BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Kita semua dapat merasakan senang atau gembira oleh ide-ide baru,
mengejar tujuan kita dengan semangat, menginginkan berkumpul dan bersenangsenang dengan teman-teman kita dan menikmati hidup. Ada juga saat dimana kita
merasa sedih atau marah ketika hal-hal di sekitar kita tidak berjalan sesuai dengan
rencana kita.
Bagi seseorang dengan gangguan bipolar, terutama gangguan bipolar I,
emosi yang normal ini dapat berubah secara drastis, sangat senang dan kemudian
sangat sedih. Mood dikendalikan bukan oleh hal-hal yang terjadi dalam
kehidupan, tetapi oleh usaha mereka sendiri. Gangguan bipolar I, yang juga
dikenal dengan penyakit mania-depresi, merupakan gangguan otak yang
menyebabkan pergantian yang tidak biasa pada mood, energi, level aktivitas, dan
kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, apabila perubahan mood
terjadi sangat berat. Tetapi gangguan bipolar dapat diterapi, dan mereka dengan
gangguan ini dapat hidup produktif kembali1,3.
Gangguan bipolar mempengaruhi lebih dari 2 juta orang dewasa di
Amerika. Gangguan bipolar I dan II mempengaruhi sekitar 2% populasi.
Gangguan ini terjadi seimbang antara laki-laki dan perempuan, dapat ditemukan
pada semua usia, ras, etnis dan sosial. Gangguan ini cenderung diturunkan secara
genetik pada keluarga pada banyak kasus2,3.
Gangguan bipolar I biasanya muncul di akhir remaja atau di awal masa
dewasa. Setidaknya setengah kasus muncul sebelum usia 25 tahun. Pada beberapa
orang, simtom pertama muncul semasa kanak-kanak, beberapa muncul di usia
lanjut, seperti usia 40-50 tahun. Gangguan bipolar I tidak mudah dikenali di awal
timbulnya simtom. Beberapa orang telah mengalami gangguan ini selama
beberapa tahun sebelum didiagnosis dengan gangguan bipolar I2,3.
Dengan pemberian terapi yang tepat, bahkan sekitar 37% pasien kembali
mengalami serangan depresi atau mania dalam 1 tahun, dan sekitar 60% dalam 2
tahun. Pada penelitian kohort STEP-BD, 58% pasien dengan gangguan bipolar
dapat pulih, tetapi 49% mengalami serangan ulangan dalam waktu 2 tahun;
serangan depresi (ditandai dengan mood yang sedih, kehilangan ketertarikan dan
lelah) terjadi 2 kali lebih banyak dari pada mania, (ditandai dengan mood yang
meningkat, grandiosity, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur)2,3.
Pada 2009, biaya yang dikeluarkan untuk gangguan bipolar diperkirakan
sebesar US$ 151 juta. Pasien juga dapat mengalami gejala psikosis, gangguan
fungsi, kualitas hidup dan stigma dalam masyarakat. Oleh karena gangguan
bipolar ini
sebenarnya dapat diterapi, maka ada baiknya jika kita mampu mengenal gangguan
bipolar ini sejak dini sehingga dapat diberikan terapi yang tepat pada waktu yang
tepat2.
1.2.
Tujuan Makalah
1.3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Defenisi
Gangguan bipolar I, yang juga dikenal dengan penyakit mania-depresi,
merupakan suatu bentuk dari gangguan mental. Gangguan otak yang terjadi pada
gangguan bipolar I ini menyebabkan pergantian yang tidak biasa pada mood,
energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan DSM-IV-TR, pasien dengan gangguan bipolar I, setidaknya
mengalami 1 kali episode mania dalam hidupnya. Episode mania merupakan
periode dimana terjadi peningkatan mood yang abnormal dan energi yang tinggi,
disertai dengan gangguan tingkah laku yang mengganggu hidup3,4.
Kebanyakan mereka dengan gangguan bipolar I juga mengalami episode
depresi. Sering kali, ada perubahan siklik antara mania dan depresi. Dari sinilah
istilah mania-depresi berasal. Di antara episode mania dan depresi, banyak orang
dengan gangguan bipolar I dapat hidup normal.
2.2.
Epidemiologi
The U.S. National Comorbidity Survey Replication menyatakan bahwa
dan wanita dengan prevalensi yang serupa. Gangguan ini juga dapat muncul pada
setiap usia, ras, etnis dan kelas sosial2,3.
2.3.
Etiologi
Penyebab gangguan bipolar I belum jelas diketahui. Faktor genetik,
masalah hormonal juga dapat memicu perubahan mood. Di antara mereka dengan
faktor risiko tertentu, gangguan bipolar I biasanya terjadi di awal usia. Hal ini
dapat saja terjadi akibat faktor sosial dan lingkungan yang belum dimengerti
dengan jelas1,6.
Meskipun penyalahgunaan obat-obat tidak diperhitungkan menjadi
penyebab dari gangguan bipolar I, hal ini dapat memperburuk penyakit dan
mengganggu proses pemulihan. Penggunaan alkohol dan transquilizer dapat
memicu fase depresi yang lebih berat1,6.
Obat-obat seperti antidepresan dapat memicu episode mania pada mereka
yang memiliki kecenderungan gangguan bipolar I. Oleh sebab itu, obat antimania
juga direkomendasikan untuk mencegah episode mania. Beberapa obat seperti
penahan nafsu makan dapat memicu peningkatan energi, mengurangi kebutuhan
akan tidur dan peningkatan keinginan untuk berkomunikasi. Beberapa obat yang
dapat memicu episode seperi mania adalah kokain, ekstasi dan amfetamin. Obat
nonpsikiatri seperti obat untuk mengatasi ganguan tiroid dan kortikosteriod serta
kafein berlebihan juga dapat memicu timbulnya episode mirip seperti mania1,6,7.
2.4.
gangguan bipolar I, meskipun hal ini belum dapat dijelaskan secara pasti.
Perubahan struktur otak secara global dan perubahan pada ukuran ventrikel
terlihat jelas lewat MRI pada pasien dengan gangguan bipolar I. Pasien dengan
gangguan bipolar I yang berulang memiliki ukuran ventrikel lateralis yang lebih
besar jika dibandingkan dengan mereka yang baru saja mendapatkan serangan
pertama dan mereka yang normal. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan bipolar I
bersifat progresif dan berkontribusi terhadap perburukan jaringan otak3,6.
Gejala klinis dari gangguan bipolar I tidak berhubungan dengan perubahan
fungsi atau struktur dari area spesifik di otak. Sebaliknya, gejala bipolar
bermanifestasi sebagai gangguan emosional, kognitif, tingkah laku, autonomik,
neuroendokrin, sistem imun dan irama sirkadian akibat gangguan interkoneksi
pada jaringan penghubung di otak. Bagian otak yang dikaitkan terganggu adalah
prefrontal
dan
sistem
limbik.
Jaringan
koneksi
pertama,
disebut
sel glia yang signifikan sebesaar 29% pada pasien dengan gangguan bipolar I
yang diterapi dengan litium maupun valproate 2,3,6.
2.5.
Gambaran Klinis
Tidak dapat merasa bahagia atau senang akan ha-hal yang menarik, dan
menarik diri dari lingkungan sosial.
2.6.
Diagnosis
Diagnosis gangguan bipolar I dapat ditegakkan berdasarkan PPDGJI-III
dan DSM-IV.
Kriteria diagnostik gangguan bipolar I menurut PPDGJI-III5:
-
Gejala lainnya adalah: konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu
makan berkurang.
10
2.7.
Dianosis Banding3
Gangguan
Gangguan bipolar I
Gangguan bipolar II
Ganguan distimik
Gangguan siklotimik
Setidaknya
dalam
2 Banyak periode dengan
tahun, sering terdapat gejala depresi yang tidak
cocok dengan kriteria
gejala hipomania
depresi mayor
11
2.8.
Penatalaksanaan
Terapi pada pasien dengan gangguan mood harus mencapai beberapa
sasaran. Yang pertama, keamanan pasien harus dijamin. Yang kedua, evaluasi
diagnosis secara lengkap. Yang ketiga, rencana terapi tidak hanya berpusat pada
gejala awal yang tampak, sehingga diperlukan terapi farmakoterapi dan
psikoterapi. Kita perlu mengetahui jumlah dan tingkat keparahan stressor
psikososialnya karena hal ini dapat meningkatkan kejadian berulangnya
serangan1,7.
Pasien yang memiliki risiko untuk bunuh diri atau melukai orang lain,
serta mereka yang tidak mampu makan perlu di rawat di rumah sakit. Biasanya
pasien dengan mania akut merasa bahwa dirinya tidak sakit, sehingga
menganggap bahwa dirinya tidak perlu memakan obat, sehingga perlu dirawat di
rumah sakit1,7.
Sasaran penanganan gangguan bipolar I berfokus pada serangan akut dan
profilaksis. Pada serangan akut, obat yang dapat diberikan adalah mood stabilizer,
seperti asam valproate. Selain untuk fase akut, beberapa peneliti setuju jikalau
asam valproat dapat juga diberikan sebagai profilaksis. Beberapa contoh asam
valproate adalah divalproex sodium (Epival), carbamazepine (Tegretol) dan
lamotrigine (Lamictal), gabapentin (Neurontin) dan topiramate (Topamax). Litium
karbonat dipercaya sebagai prototype mood stabilizer. Tetapi karena onset
antimania dari litium karbonat lambat, biasanya litium diberikan sebagai
profilaksis. Antikonvulsi juga dapat digunakan sebagai mood stabilizer1,2,3,7.
Untuk pasien pada fase mania diperlukan antipsikotik untuk mengontrol
gejala psikotik yang timbul. Antipsikotik yang biasa digunakan adalah olanzapine
(Zyprexa), risperidone (Risperdal), ziprasidone (Zeldox baru saja diperbolehkan
di Canada untuk gangguan bipolar) dan quetiapine (Seroquel, original formula dan
Seroquel XR, extended release satu-satunya obat yang diperbolehkan pada fase
mania dan depresi untuk gangguan bipolar I1,2,3,7.
12
13
BAB 3
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Review
article.
published:
25
August
10.3389/fpsyt.2014.00098.
7. DBSA Guide to Depression and Bipolar Disorder. 2009; 6-12.
2014.
doi: