KIMIA ORGANIK II
IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK BAHAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2020
PERCOBAAN 5
A. Tujuan
Mengenal adanya senyawa organik bahan alam khususnya alkaloid, flavonoid, steroid,
terpenoid; dan saponin, dalam suatu contoh tumbuhan.
B. Teori Dasar
Yang dimaksud dengan senyawa organik bahan alam adalah senyawasenyawa
hasil metabolisme sekunder, yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa
metabolit sekunder umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama
tumbuhan tinggi), pada akar , kulit batang, daun, bunga, buah, dan biji. Pengunaan
tumbuhan sebagai obat, jelas berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam
tumbuhan tersebut, terutama zat aktif biologik. Tanpa adanya suatu senyawa bioaktif
dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat.
Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa
metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin. Alkaloid
artinya "mirip alkali” merupakan senyawa metabolit sekunder yang mengandung atom
nitrogen biasanya pada cincin heterosiklik. Karena mengandung atom nitrogen basa,
maka dapat diekstraksi dari dalam bahan tumbuhan dengan asam encer.
H2O
R3N: + HCl R3NH+ Cl-
Struktur alkaloid beraneka ragam, mulai dari yang sederhana sampai rumit.
Satu contoh alkaloid yang sederhana, tetapi yang efek faalinya tidak sederhana adalah
nikotina.
Senyawa terpen merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari
atom C dan H. Pada umumnya jumlah atom C senyawa terpen merupakan kelipatan 5
yang terdiri dari unit isoprena (isopentana) yang bergabung sebagat head to tail.
Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen, tetapi mengandung gugus fungsi lain
seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton.
Contoh:
Baik terpen maupun terpenoid, kedua-duanya banyak dijumpai di alam, dan seterusnya
disebut sebagai terpenoid.
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid
dibagi atas:
1) Monoterpen (dua unit isoprena)
2) seskiterpen (tiga unit isoprena)
3) iditerpena (empat unit isoprena)
4) Triterpena (enam unit isoprena)
5) Tetraterpena (delapan unit isoprena)
6) politerpena (banyak unit isoprena)
Steroid adalah suatu kelompok seryawa yang mempunyai kerangka dasar
siklopentana perhidro phenantrena .
Bahan :
Identifikasi Flavonoid
1. Serbuk daun seledri
2. Metanol
3. Fase gerak: n-butanol, asam asetat, air
4. Pelarut difraksinasi : n-heksana, NaOH 10%, H2SO4 (pekat), AlCl3 10%, NaNO2
5%
5. Larutan standar kuersetin
6. Aquades
Identifikasi alkaloid
1. Sampel daun sirsak yang telah dikeringkan dan dihaluskan
2. Etanol 96%
3. Etil asetat
4. Metanol
5. Aquades
6. Pereaksi Dragendorff
7. Pereaksi Mayer
8. Pereaksi Bouchardat
Identifikasi saponin
1. Aquades
2. Etanol
3. Propilen glikol
4. Tanaman kamboja merah meliputi bunga, daun, dan batang
Identifikasi steroid
1. Serbuk kulit batang tumbuhan mengkudu
2. Metanol
3. Aquades
4. n-heksana
5. kloroform
6. etil asetat
7. diklorometana
8. silika gel
9. asam asetat anhidrat
10. asam sulfat pekat
11. etanol 60-70%
12. serbuk Mg
13. larutan HCl pekat
14. H2SO2 2N
15. FeCl3 1%
16. NaCl 10%
17. Gelatin 1%
18. Pereaksi (Mayer, Dragendroff dan Wagner)
D. Prosedur Kerja
Cara Kerja Pengamatan Reaksi
1. Identifikasi alkaloid
Ekstrak daun sirsak yang
yang telah dikeringkan dan hasil pengolahan
dihaluskan dengan metode simplisia dan
mesarasi menggunakan ekstraksi
pelarut etanol 96% selama 5 o Jumlah
hari
sampel
Filtrat yang diperoleh yang
dipekatkan menggunakan digunakan
rotavapor untuk 100 g
mendapatkan ekstrak yang o Cairan
kental penyari
1200 ml
Siap digunakan sebagai o Waktu
bahan uji
maserasi :
Identifikasi alkaloid 5 hari
menggunakan reaksi warna o Hasil
maserasi :
900 ml
Buat 2 larutan uji o Hasil
rotavapor :
300 ml
Larutan I ekstrak diencerkan o Hasil
dengan air ekstrak
kental 13 g
Tambahkan 1 ml HCl 2N Hasil identifikasi
alkaloid
menggunakan
Larutan II ditambahkan 9 ml reaksi warna
HCl 2N o Larutan I +
pereaksi
Bouchardat
Identifikasi alkaloid dengan : warna
metode kromatografi lapis keruh,
tipis endapan
coklat-
hitam
Menggunakan eluen etil o Larutan I +
asetat : metanol : air (16 : 1 : pereaksi
2) Mayer :
Amati noda menggunakan warna
sinar UV 254 nm keruh,
tidak ada
endapan
o Larutan II
Deteksi bercak dengan
menyemprotkan pereaksi + pereaksi
Dragendorff Bouchardat
: warna
keruh,
endapan
Bercak yang menandakan coklat-
adanya alkaloid adalah hitam
bercak dengan warna jingga o Larutan II
Hitung harga Rf + pereaksi
Mayer :
warna
keruh,
tidak ada
endapan
Hasil identifikasi
alkaloid secara
kromatografi lapis
tipis
o Ekstrak +
etanol 96%
o Lampu UV
: noda
tidak
berwarna
o Pereaksi
dragendorf
f : jingga
o Harga Rf :
0,76
2. Identifikasi
Flavonoid
Pembuatan ekstrak daun
seledri dengan metode
refluks
Mencampurkan 100 gr
simplisia kering daun
seledri dengan 300 ml
metanol dengan
perbandingan simplisia :
metanol (1 : 3)
Diuapkan menggunakan
kompor spiritus pada api
kecil untuk menghilangkan
pelarutnya
a. Identifikasi test
dengan NaOH 10%
Memasukkan dua tetes
sampel ke dalam tabung
reaksi Ekstrak daun
seledri + NaOH
10% : perubahan
Ditambahkan dengan 2-4 warna menjadi
tetes larutan NaOH 10% kuning (+)
ekstrak kental
Disaring dan dikentalkan
yang dipartisi =
dengan vacuum rotary
30,347 gram
evaporator
hasil sebelum
dipartisi =
Ekstrak kental metanol terbentuk larutan
diencerkan kembali dengan berwarna hijau (+)
pelarut metanol sebanyak 2
liter hasil setelah
partisi = terbentuk
larutan berwarna
Diekstraksi dengan cara hijau (+)
partisi dengan menggunakan
pelarut n-heksana sebanyak
2 liter dengan 2 kali
pengulangan
Dilanjutkan dengan pelarut
kloroform sebanyak 1 liter
dengan 2 kali pengulangan
Uji steroid
1 ml ekstrak kental metanol
+ 3 tetes FeCl3 1%
Daun kamboja
B1 = warna
B1 = air kecoklatan
B2 = warna
B2 = air : etanol 96% kecoklatan
(70:30) B3 = warna
B3 = air : etanol 96% (50 : kecoklatan
50) B4 = warna
B4 = air : etanol 96% (30 : kecoklatan
70) B5 = warna
kecoklatan
B5 = air : etanol 96% :
propil glikol (40 : 30 : 30)
Batang kamboja
C1 = air
C2 = air : etanol 96% C1 = warna
(70:30) kecoklatan
C2 = warna
C3 = air : etanol 96% (50 :
kecoklatan
50)
C3 = warna
C4 = air : etanol 96% (30 : kecoklatan
70) C4 = warna
kecoklatan
C5 = air : etanol 96% : C5 = warna
propil glikol (40 : 30 : 30) kecoklatan
C1 = ada busa
(15mm)
C2 = ada busa
(12mm)
C3 = ada busa
(5mm)
C4 = ada busa
(5mm)
C5 = ada busa
(1mm)
E. Pembahasan
Ekstraksi alkaloid dari daun sirsak dilakukan dengan metode maserasi karena
pengerjaannya lebih mudah dan peralatan yang digunakan sederhana, serta proses
maserasi sangat menguntungkan dalam ekstraksi senyawa bahan alam karena dengan
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat
perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel, sehingga metabolit sekunder yang
ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
sempurna. Penggunaan etanol 96% sebagai pelarut adalah karena etanol 96% dapat
bertindak sebagai pelarut dan pengawet sehingga zat yang dinginkan dapat terekstraksi
serta tahan lama dan tidak mudah ditumbuhi jamur. Proses maserasi 100 gram serbuk
daun sirsak dilakukan selama 5 hari dan sehari sekali sampel diaduk sehingga sampel
bagian bawah berada pada bagian atas, maserat yang diperoleh kemudian diuapkan
dengan rotavapor kemudian diuapkan kembali diatas tangas air sampai di dapatkan
ekstrak kental.
Selanjutnya untuk reaksi identifikasi alkaloid dibuat 2 larutan uji, larutan
pertama ekstrak diencerkan dengan air kemudian ditambahkan 1 mL HCl 2N dan pada
larutan kedua ditambahkan 9 mL HCl 2N . Penambahan HCL 2N dimaksudkan untuk
menarik senyawa alkaloid dalam ekstrak karena alkaloid bersifat basa maka dengan
penambahan asam seperti HCl akan terbentuk garam, sehingga alkaloid akan terpisah
dengan komponen-komponen lain dari sel tumbuhan yang ikut terekstrak dengan
mendistribusikannya ke fasa asam. Setelah itu dilakukan pemanasan selama 2 menit di
atas penangas air kemudian didinginkan lalu saring kemudian dipipet tiga tetes filtrat
dan dimasukkan dalam tabung reaksi selanjutnya direaksikan dengan pereaksi Mayer
terjadi kekeruhan tetapi tidak terbentuk endapan, hal ini dikarenakan tidak semua
alkaloid bereaksi dengan pereaksi Mayer. Pengendapan yang terjadi tergantung pada
jenis alkaloidnya. Setelah itu diambil kembali tiga tetes filtrat direaksikan dengan
pereaksi Bouchardat terbentuk endapan berwarna coklat kehitaman yang menandakan
adanya alkaloid, akan tetapi karena semua senyawa yang mengandung unsur nitrogen
dapat bereaksi dengan pereaksi Bouchardat maka dilakukan identifikasi dengan
Kromatografi Lapis Tipis.
Proses identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen
etil asetat : metanol : air dengan perbandingan 16 : 1: 2 tujuan dipilihnya tiga pelarut
tersebut karena masing-masing pelarut memiliki kepolaran yang berbeda sehingga
senyawa-senyawa dengan kepolaran yang berbeda dapat terpisahkan dengan eluen
tersebut. Deteksi bercak dengan menggunakan sinar UV 254 nm. Pada UV 254 nm,
lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.
Hasil setelah dilihat di bawah sinar UV 254 nm noda atau bercak tidak tampak,
dikarenakan tidak semua noda atau bercak yang menandakan adanya alkaloid bisa
dilihat dengn UV 254 nm oleh karena itu lempeng disemprot dengan pereaksi
Dragendorff untuk menampakkan noda atau bercaknya. Setelah lempeng disemprot
dengan pereaksi dragendorff terdapat bercak berwarna jingga yang dapat dilihat secara
langsung. Bercak berwarna jingga ini menandakan adanya senyawa golongan alkaloid
pada daun sirsak. Harga Rf yang didapatkan setelah dihitung adalah 0,76. Berdasarkan
Harborne (1987) nilai Rf 0,76 tidak masuk dalam kisaran 12 alkaloid yang paling
umum yaitu 0,07 – 0,62 namun dengan melihat hasil identifikasi dengan pereaksi
kimia dan kromatografi lapis tipis dapat dinyatakan bahwa daun sirsak mengandung
senyawa alkaloid (Wullur, 2011).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak kandungan senyawa
flavonoid pada ekstrak daun seledri dengan metode refluks dan kromatografi lapis tipis
serta uji warna menggunakan NaOH 10 % dan H2SO4 (pekat).
Proses pembuatan simplisia daun seledri dimulai dari proses pencucian, dengan
tujuan untuk memisahkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Pemisahan daun dari
batang daun seledri. Pilih daun seledri yang masih segar apabila daun seledri ada yang
layu akan berakibat rusak kandungan kimia karena oksidasi maupun reduksi. Apabila
daun yang layu atau busuk akan mencemarkan daun seledri dalam proses pengeringan.
Proses pengeringan dilakukan dengan cara alamiah melalui diangin-anginkan dan
ditutup kain hitam selama 5 hari dengan kadar airnya mencapai <10 %. Pengeringan
merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam
penyimpanan. Proses pengeringan juga akan menghindari terurainya kandungan kimia
karena pengaruh enzim. Bahan harus dikeringkan dengan cukup untuk menghindari
pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Fungsi penggunaan kain hitam
pada proses pengeringan adalah untuk menghindari terurainya kandungan kimia daun
seledri dan polusi dari debu.
Pada penelitian ini, digunakan daun seledri yang sudah kering sebanyak 100 g
kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender yang bertujuan untuk memperluas
proses ekstraksi dengan metode refluks. Daun seledri yang sudah halus kemudian
diayak menggunakan pengayak agar hasil yang diperoleh lebih seragam. Daun seledri
diekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut yang tepat yaitu metanol
untuk memperoleh senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid termasuk senyawa polar
sehingga harus dilarutkan dengan pelarut yang bersifat polar yaitu metanol yang
mempunyai daya polaritas yang cukup tinggi sehingga dapat memperoleh hasil ekstrak
senyawa flavanoid lebih banyak. Bantuan energi berupa panas pada proses refluks
akan membantu pemecahan dinding sel sehingga senyawa flavonoid pada sampel dapat
terekstraksi secara maksimal. Suhu konstan pada saat proses ekstrak refluks digunakan
suhu antara 63-65oC. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan penangas air untuk
menjaga agar tidak terjadi kelebihan temperatur selama pemanasan. Hasil refluks
kemudian disaring menggunakan kain flanel sehingga didapat ekstrak cair. Hasil
ekstrak cair lalu diuapkan menggunakan pemanasan lampu spirtus dengan api kecil.
Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan dengan tiga metode yaitu reaksi
warna dan KLT. Identifikasi pertama yang dilakukan adalah reaksi warna. Uji ini
digunakan untuk membuktikan terjadinya reaksi kimia dengan mengamati ciri-ciri
yang terjadi seperti adanya gas, endapan, perubahan suhu dan perubahan warna. Dalam
uji reaksi warna yang dilakukan reaksi yang teramati adalah perubahan warna.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukan bahwa ekstrak daun seledri positif
mengandung flavonoid, karena terjadi perubahan warna menjadi kuning setelah ditetesi
NaOH 10%. Senyawa kristin yang merupakan turunan dari senyawa flavon pada
penambahan NaOH 10% mengalami penguraian oleh basa menjadi molekul seperti
asetofenon yang berwarna kuning karena adanya pemutusan ikatan pada stuktur
isoprena. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun seledri mengandung senyawa
flavonoid.
Uji identifikasi yang kedua terjadi perubahan warna yaitu berubah menjadi
warna merah tua setelah ditetesi H2SO4(pekat). Hal ini membuktikan bahwa ekstrak
daun seledri mengandung senyawa flavonoid. Hal ini menunjukan terjadinya reaksi
oksidasi reduksi antara H2SO4(pekat) dan flavonoid yang menyebabkan terbentuknya
senyawa kompleks yang menimbulkan warna merah tua sampai coklat kehitaman pada
sampel. Hasil kualitatif reaksi warna pada rendemen daun seledri diperoleh hasil
positif mengandung senyawa flavonoid. Hasil reaksikimia yang dapat dilihat pada
Gambar 2.
F. Kesimpulan
1. Alkaloid pada daun sirsak (Annona muricata L.) dapat diidentifikasi dengan cara
mereaksikan dengan pereaksi Bouchardat dan kromatografi lapis tipis.
2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa daun sirsak (Annona
muricata L.) mengandung senyawa alkaloid.
3. Pada ekstrak daun seledri (apium graveolens l.) dari hasil refluks terdapat senyawa
flavonoid.
4. Identifikasi flavonoid pada daun seledri dapat dilakukan dengan uji warna dan
kromatografi lapis tipis.
5. Ekstrak bunga kamboja merah memiliki kandungan saponin yang lebih tinggi
dibandingkan ekstrak batang dan ekstrak daun kamboja.
6. Ekstrak batang kulit batang mengkudu memiliki kandungan steroid
7. Ekstrak metanol kulit batang tumbuhan Mengkudu (Morinda citrifolia L.) diduga
merupakan senyawa Digitoksigenin (IUPAC: 3β,14-dihidroksi-5β-kard-20(22)-
enolid) dengan rumus molekul C23H34O4
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bangun, A. P., dan Sarwono, B. 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Tangerang: Agro
Media.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Devprakash RT, Gurav S, Kumar S, Mani T.( 2012). An review of phytochemical constituents
& pharmacological activity of plumeria species. International Journal of Current
Pharmaceutical research.4(1): 1-6.
Hayani, Eni, dan Fatimah, Tjitjah. 2004. Identifikasi Komponen Kimia dalam Biji Mengkudu
(Morinda citrifolia L.). Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Kusnadi dan Devi, Egie Triana. (2017). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada
Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.) dengan Metode Refluks. Pancasakti Sience
Education Journal. 2 (1): 56-67.
Nurzaman, Fulka. Dkk. (2018). Identifikasi Kandungan Saponin dalam Ekstrak Kamboja
Merah (Plumeria rubra L.) dan Daya Surfaktan dalam Sediaan Kosmetik. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. 8 (2): 85-93.
Pasaribu, S. (2009). Uji Bioakivitas Metabolit Sekunder Dari Daun Tumbuhan Bandotan.
Jurnal Kimia Mulawarman.
Raharjo, T.J. (2013). Kimia Hasil Alam.Cetakan I.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal : 111.
Rahmawati, Meita dan Hifajati, Nurul. (2017). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Mengkudu (Morinda citrifolia
L.)
. UNESA Journal of Chemistry. 6 (2): 113-118.
Rijke, E. (2005). Trace-level Determination of Flavonoids and Their Conjugates Application
ti Plants of The Leguminosae Family [disetasi]. Amst erdam: Universitas Amst erdam.
Rukmana, R. 2002. Mengkudu: Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Shinde PR, Patil PS, Bairagi VA. (2014) Phytopharmacological review of plumeria species.
Scholars Academic Journal of Pharmacy.3(2): 217-227.
Sitepu, J. 2012. Kandungan Senyawa dan Manfaat Mengkudu. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Sukandar EY, Suwendar, Ekawati, E. (2006). Aktivitas Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium
graveolens) dan Daun Urang Aring (Eclipta prostata L.) terhadap Pityrosporum
ovale.Majalah Farmasi Indonesia. 17(1):7-12.
Suranto, A. (2011). Dahsyatnya Sirsak tumpas penyakit. Pustaka Bunda, Jakarta.
Surya, Hermawan. 2009. Efek Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap
Kadar Enzim SGOT dan SGPT pada Mencit dengan Induksi Karbon Tetraklorida.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Teguh. 2012. Mengkudu(Morinda citrifolia L.). www.academia.edu. (Diakses 20 Februari pukul
19.00WIB.
Tim Kimia Organik. (2020). Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Padang: UNP.
Wrasiati LP. (2011). Karakteristik dan toksisitas ekstrak bubuk simplisia bunga kamboja
cendana tikus (Plumeria alba) serta peranannya dalam meningkatkan aktivitas antioksi
dan
enzimatis pada sprague dawley (disertasi) . Denpasar: Universitas Udayana.
Wullur, Adeanne C, dkk. (2011). Identifikasi Alkaloid Pada Daun Sirsak (Annona muricata
L.). 2 (1): 54-56.
LAMPIRAN
http://e-journal.ups.ac.id/index.php/psej
email: adminpsej@upstegal.ac.id
________________
Info Artikel
Kata kunci:
________________
Daun Seledri, Flavonoid, Refluks, KLT, Spektrofotometri UV-Vis.
SejarahArtikel:
Keywords:
Celery, Flavonoid,
Reflux,
TLC, Abstrak
SpectrophotometryUV-Vis.
___________________________________________________________________
____________________
Kandungan daun seledri memiliki manfaat antara lain menurunkan tekanan darah (hipertensi), memperlancar
pengeluaran urin, dan rheumatik. Salah satu kandungan daun seledri yaitu flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu
golongan fenol alam yang terbesar jumlahnya. Tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat digunakan untuk
antioksidan, anti hipertensi, dan anti inflamasi.Pada penelitian ini untuk mendapatkan ekstrak digunakan metode refluks
dengan etanol 96% sebagai pelarut. Pada uji identifikasi yang digunakan meliputi uji pewarnaan dengan NaOH dan
H2SO4, uji KLT, dan uji Spektrofotometri UV-Vis dengan kuersetin sebagai larutan bakunya. Hasil penelitian
menunjukkan adanya senyawa flavonoid pada ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.). Hasil refluks ditandai
adanya perubahan warna menjadi kuning ketika ditetesi NaOH 10 % dan
perubahan warna menjadi merah bata ketika ditetesi H2SO4 (pekat). Nilai rata-rata Rf sampel yang didapat 0,84 cm nilai
ini mendekati nilai Rf standar yaitu 0,88 cm. Kadar rata-rata flavonoid yang diperoleh dari ekstrak sampel 5
µl sebesar 16mg/100 g sampel, pada sampel 10 µl diperoleh kadar rata-rata sebesar 20,79 mg/100 g sampel, dan pada
sampel20µl diperoleh kadar rata-rata sebesar 22,47mg/100 g sampel, serta pada sampel 25µl diperoleh kadar rata-rata
sebesar 24,71mg/100 g sampel.
Abstract
___________________________________________________________________
The celery has many benefits they are lowering blood pressure (hypertension), expediting expenditure of urine, and
rheumatic. One of celery contentis flavonoid. Flavonoidis one largest number of natural phenols. Plants that are
containing flavonoid can be used as antioxidant, antihypertensive, anti-inflammatory. In this study, the method used to
obtain the extract reflux with 96% ethanol as a solvent. In the identification test used include staining test with NaOH
and H2SO4, the TLC test, and test the spectrophotometry UV-Vis with kuersetin as the default solution. The results show
flavonoid compounds in celery (Apium graveolens L.). Reflux results marked by changing colorinto yellow when
droppedby NaOH 10% and the color changes to red brick when droppedby H 2SO4 (concentrated). The average value of
Rf samples obtained is0.84 cm, this value approaches the standard of Rf that is 0.88 cm. Average levels of flavonoid
obtained from the sample extract 5 µl of 16.38mg/100 g samples, on a sample of 10 µl obtained an average grade of
20.79mg/100 g samples, and on samples of 20µl obtained an average grade of 22.47 mg/100 g samples, as well as on
samples of 25µl obtained an average grade of 24.71 mg/100 g samples.
Alamat korespondensi: ISSN 2528-6714
E-mail: kusnadi.adi87@gmail.com
56
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
57
sudah digunakan sebagai tanaman obat,walaupun
penggunaannya disebarkan secara turun-temurun
maupun dari mulut ke mulut (Yuniarti, 2008 : 3).
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki keanekaragaman obat di dunia. Jumlah
tumbuhan obat tersebut sekitar 90% dari jumlah
tumbuhan obat yang terdapat di kawasan Asia
(Masyud,2010).
METODE
58
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
Baku Kuersetin
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
Tabel 1.
60
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
Tabel 2.
Pustaka
Identifikasi Senyawa Flavanoid Hasil
(Asih,2009)
ekstrak daun seledri +NaOH 10 % Perubahan warna menjadi Perubahan warna kuning
kuning(+)
ekstrak daun seledri +H2SO4 (pekat) Perubahan warna menjadi Perubahan warna coklat
61
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
+ NaOH
OH-
Uji reaksi warna diketahui hasilnya menjadi maksimal, sedangkan fase gerak yang
positif maka dilanjutkan identifikasi dengan digunakan adalah campuran n-butanol : asam
cara Kromatografi Lapis Tipis. Identifikasi ini asetat : air dengan perbandingan (4:1:5).
menggunakan hasil yang diperoleh dari metode Pemilihan eluen yang digunakan merupakan
refluks. Prinsip KLT yaitu untuk memisahkan eluen yang mempunyai kepolaran yang tinggi
komponen kimia berdasarkan prinsip absorbansi sehingga dapat memisahkan senyawa flavonoid
dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam dan yang bersifat polar. Bejana yang digunakan
fase gerak. Fase diam yang digunakan adalah dahulu dijenuhkan supaya seluruhpermukaan
plat KLT yang berupa silika gel yang bersifat bejana terisi uap eluen sehingga rambatan yang
polar, yang terlebih dahulu dioven pada suhu 45 dihasilkan baik dan beraturan.
o
C selama 3 menit hal ini dilakuakan dengan Penjenuhan dilakukan dengan tujuan
tujuan untuk menghilangkan kandungan air untuk memperoleh homogenitas dalam bejana
yang terdapat pada plat sehingga daya serap plat dan meminimalkan penguapan pelarut
62
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
63
Tabel 4.
1 300 0,21
2 310 0,25
3 320 0.28
4 330 0,3
5 340 0,31
6 350 0,33
7 360 0,25
8 370 0,23
9 380 0,21
10 390 0,2
0.33
0.31
Absorbansi
0.29
0.27
0.25
Absorbansi
0.23
0.21
0.19
300 310 320 330 340 350 360 370 380 390
Tabel 5.
10 0.1
64
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
0.2
0.18
y = 0.001x + 0.081
Absorbansi
0.16 R² = 0.981
0.14
0.12
0.1
0.08 absorbansi
0.06
Linear (absorbansi)
0.04
0.02
0 20 40 60
Konsentrasi
Gambar
4. Kurva
Konsentr
asi
Dengan
Absorba
nsi
Kuerseti
n
Kurva standar yang diperoleh memiliki Persamaan linier y = 0,001x + 0,081 yang
persamaan garis y = 0,001x + 0,081. Persamaan diperoleh akan digunakan untuk menetapkan
ini digunakan untuk menghitung kadar kadar flavanoid pada daun seledri dengan
flavonoid dalam sampel dimana (y) menyatakan metode refluks dengan y adalah absorbansi
nilai absorbansi dan (x) menyatakan kadar sampel dan x adalah konsentrasi flavanoid
flavonoid dalam sampel. Dengan nilai koefisien dalam sampel. Pengukuran absorbansi pada
korelasi yang diperoleh R2 = 0,981. Hal ini ekstrak daun seledri dilakukan pada panjang
menunjukkandari kurva tersebut dapat gelombang maksimal yang didapat yaitu 350
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi nm. Data kadar flavanoid pada sampel
Tabel 6.
I 0,1 15,46
I 0,135 21,35
I 0,14 22,19
65
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
Tabel 7.
Ekstrak SD RSD
Sampel(
5 0,006 1,06 %
10 0,001 0,11 %
20 0,004 0,10 %
25 0,005 0,21 %
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia.http://www.dephut.go.id/index
2016).
fraksinya
Terhadap Enzim Xantin
Bogor.
111.
Flavonoid Conjugate
s And Their s
Famil
y [disetasi]. Amst erdam:
17(1):7-12.
Pressindo. Hal: 3.
IDENTIFIKASI ALKALOID PADA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
Abstrak : Telah dilakukan identifikasi senyawa alkaloid pada daun sirsak (Annona muricata). Daun
sirsak merupakan bagian tumbuhan sirsak (Annona muricata L.) dengan berbagai macam manfaat bagi
kesehatan. Salah satu kandungan kimia yang bermanfaat bagi kesehatan yang terkandung dalam daun
sirsak adalah alkaloid. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi alkaloid pada daun
sirsak. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan di laboratorium. Ekstraksi alkaloid dilakukan
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan alat
rotavapor kemudian diuapkan kembali di atas tangas air untuk mendapatkan ekstrak kental. Selanjutnya
ekstrak diuji dengan reaksi identifikasi alkaloid dan kromatografi lapis tipis. Untuk identifikasi
menggunakan kromatografi lapis tipis digunakan eluen etil asetat:metanol:air dengan perbandingan
16:1:2 kemudian diidentifikasi dengan sinar UV 254 nm dan penampak noda pereaksi Dragendorff serta
dihitung harga Rf. Hasil ekstraksi berupa ekstrak etanol dilanjutkan dengan reaksi identifikasi
menggunakan pereaksi Bouchardat membentuk endapan coklat-hitam yang menandakan adanya alkaloid.
Identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis dengan pereaksi Dragendorff menampakan bercak
berwarna jingga yang menunjukan alkaloid positif. Harga Rf yang didapat 0,76
Sampel daun sirsak yang telah menggunakan eluen etil asetat : metanol : air
dikeringkan dan dihaluskan diekstraksi dengan (16:1:2), noda diamati menggunakan sinar UV
metode maserasi menggunakan pelarut etanol 254 nm kemudian deteksi bercak dengan
96% selama 5 hari. Filtrat yang diperoleh menyemprot pereaksi Dragendorff. Bercak
dipekatkan menggunakan rotavapor untuk yang menandakan adanya alkaloid adalah
mendapatkan ekstrak kental dan siap digunakan bercak dengan warna jingga, hitung harga Rf.
sebagai bahan uji.
berikut :
Pembahasan
Selanjutnya untuk reaksi identifikasi
alkaloid dibuat 2 larutan uji, larutan pertama
Ekstraksi alkaloid dari daun sirsak ekstrak diencerkan dengan air kemudian
dilakukan dengan metode maserasi karena ditambahkan 1 mL HCl 2N dan pada larutan
pengerjaannya lebih mudah dan peralatan yang kedua ditambahkan 9 mL HCl 2N .
digunakan sederhana, serta proses maserasi Penambahan HCL 2N dimaksudkan untuk
menarik senyawa alkaloid dalam ekstrak karena
sangat menguntungkan dalam ekstraksi
alkaloid bersifat basa maka dengan
penambahan asam seperti HCl akan terbentuk
senyawa bahan alam karena dengan
garam, sehingga alkaloid akan terpisah dengan
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
komponen-komponen lain dari sel tumbuhan
pemecahan dinding dan membran sel akibat
perbedaan tekanan antara didalam dan diluar
sel, sehingga metabolit sekunder yang ada yang ikut terekstrak dengan
dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut mendistribusikannya ke fasa asam. Setelah itu
organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna. dilakukan pemanasan selama 2 menit di atas
Penggunaan etanol 96% sebagai pelarut adalah penangas air kemudian didinginkan lalu saring
karena etanol 96% dapat bertindak sebagai kemudian dipipet tiga tetes filtrat dan
pelarut dan pengawet sehingga zat yang dimasukkan dalam tabung reaksi selanjutnya
dinginkan dapat terekstraksi serta tahan lama direaksikan dengan pereaksi Mayer terjadi
dan tidak mudah ditumbuhi jamur. Proses kekeruhan tetapi tidak terbentuk endapan, hal
maserasi 100 gram serbuk daun sirsak ini dikarenakan tidak semua alkaloid bereaksi
dilakukan selama 5 hari dan sehari sekali dengan pereaksi Mayer. Pengendapan yang
sampel diaduk sehingga sampel bagian bawah terjadi tergantung pada jenis alkaloidnya.
berada pada bagian atas, maserat yang Setelah itu diambil kembali tiga tetes filtrat
diperoleh kemudian diuapkan dengan rotavapor direaksikan dengan pereaksi Bouchardat
kemudian diuapkan kembali diatas tangas air terbentuk endapan berwarna coklat kehitaman
sampai di dapatkan ekstrak kental.
55
yang menandakan adanya alkaloid, akan tetapi karena semua senyawa yang mengandung
unsur nitrogen dapat bereaksi dengan pereaksi Bouchardat maka dilakukan identifikasi
dengan Kromatografi Lapis Tipis.
1: 2 tujuan dipilihnya tiga pelarut tersebut karena masing-masing pelarut memiliki kepolaran
yang berbeda sehingga senyawa-senyawa dengan kepolaran yang berbeda dapat terpisahkan
dengan eluen tersebut. Deteksi bercak dengan menggunakan sinar UV 254 nm. Pada UV 254
nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.
Hasil setelah dilihat di bawah sinar UV 254 nm noda atau bercak tidak tampak,
dikarenakan tidak semua noda atau bercak yang menandakan adanya alkaloid bisa dilihat
dengn UV 254 nm oleh karena itu lempeng disemprot
lempeng disemprot dengan pereaksi dragendorff terdapat bercak berwarna jingga yang dapat
dilihat secara langsung. Bercak berwarna jingga ini menandakan adanya senyawa golongan
alkaloid pada daun sirsak. Harga Rf yang didapatkan setelah dihitung adalah 0,76.
Berdasarkan Harborne (1987) nilai Rf 0,76 tidak masuk dalam kisaran 12 alkaloid
yang paling umum yaitu 0,07 – 0,62 namun
dengan melihat hasil identifikasi dengan pereaksi kimia dan kromatografi lapis tipis dapat
dinyatakan bahwa daun sirsak mengandung senyawa alkaloid.
Alkaloid pada daun sirsak (Annona muricata L.) dapat diidentifikasi dengan cara
mereaksikan dengan pereaksi Bouchardat dan kromatografi lapis tipis. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung senyawa
alkaloid.
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang efek farmakologi alkaloid
pada daun sirsak (Annona muricata L.) dalam dunia pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro, Terbitan II, ITB.
Bandung.
Pasaribu, S. (2009). Uji Bioakivitas Metabolit Sekunder Dari Daun Tumbuhan Bandotan.
Jurnal Kimia Mulawarman.
p-ISSN: 2085-675X
Identifikasi Kandungan Saponin…( Fulka Nurzaman, dkk)
e-ISSN: 2354-8770
Identification of Saponin Content in Red Frangipani (Plumeria rubra L.) Extract and
Surfactant Potency in Cosmetic Preparations
1
Program Magister Herbal, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 2Departemen
Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 3Departemen Fitokimia, Fakultas
Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia *Email: nusaherbsindns@gmail.com
Abstrak
Saponin merupakan salah satu golongan senyawa pada bahan alam yang mempunyai sifat ampifilik serta dapat
menurunkan tegangan permukaan. Penurunan tegangan permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun
yang dapat merusak ikatan hidrogen pada air. Kamboja merah (Plumeria rubra) diketahui memiliki kandungan
saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan saponin ekstrak kamboja merah yang
memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan. Bagian tanaman kamboja merah (bunga, daun, dan batang)
diekstraksi menggunakan lima macam pelarut. Masing-masing ekstrak yang diperoleh diuji kandungan saponin
secara kualitatif. Uji tegangan permukaan dilakukan pada ekstrak kamboja merah yang memiliki busa tertinggi.
Hasil uji kualitatif saponin menunjukkan bahwa ekstrak air bunga, daun, dan batang kamboja merah memiliki
kandungan saponin tertinggi dibandingkan ekstrak pelarut lain. Kandungan saponin dalam ekstrak air kamboja
merah bagian daun, batang, dan bunga dapat menurunkan tegangan permukaan dengan hasil terbaik diperoleh
dari bagian bunga dengan nilai Critical Micelle Concentration (CMC) sebesar 8,61%.
Abstract
Saponin is one group of compounds contained in natural materials that have amphifilic properties and can
reduce surface tension. The reduction of surface tension caused by a soap compound (Latin = sapo) that can
disrupt hydrogen bonds in water. Red frangipani plant (Plumeria rubra) is known to have saponin content. The
research objectives were to identify the saponin content of red frangipani plant extract (Plumeria rubra) which
has the properties of reduction the surface tension. Part of red frangipani plant (flowers, leaves and stems) is
extracted using five kinds of solvents. Each of the extracts obtained was then tested for saponin content
qualitatively. Extract from each part of plant (flower, leaf, and stem) which have the highest foam is selected
then tested surface tension using surface tensionmat equipment. The result of qualitative saponin test showed
that flower, stem and flower extract of red frangipani with aqua demineralisata solvent had the highest saponin
content compared to extract with other solvent. The content of saponins in plumeria rubra extract both from the
leaves, stems and flowers can decrease the surface tension with the best results obtained from the flower extract
with the value of Critical Micelle Concentration (CMC) at 8.61%.
85
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2018;8(2):85-93 dan jenis gula lainnya. Bagian aglikon
merupakan sapogenin. Sifat ampifilik ini
dapat membuat bahan alam yang
mengandung saponin bisa berfungsi
sebagai surfaktan.
PENDAHULUAN
Surfaktan adalah bahan yang umum
dipakai dalam sediaan sabun. Surfaktan
Saponin merupakan suatu glikosida merupakan suatu molekul yang sekaligus
yang memiliki aglikon berupa sapogenin. memiliki gugus hidrofilik dan gugus
Saponin dapat menurunkan tegangan lipofilik sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari air dan
permukaan air, sehingga akan minyak. Molekul surfaktan memiliki
mengakibatkan terbentuknya buih pada bagian polar yang suka akan air
permukaan air setelah dikocok. Sifat ini (hidrofilik) dan bagian non polar yang
mempunyai kesamaan dengan surfaktan. suka akan minyak/lemak (lipofilik).
Bagian polar molekul surfaktan dapat
2
bermuatan positif, negatif atau netral.
Penurunan tegangan permukaan
disebabkan karena adanya senyawa sabun
yang dapat merusak ikatan hidrogen pada Kosmetika pembersih adalah kosmetik
air. Senyawa sabun ini memiliki dua perawatan utama yang digunakan untuk
plumericin, isoplumericin, β-
dihydroplumerinic acid, fulvoplumerin,dan
10
plumeride.
METODE
Prosedur kerja 87
88
Identifikasi Kandungan Saponin…( Fulka Nurzaman, dkk)
Hasil
Kode Ekstrak
Bentuk Bau Rasa Warna pH
A2 Ada 10
A3 Ada 7
A4 Ada 10
A5 Ada 1
B2 Ada 13
B3 Ada 5
B4 Ada 5
B5 Tidak Ada -
C2 Ada 12
C3 Ada 5
C4 Ada 5
C5 Ada 1
89
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2018;8(2):85-93
90
Identifikasi Kandungan Saponin…( Fulka Nurzaman, dkk)
91
92
activity of plumeria species.
International Journal of Current
(disertasi) . Denpasar: Universitas Pharmaceutical research.2012;4(1);1-
Udayana; 2011. 6.
26 Surendra KR, Sharma, Kumar N. 32 Suharto MAP, Edy HJ, Dumanauw JM.
Pharmacognostical standardisation of Isolasi dan identifikasi senyawa saponin
plumeria acutifolia (poir) bark. dari ekstrak metanol batang pisang
International Journal of Pharmacy and ambon (Musa paradisiaca
Pharmaceutical Sciences. 2012 Dec;4 var.sapientum L.). Pharmacon. 2012; 1
(2); 86-92.
(4):54-57.
13. Wijaya WH. Uji efektivitas sediaan tonik rambut ekstrak biji klabet (trigonela foenum-
graecum l.) pada proses pertumbuhan rambut (tesis). Depok:Universitas Indonesia; 2013.
15. Chapagain BP, Wiesman Z, Larvicidal activity of the fruit mesocarp extract of balanites
aegyptiaca and its saponin fractions against aedes aegypti. Dengue Bulletin. 2015;29
16. Kowalsky SJ, Kulczynski K. Reduction of fractures in dried clay-like materials due to
specific surfactant, Chemical Engineering Research and Design, 2013;91(2), 254-63.
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 6, No. 2 May 2017
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi senyawa hasil isolasi dari ekstrak
metanol kulit batang tumbuhan Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Penelitian ini diawali dengan
mengekstrak serbuk kulit batang tumbuhan Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan maserasi
menggunakan metanol. Ekstrak metanol selanjutnya dipartisi menggunakan n-heksana dan
kloroform. Ekstrak metanol yang telah dipartisi selanjutnya dilakukan pemisahan menggunakan
Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) dan selalu dipantau dengan KLT. Isolat yang berupa kristal
kuning dianalisis dengan spektroskopi UV-Vis, FTIR dan GC-MS. Hasil menunjukkan bahwa isolat
yang diperoleh diduga adalah senyawa Digitoksigenin. Digitoksigenin merupakan salah satu
senyawa steroid pada tumbuhan dalam bentuk kardenolida atau γ-lakton.
Kata kunci: Morinda citrifolia L., Senyawa Metabolit Sekunder, Isolasi, Identifikasi, Steroid,
Digitoksigenin.
Abstract. The aims of this research is to identify the isolate from methanol extract of the stem bark of
Morinda citrifolia L. This research was begun by extracting the stem bark powder of Morinda
citrifolia L with maceration using methanol. The methanol extract was then partitionated technique
using n-hexane and chloroform. The methanol extract from partition was then separated with
Gravitational Column Chromatography (GCC) and always monitored by TLC-analysis. A yellow
crystal isolates was then analyzed using UV-Vis, FTIR and GC-MS spectroscopy. The results showed
that the isolate was Digitoksigenin. Digitoksigenin is the steroidal compounds of the plant in the form
of cardenolide or γ-lactones.
METODE PENELITIAN
dilakukan selama 1x24 jam dengan 3 kali 35 Uji Fenolik: 1 ml ekstrak kental metanol
ditambahkan 0,5 mL metanol dan 3 tetes
pengulangan. Selanjutnya disaring dan
dikentalkan dengan vacuum rotary evaporator. FeCl3 1%. Hasil positif menunjukkan larutan
berwarna ungu, biru atau hitam.
Ekstrak kental metanol diencerkan kembali 36 Uji Flavonoid: 1 ml ekstrak kental metanol
dengan pelarut metanol sebanyak 2 liter dan ditambahkan 5 tetes etanol 70 %, sedikit pita
diekstraksi dengan cara partisi dengan Mg dan 5 tetes HCl pekat. Hasil positif
menunjukkan larutan berwarna merah,
menggunakan pelarut n-heksana sebanyak 2 liter kuning atau jingga.
dengan 2 kali pengulangan dan dilanjutkan
dengan pelarut kloroform sebanyak 1 liter dengan 37 Uji Tanin: 1 ml ekstrak metanol ditambahkan
2 kali pengulangan. Kemudian ekstrak metanol 5 tetes NaCl 10%, 2 tetes gelatin. Hasil
yang telah dipartisi dikentalkan kembali dengan positif menunjukkan terdapat endapan
kuning.
vacuum rotary evaporator.
38 Uji Saponin: 1 ml ekstrak metanol
Ekstrak kental metanol yang telah dipartisi ditambahkan 2 ml aquades kemudian
diuji kandungan senyawanya dengan uji fitokimia. dipanaskan di atas penangas air selama 2-3
Tahap-tahap uji fitokimia sebagai berikut: menit dan di kocok. Hasil positif
menunjukkan terdapat busa stabil ±2-4 menit
114
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 6, No. 2 May 2017
Wagner - Steroid +
Terbentuk busa
Saponin +
stabil selama 30 detik 3. Hasil Isolasi
Tanin Terbentuk endapan + Ekstrak kental metanol setelah dipartisi
kuning kemudian dipekatkan kembali dan diperoleh
ekstrak kental metanol sebanyak 30,347 gram.
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 6, No. 2 May 2017
4. Uji Kemurnian
(IUPAC: 3β,14-dihidroksi-5β-kard-20(22)-
enolid) dengan rumus molekul C23H34O4.
Berikut struktur molekul Digitoksigenin.
117
kulit batang tumbuhan Mengkudu
Saran
senyawa polar hingga non polar (Mcmurry, 1992 dalam
Samosir, 2011). Saran yang dapat diberikan untuk peneliti
selanjutnya adalah sebagai berikut: