BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Retinoblastoma adalah tumor ganas primer intraokular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina, yang merupakan akibat dari transformasi keganasan sel primitif retina
sebelum berdiferensiasi.
2.2
Epidemiologi
Retinoblastoma adalah tumor intraokular yang paling sering pada bayi dan anak yang
berjumlah sekitar 3% dari seluruh tumor pada anak. Kasus retinoblastoma bilateral secara
khas didiagnosis pada tahun pertama kehidupan dalam keluarga dan pada kasus sporadik
unilateral didiagnosis antara umur 1-3 tahun. Onset di atas 5 tahun jarang terjadi.
Frekuensi retinoblastoma 1:14.000 sampai 1:20.000 kelahiran hidup, tergantung negara.
Di Amerika Serikat diperkirakan 250-300 kasus baru retinoblastoma setiap tahun. Di
Meksiko dilaporkan 6-8 kasus per juta populasi dibandingkan dengan Amerika Serikat
sebanyak 4 kasus per juta populasi.
Epidemiologi retinoblastoma:
2.3
struktur retina dan vitreous. Retinoblastoma biasanya tumbuh di bagian posterior retina,
tampak sebagai tumor tunggal dalam retina. Jika timbul di lapisan inti interna, tumor itu
tumbuh ke dalam (endofitik) mengisi rongga kaca dan tumbuh ke arah luar (eksofitik)
menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus.
Vitreous (badan kaca). Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang
terletak antara lensa dengan retina, tidak berwarna, bening dan konsistensi lunak. Bagian luar
merupakan lapisan tipis (membran hiolid). Struktur badan kaca tidak mempunyai pembuluh
darah dan menerima nutrisi dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina. Badan
kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak
dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata,
yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola
mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf
optik. Kejernihan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Tidak
terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada
pemeriksaan oftalmoskopi.
Retina. Retina atau selaput jala, suatu membran tipis dan bening, merupakan bagian
mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Letaknya antara badan
kaca dan koroid. Warna retina umumnya jingga. (Gambar 2.1). Retina mempunyai ketebalan
sekitar 1 mm yang terdiri atas:
1.
Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan vitreous.
2.
Lapisan serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik.
Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
3.
Lapisan sel ganglion, merupakan lapisan badan sel daripada neuron kedua.
4.
Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar, sel
amakrin dengan sel ganglion.
5.
Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller.
Lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentralis.
6.
Lapisan pleksiform luar, merupakan lapisan aselular dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
7.
Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapisan di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
8.
9.
Lapisan batang dan kecurut, merupakan lapisan penangkap sinar, mendapat nutrisi dari
koroid.
10.
Arteri retina sentralis masuk ke retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi
pada retina dalam.
2.4
Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan panjang
kromosom 13 pada lokus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang berfungsi sebagai supresor
pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein yang terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleic
Acid) dan mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase S. Hal ini
mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum diferensiasi berakhir.
Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu gen supresor atau
anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang herediter memiliki satu alel yang terganggu di
setiap sel tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami
mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang non-herediter, kedua alel gen
retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi spontan.
(Gambar 2.3).
2.5
Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari retinoblastoma yang paling banyak dipakai umumnya
berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi) pada lengan panjang kromosom pita 13,
yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada
intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan
dipaparkan di bawah ini.
Pola penyebaran tumor:
1.
Pola pertumbuhan
Retinoblastoma intraokular dapat menampakkan sejumlah pola pertumbuhan. Pada
pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai gambaran massa putih sampai coklat
3.
4.
Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai dengan metastasis
sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat metastasis retinoblastoma yang paling sering
pada anak mengenai tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limfe dan visera
abdomen.
2.6
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda retinoblastoma yang paling sering dijumpai adalah leukokoria (white
pupillary reflex) yang digambarkan sebagai mata yang bercahaya, berkilat, atau cats eye
appearance, strabismus dan inflamasi okular. Gambaran lain yang jarang dijumpai, seperti
heterokromia, hifema, vitreous hemoragik, selulitis, glaukoma, proptosis dan hipopion. Tanda
tambahan yang jarang, lesi kecil yang ditemukan pada pemeriksaan rutin. Keluhan visus
jarang karena kebanyakan pasien anak umur pra sekolah. Tanda retinoblastoma:
2.7
Klasifikasi
Klasifikasi Reese-Ellsworth adalah metode penggolongan retinoblastoma intraokular
yang paling sering digunakan, tetapi klasifikasi ini tidak menggolongkan retinoblastoma
ekstraokular. Klasifikasi diambil dari perhitungan jumlah, ukuran, lokasi tumor dan dijumpai
atau tidak dijumpai adanya vitreous seeding.
Klasifikasi Reese-Ellsworth:
Grup I
a. Tumor soliter, ukuran kurang dari 4 diameter disc, pada atau di belakang equator
b. Tumor multipel, ukuran tidak melebihi 4 diameter disc, semua pada atau di
belakang equator
Grup II
a. Tumor soliter, ukuran 4-10 diameter disc, pada atau di belakang equator
b. Tumor multipel, ukuran 4-10 diameter disc, di belakang equator
Grup III
a. Ada lesi di anterior equator
b. Tumor soliter lebih besar 10 diameter disc di belakang equator
Grup IV
a. Tumor multipel, beberapa besarnya lebih besar dari 10 diameter disc
b. Ada lesi yang meluas ke anterior ora serrata
Grup V
a. Massive seeding melibatkan lebih dari setengah retina
b. Vitreous seeding
Klasifikasi Internasional Intraokular Retinoblastoma (IIRC) dikembangkan untuk dapat
memperkirakan hasil dari pengobatan terutama dengan kemoterapi dan fokal terapi dengan
radiasi sebagai tindakan penyelamatan dan pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan.
IIRC telah memastikan dengan menghubungkan antara keparahan penyakit pada saat
diperiksa dan kemudian setelah dilakukan terapi dan juga setelah dilakukan terapi sebagai
tindakan penyelamatan.
Prinsip umum klasifikasi IIRC:
Grup A
Mata dengan tumor ukuran kecil jauh dari makula dan nervus optikus yang secara
primer hanya dilakukan fokal terapi.
Grup B
Mata dengan tumor berukuran sedang atau tumor pada makula dan nervus optikus yang
saat dilakukan beberapa kali kemoterapi mengecil, kemudian selanjutnya dilakukan
Mata dengan ukuran tumor besar dengan berbatas pada vitreous dan atau menyebar ke
sub retinal yang secara primer dilakukan terapi dengan kemoterapi dilanjutkan dengan
fokal terapi.
Grup D
Mata dengan ukuran tumor besar dengan penyebaran yang luas pada vitreous dan sub
retinal yang juga secara primer dilakukan kemoterapi dan fokal terapi.
Banyak dari pusat kesehatan menggunakan radiasi sinar eksternal (external beam) namun
hanya efektif untuk tingkat mortalitas pada grup B, C, D. Mata yang telah gagal dengan
kemoterapi dan fokal terapi lebih baik dilakukan terapi elektif.
Grup E
Mata dengan risiko tinggi di masa datang seperti tumor yang telah mencapai lensa,
neovaskularisasi, glaukoma, selulutis orbita, segmen anterior, bilik mata depan,
keterlibatan iris dan siliaris dalam bekerja.
Mata dengan ciri-ciri tumor yang tidak mengubah struktur dari mata.
Tumor berukuran 3 mm atau lebih kecil yang dengan batas ke retina > 3 mm dari fovea,
> 1,5 mm dari nervus optikus, tidak ada penyebaran ke vitreous dan subretinal.
Grup B
Tumor di mata tanpa penyebaran ke vitreous dan subretinal dengan tanda khas tumor
Grup C
tumor.
Penyebaran lokal vitreous ke tumor.
Grup D
Penyebaran subretina yang difus pada saat sekarang atau lampau yang mungkin
Grup E
Munculnya salah satu atau lebih prognosis yang buruk di masa depan.
Tumor mencapai lensa.
Neovaskular glaukoma.
Tumor anterior yang mencapai bagian anterior pada vitreous yang melibatkan badan
2.8
Diagnosis
Diagnosis retinoblastoma ditegakkan berdasarkan gejala subjektif dan gejala objektif,
Gejala subjektif
Biasanya sukar ditemukan karena anak tidak mengeluh. Kelainan ini dapat dicurigai
bila ditemukan adanya leukokoria (white pupillary reflex) yaitu refleks putih pada pupil
dan dapat disebabkan karena kelainan pada retina, vitreous dan lensa. (Gambar 2.5).
Selain itu juga dapat ditemukan strabismus, glaukoma (gambaran klinik yang lengkap
ditandai dengan peninggian tekanan intraokular, penggunaan dan degenerasi papil saraf
optik serta defek lapang pandang yang khas), mata sering merah atau penglihatan yang
menurun pada anak-anak.
Gejala objektif:
a. Tampak adanya suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca.
b. Massa tumor dapat menonjol di atas retina ke dalam badan kaca pada retinoblastoma
tipe endofitik atau terletak di bawah retina terdorong ke dalam badan kaca seperti
pada tipe eksofitik.
c. Massa tumor tampak sebagai lesi yang menonjol berbentuk bulat, berwarna merah
jambu, dapat ditemukan satu atau banyak pada satu mata atau kedua mata.
d. Sering terdapat neovaskularisasi di permukaan tumor.
e. Mungkin juga ditemukan adanya mikroneurisma atau teleangiektasi.
10
f. Pada pemeriksaan funduskopi ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun di dalam massa tumor tersebut
dan berbatas kabur. (Gambar 2.6).
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis retinoblastoma tidak sama seperti diagnosis keganasan lainnya, yang
didahului dengan biopsi, karena retinoblastoma terletak di dalam rongga mata yang
merupakan kesatuan organ yang berisi cairan. Biopsi akan menyebabkan kemungkinan
metastasis ekstraokular sehingga memperburuk prognosis. Diagnosis hanya dapat
ditegakkan berdasarkan klinis dan hasil pemeriksaan penunjang sebagai berikut.
1.
Imajing
Pemeriksaan penunjang, seperti ultrasonografi (USG) dan CT-Scan sangat
membantuk menegakkan diagnosis, walaupun kesalahan diagnosis dapat dijumpai.
a. Ultrasonografi. Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang belum proptosis.
Dengan USG dapat diketahui:
- Ukuran panjang bola mata (axial length) yang biasanya normal, kecuali bila
terdapat buphthalmos.
- Letak, besar dan bentuk massa tumor di dalam bola mata, perluasan tumor ke
N. Optikus atau ke dalam bola orbita. Retinoblastoma memperlihatkan
gambaran USG yang khas sehingga memberikan ketepatan diagnosa sampai
90%, dengan reflektivitas yang tinggi mencapai 100% pada A-Scan yang
menunjukkan tanda kalsifikasi dan shadowing effect positif. (Gambar 2.7).
b. CT-Scan kepala orbita, bila terdapat proptosis, kecurigaan perluasan tumor ke
ekstraokular, metastasis intrakranial, pada USG terdapat perluasan ke N.
Optikus, serta menilai adanya trilateral pada midlinecranial. (Gambar 2.8).
c. Bone survey bila aspirasi sumsum tulang positif, terdapat nyeri atau
pembengkakan tulang.
2.
Pemeriksaan lain, yaitu pemeriksaan punksi sumsum tulang (BMP) bila ada
proptosis dan pemeriksaan punksi lumbal (LP) bila terdapat gejala peninggian
tekanan intrakranial atau penyebaran tumor ke N. Optikus pasca operasi.
3.
11
karena sering juga dijumpai pada tumor neuroblastik lain. Kalsifikasi luas biasa
dijumpai. (Gambar 2.9a).
Tumor terdiri dari sel basofilik kecil (retinoblast), dengan nukleus hiperkromatik
besar dan sedikit sitoplasma. Kebanyakan retinoblastoma tidak dapat dibedakan,
tapi macam-macam derajat diferensiasi retinoblastoma ditandai oleh pembentukan
Rosettes, yang terdiri dari 3 tipe:
a. Flexner-Wintersteiner Rosettes, yang terdiri dari lumen sentral yang dikelilingi
oleh sel kolomnar tinggi. Nukleus sel ini lebih jauh dari lumen. (Gambar 2.9b).
b. Homer-Wright Rosettes, rosettes yang tidak mempunyai lumen dan sel terbentuk
mengelilingi masa proses eosinofilik. (Gambar 2.9c).
c. Flerettes adalah fokus sel tumor, yang mana menunjukkan diferensiasi
fotoreseptor, kelompok sel dengan proses pembentukan sitoplasma dan tampak
menyerupai karangan bunga. (Gambar 2.9d).
2.9
Komplikasi
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya retina (ablasio retina) dan peninggian
tekanan bola mata (glaukoma). Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aquos
humor sehingga timbul glaukoma sekunder.
Metastasis ke tempat lain dapat melalui beberapa jalur, antara lain:
1.
Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal sheet
subarachnoid menuju intrakranial.
2.
3.
Penyakit coats adalah suatu penyakit mata idiopatik yang muncul secara predominan
pada anak laki-laki. Karakter dari penyakit ini adalah telengiektasi pembuluh darah retina
yang bocor dan terjadi akumulasi dari cairan subretinal dan lipid yang terlihat seperti
leukokoria. Penyakit coats adalah penyakit yang sering salah didiagnosis dengan
retinoblastoma, namun ini bisa disingkirkan dengan tidak adanya kalsifikasi dari retina.
12
kelainan ini.
Cataract congenital juga merupakan penyebab dari leukokoria pada anak-anak. Dapat
muncul pada saat lahir dan merupakan kelainan idiopatik, familial atau berhubungan
dengan penyakit yang berkaitan dengan penyakit maternal seperti rubella, sifilis dan
galaktosemia. Pemeriksaan yang hati-hati dengan slit lamp dapat mengindentifikasi
katarak.
Toxocara infection dapat menyebabkan scar retinochoroidal dan inflamasi dari cairan
vitreous. Hal ini dapat membuat distorsi dari bentuk retina normal dan bermanifestasi
seperti leukokoria pada oftalmoskop. Pemeriksaan ELISA untuk toksokara dapat
2.11 Penatalaksanaan
Saat retinoblastoma pertama diterapi yang paling penting dipahami bahwa
retinoblastoma adalah suatu keganasan. Saat penyakit ditemukan pada mata, angka harapan
hidup melebihi 95% di negara barat. Walaupun dengan penyebaran ekstraokular, angka
harapan hidup menurun sampai kurang dari 50%. Selanjutnya dalam memutuskan strategi
terapi, sasaran pertama yang harus dilakukan adalah menyelamatkan kehidupan, kemudian
menyelamatkan
mata,
dan
akhirnya
menyelamatkan
visus.
Managemen
modern
13
manipulasi yang tidak diperlukan pada bola mata dan sepanjang saraf optikus untuk
menghindari penyebaran tumor ke ekstraokular.
1.
Enukleasi
Enukleasi masih menjadi terapi definitif untuk retinoblastoma. Walaupun beberapa
dekade terakhir terjadi penurunan frekuensi enukleasi baik pada kasus unilateral
maupun bilateral. Enukleasi dipertimbangkan sebagai intervensi yang tepat jika:
2.
Kemoterapi
Kemajuan yang berarti dalam penatalaksanaan retinoblastoma intraokular bilateral pada
dekade terakhir masih menggunakan kemoterapi sistemik primer. Pemberian
kemoterapi sistemik mengurangi ukuran tumor, berikutnya dapat menggunakan
gabungan fokal terapi dengan laser, krioterapi atau radioterapi. Perubahan ini dapat
terjadi sebagai akibat kemajuan dalam terapi kedua tumor otak dan metastasis
retinoblastoma. Sekarang ini regimen kombinasi bermacam-macam seperti Carboplatin,
Vincristine, Etoposide dan Cyclosporine. Anak-anak yang mendapat obat kemoterapi
secara intravena setiap 3-4 minggu untuk 4-9 siklus kemoterapi.
Kemoterapi sistemik primer (chemoreduction) diikuti oleh terapi lokal (gabungan)
sekarang secara lebih sering digunakan vision-sparing technique. Kebanyakan studi
chemoreduction untuk retinoblastoma menggunakan Vincristine, Carboplatin, dan
Epipodophyllotoxin,
lainnya
Etoposide
atau
Teniposide,
tambahan
lainnya
Cyclosporine. Agen pilihan sebaiknya bervariasi dalam jumlah dan siklus menurut
lembaga masing-masing. Kemoterapi jarang berhasil bila digunakan sendiri, tapi pada
beberapa kasus terapi lokal (Cryotherapy, Laser Photocoagulation, Thermotherapy atau
Plaque Radiotherapy) dapat digunakan tanpa kemoterapi. Efek samping terapi
chemoreduction antara lain hitung darah yang rendah, rambut rontok, tuli, toksisitas
renal, gangguan neurologik dan jantung. Leukemia miologenus akut pernah dilaporkan
setelah pemberian regimen chemoreduction termasuk Etoposide. Pemberian kemoterapi
lokal sedang diteliti, berpotensi meminimalkan komplikasi sistemik.
3.
Periocular Chemotherapy
Periocular chemotherapy yang akan datang dimasukkan dalam COG trial berdasarkan
pada
data
terbaru
penggunaan
Carboplatin
subkonjungtiva
sebagai
terapi
retinoblastoma pada percobaan klinis fase 1 dan 2. Keduanya baik vitreous seeding dan
Kepaniteraan Radiologi RS Royal Taruma
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 17 Desember 2012 19 Januari 2013
14
tumor retina didapati adanya respon terhadap terapi ini. Toksisitas lokal minor berupa
orbit miositis pernah dilaporkan setelah pemberian Carboplatin subkonjungtiva dan
respon terhadap kortikosteroid oral, dan reaksi yang lebih berat termasuk optik atrofi
pernah dilaporkan.
4,
5.
Krioterapi
Krioterapi juga efektif untuk tumor dengan ukuran dimensi basal kurang dari 10 mm
dan ketebalan apikal 3 mm. Krioterapi digunakan dengan visualisasi langsung dengan
Triple Freeze-Thaw Technique. Khususnya Laser Photoablation dipilih untuk tumor
pada lokasi posterior dan cryoablation untuk tumor yang terletak lebih anterior. Terapi
tumor yang berulang sering memerlukan kedua teknik tersebut. Selanjutnya di-follow
up pertumbuhan tumor atau komplikasi terapi.
15
6.
Gabungan mutasi germline RB1 dengan peningkatan umur hidup pada risiko
kedua, tidak tergantung pada keganasan primer (seperti osteosarkoma) yang
dieksaserbasi oleh paparan External-Beam Radiotherapy.
2.
2.12 Prognosa
Anak-anak dengan retinoblastoma intraokular yang mendapat perawatan medis modern
mempunyai prognosis yang baik untuk bertahan hidup. Di negara berkembang laju
Kepaniteraan Radiologi RS Royal Taruma
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 17 Desember 2012 19 Januari 2013
16
keselamatan hidup pada anak lebih dari 95%. Kebanyakan faktor risiko penting yang
dihubungkan dengan kematian adalah tumor yang meluas ke ekstraokular, secara langsung
melalui sklera, atau yang lebih sering dengan invasi saraf optikus, khususnya pada
pembedahan reseksi margin. Anak yang bertahan dengan retinoblastoma bilateral
meningkatkan insiden keganasan non-okular di kemudian hari. Kira-kira waktu laten untuk
perkembangan tumor sekunder 9 tahun dari penatalaksanaan retinoblastoma primer. Mutasi
RB1 dihubungkan dengan insiden 26,5% perkembangan tumor sekunder dalam 50 tahun pada
pasien yang diterapi tanpa terpapar terapi radiasi.
External-Beam Radiotherapy menurunkan periode laten, meningkatkan insidensi tumor
sekunder pada 30 tahun pertama kehidupan, sebagaimana proporsi tumor meningkat baik
pada kepala dan leher. Jenis tumor sekunder yang paling sering tampak pada pasien ini adalah
Osteogenic Sarcoma. Keganasan sekunder lain yang relatif sering adalah Pinealoma, tumor
otak, Cuteneous Melanoma, Soft Tissue Sarcoma, dan tumor-tumor primitif yang tidak
diklasifikasikan.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
lamina kribosa dan sepanjang saraf mata dapat menyebabkan keterlibatan susunan saraf
pusat. Invasi koroid dan saraf mata meningkatkan risiko penyakit metastasis. Karena tumor
ini jarang mengalami metastasis sebelum terdeteksi, masalah utama dalam diagnosis biasanya
adalah penyelamatan (preservasi) penglihatan yang bermanfaat. Selaras dengan itu,
retinoblastoma ditahap menurut perluasannya di dalam mata.
Retinoblastoma biasanya menunjukkan leukokoria, refleks putih kekuningan dalam
pupil yang disebabkan oleh tumor di belakang lensa. Temuan lain yang sering adalah
penurunan atau menghilangnya penglihatan dan strabismus. Pada tumor yang lebih
berkembang mungkin terdapat iregularitas pupil, hifema, dan nyeri. Proptosis, tanda kenaikan
tekanan intrakranial, atau nyeri tulang mungkin timbul pada penyakit amat lanjut atau
metastasis. Lebih dari 80% penderita dengan retinoblastoma herediter menderita tumor yang
melibatkan kedua mata pada waktu diagnosis. Penyakit multifokal yang melibatkan satu bola
mata juga berkaitan dengan bentuk herediter retinoblastoma. Keterlibatan kedua mata
asinkron jarang terjadi setelah umur 18 bulan. Pada kasus retinoblastoma familier, penyakit
itu mungkin ditemukan pada pemeriksaan funduskopi rutin anak atau saudara penderita yang
telah terbukti menderita penyakit itu.
Temuan leukokoria harus diikuti dengan pemeriksaan funduskopi yang seksama, yang
pada anak biasanya memerlukan anestesi. CT-Scan mata harus dikerjakan untuk
mengevaluasi perluasan tumor dan menilai apakah saraf mata atau bangunan tulang terlibat.
MRI mempunyai nilai lebih besar dalam menentukan invasi saraf mata. Kebanyakan
retinoblastoma intraokular menunjukkan bukti kalsifikasi dalam tumor. USG dapat membantu
diagnosis banding, yang meliputi penyebab lain dari leukokoria seperti pelepasan (ablasi)
retina, hiperplasia vitreous primer yang menetap, endoftalmitis nematoda (larva migran
okular), panendoftalmitis bakterial, katarak, koloboma koroid, dan retinopati prematuritas.
Scan tulang radionuklida dan pemeriksaan sumsum tulang dan cairan serebrospinal untuk
mencari sel tumor tidak perlu kecuali ada bukti perluasan ekstraokular secara fisik, radiologi,
histopatologi. Peningkatan kadar antigen karsinoembriogenik plasma jarang ditemukan pada
waktu diagnosis; peningkatan kadar kemudian mungkin menunjukkan kekambuhan tumor.
Terapi baku untuk penyakit unilateral adalah enukleasi, meskipun cara lain seperti
kemoterapi dan iradiasi cahaya eksternal mungkin lebih sesuai untuk lesi kecil tunggal atau
multipel. Jika tumor sedemikian kecilnya sehingga visus yang bermanfaat dalam
diselamatkan, iradiasi mungkin lebih dipilih. Namun, pada penyakit unilateral, tumor kecil ini
langka. Untuk penderita dengan penyakit bilateral, usaha harus dilakukan untuk
Kepaniteraan Radiologi RS Royal Taruma
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 17 Desember 2012 19 Januari 2013
19
20
DAFTAR GAMBAR
21
22
23
24
25
26
Gambar 2.7 Pemeriksaan USG pada Retinoblastoma Sebelum dan Sesudah Pengobatan
27
28
29
30