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan
penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-
eleman vaso aktiv darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat
menurunya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yg terkena darah
dan sekitarnya tertekan lagi. ((Joyce & Jane, 2014)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah
yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan
frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
d. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
e. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
f. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah
otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular
yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga
saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
5. Menempatkan klien dengan posisi yang tepat, harus diubah setiap 2 jam
sekali dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
(Muttaqin, 2011)

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut (Muttaqin, 2011) meliputi :
1. Angiografi cerebral, untuk menentukan penyebab stroke hemoragik.
Seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Lumbal pungsi, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah
pada cairan lumbal menunjukan adanya hemoragik pada
subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
3. Computer topografi (CT) scan otak, untuk memperlihatkan adanya
edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia dan posisinya secara pasti.
4. Magnetic resonance imaging (MRI), menunjukan daerah yang
mengalami infark hemologi Malformasi Arteri Vena (MAV).
5. Ultrasonografi doppler, untuk mengidentifikasi penyakit arteri vena.
6. Electroencephalography (EEG), untuk mengidentifikasi masalah
berdasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik

I. Komplikasi
Komplikasi Stroke hemoragik dapat menyebabkan beberapa hal yaitu :
1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
(Price & Wilson, 2013).

Konsep Asuhan Keperawatan Teori


1. Identitas

a) Data demografi
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
b) Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain. Sedangkan stroke infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat
atau bangun pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang dan tidak muntah,
kesadaran masih baik.
d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
f) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga
g) Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut,
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
ditandai dengan kesulitan menelan, obesitas
3) Pola eliminasi
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder
berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Gejala menunjukkan danya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot (flaksid, spastis),
paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum, gangguan
penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
h) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a.Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
b. Suara bicara: kadang mengalami gangguan : sukar dimengerti,
tidak bisa bicara
c. Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
2) Pemeriksaan integumen
a. Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-
3 minggu
b. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c. Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala : bentuk normocephalik
b. Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
c. Leher : kaku kuduk jarang terjadi
4) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan, adanya hambatan jalan
nafas. Merokok merupakan resiko.
5) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,
dan kadang terdapat kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
7) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi
a. Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan
nervus cranialis VII dan XII central. Penglihatan menurun,
diplopia, gangguan rasa pengecapan dan penciuman, paralisis
atau parese wajah.
b. Pemeriksaan motorik : Hampir selalu terjadi kelumpuhan/
kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan,
kebas, genggaman tidak sama, refleks tendon melemah secara
kontralateral, apraksia
c. Pemeriksaan sensorik : Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya
rangsang sensorik kontralteral.
d. Pemeriksaan refleks : Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.
e. Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status mental/tingkat
kesadaran, gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori,
pemecahan masalah, afasia, kekakuan nukhal, kejang, dll.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b/d peningkatan tahanan vaskuler
b. Gangguan mobilitas fisik b/d adanya rembesan darah yang mengenai lobus
motorik
c. Gangguan komunikasi verbal b/d adanya darah yang mengenai lobus speech
d. Ketidakefektifan pola nafas b/d penekanan saluran pernafasan
e. Defisit perawatan diri b/d hemiparese

3. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b/d peningkatan tahanan
vaskuler
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil:
No Kriteria Score

1 Tekanan systole dan diastole dbn 5

2 Tidak ada ortostatikhipertensi 5

3 Komunikasi jelas 5

4 Menunjukkan konsentrasi dan orientasi 5

5 Pupil seimbang dan reaktif 5

6 Bebas dari aktivitas kejang 5

7 Tidak mengalami nyeri kepala 5

NIC :

a. Monitor TTV
b. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi
c. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala
d. Monitor level kebingungan dan orientasi
e. Monitor tonus otot pergerakan
f. Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis
g. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus
h. Monitor status cairan
i. Pertahankan parameter hemodinamik
j. Tinggikan kepala 0-450 tergantung pada konsisi pasien dan order medis

b. Gangguan mobilitas fisik b/d adanya rembesan darah yang mengenai lobus
motorik
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, terjadi
peningkatan mobilisasi dengan kriteria hasil:

No NOC Score

1. ROM aktif / pasif meningkat 5

2. Perubahan posisi adekuat 5

NIC :

a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik


b. Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan
c. Kaji lokasi nyeri/ketidaknyamanan selama latihan
d. Jaga keamanan klien
e. Bantu klien utk mengoptimalkan gerak sendi pasif manpun aktif
f. Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan
g. Ukur TTV sebelum sesudah latihan

Anda mungkin juga menyukai