PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu, tanaman sering digunakan sebagai obat. Pada waktu itu orang
belum mengelolanya secara sempurna seperti pada zaman sekarang ini. Pada saat itu
orang hanya tahu suatu khasiat tanaman berdasarkan dari cerita orang yang lebih tua
seperti dari ibu ke anaknya. Suatu tanaman obat sering mempunyai khasiat yang
berbeda dari tiap daerah.
Pada zaman sekarang ini orang kembali lagi menggeluti bahan alam sebagai bahan
penting dalam membuat obat. Para ahli sekarang ini telah memulai meneliti kembali
tanaman obat untuk mengetahui khasiat yang lebih mendalam dari tanaman tersebut.
Dari alasan tersebut di atas, maka dianggap perlu pengetahuan yang cukup untuk
mengenal berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat, mulai dari morfologi,
kegunaan, prinsip-prinsip ekstraksi, isolasi dan identifikasi komponen kimia yang
terdapat dalam suatu simplisia, khususnya bagi seorang farmasis. Dan pada laporan ini,
akan diidentifikasi komponen kimia sampel daun tumbuhan X, dengan terlebih dahulu di
ekstraksi.
a. Maksud
1. Adapun maksud dari praktikum ini ialah untuk melakukan ekstraksi pada
sampel serbuk daun raja dengan metode soxlhetasi dan perkolasi.
2. Untuk membandingkan hasil ekstrak dari metode panas (soxlhetasi) dan
metode dingin (perkolasi).
b. Tujuan
1. Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk menentukan % rendamen hasil
ekstraksi dari metode panas (soxhletasi) dan metode dingin (perkolasi).
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan. Sebagian
besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh
perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen
POM, 1995).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman
obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam
sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga
diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini
diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan
pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak. Yang termasuk
ekstraksi secara dingin adalah (Ditjen POM, 1986) :
· Metode maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM : 1986).
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang
seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang
berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan
lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).
a). Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
c). Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan Kelemahan dari ekstraksi
dengan metode maserasi adalah:
· Metode perkolasi
Ukuran percolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang disari.
Jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi percolator. Percolator dibuat dari
gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang tidak saling mempengaruhi dengan obat
atau cairan penyari.Percolator dilengkapi dengan tutup dari karet atau bahan lain,
yang berfungsi untuk mencegah penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang bert
utup yang dapat dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa percolator s
ering dilengkapi dengan botol yang berisi cairan penyari yang dihubungkan ke percolator
melalui pipa yang dilengkapi dengan keran.
Aliran percolator diatur oleh keran. Pada bagian bawah, pada leher percolator tepat diat
as keran diberi kapas yang di atur di atas sarangan yang dibuat dari porselin ataudi atas
gabus bertoreh yang telah dibalut kertas tapisKapas yang digunakan adalah yang tidak
terlalu banyak mengandung lemak. Untuk menampung perkkolat digunakan botol
perkolat, yang bermulut tidak terlalu lebar tetapi mudah dibersihkan. Di bawah ini
adalah gambar alat perkolasi (Sulaiman, 2011).
2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka.
· Metode soxhletasi
Gambar soxhlet
Kelebihan dan kekurangan soxhletasi
Kelebihan:
a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidaktahan terhadap
pemanasan secara langsung.
kekurangan:
a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah disebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi (Keloko,2013).
· Metode refluks
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung
minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi
pada tekanan udara normal, misalnya pada penyarian minyak atsiri yang terkandung
dalam tanaman daun raja. Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia
dengan adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air
yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi air. Penyulingan
dilakukan hingga sempurna (Ditjen POM : 1986).
Prinsip fisik destilasi uap yaitu jika dua cairan tidak bercampur digabungkan, tiap cairan
bertindak seolah – olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap.
Tekanan uap total dari campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap
parsial, yaitu tekanan yang digunakan oleh komponen tunggal, karena pendidihan yang
dimaksud yaitu tekanan uap total sama dengan tekanan atmosfer, titik didih dicapai
pada temperatur yang lebih rendah daripada jika tiap – tiap cairan berada dalam
keadaan murni (Ditjen POM : 1986).
Kelebihan destilasi uap-air yaitu alatnya sederhana tetapi bisa menghasilkan minyak
atsiri dalam jumlah yang cukup banyak sehingga efisien dalam penggunaan minyak yang
dihasilkan tidak mudah menguap karena pembawanya adalah air yang tidak mudah
menguap pada suhu kamar. Sedangkan kelemahannya metode ini tidak
cocok untuk minyak atsiri yang rusak oleh panas uap air, serta membutuhkan waktu
destilasi yang lebih panjang untuk hasil yang lebih banyak (Ketaren, 1985).
· Metode infundasi
Merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC
selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari
zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan
metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman
dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan
lebih dari 24 jam (Ansel, 1989).
Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak,yang
mengandung minyak atsiri,dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes
RI.1979).
a. Keuntungan
b. Kerugian
3. adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang mengandung
zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat
berkhasiat tersebut.
B. Uraian Pelarut
Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama
akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang
sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu
(Rohman, 2007):
a. Pelarut polar
b. Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari
tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
c. Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik
untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana dan eter.
a. Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada suhu kamar
adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat misalnya : garam-garam alkaloida,
glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral.
b. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya pelarut yang baik untuk
alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis gom, gula
dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk peragian
dan menghalangi perutumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga disamping
sebagai cairan penyari juga berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol
(hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada air sendiri.
c. Gycerinum (Gliserin)
d. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan sediaan
untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.
e. Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut yang baik
untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan
lemak dari simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum
simplisia tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya strychni, secale cornutum.
f. Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut yang baik untuk
bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang
dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin (N.F.XI)
g. Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek farmakologinya. Bahan pelarut
yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
h. Diklorometana
i. Isopropil
j. N- butanol
N-butanol dapat digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam. Karena
rantai hidrokarbonnya lebih panjang, maka bersifat pada umumnya bersifat non-polar.
Butanol lebih mirip bensin daripada etanol. Bahan bakar butanol sudah pernah
didemontrasikan di mobil berbahan bakar bensin tanpa ubahan apapun.[1] Butanol
dapat diproduksi dari biomassa(disebut "biobutanol") sama seperti bahan bakar
fosil (sebagai "petrobutanol"),, tapi biobutanol dan petrobutanol memiliki ciri-ciri kimia
yang sama.
k. Etill asetat
Etil asetat merupakan pelarut polar menengah yang mudah menguap, tidak beracun dan
tidak higrokopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam air hingga
kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi,
namun senyawa ini tidak stabil dalam air mengandung basa atau asam.
BAB III
PROSEDUR KERJA
1. Alat
Alat yang digunakan yaitu Timbangan, Batang pengaduk, Corong, dan cawan porselin,
gelas kimia dan gelas ukur.
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu aquadest, etanol 96%, kertas saring dan alumunimfoil.
B. Cara Kerja
1. Perkolasi
Simplisia atau bahan yang diekstraksi secara perkolasi diserbuk dengan derajat halus
yang sesuai dan ditimbang kemudian dimaserasi selama 3 jam, kemudian massa
dipindahkan kedalam perkolator dan cairan penyari ditambahkan hingga selapis diatas
permukaan bahan, didiamkan selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibuka dan
cairan penyari dibiarkan mengalir dengan kecepatan 1 ml permenit. Cairan penyari
ditambahkan secara kontinyu hingga penyarian sempurna. Perkolat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor kemudian dilakukan pengujian
selanjutnya.
2. Soxhletasi
Simplisia atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan ditimbang
kemudian dimasukkan kedalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian
rupa (tinggi sampel dalam klonsong tidak boleh lebih tingggi dari pipa siphon).
Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai, kemudian
ditempatkan diatas water bath atau healting mantel dan diklem dengan kuat, kemudian
klonsong yang telah dilapisi sampel dipasag pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan
klem, dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahi sampel yang ada dalam
klonsong (diusahakan tidak terjadi sirkulasi). Mantel disambungkan kesumber arus listrik
kemudian distel pada suhu yang sesuai. Biarkan cairan penyari tersirkulasi sampai
ekstraksi berlangsung sempurna. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
pada alat rotavapor.
BAB IV
A. Tabel Pengamatan
B. Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian atau penarikan senyawa kimia yang terdapat
didalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan
metode yang tepat. Ekstrak adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi
merupakan bahan alam, dimana ektraksi memiliki prinsip umum yaitu difusi dan
osmosis.
Tujuan dilakukan percobaan ekstraksi adalah untuk memperoleh ekstrak kental etanol
senyawa yang terkandung pada sampel daun raja yang selanjutnya akan digunakan
dalam praktikum berikutnya.
Pada praktikum ini digunakan metode soxhletasi dan perkolasi karena untuk mengetahui
perbandingan hasil ekstrak yang diperoleh dari metode tersebut.
Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam
sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.
Prinsip kerja dari soxhletasi yaitu dengan cara cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin
balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke
dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga
penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang
melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak
memberikan noda lagi.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam pelarut polar,
sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zataktif yang juga bersifat polar.
Etanol digunakansebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit
tumbuhdalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat
bercampurdengan air pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan
untukpemekatan lebih rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut
dan tidak mengakibatkan pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya adalah
sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim.
Keuntungan soxhletasi yaitu dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. Sedangakan kerugian dari
soxhletasi yaitu ekstrak yang terkumpul pada wadah disebelah bawah terus-menerus
dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. Jumlah total
senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut
yang lebih banyak untuk melarutkannya. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak
cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi.
Keuntungan dari perkolasi yaitu Tidak terjadi kejenuhan dan pengaliran meningkatkan
difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel).
Sedangkan kerugian dari perkolasi yaitu cairan penyari lebih banyak resiko cemaran
mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka.
Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh hasil % ren damen dari ekstraksi daun raja
dengan menggunakan metode soxhletasi yaitu 6,507%. Sedangkan pada metode
perkolasi yaitu 14,68%. Dari hasil yang diperoleh maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
metode ekstraksi yang lebih banyak mengkasilkan ekstrak yaitu dari metode perkolasi.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh hasil % rendamen dari ekstraksi daun raja
dengan menggunakan metode soxhletasi yaitu 6,507%. Sedangkan pada metode
perkolasi yaitu 14,68%. Dari hasil yang diperoleh maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
metode ekstraksi yang lebih banyak mengkasilkan ekstrak yaitu dari metode perkolasi.
B. Saran
Daftar Pustaka
Anonim. (2007). Sirih Merah Turunkan Glukosa Darah. Diakses 25 Maret 2010
Depkes RI. (1979). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Cetakan Pertama. Jakarta
Sulaiman, T.N.S. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia.