BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oklusi vena retina merupakan salah satu penyebab penurunan ketajaman
penglihatan pada orangtua yang umum terjadi dan merupakan penyebab tersering
kedua dari penyakit vaskuler retina, setelah retinopati diabetik. 1 Oklusi vena retina
telah diteliti secara luas sejak dulu namun untuk patogenesis dan manajemen yang
komperehensifnya masih belum maksimal. Dibutuhkan manajemen yang baik
dalam menangani masalah ini agar tidak menimbulkan abnormalitas sistemik pada
pasien.2
Oklusi vena retina memiliki prevalensi 1-2% pada setiap orang yang berusia
40 tahun ke atas dan mempengaruhi lebih kurang 16 juta orang di seluruh dunia.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, prevalensi oklusi vena
retina cabang mencapai 0,6% sementara prevalensi dari oklusi vena retina sentral
hanya 0,1%. Oklusi pada vena retina cabang 4 kali lebih sering terjadi daripada
oklusi vena retina sentral. Sementara itu oklusi vena retina bilateral juga sering
terjadi, walaupun pada 10% pasien dengan oklusi pada satu mata, oklusi dapat
berkembang di mata lainnya seiring dengan berjalannya waktu.3,4,5
Latarbelakang terjadinya oklusi vena retina ini sering disebabkan oleh
penyakit-penyakit sistemik seperti hipertensi, aterosklerosis, dan diabetes
mellitus.6 Beberapa penelitian juga menemukan adanya peningkatan risiko
terjadinya oklusi vena retina pada pasien dengan arteriopati maupun pasien
dengan kadar glukosa darah dan tekanan darah arteri yang tinggi.7
Pada oklusi vena retina cabang, oklusi secara khas terjadi pada
persimpangan arteri dan vena. Sementara itu pada oklusi vena retina sentral,
oklusi terjadi pada lamina kribrosa dari saraf optik maupun pada bagian
proksimalnya, di jalur keluarnya vena retina sentral dari mata. Oklusi vena retina
cabang dan oklusi vena retina sentral, dapat dibagi lagi menjadi kategori perfusi
(noniskemia) dan nonperfusi (iskemia), setiap hal ini dapat berpengaruh pada
prognosis dan tatalaksananya.8,9
Pada oklusi vena retina terjadi penurunan penglihatan yang terjadi secara
tiba-tiba. Dalam kasus yang tidak tertangani dengan optimal, komplikasi dari
oklusi vena abang retina ini dapat berupa hilangnya penglihatan akibat edema
macula, iskemia macula, perdarahan tabung kaca, dan ablasio retina.10
Oleh karena pentingnya oklusi vena retina ini, maka pada makalah ini akan
dibahas mengenai oklusi vena retina, khususnya oklusi cabang vena retina, mulai
dari definisi hingga prognosisnya.
BAB II
ANATOMI RETINA
Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus
pandang, yang terlihat merah pada fundus adalah warna dari koroid. Retina ini
terdiri dari bermacam-macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan pengokoh yang
terdiri dari serat-serat Mueler, membrana limitans interna dan eksterna, sel-sel
glia.10
Membrana limitans interna letaknya berdekatan dengan membrana
hyaloidea dari badan kaca. Pada kehidupan embrio dari optik vesicle, terbentuk
optic cup, di mana lapisan luar membentuk lapisan epitel pigmen dan lapisan
dalam membentuk lapisan retina lainnya. Bila terjadi robekan di retina, maka
cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk ke dalam celah potensial dan
melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan epitel pigmen, maka terjadilah
ablasi retina.10
Retina terbagi atas 3 lapis utama yang membuat sinaps saraf retina, yaitu sel
kerucut dan batang, sel bipolar, dan sel ganglion.
Terdapat 10 lapisan yang dapat dibedakan secara histologik, yaitu dari luar ke
dalam :
1. lapis pigmen epitel yang merupakan bagian koroid
2. lapis sel kerucut dan batang yang merupakan sel fotosensitif
3. membran limitan luar
4. lapis nukleus luar merupakan nukleus sel kerucut dan batang
5. lapis pleksiform luar, persatuan akson dan dendrit
6. lapis nukleus dalam merupakan susunan nukleus luar bipolar
7. lapis pleksiform dalam, persatuan dendrit dan akson
8. lapis sel ganglion
9. lapis serat saraf, yang meneruskan dan menjadi saraf optik
10. membran limitan interna yang berbatasan dengan badan kaca.11
sentral ini, maka ketajaman penglihatan sangat menurun karena pasien akan
melihat dengan bagian perifer makula lutea.11
Perdarahan retina
Retina menerima nutrisi dari dua sistem sirkulasi, yakni pembuluh darah
retina dan uvea atau pembuluh darah koroid. Keduanya berasal dari arteri
ophthalmica yang merupakan cabang pertama dari arteri carotis interna. Cabang
utama dari arteri ophthalmica merupakan arteri retina sentral, arteri siliaris
posterior, dan cabang muskular. Secara khas, dua arteri siliaris posterior ada pada
bagian ini, yakni medial dan lateral, namun kadang-kadang sepertiga arteri siliaris
posterior superior juga dapat terlihat. Arteri siliaris posterior kemudian terbagi
menjadi dua arteri siliaris posterior yang panjang dan menjadi beberapa cabang
arteri siliaris posterior yang pendek.12
Gambar. Anatomi dari sistem vena retina berdasarkan deskripsi dari Duke-Elder. (1)
Terminal retinal venule; (2) retinal venule; (3) minor retinal vein; (4) main retinal vein;
(5) papillary vein; (6) central retinal vein
Sumber: Br J Ophtalmology
BAB III
OKLUSI VENA RETINA
3.1 Definisi
Oklusi vena retina adalah blokade dari vena kecil yang membawa darah
keluar dari retina. Oklusi vena retina diklasifikasikan berdasarkan lokasi di mana
obstruksi terjadi. Obstruksi vena retina pada saraf optik diklasifikasikan sebagai
oklusi vena retina sentral, dan obstruksi pada cabang vena retina diklasifikasikan
sebagai oklusi vena retina cabang. Dua klasifikasi ini memiliki perbedaan dan
kemiripan pada patogenesis dan manifestasi klinis. Sementara itu, oklusi vena
retina secara umum dibagi lagi menjadi tipe iskemik dan noniskemik.13
Klasifikasi anatomis dari oklusi vena retina dibagi berdasarkan gambaran
funduskopi pada mata dan termasuk ke dalam tiga grup utama tergantung letak
lokasi oklusi vena, yakni: oklusi vena retina cabang (BRVO), oklusi vena retina
sentral (CRVO), dan oklusi vena hemiretinal (HRVO). BRVO terjadi ketika vena
pada bagian distal sistem vena retina mengalami oklusi, yang menyebabkan
terjadinya perdarahan di sepanjang distribusi pembuluh darah kecil pada retina.
CRVO terjadi akibat adanya trombus di dalam vena retina sentral pada bagian
lamina cribrosa pada saraf optik, yang menyebabkan keterlibatan seluruh retina.
HRVO terjadi ketika blokade dari vena yang mengalirkan darah dari hemiretina
superior maupun inferior, yang mempengaruhi setengah bagian dari retina.14
3.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kebanyakan pasien dengan oklusi vena retina sentral
berjenis kelamin laki-laki dan berusia lebih dari 65 tahun. Kebanyakan kasus
berupa oklusi unilateral, dan kira-kira 6-14% kasus berupa oklusi bilateral.
Sebuah penelitian di Taiwan pada tahun 2008 mencatat adanya variasi pada
musim-musim tertentu. Oklusi vena retina cabang terjadi tiga kali lebih sering dari
pada oklusi vena retina sentral. Pria dan wanita berbanding sama rata dengan usia
pasien berada antara 60 hingga 70 tahun.2
10
3.4 Patogenesis
Patogenesis dari oklusi vena retina dipercaya mengikuti prinsip dari trias
trombogenesis Virchow, yakni adanya kerusakan pembuluh darah, stasis, dan
hiperkoagulabilitas. Kerusakan dari dinding pembuluh darah retina akibat
arterioklerosis mengubah komposisi dari aliran darah pada vena yang berdekatan,
yang menimbulkan stasis, trombosis, dan oklusi. (new england). Oklusi vena
retina sentral terjadi akibat adanya bekuan darah pada vena utama yang
menyalurkan darah dari mata. Ketika vena mengalami hambatan, aliran balik
menyebabkan darah tersebut bocor ke retina, yang akhirnya menyebabkan
malfungsi dari retina dan penurunan ketajaman penglihatan.9
Penyakit inflamasi juga dapat menyebabkan adanya oklusi vena retina
dengan mekanisme tersebut. Akan tetapi, bukti dari adanya hiperkoagulabilitas
pada pasien oklusi vena retina sangat tidak konsisten. Walaupun penelitian
individual telah melaporkan adanya hubungan antara oklusi vena retina dan
hyperhomocysteinemia, mutasi faktor V Leiden, defisiensi dari protein C atau S,
mutasi gen prothrombin, dan antibodi anticardiolipin, sebuah penelitian metaanalysis dari 26 penelitian mengusulkan bahwa hanya hyperhomocysteinemia dan
antibodi anticardiolipin yang memiliki hubungan independen yang signifikan
dengan oklusi vena retina.9
3.5 Faktor risiko
Faktor risiko dari oklusi vena retina antara lain:13
Atherosclerosis
Diabetes Mellitus
Hipertensi
pada beberapa penelitian, oklusi vena retina dihubungkan juga dengan diabetes
mellitus, dyslipidemia, merokok, dan penyakit ginjal. Untuk oklusi vena retina
11
Diabetes mellitus bukanlah faktor risiko independen yang terutama pada oklusi
vena retina cabang.15
3.6 Penegakan diagnosis
Pasien datang dengan penurunan penglihatan mendadak tanpa nyeri.
Gambaran klinisnya bervariasi dari perdarahan retina kecil-kecil yang tersebar
dan bercak cotton-wool sampai gambaran perdarahan hebat dengan perdarahan
retina superfisial dan dalam, yang kadang-kadang dapat pecah ke dalam rongga
vitreous. Pasien biasanya berusia lebih dari 50 tahun, dan lebih dari separuhnya
mengidap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Glaukoma
sudut terbuka kronik harus selalu disingkirkan. Dua komplikasi utama yang
berkaitan dengan oklusi vena retina adalah penurunan penglihatan akibat edema
makula dan glaukoma neovaskuler akibat neovaskularisasi iris.16
Oklusi vena retina cabang
Temuan oftalmoskopi pada oklusi vena retina cabang akut (BRVO) adalah
perdarahan superfisial, edema retina, dan sering kali terjadi gambaran cotton-wool
spot pada salah satu sektor di retina yang diinervasi oleh vena yang rusak. Oklusi
vena cabang umumnya terjadi pada persilangan arteri dan vena. Kerusakan
makula menentukan derajat penurunan penglihatan. Jika oklusi tidak terjadi pada
persilangan arteri dan vena, harus dipertimbangkan kemungkinan adanya
peradangan. Usia rata-rata pasien yang menderita oklusi vena cabang ini adalah
60-an tahun.16
12
13
terdapat
mekanisme yang paling sering, yakni: trombosis dari vena retina sentral dan
posteriornya hingga lamina cribrosa. Pada beberapa kasus, arteri retina sentral
yang mengalami atherosklerosis dapat bergeseran dengan vena retina sentral,
menyebabkan adanya turbulensi, kerusakan endotel, dan pembentukan trombus.16
CRVO
angiography
14
A. CRVO ringan, noniskemia, terperfusi, pada mata dengan visus 20/40. Dilatasi
vena retina dan perdarahan retina terlihat jelas. B. Fluorescein angiogram
menunjukkan adanya perfusi pada pembuluh kapiler retina.
Sumber: American Academy of Ophthalmology 2011
Gambar. A. CRVO berat, iskemia pada mata dengan visus 1/300. Vena dilatasi
dan terdapat perdarahan retina. Terlihat edema retina menyebabkan corakan warna
kuning pada dasar penampakan fundus dan mengaburkan refleks fovea. B.
Fluorescein angiogram
menunjukkan adanya nonperfusi kapiler, yang
menyebabkan pembesaran pembuluh darah retina.
Sumber: American Academy of Ophthalmology 2011
3.7 Penatalaksanaan
Kebanyakan
pasien
dapat
mengalami
perbaikan,
walaupun
tanpa
15
menyebabkan
glaukoma
Sheathotomy, teknik bedah untuk memisahkan pembuluh darah yang
berdekatan pada persimpangan arteri dan vena telah dikembangkan untuk
mengatasi edema makula dalam usaha untuk meningkatkan tajam penglihatan.
Diseksi dari tunika adventitia dengan pemisahan arteri dari vena pada
persimpangan tersebut di mana oklusi vena retina cabang terjadi dapat
mengembalikan
aliran
darah
vena
disertai
penurunan
edema
makula.
visual
pasien.
Argon-laser-photocoagulation
dapat
mencegah
16
17
3.9 Prognosis
Morbiditas penglihatan dan kebutaan pada oklusi vena retina berhubungan
dengan edema makula, iskemia makula, dan glaukoma neovaskuler. Pada
gambaran patologis, didapati adanya pembentukan trombus intralumen, yang
dapat dihubungkan dengan kelainan pada aliran darah, unsur-unsur penyusunnya,
dan pembuluh darah yang bersesuaian dengan trias Virchow. Oklusi vena retina
sentral telah disamakan dengan sindrom kompartemen neurovaskuler pada situs
lamina cribrosa maupun akhir dari ujung vena retina yang terletak pada saraf
optik. CRVO tipe noniskemik terdapat pada 75-80% pasien dengan oklusi vena
retina.16
Mortalitas dan Morbiditas
Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa pemulihan penglihatan pada
penderita oklusi vena retina sentral amat bervariasi, dan ketajaman penglihatan
saat terjadinya penyakit merupakan prediktor terbaik dari ketajaman penglihatan
akhir. Prognosis yang baik dapat diperkirakan pada pasien dengan riwayat oklusi
alami tipe noniskemik. Enam puluh lima persen pasien dengan ketajaman
penglihatan 20/40 akan mendapatkan ketajaman yang sama atau lebih baik pada
evaluasi terakhir. Pada sekitar 50% pasien, ketajaman penglihatan dapat mencapai
20/200 atau lebih buruk, yang mana pada 79% pasien tampak adanya kemunduran
ketajaman penglihatan pada follow up.16
Pada sepertiga pasien dengan oklusi vena retina cabang, ketajaman
penglihatan akhir mencapai 20/40. Bagaimana pun juga, kebanyakan 2/3 dari
pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat edema makula,
iskemia makula, perdarahan makula, dan perdarahan vitreous. Oklusi vena retina
sentral noniskemia dapat kembali ke keadaan seperti semula tanpa adanya
komplikasi pada sekitar 10% kasus. Sepertiga pasien dapat berlanjut ke tipe
iskemia, umumnya pada 6-12 bulan pertama setelah terjadinya tanda dan gejala.
Pada lebih dari 90% pasien dengan oklusi vena retina sentral iskemia, tajam
penglihatan akhir dapat mencapai 20/200 atau lebih.16
18
19
BAB IV
KESIMPULAN
Oklusi vena retina merupakan salah satu jenis penyakit vaskuler yang
terdapat pada retina. Oklusi vena retina ini lebih sering terjadi pada orang yang
berusia 40 tahun ke atas. Adapun oklusi vena retina dibagi menjadi oklusi vena
retina sentral dan oklusi vena retina cabang. Selain itu, oklusi vena retina masih
dapat dibagi lagi menjadi oklusi iskemik maupun noniskemik. Pembagian ini
dilakukan berdasarkan perbedaan gambaran funduskopi pada pasien dengan
oklusi vena retina.
Oklusi vena retina dapat disebabkan oleh pengaruh lokal yakni trauma,
glaukoma dan lesi struktur orbita; dan juga sistemik, di antaranya yakni
hipertensi, atherosklerosis, dan diabetes mellitus.
Tatalaksana utama dari oklusi vena retina adalah mengatasi penyakit yang
mendasari terjadinya oklusi, mencegah oklusi berlanjut ke mata sebelah yang
masih sehat, dan mencegah terjadinya komplikasi, yakni glaukoma dan edema
makula.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Hayreh SS. 2005 Prevalent misconceptions about acute retinal vascular
occlusive disorders. Prog Retin Eye Res 2005;24:493-519
2.
Fonrose,
Mark.
Retinal
Vein
Occlusion.
Diakses
dari
Dugdale,
David
C.
2010.
Retinal
vein
occlusion.
Diakses
dari
therapeutic
approach.
Pathophysiol
Haemost
21
Lippincott
Williams
&
Wilkins.