Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Tumbuh-tumbuhan dapat merekayasa berbagai macam senyawa kimia

yang dimilikinya sebagai mekanisme untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya terhadap kondisi lingkungan, baik faktor iklim maupun dari herbivora,

serangga dan hama penyakit, oleh karena itu mempunyai bioaktivitas yang

menarik. Senyawa kimia yang dihasilkan merupakan metabolit sekunder dan

dapat dimanfaatkan oleh manusia antara lain sebagai sumber obat-obatan (Nohong

dan Hadijah, 2006: 1).

Proses pelarutan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam suatu

sampel dengan mengggunakan pelarut yang sesuai dengan komponen yang

diinginkan ialah ekstraksi. Cara ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara

meredam serbuk sampel dalam pelarut organik selama satu hari pada temperatur

kamar dan terlindungi dari cahaya ialah metode maserasi. Maserasi dapat
menggunakan metanol secara langsung, kemudian partisi dilakukan dengan

pelarut yang ditingkatkan kepolarannya (Mamahit, 2009: 33).

Salah satu tanaman adalah daun pacar air (Impatiens balsamica L.).

Tanaman pacar air (I balsamica L.) mengandung senyawa naftoquinon, turunan

kumarin, tanin, flavanoid, dan steroid (Kusuma, dkk, 2010: 20). Berdasarkan latar

belakang diatas maka dilakukanlah percobaan ini dengan ekstraksi bahan alam

(maserasi) pada sampel daun pacar air (Impatiens balsamica L.)

1
2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:

1. bagaimana cara mengestrak komponen kimia dari bahan alam melalui

proses maserasi?

2. Berapa bobot ekstrak kental dari daun pacar air (Impatiens balsamina

L.)?

C. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Untuk mengetahui cara mengestrak komponen kimia dari bahan alam

melalui proses maserasi.

2. Untuk mengetahui bobot dari ekstrak kental daun pacar air (Impatiens

balsamina L.).
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kimia organik bahan alam merupakan suatu cabang ilmu kimia yang

membahas tentang senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam bahan alam

atau organisme hidup, baik dari tumbuhan, hewan maupun sel. Cabang ilmu ini

berkaitan dengan isolasi, identifikasi, penjelasan struktur dan studi karakteristik

kimia dari senyawa yang diproduksi oleh organisme hidup. Kajian ilmu kimia

organik bahan alam yang mengkaji tentang organisme yang terdapat di daratan

dan kimia bahan alam yang mengkaji tentang organisme laut (Ilyas, 2011: 1).

Menurut Ilyas (2011: 1), menyatakan bahwa bahan alam adalah produk

murni dari alam. Yang mana bahan alam meliputi :

a. Seluruh orgaanisme misalnya tumbuhan, hewan atau mikroorganisme

yang belum mengalami proses pengolahan.

b. Bahan dari suatu organisme misalnya tumbuhan, hewan atau

mikroorganisme, misalnya daun atau bunga tumbuhan, organ hewan yang


terisolasi.

c. Ekstrak dari suatu organisme atau bagian dari organisme.

d. Senyawa murni misalnya alkaloid, kumarin, flavonoid, glikosida lignan,

steroid, gula, terpenoid, dll, yang diisolasi dari tumbuhan, hewan dan

mikroorganisme.

Metabolit diklasifikasikan menjadi dua, yaitu metabolit primer dan

metabolit sekunder. Metabolit primer yang dibentuk dalam jumlah terbatas adalah

penting untuk pertumbuhan dan kehidupan mahluk hidup. Metabolit sekunder

tidak digunakan untuk pertumbuhan dan dibentuk dari metabolit primer pada

kondisi stress (Nofiani, Risa, 2008: 120).

3
4

Metabolisme sekunder meliputi metabolisme bahan alam yang terbentuk

akibat keterbatasan nutrisi, mekanisme pertahanan molekul regulator. Bahan alam

dapat bersumber dari darat dan laut, diantaranya tumbuhan (misalnya taxol dari

taxus brevifolia), hewan misalnya (Vitamin A dan D dari minyak ikan kod) atau

mikroorganisme misalnya (doxorubicin dari Streptomyces peucetius) (Ilyas, 2011:

2).

Metabolit sekunder adalah molekul organik yang tidak terlibat secara

langsung dalam peertumbuhan dan perkembangan normal dari suatu organisme.

Sementara metabolit primer memiliki peranan penting dalam pertahanan hidup

dari spesies, memainkan fungsi aktif dalam fotosintesis dan respirasi. Ketiadaan

kandungan metabolit sekunder tidak mengakibatkan kematian langsung,

melainkan dalam penurunan jangka panjang bertahan hidup organisme, sehingga

dianggap ikut berperan dalam mekanisme pertahanan tubuhnya (Ilyas, 2011: 3).

Klasifikasi sederhana dari metabolit sekunder meliputi empat kelompok

utama yaitu terpenoid (seperti senyawa-senyawa volatil (mudah menguap),

glikosida jantung, karotenoid), steroid (seperti kolesterol, hormon adrenal),

fenolat (seperti asam fenolik, kumarin, lignan, stilben, flavonoid, tanin dan lignin)

dan alkaloid yang mengandung unsur nitrogen. Sejumlah teknik pemisahan

tradisional dengan berbagai sistem pelarut dan pereaksi, telah digambarkan

memiliki kemampuan untuk memisahkan dan mengidentifikasi metabolit

sekunder (Ilyas, 2011: 7).

Terpenoid adalah senyawa metabolit sekunder terbesar dan paling

beragam dari bahan alam, mulai dari struktur linear sampai pada molekul

polisiklik dan dalam segi ukuran mulai dari hemiterpen dengan lima karbon

hingga karet alam, yang terdiri dari ribuan unit isopren. Istila terpenoid berasal

dari fakta bahwa senyawa pertama dari kelompok ini diisolasi dari minyak
5

terpentin (destilat dari resin pohon sejenis pinus). Biasanya terpenoid diekstraksi

menggunakan pelarut n-heksana, eter atau kloroform dan dapat dipisahkan

melalui kromatografi menggunakan silika gel atau alumina dengan pelarut yang

sesuai (Ilyas, 2011: 17).

Senyawa fenolik sebagai kelompok senyawa bahan alam, yang

mempunyai ciri utama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau lebih

subtituen hidroksil. Berdasarkan strukturnya, senyawa fenolik bersifat polar

sehingga cenderung mudah larut dalam air. Kelompok utama dari golongan

senyawa ini antara lain fenol sederhana, fenil propanoid dan poliketida serta

flavonoid dan stilben (Ilyas, 2011: 63).

Senyawa fenolik tersebar luas di alam. Struktur kimia dari senyawa ini

dapat sangat bervariasi, termasuk kerangka fenol sederhana (C6) seperti senyawa

turunan asam hidrobenzoat dan senyawa katekol, serta polimer rantai panjang

dengan berat molekul tinggi lignin (C6-C3) dan tanin terkondensasi (C6-C3-C6)n.

Lebih menarik dengan keberadaan senyawa fenolik dengan berat molekul sedang

dan memiliki banyak aktivitas larmakologi dan biologi (Ilyas, 2011: 63).

Alkaloid sebagai golongan dibedakan dari sebagian besar komponen

tumbuhan lain berdasarkan sifat basanya (kation). Oleh karena itu senyawa ini

biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam dengan asam hidroklorida dan

asam sulfat. Garam ini disebut garam alkaloid bebas. Berupa senyawa padat

berbentuk kristal tanpa warna (Robinson, 1995: 281).

Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian

terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap binatang menyusui dan

pakaiannya dibidang farmasi, tetapi fungsinya pada tumbuhan sama sekali tidak

jelas. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan peranannya ialah sebagai hasil

buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan merupakan salah satu
6

pendapat yang dikemukakan pertama kali. Beberapa perkiraan menyatakan bahwa

persentase jenis tumbuhan yang mengandung alkaloid terletak dalam rentang

15-30%. Secara umum tumbuhan alkaloid dapat didefenisikan sebagai tumbuhan

yang mengandung alkaloid lebih besar dari 0,5% bobot kering (Robinson, 1995:

283).

Isolasi merupakan teknik pemisahan senyawa-senyawa metabolit sekunder

yang terkandung dalam suatu bahan alam. Isolasi senyawa pada bahan alam terdiri

dari beberapa tahap, mulai dari ekstraksi, fraksinasi kemudian pemurnian dan

identifikasi (Ilyas, 2011: 2).

Tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Bila ini dilakukan

pengeringan tersebut harus dilakukan dalam keadaan terawasi untuk mencegah

terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan

secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara

yang baik. Setelah betul-betul kering tumbuhan dapat disimpan untuk jangka

waktu lama sebelum digunakan untuk analisis (Harborne, 1987: 4-5).

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan yang didasarkan pada

perpindahan massa komponen kimia yang terdapat dalam sampel bahan alam ke

dalam pelarut. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut ke dalam

pelarutnya. Hasil ekstraksi ini disebut ekstrak. Beberapa metode ekstraksi

senyawa organik bahan alam yang umum digunakan antara lain maserasi,

perkolasi, sokletasi dll (Ilyas, 2011: 2).

Evaporator adalah memproses cairan encer sampai menjadi cairan pekat

(untuk industri susu sampai kadar padatan sekitar 50%). Proses ini dibatasi oleh

kekentalan cairan ataupun kemungkinan terjadinya pengendapan karena larutan

terlalu pekat. Kebutuhan panas untuk penguapan air relatif Iebih sedikit. Tujuan

dari evaporasi adalah memekatkan larutan yang mengandung zat yang sulit
7

menguap (non-volatil solut) dan pelarut yang mudah menguap (volatil solvent)

dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya. Umumnya, dalam evaporasi,

larutan pekat merupakan produk yang diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan

dan dibuang. Sebagai contoh adalah pemekatan larutan susu, sebelum dibuat

menjadi susu bubuk. Beberapa sistem evaporasi bertujuan untuk mengambil air

pelarutnya, misalnya dalam unit desalinasi air laut untuk mengambil air tawarnya.

Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada perbedaan titik

didih yang sangat besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan pelarutnya. Pada

industri susu, titik didih normal air (sebagai pelarut susu) 100°C, sedang padatan

susu praktis tidak bisa menguap. Jadi, dengan menguapnya air dan tidak

menguapnya padatan, akan diperoleh larutan yang makin pekat (Foust, 1980: 1).

Pacar air (I balsamica L), berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, ada

juga yang menyebutkan dari India. Tanaman ini diperkenalkan di Amerika pada

abad ke-19. Tanaman ini memiliki bunga dengan beragam warna, semisal pink,

merah, putih, oranye, peach, atau salem. Tinggi dari tanaman pacar air ini

mencapai 30-80 cm, biasanya bagian yang dijadikan ekstrak yaitu daun, batang,

dan bunga. Habitat dari tanaman pacar air ini dapat hidup pada daerah beriklim

semi tropical, namun tidak dapat hidup pada daerah yang kering dan gersang.

Tanaman pacar air merupakan tumbuhan yang dapat di pelihara dengan gampang,

tingginya 30– 80 cm (Dalimartha, 2014). Tanaman ini sangat peka terhadap hama,

begitu terkena hama, tanaman akan langsung busuk, biasanya tumbuh di

pekarangan rumah pada ketinggian 1-900 m dengan hanya menebar biji dari buah

tanaman pacar air. Metabolit sekunder diketahui bahwa tanaman pacar air

(Impatiens balsamica L). mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan

steroid (Kusuma, dkk, 2010: 20).


8

BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Senin-Kamis/ 18-21 Mei 2015

Pukul : 08.00 WITA – selesai.

Tempat : Laboratorium Organik Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu rotary evaporator,

neraca ohauss, aerator, gelas kimia 250 mL, gunting dan batang pengaduk.

2. Bahan

Aluminium foil, aquades (H2O), daun pacar air (Impatiens

balsamica L.), es batu, metanol, kain blacu, kertas saring, tissue dan vaselin.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu mengeringkan sampel tanpa sinar

matahari langsung, kemudian memotong hingga berukuran kecil. Setelah itu,

menimbang sampel daun pacar air (Impatiens balsamica L.) sebanyak 100 gram

dan memasukkan dalam wadah maserasi (toples). Menambahkan pelarut metanol

sampai terendam 2 cm dari permukaan sampel lalu mendiamkan selama 1x24 jam.

Menyaring dengan menggunakan kain blacu. Menguapkan filtrat yang diperoleh

dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental

kemudian memasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui bobot kosongnya.

Menimbang kembali untuk mengetahui bobot ekstrak.


8
9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel pengamatan

No. Variabel yang Diamati Hasil Pengamatan Gambar

Bobot sampel daun pacar


1. 100,0 gram
air

2. Bobot cawan kosong 110,1848 gram

Bobot cawan + ekstak


3. 118,6669 gram
daun pacar air

Bobot ekstrak daun pacar


4. 8,4821 gram
air

Warna minyak daun pacar


5. Merah kehitaman
air

2. Analisis Data
9
10

Diketahui: Bobot cawan kosong (a) = 110,1848 gram

Bobot cawan + ekstrak (b) = 118,6669 gram

Bobot ekstak (b-a) = 8,4821gram

Bobot daun pacar air = 100,0 gram

Ditanya: % Ekstrak daun pacar air = …?

bobotekstak
% ekstak pacar air = x 100%
bobot sampel

8,4821 gram
% ekstak pacar air= 100,0 gram ¿ x 100%
¿

% ekstak pacar air= 8,48 %

B. Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan ekstraksi senyawa bahan alam dari daun

pacar air (Impatiens balsamica L.) dengan metode maserasi menggunakan pelarut

metanol. Dimana maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang pengerjaannya

relatif sederhana karena dilakukan pada suhu kamar dan tidak terlalu

membutuhkan peralatan yang canggih.

Pertama merendam daun pacar air kering yang telah digerus dengan

pelarut metanol. Proses perendaman selama 1 x 24 jam, hal ini bertujuan agar

pelarut yang digunakan dapat mengekstrak secara sempurna dimana pelarut ini

menarik komponen senyawa yang terdapat dalam sampel, sedangkan penggerusan

ini dilakukan untuk memperkecil ukuran atau pori-pori sampel sehingga

mempermudah pelarut mengekstrak sampel. Selanjunya ekstrak metanol disaring

dengan menggunakan kain kasa yang selanjutnya ekstrak yang diperoleh akan

diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak

kental dan memisahkan pelarut. Hal ini bertujuan untuk menurunkan tekanan
11

uap pelarut, sehingga pelarut akan mendidih pada temperatur yang lebih

rendah dari titik didih yang sebenarnya. Ekstrak kental yang diperoleh ditampung

dalam mangkok yang telah diketahui berat kosongnya.

Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu dari 100 gram sampel

daun pacar air kering yang dimaserasi dengan metanol diperoleh kadar ekstrak

kental daun pacar air yaitu 8,48%.

BAB V
12

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah:

1. Ekstraksi bahan alam dapat dilakukan dengan cara maserasi dilanjutkan

dengan evaporasi.

2. Bobot ekstrak kental dari daun pacar air yaitu 8,48%.

B. Saran

Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya pelarut yang

digunakan yaitu pelarut n-heksana.

DAFTAR PUSTAKA
12
13

Ilyas,Asriany. Kimia Organik Bahan Alam. Makassar, UIN-Press, 2013.

Harborne, J.B. Phytochemical Methods.Metode Fitokimia. Bandung, ITB, 1987.

Kusuma, Galih Arif, dkk. “Uji Daya Hambat Dari Ekstrak Tanaman Pacar Air
(Impatiens Balsamina L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas
hydrophilia”.Jurnal Ilmiah Vol. 2 No. 4, Manado: UNSRAT, 2009: 01-
05.

Nohong dan Hadijah Sabarwati. “Isolasi Metabolit Sekunder dari Kulit Batang
Kembang Sepatu (Hibiscus Rosasinensis)”. Kimia FMIPA Unhalu, 2006:
1-6.

Anda mungkin juga menyukai