Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Air mata melewati empat proses yaitu produksi dari aparatus atau sistem sekresi
lakrimal, distribusi oleh berkedip, evaporasi dari permukaan okular, dan drainase melalui
aparatus atau sistem ekskresi lakrimal.1

Sistem sekresi dan ekskresi lakrimal berperan dalam produksi dan mempertahankan
lapisan air mata prekorneal, dan drainase air mata dari mata. Fungsi normal dari sistem ini
penting untuk refraksi optik yang optimal, mempertahankan integritas kornea, dan rasa
nyaman pada bola mata.2,3

Bagian sekresi terdiri dari kelenjar lakrimal utama dan kelenjar lakrimal aksesori
yaitu kelenjar Krause dan Wolfring. Kelenjar lakrimal utama dan aksesori mensekresi lapisan
akuos air mata yang mengandung elektrolit, air dan bermacam-macam protein, peptida serta
glikopeptida. Fungsi lapisan akuos ini sangat penting untuk suplai oksigen pada epitel kornea,
mempertahankan komposisi elektrolit tetap konstan pada permukaan bola mata dan proteksi
bola mata dengan sifat antibakterial dan antiviral serta melicinkan permukaan anterior
kornea.2,4,5

Bagian ekskresi terdiri dari pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, dan
duktus nasolakrimalis yang bermuara ke meatus inferior. Drainase air mata yang adekuat
tergantung pada mekanisme pompa otot orbikularis yang berfungsi baik dan diinisiasi oleh
siklus kedipan kelopak mata yang normal.4,6,7

Fisiologi dari sekresi dan ekskresi aparat lakrimal membutuhkan anatomi dan
mobilitas kelopak mata yang normal. Proses berkedip menyebarkan air mata secara vertikal
ke seluruh bola mata dan juga mengalirkan air mata secara horizontal menuju kantus medial
disepanjang lakus lakrimal pada tepi kelopak mata. Hal ini membutuhkan bentuk dan posisi
kelopak mata terhadap bola mata yang normal dan mekanisme pompa otot orbikularis yang
berfungsi secara adekuat.3,8

Pada makalah ini penulis akan mamaparkan mengenai sistem ekskresi air mata.

1
BAB II

EMBRIOLOGI DAN ANATOMI SISTEM EKSKRESI AIR MATA

2.1. Embriologi Sistem Ekskresi Air Mata

Sistem drainase lakrimal memulai perkembangannya dalam tahap embrio 7 mm


ketika fisura nasooptic atau alur terbentuk , di atas berbatasan dengan prosesus nasal lateral
dan bawah oleh prosesus maksila insipien. Selama tahap 8-9 mm (32-34 hari) frontonasal dan
prosesus maksila berkembang sebagai lipatan mesenkim memanjang dari mata ke lubang
hidung. Fissura nasooptik berisi korda menebal ektoderm yang terkubur ketika proses
maksilaris tumbuh ke atas dan melebur dengan proses frontonasal. ketika fissura secara
perlahan terhapus oleh pertumbuhan jaringan yang berdekatan korda menjadi terkubur,
terhubung ke permukaan epitel hanya pada dua ujungnya oleh 13-14 mm (6 minggu) periode
embrio. Ujung atas korda perlahan-lahan membesar untuk membentuk kantung lakrimal, dan
dua tunas sel tumbuh ke arah margo kelopak mata untuk membentuk kanalikuli. Kadang-
kadang, tunas tambahan muncul yang dapat berkembang menjadi kanalikuli tambahan, fistula
atau divertikula. Perbedaan pertumbuhan lateral dari kanalikuli terjadi bersamaan dengan
pembentukan kantus medial dan karunkula.3,4,9,10

Kanalisasi korda epitel padat dimulai dalam kantung lakrimal selama tahap janin 60
mm (12 minggu), tapi mungkin mulai lebih awal pada tahap 28 mm (8 minggu). Proses ini
terjadi dengan disintegrasi sel-sel saraf pusat. Ini diteruskan secara proksimal dan distal ke
kanalikuli, ke bawah duktus nasolakrimalis. Sisa-sisa korda epitel tetap di dalam lumen
sebagai lipatan seperti katup. Epitel kolumnar berkembang di kantung dan saluran, tetapi
propria substantia dan sel goblet tidak terlihat sampai setelah masa. Karena pesatnya
pertumbuhan maksila dibandingkan dengan yang ada pada tulang frontal ada migrasi lateral
yang lebih besar dari kelopak mata bawah . Hal ini menyebabkan kanalikuli inferior ditarik
lateral sehingga pada orang dewasa pungtum inferior terletak sekitar 1-2 mm lebih lateral dari
yang atas. Kanalikuli secara bertahap dikelilingi oleh lapisan padat jaringan ikat dan di tanam
oleh serat otot lurik yang akhirnya menjadi otot Horner dan otot Riolan. Kanalisasi umumnya
selesai pada saat kelahiran. 3,4,9,10

2
Gambar 1. Embriologi sistem drainase lakrimal. A, pada minggu kelima
kehamilan. B, minggu keenam kehamilan. C, minggu kedua belas kehamilan.
D, bulan ketujuh kehamilan.10

2.2. Anatomi Sistem Ekskresi Air Mata

Sistem ekskresi lakrimal terdiri dari pungtum lakrimal superior dan inferior,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus nasolakrimalis. 11,12,13,14,15

Gambar 2. Anatomi aparat ekskresi lakrimal.9

3
2.2.1. Pungtum Lakrimal

Pungtum lakrimal terletak pada suatu peninggian yang disebut papila lakrimal.
Punctum inferior terletak 5,5-6,5 mm dari kantus medial sedangkan pungtum superior
terletak 4,5-6 mm dari kantus medial. Normalnya pungtum tersebut terbenam ke dalam lakus
lakrimal. 3,11,12,13,14

Pungtum merupakan awal dari kanalikuli, dikelilingi oleh cincin fibrosa yang kuat
yang dikenal sebagai papila lakrimal. Papila dan pungtum memiliki diameter 0,2-0,3 mm,
terletak pada pertemuan myocutaneous dari bagian nasalis margo palpebral. Papila lakrimal
bersama dengan pungtum, dikelilingi oleh otot orbicularis pretarsal masuk kedalam lakrimal
crest posterior. 16

2.2.2. Kanalikuli Lakrimal

Kanalikuli lakrimal menghubungkan pungtum dengan sakus lakrimal. Masing-masing


kanalikuli memiliki 2 bagian yaitu vertikal (1-2 mm) dan horizontal (6-8 mm) yang terletak
saling tegak lurus satu sama lain. Bagian horizontal berjalan menuju kantus medial untuk
bermuara ke dalam sakus lakrimal. Pada 90% populasi, tepat sebelum memasuki sakus
lakrimal, kedua kanalikuli bergabung untuk membentuk kanalikuli kommunis. Suatu lipatan
mukosa pada bagian ini membentuk katup Rosenmuller yang mencegah refluks dari air mata.
11,12,13,14

Kanalikuli bagian palpebra dari sistem ekskresi lakrimal. Dari pungtum ekskresi air
mata akan masuk ke kanalikuli kemudian bermuara disakus lakrimal melalui ampula. Ampula
terletak disisi anterior dari tarsus dan dikelilingi otot orbicularis pretarsal. Bagian vetikal dan
horizontal dari kanalikuli dikelilingi dengan otot orbikularis pretarsal dan dekat dengan
margo palpebral. 16

2.2.3. Sakus Lakrimal

Sakus lakrimal terletak di dalam fossa lakrimal pada daerah anterior dari dinding
medial orbita. Fossa lakrimal dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosessus frontalis tulang
maxilla serta dibatasi oleh krista lakrimal anterior dan posterior. Sakus lakrimal mempunayai
diameter 4-6 mm dan sekitar 12-15 mm panjang vertikal. Ia memanjang 3-5 mm diatas kantal
ligamen medial, dan 9-10 mm dibawah ligamen pembukaan kanal nasolakrimalis. Sakus

4
tersebut memiliki 2 bagian yaitu fundus (bagian di atas muara kanalikulus) dan korpus
(bagian di bawah muara kanalikuli). Bagian bawah dari sakus lakrimal membentuk suatu
penyempitan yang berlanjut dengan duktus nasolakrimalis. 3,11,12,13,14

2.2.4. Duktus Nasolakrimal

Duktus nasolakrimalis memiliki panjang 15-18 mm dan terletak pada tulang kanal
yang dibentuk oleh tulang maksila dan konka inferior. Arah dari duktus nasolakrimalis yaitu
ke inferior, posterior dan lateral untuk bermuara pada meatus inferior. Bagian superior dari
duktus merupakan bagian yang tersempit. Pada bagian ujung bawah dari duktus terdapat
katup Hasner yang mencegah terjadinya refluks dari hidung. Duktus ini dilapisi oleh lapisan
ganda epitel kolumnar mirip dengan sakus lakrimal 11,12,13,14

Gambar 3 : Lacrimal apparatus. 1, lakus lakrimalis. 2, kanalikuli lakrimal


superior. 3, kanalikuli kommunis. 4, sakus lakrimal. 5, rongga hidung. 6,
duktus nasolacrimalis. 7, sinus maksilaris. 8, meatus inferior. 9, jalan keluar
duktu nasolakrimalis. 10, konka nasal inferior.17

5
Vaskularisasi daerah sakus lakrimal berasal dari cabang palpebral superior dan
inferior dari arteri oftalmika, arteri angularis, arteri infraorbitalis dan cabang nasal
dari arteri sphenopalatin.18

Gambar 4 : Potongan sagital sistem arteri orbita.19


oa : arteri oftalmika ioa : arteri infraorbita
aa : arteri angularis

Drainase vena dari daerah ini menuju vena angularis, vena infraorbitalis dan vena
nasalis. Pembuluh limfe dari daerah sakus lakrimal berjalan menuju kelenjar limfe
submandibular dan servikalis profunda. Persyarafan daerah sakus lakrimal berasal dari
cabang infratroklear nervus nasosiliar dan nervus alveolar anterior superior.18

6
Gambar 5 : Drainase vena dari orbita.3

Gambar 6 : Nervus sensori orbita.3

7
BAB III

FISIOLOGI SISTEM EKSKRESI AIR MATA

Air mata mengalir ke bawah dan ke medial melewati permukaan bola mata untuk
menuju forniks inferior dan kemudian melalui lakus lakrimal pada kantus internum, akan
dialirkan melalui saluran ekskresi lakrimal menuju rongga hidung. Evaporasi berperan
sebanyak kira-kira 10% dalam eliminasi air mata pada anak-anak dan remaja dan sebanyak
20% atau lebih pada orang tua. Aksi ini disebabkan oleh mekanisme pompa lakrimal aktif
sewaktu berkedip yang dilakukan oleh otot orbikularis yang berinsersi pada sakus lakrimal.
Ketika mekanisme berkedip kelopak mata terganggu umumnya dapat terjadi epifora seperti
pada pasien dengan paralisis fasial. 4,8,12

Gambar 7. Mekanisme pompa lakrimal aktif oleh kontraksi bagian palpebral


otot orbikularis okuli.20

Dengan terbukanya kelopak mata sebelum awal dari kedipan, kanalikuli sudah terisi
dengan air mata. Ketika kelopak mata atas turun pada permulaan berkedip, bagian medial
dari kelopak mata disekitar pungtum lakrimal meninggi. Pungtum superior dan inferior saling
menempel dengan kuat ketika kelopak mata sudah setengah tertutup dan menyebabkan oklusi
pungtum sehingga mencegah terjadinya regurgitasi air mata. Dengan menutupnya kelopak
mata, otot orbikularis bagian palpebral berkontraksi. Otot orbikularis pretarsal menjepit dan
menutup kanalikuli mendorong air mata menuju sakus lakrimal sedangkan otot orbikularis

8
preseptal, yang berinsersi pada sakus lakrimal, menarik sakus lakrimal hingga teregang,
menimbulkan tekanan negatif yang menarik air mata ke dalam sakus lakrimal. Katup
Rosenmuller mencegah aliran balik air mata kembali ke kanalikulus ketika air mata telah
berada dsi dalam sakus lakrimal. 4,6,8,13

Ketika kelopak mata mulai membuka, otot orbikularis berelaksasi dan daya elastik
pada sakus lakrimal mengakibatkan sakus kembali kolaps dan hal ini akan menimbulkan
tekanan positif yang mendorong air mata ke bawah menuju duktus nasolakrimalis yang
selanjutnya akan bermuara ke meatus nasi inferior. Relaksasi dari otot orbikularis juga
menyebabkan daya kompresif otot tersebut berakhir sehingga dinding elastik dari kanalikuli
akan meregang untuk kembali ke ukuran normalnya. Pungtum lakrimal tetap teroklusi
sehingga terbentuk daya hisap parsial akibat adanya tekanan negatif pada kanalikuli lakrimal.
Ketika fase pembukaan kelopak mata berlanjut, kedua pungtum lakrimal terbuka dan
menyebabkan lakus lakrimal didekatnya terpapar kepada daya hisap parsial ini. Air mata
mengalir secara cepat ke dalam kanalikuli dalam interval 1-3 detik segera setelah kedipan.
Sekali lagi, kanalikuli terisi cairan dan mekanisme pompa lakrimal aktif pada kedipan
berikutnya akan melanjutkan siklus drainase air mata pada saluran lakrimal. 4,6,8,13

Gambar 8. Drainase air mata oleh mekanisme pompa lakrimal. A, Pada kondisi
istirahat, pungtum lakrimal berada pada lakus lakrimal. B, Dengan menutupnya

9
kelopak mata, air mata masuk ke dalam sakus lakrimal. C, Dengan
membukanya kelopak mata, air mata terdorong menuju duktus nasolakrimalis.4

Selain dari pada peran penting dari pompa lakrimal aktif, faktor-faktor lain yang
berkontribusi pada drainase air mata yaitu daya fisik seperti gravitasi dan daya kapilaritas air
mata, distensi sakus lakrimal yang disebabkan aksi dari otot orbikularis bagian palpebral, dan
evaporasi air mata dari permukaan bola mata serta absorpsi air mata pada lapisan epitel
mukosa sakus lakrimal dan duktus nasolakrimalis.8,13

10
BAB IV

KESIMPULAN

1. Sistem ekskresi lakrimalis terdiri dari pungtum lakrimal superior dan inferior,
kanalikulus lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus nasolakrimalis.
2. Pada akhir minggu kelima kehamilan, celah nasolakrimalis terbentuk sebagai
suatu alur yang terletak di antara prosesus nasalis lateral dan maksilaris. Dan pada
bulan ketujuh, kanalisasi hampir komplit, hanya pungtum dan katup Henle tersisa
imperforata.
3. Mekanisme drainase air mata dipengaruhi bermacam-macam faktor seperti
mekanisme pompa lakrimalis aktif oleh otot orbikularis, gravitasi, daya kapilaritas
air mata, evaporasi dan absorpsi air mata pada mukosa sakus lakrimalis dan
duktus nasolakrimalis.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Kanski JJ, Bowling B. Lacrimal Drainage System. In : Clinical Ophthalmology: A


System Approach. 2011: p66 -77.
2. Skuta GL. Basic and Clinical Science Course section 6. Fundamentals and Principles
of Ophthalmology. American Academy of Opthalmology. San Fransisco; 2011-2012:
p32-34. 241-244.
3. Dutton JJ. The Lacrimal System. In : Atlas of Clinical and Surgical Orbital Anatomy.
WB Saunders. United States of America; 1994: p139-148.
4. Skuta GL. Basic and Clinical Science Course section 7. Orbit, Eyelid, and Lacrimal
System. American Academy of Ophtalmology. San Fransisco; 2011-2012: p243-247.
5. Denise PC. Lacrimal Gland, Tear Film, and Dry Eye Syndrom 3. Basic Science and
Clinical Resevance. 2003: p263-265.
6. Olver J. Anatomy and Physiology of the Lacrimal System. In: Colour Atlas of
Lacrimal Surgery. Butterworth Heinemann. Oxford; 2002: p1-27.
7. Pausan F. Cell and Moleculer Biology of Human Lacrimal Gland and Nasolcrimal
Duct Mucins. In : A Survey of Cell Biology. 2006: p229-239.
8. Tanenbaum M, McCord DC. Lacrimal Drainage System. In : Duane’s Clinical
Ophthalmology Volume 4. LippincottWilliams and Wilkins. Philadelphia; 2001: p1-7
9. Richelme H, Bourgeon A, Ritleng P. New Concepts of The Anatomy of The Lacrimal
Apparatus. In : Anantomy Clinical Volime 5. 1983: p29-34.
10. Doxanas MT, Anderson RL: Clinical Orbital Anatomy. Baltimore, Williams &
Wilkins, 1984
11. Khurana AK. Disease of The Lacrimal Apparatus. In : Comprehensive
Ophthalmology Fouth Edition. New Age International. New Delhi; 2007: p363-376.
12. Collin JRO. Lacrimal Surgery. In : A Manual of Systemic Eyelid Surgery Third
Edition. Elvesier. Great Britian; 2006: p165-176.
13. Paulsan F. Anatomy and Physiology of the Nasolacrimal Duct. In : Atlas of Lacrimal
Surgery. Springer. Germany; 2007: p1-13
14. Rose GE. Lacrimal Surgery. In : Oculoplastics and Orbit. Springer. The Nedherlands;
2006: p51-59
15. Eva PR, Whitcher JP. Lids, Lacrimal Apparatus, and Tears In : Vaughan and
Asbury’s General Ophthalmology 17th Edition. McGraw-Hill. London; 2008: p89-90.

12
16. Bedrossin Jr. EH. The lacrimal System. In Duane’s Ophthalmology Volume 1.
Lippincott WIilliams and Wilkin. 2007: p1-32.
17. Richelme H, Bourgeon A, Ritleng P. New Concepts of The Anatomy of The Lacrimal
Apparatus. In Anantomy Clinical Volime 5. 1983: p29-34.
18. Crick RP, Khaw PT. Practical Anatomy and Physiology of the Eye and Orbit. In : A
Textbook of Clinical Ophthalmology 3rd Edition. World Scientific. Singapore; 2003:
p27-29.
19. Rootman J. Atlas of Orbital Anatomy. In : Orbital Surgery a Conceptual Approach.
Lippincott-Raven. Philladelphia; 1995: p57-59.
20. Lang KG, Wagner P. Lacrimal System. In: A Pocket Textbook Atlas Ophthalmology
2nd Edition. Thieme. New York; 2006: p49-57.

13

Anda mungkin juga menyukai