Anda di halaman 1dari 22

Meet The Expert

Manajemen Katarak

Disusun Oleh:

Gebi Nanda Utari 1940312031

Della Sylviani 1940312049

Priscesia Monika 1940312050

Nugraha Adya Putra Tarsa 1940312070

Preseptor:

dr. Fitratul Illahi, Sp.M(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS


RSUP DR.M. DJAMIL

PADANG
2020
DAFTAR ISI

COVER ……………………………..………………...……..………………….
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR………..…………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………..………………………............ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………...……………..………... 3
2.1. Anatomi dan fisiologid 3
2.2.Definisi 5
2.4. Klasifikasi 5
2.5.Diagnosis 8
2.6. Tatalaksana 10
2.7. Komplikasi 17
BAB III KESIMPULAN................................................................................. 18
.
DAFTARPUSTAKA...................................................................................... 19
....
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan yang berjudul “Manajemen Katarak”. Meet
The Expert ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Fitratul Illahi Sp.M (K) sebagai
preseptor yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yag telah
membantu dalam penulisan Meet The Expertini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Meet The Expert ini masih memiliki
banyak kekurangan.Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.Akhir kata,
semoga Meet The Expert ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 10 Januari 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak adalah kondisi kekeruhan pada lensa kristalina, yang akan


menyebabkan turunnya tajam penglihatan dan akan menyebabkan gangguan
penglihatan yang lain . Penuaan adalah salah satu penyebab terbanyak. 1 Katarak
dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi pemajanan
sinar matahari yang lama atau kelainan mata yang lainnya seperti seperti glaukoma,
ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. 1

WHO menyatakan bahwa sekitar 38 juta orang menderita kebutaan, dan 110
juta orang mengalami penurunan penglihatan. Perhitungan terakhir menyatakan
bahwa katarak terkait usia merupakan 48% penyebab kebutaan di seluruh dunia.
Diperkirakan 1 dari 1000 populasi akan menderita katarak pada setiap tahun di
Afrika dan Asia. Prevalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun sebesar
50%, dan meningkat hingga 70% pada usia di atas 75 tahun2

Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu di atas 50 tahun. Pada suatu penelitian didapatkan prevalensi katarak
pada umur 65 - 75 tahun sebanyak 50%, dan prevalensi tersebut meningkat hingga
70% pada usia di atas 75 tahun.(1) Katarak senilis merupakan jenis katarak yang
paling sering ditemukan yaitu sekitar 90% dari seluruh jenis katarak.Prevalensi
katarak senilis di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2007 adalah di Aceh Selatan
sebanyak 53,2%, Aceh Barat Daya sebanyak 41,5%, Maluku Tenggara sebanyak
38,5% dan Timor Tengah Utara sebanyak 36,7%.3

Manajemen penatalaksanaan untuk katarak terdiri dari non bedah dan bedah.
Manajemen katarak non bedah bisa diberikan jika penglihatan masih cukup baik
untuk menjalankan tugas sehari-hari. Manajemen non bedah bisa dengan
menggunakan kacamata atau lensa kontak. Tatalaksana non bedah bisa dilakukan
pada stadium katarak insipient atau immature yang tidak ada komplikasi.
Manajemen katarak dengan pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah

1
menurun sangat signifikan sehingga menganggu pekerjaan sehari-hari seperti
katarak matur atau hipermatur atau bila telah timbulnya penyulit seperti glaukoma
dan uveitis. Teknik-teknik pembedahan dalam pembedahan katarak adalah, Intra
Capsular Cataract Extraction (ICCE), Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE),
Small Incision Cataract Surgery (SICS), dan fakoemulsifikasi. 4 Tindakan bedah
katarak diikuti dengan pemasangan intraocular lense (IOL), agar fungsi
5
penglihatan bisa berkembang secara normal.

1.1 Tujuan penulisan


Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai manajemen katarak
1.2 Metode penulisan
Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang
merujuk dari berbagai literatur
1.3 Manfaat penulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
informasi dan pengetahuan mengenai manajemen katarak.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata
dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri
dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis
saat terjadinya akomodasi.6 Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks,
avaskular, tidak berwarna dan hampir sering membentuk struktur yang transparan
dengan ketebalan 4 mm dan diamater 9 mm.7 Kristal pada lensa mampu
memfokuskan gambar dengan jelas ke retina.Pembentukan Lensa mata tergantung
pada zonula filamen tipis yang berhubungan dengan badan siliar antara bagian
anterior aqueous humor dan bagian posterior vitreous humor.5 Lensa akan dibentuk
oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa terus menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa dibagian sentral sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa tertua di dalam kapsula lensa. 1 Kapsul lensa merupakan
suatu membran semipermeabel yaitu lebih permeabel daripada dinding kapiler
dan dapat dilalui air dan elektrolit.7

Didalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal, dan dewasa.


Dibagiam luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebuh muda disebut korteks
lensa. Korteks disebelah depan nukleus lensa disebut korteks anterior sedangkan
dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih
keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Dibagian perifer kapsul lensa
terdapat zonula Zin yang menggantungkan lensa diseluruh ekuatornya pada badan
siliar.6 Kontraksi dari otot siliaris mampu mengizinkan bayangan agar fokus
masuk ke dalam lensa. Pada lensa terdapat kapsul elastis dan transparan yang
terdapat pada membran bagian bawah.5

3
Gambar 2.1 Anatomi Lensa

Gambar 2.2 Zona Discontinuity

Lensa manusia normal terdiri dari sekitar 65% air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Protein lensa terdiri dari water
soluble dan water insoluble.Water soluble merupakan protein intraseluler yang
terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ) kristalin, sedang yang termasuk dalam
water insoluble adalah urea soluble. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain.9,10 Lensa ditahan pada tempatnya oleh
sekelompok serat yang tersusun radial, yaitu zonula, yang satu sisinya tertanam
pada kapsul lensa dan sisi lainya pada cilliary body. Serat zonula serupa dengan

4
mikrofibril serat elastin. Sistem ini penting untuk proses akomodasi, yang dapat
memfokuskan objek dekat dan jauh dengan mengubah kecembungan lensa. Bila
mata sedang istirahat atau memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan
oleh zonula pada bidang yang tegak lurus terhadap sumbu optic. Bila melihat
dekat, muskulus siliaris akan berkontraksi dan koroid beserta badan ciliary akan
tertarik ke depan. Ketegangan yang dihasilkan serat zonula akan berkurang dan
lensa menebal sehingga fokus objek dapat dipertahankan. 11

Gambar 2.3 Anatomi Mata .5

2.2 Definisi Katarak

Katarak berasal dari yunani Katarrhakies, ingriss Catarct. Dalam bahasa


Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa
yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa, perubahan
warna lensa disertai hilangnya transparansi lensa. 6,7 Kekeruhan pada lensa yang
timbul akibat terjadinya hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama. Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal. 6 Pembentukan

5
katarak diperkirakan pada semua orang diatas usia 70 tahun. Katarak adalah salah
satu kelainan dengan penurunan penglihatan yang tidak bisa dikoreksi dengan
kacamata. Namun penyakit katarak menghasilkan kondisi yang baik jika di
lakukan operasi dengan memastikan bahwa penurunan ketajaman visual memang
benar-benar disebabkan oleh katarak.Katarak dapat berkembang dengan cepat
ataupun lambat tergantung dengan penyebab katarak dan jenisnya. 5

2.3 Klasifikasi Katarak


Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :6
1. Katarak Kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1
tahun segera setelah lahir
2. Katarak Juvenil, katarak lembek dan terdapat pada orang muda yang
mulai terbentuk pada usia kurang 9 tahun dan lebih dari 3 bulan,
biasanya kelanjutan dari katarak kongenital
3. Katarak senilis katarak yang muncul setelah usia 50 tahun secara klinik
dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan hipermatur.

Perbedaan stadium katarak senilis.8,9


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa
masuk) lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + glaukoma
Tabel 2.1 Stadium Katarak Senilis.8,9

6
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak
yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini
pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat
keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama. 6
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan
dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan
bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test, maka akan terlihat
bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+). 6
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi
yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi
melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.6
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena
daya beratnya ke bawah. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa
yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan
lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran
pseudo positif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut
menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda
asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran

7
melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan /
protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata. 6

Gambar 2.4 Lensa Mata dan kelainan.


2.4 Diagnosis
2.4.1 Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang lengkap.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain: 5
1. Pandangan kabur
Pada awalnya pasien mengeluhkan pandangan yang kabur karena lensa
kehilangan kemampuan untuk meneruskan bayangannya. Kabur dirasakan
perlahan-lahan, penglihatan seperti berasap atau ditutupi kabut, dan seakan-akan
tertutup oleh air terjun di daerah matanya.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana
tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun
dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa
silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang
mirip pada malam hari. Pada mata normal, lensa yang ada di bagian depan mata
memiliki warna jernih sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah.
Namun, apabila terdapat katarak hal itu bisa membuat lensa keruh. Katarak

8
membuat penglihatan menjadi tidak jelas dan memengaruhi bagaimana mata
menerima cahaya.

3. Sensitifitas terhadap kontras


Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam
mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna,
penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai
optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen
untuk mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator
spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri
lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Hal ini
disebabkan karena pada penderita katarak, lensa menjadi semakin cembung
sehingga bayangan jatuh di depan retina (miopisasi). Ketergantungan pasien
presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami
penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya
kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan
terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada
kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan
cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak. Katarak subskapular posterior
sering mengeluhkan pandangan jarak dekat. Jenis katarak ini dipengaruhi oleh
gangguan metabolik diabetes mellitus dan penggunaan kortikosteroid.
5. Astigmatisme
Mata silinder atau astigmatisme adalah kondisi di mana lengkungan pada
kornea atau lensa mata Anda tidak sempurna. Pada penderita katarak, terjadi
perubahan kelengkungan pada lensa sehingga bayangan tidak tepat jatuh di satu
titik di retina, kondisi ini disebut juga dengan astigmatisme lentikular.
6. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang. Silau terjadi ketika pada dasarnya ada terlalu
banyak cahaya terang untuk diterima mata. Misalnya saja ketika Anda melihat

9
lampu depan kendaraan dari arah yang berlawanan saat mengemudi. Silau
menyelubungi/cacat secara signifikan dapat merusak kinerja penglihatan..
7. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari
lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan
diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.

2.4.2 Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Katarak yaitu :5


1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Tajam penglihatan merupakan salah satu komponen dari fungsi penglihatan.

Tajam penglihatan sentral dapat diukur menggunakan alat yang menampilkan

target dengan ukuran yang berbeda-beda pada jarak yang telah distandarkan.

Biasanya menggunakan Snellechart yang terdiri dari beberapa baris huruf yang

semakin ke bawah semakin kecil. Setiap baris ditandai dengan angka, yang

menunjukkan jarak dimana mata normal dapat melihat semua huruf pada baris

tersebut.

Kriteria tajam penglihatan menurut WHO:

2. Pemeriksaan Refleks Pupil


Pada pupil tidak akan mengalami defek pada reaksi pupil aferent.
3. Pemeriksaan Slit lamp
Pemeriksaan ini dapat mendeskripsikan jenis, tingkat keparahan, lokasi
katarak. Pemeriksaan Refleks merah pada mata dapat mengidentifikasi katarak
subskapular posterior dan kekeruah axial lainnya. Pada slit lamp bisa dinilai
grading katarak dengan Lens Opacities Classification System (LOCS) III
adalah sistem perbandingan fotografi yang distandarisasi untuk menilai

10
kondisi katarak. LOCS III digunakan untuk menilai tipe dan derajat katarak pada
studi belah lintang dan perkembangan. Klasifikasi ini mengevaluasi empat
kondisi: nuclear opalescence (NO), nuclear color (NC), cortical cataract (C),
posterior subcapsular cataract (P). NO adalah cahaya yang tersebar dari regio
nuklear dan NC adalah intensitas dari brunescence. Derajat setiap kondisi
diperoleh dengan menempatkan foto lensa pasien pada skala derajat setiap kondisi
pada color transparency. NO dan NC dinilai dalam skala desimal dari 0.1-6.9,
berdasarkan enam foto standar. C dan P dinilai dalam skala desimal dari 0.1-5.9,
masing-masing berdasarkan lima foto standar. Penilaian akhir LOCS III berisi 4
nilai desimal, satu untuk setiap NO, NC,C, dan P

Foto standar LOCS III pada color transparency 8.5 x 11 inci yang

digunakan pada pemeriksaan slitlamp

Berdasarkan hasil klasifikasi LOCS III, dokter dapat memilih prosedur

operasi yang sesuai untuk pasien sehingga risiko komplikasi lebih kecil dan dapat

mempersiapkan operasi dengan lebih baik. Pencatatan klasifikasi LOCS III dalam

catatan medis pasien dapat memberikan dokumentasi klinis yang lebih baik,

menurunkan pengaruh subjektif dari observer yang berbeda, dan memungkinkan

pembuatan rencana preoperatif yang sesuai untuk pasien. 9

4. Pemeriksaan Opthalmoskop

11
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat apakah adanya keterlibatan
makula dan saraf optik akibat hilangnya gangguan penglihatan. Jika lensa katarak
padat optalmoskop tidak akan menghasilkan pandangan melalui funduskopi
karena terdapat opasitas dan saraf retinopati tidak dapat dinilai pada keadaan
memadat, sehingga dan dapat digantikan dengan pemeriksaan USG untuk melihat
bagian segmen posterior mata. Katarak parsial akan tampak hitam terhadap refleks
merah fundus dan umumnya semakin padat katarak semakin buruk refleks merah
dan semakin buruk ketajaman visual.

Gambar 2.5 Refleks merah dengan bayangan hitam dibagian tengah. 5


2.5 Tatalaksana Katarak
Pasien yang menderita katarak dapat menggangu kegiatan sehari-hari
mengemudi, membaca, berolahraga sehinnga untuk menghilangkan dapat negatif
dapat dilakukan prosedur bedah ekstraksi dengan penanaman lensa intraokular.
Tatalaksana katarak didasarkan dari stadium klinis katarak pada ketajaman visual
pasien. Tidak ada perawatan medis yang teruji dan terbukti untuk menunda,
mencegah, atau membalikkan perkembangan katarak. 5
2.5.1 Tatalaksana Non Surgikal
Katarak pada stadium insipien dan immatur tanpa komplikasi dapat
menyebabkan pergeseran kesalahan bias, kabur, kontras berkurang, dan masalah
silau bagi pasien. Perawatan awal untuk katarak stadium insipient dan immature
tanpa komplikasi dapat ditatalaksana dengan penggunaan kacamata atau lensa
kontak untuk meningkatkan penglihatan, memasukkan filter ke dalam kacamata
untuk mengurangi kecacatan silau,menyarankan pasien untuk memakai topi

12
bertepi dan kacamata hitam untuk mengurangi silau, dan melebarkan pupil untuk
memungkinkan dilihat dengan area lensa yang lebih banyak.10
Pasien yang mengalami katarak pada satu mata mungkin mengalami
kesulitan dengan tugas-tugas yang membutuhkan penglihatan binokular yang baik
dan mungkin membutuhkan untuk menggunakan lensa kontak atau kombinasi
lensa kontak-kacamata. Perubahan bias yang tidak sama dapat menyebabkan
deviasi vertikal yang menghasilkan ketidaknyamanan visual atau diplopia ketika
beraktifikas. Masalah ini dapat dikelola dengan desentralisasi lensa kacamata,
mengubah posisi bifocal, atau meresepkan gaya segmen yang berbeda, atau lensa
kontak.9 Edukasi untuk pasien tentang bagaimana katarak dapat mempengaruhi
kinerja tugas visual dan kegiatan yang dipandu secara visual. Misalnya, seorang
individu yang memiliki ketajaman visual 20/50 Snellen di setiap mata, disarankan
untuk melakukan operasi katarak karena memiliki risiko untuk melakukan
tugas-tugas seperti mengendarai mobil, pesawat atau mengoperasikan mesin. 10
2.5.2 Tatalaksana Surgikal

Pembedahan diindikasikan ketika pembentukan katarak telah


mengurangi ketajaman visual ketingkat yang mengganggu gaya hidup pasien
yaitu pada katarak stadium matur atau hipermatur dan kegiatan sehari-hari, dan
ketika penglihatan fungsional yang memuaskan tidak dapat diperoleh dengan
kacamata, lensa kontak, atau alat bantu optik lainnya.5
2.5.2.1 Indikasi operasi katarak
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:8
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan
tajam penglihatan pasien telah menurun hingga 6/18 sehingga
mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera,
bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
a. Katarak hipermatur
b. Glaukoma sekunder
c. Uveitis sekunder

13
d. Dislokasi/Subluksasio lensa
e. Benda asing intra-lentikuler
f. Retinopati diabetika
g. Ablasio retina

3. Indikasi Sosial
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus
optikus akan mengganggu aktivitas pasien, seperti pekerjaan.9

2.5.2.2 Teknik-teknik pembedahan katarak


Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui
tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah
metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan
phacoemulsifikasi.9
A. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi
limbus superior 140-160 derajat. Diperlukan sayatan yang cukup luas dan jahitan
yang banyak (14-15mm). Metode ini sekarang sudah jarang digunakan. Masih
dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau mudah
putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder, memerlukan
peralatan yang relatif lebih sederhana, pemulihan penglihatan segera setelah
operasi menggunakan kacamata +10 dioptri.7,9

14
Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post
operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih
besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi
tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih
tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat terjadi
sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini. 6

B. Operasi katarak ekstrakapsular


Metode ini dengan membuang nukleus dan korteks lensa melalui
pembukaan kapsul anterior yang lebar 9-10mm. Teknik ini akan meninggalkan
kantong kapsul (capsular bag) sebagai tempat untuk menanamkan lensa
intraokuler (LIO). Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler
posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh maka
dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden
komplikasi paska operasi (ablasio retina dan edema makula sistoid) lebih kecil
jika dibandingkan metode intrakapsular, trauma endotel kornea kecil. Penyulit
yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder. 6,7,9

Gambar 2.6 Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular

C. Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama
menyisakan kapsul bagian posterior. Teknik ini menggunakan alat tip ultrasonik
untuk memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan korteks lensa

15
di aspirasi melalui insisi. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul
anterior lensa dibuka. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik
dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang
padat.
Keuntungan dari metode ini antara lain:
1. Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjahit
karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya
astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah
operasi. Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli
selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko perdarahan.
2. Penyembuhan luka lebih cepat
3. Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi
struktur mata.7
4. Perbaikan penglihatan lebih baik dan cepat

2.5.3 Intraocular Lens (IOL)

Gambar 2.7 IOL


Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena
kehilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan
lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun
kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik. Untuk
metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat dilipat
ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil. 8

16
2.6 Komplikasi Katarak
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakomorfik, fakotoksik. 7
1. Glaukoma Fakolitik
a. Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan
keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama
bagian kapsul lensa.
b. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
menumpuk serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi mereabsorbsi
substansi lensa tersebut.
c. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehinggaakan
menimbulkan inflamasi dan peradangan yang akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intraokular akut.
2. Glaukoma Fakomorfik
Berdasarkan posisi lensa
Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera
okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar
sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat.
3. Glaukoma Fakotoksik
1. Protein lensa yang terlepas dari kapsulnya akan menimbulkan
peradangan pada jaringan uvea
2. Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis. Reaksi
inflamasi oleh makrofag-fagosit ini akan menyumbat trabekular yang
dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan intraokuler.

17
BAB 3
KESIMPULAN

1. Katarak adalah suatu kejadian kekeruhan pada lensa mata yang bisa
diakibatkan oleh hidrasi lensa, protein lensa yang mengalami denaturasi atau
dapat terjadi akibat keduanya.Katarak umumnya merupakan penyakit usia
lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit
penyakit mata lokal
2. Katarak dapat diklasifikasikan dalam katarak kongenital, juvenil, senil
3. Tatalaksana non bedah untuk katarak stadium insipient dan immature tanpa
kompliksi dapat ditatalaksana dengan penggunaan kacamata atau lensa
kontak untuk meningkatkan penglihatan, memasukkan filter kedalam
kacamata untuk mengurangi kecacatan silau, menyarankan pasien untuk
memakai topi bertepi dan kacamata hitam untuk mengurangi silau, dan
melebarkan pupil untuk memungkinkan dilihat dengan area lensa yang lebih
banyak.
4. Pembedahan diindikasikan ketika pembentukan katarak telah mengurangi
ketajaman visual ke tingkat yang mengganggu gaya hidup pasien yaitu pada
katarak stadium matur atau hipermatur dan kegiatan sehari-hari, dan ketika
penglihatan fungsional yang memuaskan tidak dapat diperoleh dengan
kacamata, lensa kontak, atau alat bantu optiklainnya.
5. Komplikasi operasi katarak terdiri dari intra operatif (Pendangkalan kamera
okuli anterior, posterior Capsule Rupture (PCR), nucleus drop) dan Post
operatif (Edema kornea, glaukoma sekunder, ablasio retina, dislokasi LIO
(Lensa Intra Okuler),perdarahan).

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Harper RA, Shock JP. 2009. Lensa. Dalam Eva PR & Whitcher JP:
Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Diterjemahkan oleh Pendit BU.
Jakarta: EGC.
2. World Health Organization (WHO). Blindness and vision impairment. In:
fact sheet. 2012.
3. Ilham. Epidemiologi Katarak. Available at
http://www.scribd.com/doc/2028 3414/EPIDEMIOLOGI-KATARAK
Access on January 15 2017.
4. Astari P. Klasifikasi, tatalaksana, dan komplikasioperasi. CDK-269. 2011;
45(10):748-53.
5. American Optometric Association. Optometric clinical practice guideline:
Care of the adult patient with cataract. USA: AOA,2004.
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.5th ed. Susanto D, editor. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2015.
7. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14.
Penerbit Widya medika. Jakarta: 2000.
8. Dhawan, Shanjay. Lens and Cataract. Diakses dari internet
http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html tanggal 03 Januari 2020.
9. Victor V. Cataract Senile (Diambil tanggal 03januari 2020 ). Available
from : http://www.emedicine.com.
10. Duker Y&. Ophtalmology. In: 3rd ed. United States of America: Elsevier
Inc.; 2008. p. 110–20.
11.KanskiJJ,BowlingB.ClinicalOpthalmology:ASystemicApproach.Edisi
ke-7. Cina: Elsevier.2011.

19

Anda mungkin juga menyukai