Anda di halaman 1dari 35

Case Report

Afakia OS dan Glaukoma


Sekunder OS
T. Muhammad Iqbal
1407101030016
Pembimbing:
dr. Firdalena Meutia, M.Kes., Sp.M

Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak


mempunyai lensa sehingga mata tersebut
menjadi hipermetropia tinggi.
Penelitian di Swedia pada tahun 1997-2001
menyebutkan bahwa satu dari dua ratus operasi
katarak adalah afakia.
Glaukoma
adalah
suatu
kelainan
yang
berhubungan dengan tekanan intraokular yang
disertai dengan kerusakan pada saraf optik yang
terjadi
secara perlahan.

Glaukoma merupakan masalah kesehatan mata yang


penting di Indonesia. Distribusi penyakit glaukoma di
Indonesia sebesar 13,4%. Prevalensi kebutaan akibat
glaukoma sebesar 0,2% (Depkes, 1997).
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang
terjadi akibat penyakit mata yang lain atau penyakit
sistemik
yang
menyertainya,
seperti
akibat
perubahan lensa, perubahan uvea, trauma, post
operasi dan akibat pemakaian kortikosteroid sistemik
atau
topikal dalam jangka waktu yang
panjang.

Anatomi dan Fisiologi Lensa

Afakia
Definisi
Suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai
lensa
sehingga
mata
tersebut
menjadi
hipermetropia tinggi.
Epidemiologi
Penelitian di Swedia pada tahun 1997-2001
menyebutkan bahwa satu dari dua ratus operasi
katarak adalah afakia.

Etiologi
Absen lensa kongenital, sangat jarang terjadi
Afakia setelah operasi pengangkatan lensa.
Penyebab paling umum afakia
Afakia karena absorbsi bahan lensa
Trauma ekstrusi pada lensa
Dislokasi posterior lensa di badan vitreous
menyebabkan afakia optikal

Tanda afakia
Visus 1/60 atau lebih rendah jika afakia tidak
ada komplikasi
Limbal scar
Penurunan tajam penglihatan
Bilik mata depan dalam
Iris tremulans
Jet black pupil
Komplikasi edema kornea,
TIO meningkat, iritis, CME

Tatalaksana
Koreksi menggunakan lensa kontak
Kacamata bila afakia bilateral
Pembedahan penanaman lensa intraokular
Prognosis
Baik bila jika tidak terjadi komplikasi

Glaukoma
Definisi
Suatu keadaan pada mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuli, penurunan visus,
penyempitan lapang pandang dan atropi nervus
optikus.
Epidemiologi
Penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia
Terjadi pada usia 40 tahun keatas
Asia lebih sering glaukoma sudut
tertutup

Faktor Resiko
Hipermetropi (glaukoma sudut tertutup)
Miopi (glaukoma sudut terbuka)
Usia > 45 tahun
Keturunan
Ras Asia lebih beresiko
Migrain
hipertensi

Hal yang memperberat resiko glaukoma:


Tekanan bola mata makin tinggi makin berat
Semakin tua semakin berat
Kulit hitam : kulit putih 7 : 1
Hipertensi resiko 6 kali lebih sering
Kerja las resiko 4 kali lebih sering
Miopia resiko 2 kali lebih sering
Diabetes Mellitus

Etiopatogenesis
Penyebab glaukoma belum diketahui secara pasti,
bisa juga karena trauma/benturan
3 Faktor meningkatnya TIO yang menyebabkan
glaukoma:
Produksi berlebihan humour akuous pada
corpus siliaris
Adanya resistensi dan aliran akuous pada
sistem trabekular maupun kanal schlemm
Peningkatan tekanan vena episklera

TIO yang tinggi secara mekanik


menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan
paling lemah pada bola mata

Klasifikasi
1. Glaukoma Primer
Glaukoma Sudut Terbuka (simpleks)
Glaukoma Sudut Tertutup
- Akut
- Sub Akut
- Kronik

2. Glaukoma Kongenital
3. Glaukoma Sekunder
4. Glaukoma Absolut

Patofisiologi Glaukoma Sekunder


Peningkatan TIO baik disebabkan oleh
mekanisme sudut terbuka atau sudut tertutup
pada glaukoma sekunder sesuai dengan bentuk
kelainan klinis yang menjadi penyebabnya
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada
glaukoma adalah atropi sel ganglion difus, yang
menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan
inti bagian dalam retina dan berkurangnya
akson disaraf optikus.

Glaukoma sekunder merupakan glaukoma


yang terjadi akibat penyakit mata lain atau
penyakit sistemik yang menyertainya, seperti:
- Akibat perubahan lensa
- Akibat perubahan uvea
- Akibat Trauma
- Akibat post-operasi
- Akibat pemakaian kortikosteroid
sistemik atau topikal dalam jangka
waktu yang lama.

Tatalaksana
Midriatika
Topikal kortikosteroid
Injeksi steroid subkonjungtiva
Cytotoxic
Hipotensif Agen
- Simpatomimetik
- Beta Adrenergik
- Carbonic anhidrase inhibitor
Pembedahan

Komplikasi
Jika pengobatan terlambat akan cepat berlanjut
pada tahap akhir glaukoma yaitu glaukoma
absolut.
Prognosis
Diagnosis lebih awal dan penanganan dini pada
glaukoma dapat memberikan hasil yang
memuaskan.

Identitas Pasien
Nama
: Tn. MH
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 24 tahun
Pekerjaan
: Tukang las besi
No. CM
: 091-53-82
Tanggal Pemeriksaan: 11 Februari 2015

Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri Kepala
Keluhan Tambahan:
Mata kiri terasa nyeri dan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan nyeri kepala
sejak seminggu terakhir ini. Pasien juga mengeluhkan mata
kiri terasa tidak nyaman dan nyeri, Riwayat operasi pada
mata kiri (+) pada tahun 2012 setelah terkena sepihan besi
di bengkel. Operasi pertama dilakukan di RSUDZA pada
bulan Desember tahun
2012, kemudian pasien dirujuk ke Jakarta untuk
dilakukan operasi pengangkatan serpihan besi
dan dipasang silicon oil pada mata kiri.
Riwayat diabetes mellitus (-), hipertensi (-).

Riwayat Penyakit Dahulu:


Afakia OS
Riwayat Penyakit Keluarga:
Disangkal
Riwayat Penggunaan obat:
Pasien lupa nama obat yang dipakai sebelumnya

Status Ophtalmolgis

Status Ophtalmolgis
Okular Dextra
Okular Sinistra
VOS: 1/300

VOD:
5/60
Pergerakan
Bola

Mata

Keterangan (OD)

Komponen

Keterangan (OS)

edema (-)

Palpebra Superior

edema (-)

edema (-)

Palpebra Inferior

edema (-)

hiperemis (-)

Konj. Tarsal Superior

hiperemis (-)

hiperemis (-)

Konj. Tarsal Inferior

hiperemis (-)

hiperemis (-) injeksi konjungtiva (-)


injeksi siliar(-)

Konj. Bulbi

hiperemis (-) injeksi konjungtiva (-)


injeksi siliar(+)

Jernih(+)infiltrat(-) ulkus(-) sikatrik(-)

Kornea

Jernih(+) infiltrat(-) ulkus(-)


sikatrik(+)

Normal

COA

Dangkal

Jelas

Kripta Iris

Jelas

Bulat(+) isokor(+) rcl (+) rctl (+)

Pupil

Bulat (+) isokor (-) rcl (-) rctl (-)

Keruh(-)

Lensa

Keruh (-)

Diagnosis
Afakia OS + Glaukoma Sekunder OS

Tatalaksana
- Timolol 0,25% 2 dd 1 tetes sehari
- Cendo Lyteers ED 4 dd 1 tetes sehari
- Matovit 1 tablet sehari

Anamnesa

Pembahasan

Pasien datang ke poli mata


dengan
keluhan
nyeri
kepala
sejak
seminggu
terakhir ini. Pasien juga
mengeluhkan
mata
kiri
terasa tidak nyaman dan
nyeri, Riwayat operasi pada
mata kiri (+) pada tahun
2012
setelah
terkena
sepihan besi di bengkel.
Operasi pertama dilakukan
di RSUDZA pada bulan
Desember
tahun
2012,
kemudian pasien dirujuk ke
Jakarta
untuk
dilakukan
operasi
pengangkatan
serpihan besi dan dipasang
silicon oil pada mata kiri.
Riwayat diabetes mellitus
(-), hipertensi (-).

Sesuai dengan literature yang menjelaskan


bahwa
penurunan
tajam
penglihatan
merupakan keluhan dari Afakia. Pada
pasien ini telah mengalami komplikasi yaitu
ditemukannya peningkatan TIO sehingga
mata kiri pasien terasa tidak nyaman dan
nyeri.

Pemeriksaa
n

Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan


mata kiri didapatkan VOS
1/300 dimana mata kiri
pasien
hanya
bisa
melihat
goyangan
tangan pada jarak 1 m,
yang seharusnya terlihat
pada jarak 300 m.

Afakia merupakan suatu keadaan dimana


mata tidak mempunyai lensa sehingga mata
tersebut menjadi hipermetropia tinggi.
Afakia dapat dikoreksi menggunakan lensa
kontak, kacamata atau operasi. Kacamata
afakia
hanya
dapat
digunakan
jika
kondisinya afakia bilateral. Jika pasien tidak
dapat
memakai
lensa
kontak
atau
kacamata,
maka
dipertimbangkan
penanaman lensa intraokular.

Tatalaksana

Pembahasan

Timolol Maleat 0,25%


2 dd 1 tetes sehari
Cendo Lyteers ED 4 dd
1 tetes sehari
Matovit 1x1

Pemberian matovit sebagai terapi suportif


untuk mata. Pemberian timolol maleat yaitu
sebagai
penghambat
reseptor
beta
adrenergik non selektif yang digunakan
untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk
sediaan tetes mata dengan kadar 0,25%,
0,5%. Sama seperti Brinzolamide, Timolol
maleate mengurangi tekanan pada mata
akibat glaukoma

Anda mungkin juga menyukai