Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA LANJUTAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI

PADA SEREH ( Cymbopogon nardus(L.) Rendle.)

DENGAN METODE DESTILASI AIR DAN KROMATOGRAFI


LAPIS TIPIS ( KLT )

Di susun oleh :

Sinta Rimayani 16.0623


Siti Farida 16.0627
Sumiyati 16.0642
\ Wiwik Dwidayanti 16.0646
Kelompok : E( 4)

LABORATORIUM FITOKIMIA

AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG

2018

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI

PADA SEREH ( Cymbopogon nardus(L.) Rendle.)


DENGAN METODE DESTILASI AIR DAN KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS ( KLT )

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami penggunan alat destilasi untuk
mengisolasi minyak atsiri pada sereh dengan menggunakan metode
destilasi air.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengamatan organoleptis terhadap
minyak atsiri yang diperoleh dari sereh.
3. Mahsiswa dapat menghitung jumlah rendemen hasil isolasi minyak
atsiri pada sereh.
4. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi minyak atsiri dari sereh
dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).

II. PRINSIB
1. Destilasi air
Prinsip destilasi adalah pemisahan zat cair dari campurannya
berdasarkan perbedaan titik didih dari zat- zat cair dalam campuran
zat cair tersebut sehingga senyawa yang memiliki titik didih rendah
akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan
mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat).
2. Kromatografi lapis tipis ( KLT)
Prinsip dari kromatografi lapis tipis adalah memisahkan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut
yang digunakan dimana melibatkan zat cair sebagai fase gerak dan
zat padat sebagai fase diamnya. Suatu proses pemisahan analit
pada fase diam melalui fase gerak berdasarkan gaya kapilaritas.
III. TINJAUAN PUSTAKA

Minyak atsiri merupakan minyak yang umumnya dihasilkan dari


tumbuh-tumbuhan. Minyak atsiri memiliki ciri-ciri yaitu mudah
menguap pada suhu kamar dan memiliki aroma yang wangi sesuai
dengan tumbuhan penghasilnya. Sebagian besar minyak atsiri
berfungsi sebagai antibakteri dan antijamur. Hampir semua minyak
atsiri akar terdiri atas monoterpen, sedangkan minyak atsiri dari buah
sebagian besar terdiri atas seskuiterpen (Ketaren, 1986; Jayaprakarsha
dkk, 2002).
Minyak atsiri dikenal dengan istilah minyak mudah menguap
atau minyak terbang, merupakan senyawa yang umumnya berwujud
cairan, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit, batang, daun, buah,
biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan. Minyak atsiri
dapat diperoleh secara ekstraksi menggunakan pelarut organik
maupun dengan dipres atau dikempa dan secara enzimatik. Minyak
atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok: Pertama, minyak atsiri
yang mudah dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun
murninya, contohnya: minyak serai, minyak daun cengkeh, minyak
permen,dan minyak terpentin. Kelompok kedua adalah minyak atsiri
yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya, contohnya:
minyak nilam dan minyak kenanga (Sastrohamidjojo, 2004). Hasil
minyak atsiri yang berbeda dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu umur
tanaman dan jumlah curah hujan(Guenther, 1990).
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme
sekunder yang berada dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak
atsiri antara lain termasuk family Pinaceae, Labiatae, Myrataceae, dan
Zingiberaceae, Umbelliferae, serta Gramineae. Minyak atsiri terdapat
pada setiap bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga, buah, biji, batang,
kulit, akar dan rhizome. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku
dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetik, dan
industri farmasi. Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian,
minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pengikat bau (fixative)
dalam parfum, misalnya minyal nilam, minyak akar wangi dan minyak
cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah, misalnya
minyak lada, minyak kayu manis, minyak jahe, minyak cengkeh,
minyak ketumbar, umumnya digunakan sebagai bahan penyedap
(flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman (Ketaren, 1985).
Tanaman yang mengandung minyak atsiri dan berpotensi untuk
dikembangkan adalah tanaman serai wangi. Tanaman serai wangi
dibagi menjadi dua jenis, mahapengeri dan lenabatu. Mahapengeri
mempunyai bentuk daun yang lebih pendek dan lebih luas
dibandingkan dengan daun lenabatu (Yuliani dan Satuhu, 2012)
Serai wangi (Andropogon nardus Linn.), merupakan tanaman
rumput-rumputan tegak, menahun dengan tinggi 50-100 cm. Herba
serai wangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak
atsiri.Tanaman serai wangi dapat digunakan untuk pengobatan dan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan sabun obat nyamuk serta aroma
terapi (Depkes RI, 2001)
Minyak atsiri dari herba serai wangi diperoleh dengan cara
pengepresan. Selain itu, herba serai wangi dapat diperoleh dengan cara
destilasi. Prinsip destilasi adalah untuk isolasi atau pemisahan dua atau
lebih komponen zat cair berdasarkan titik didih, pada metode destilasi
air ini bahan yang akan didestilasi kontak langsung dengan air
mendidih, bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara
sempurna (Sastrohamidjojo,2004).
Destilasi merupakan teknik pemisahan atau pemurnian senyawa
yang didasarkan pada perbedaan titik didih dari masing-masing zat
dalam campuran. Pada metode destilasi akan terjadi penguapan dan
pendinginan larutan secara sekaligus. Saat larutan dipanaskan, larutan
akan menguap karena telah melewati titik didihnya. Uap yang
dihasilkan ini kemudian akan mengalir ke dalam kondensor. Ketika
uap melewati kondensor, akan terjadi pendinginan sehingga uap
berubah kembali menjadi larutan yang kemudian ditampung pada
wadah destilat (Khopkar, 2003).
Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih
komponen cairan yang dipisahkan pada tekanan tertentu. Penguapan
diferensial dari suatu campuran cairan merupakan bagian terpenting
dalam proses pemisahan dengan destilasi, diikuti dengan cara
penampungan material uap dengan cara pendinginan dan
pengembunan dalam kondensor pendingin-air (Yazid, 2005).
Prinsip dasar dalam proses destilasi yaitu dengan berdasarkan
perbedaan titik didih, senyawa dengan titik didih yang paling rendah
akan terpisahkan terlebih dahulu. Air pendingin dimasukkan dari ujung
yang paling dekat dengan adaptor, dan air keluar melalui ujung
pendingin yang lain. Termometer dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat menunjukkan titik didih senyawa yang sedang dipisahkan. Ujung
termometer diletakkan tepat pada posisi ujung pendingin (Yuliarto,
2012).
Metode destilasi yang umum digunakan dalam
produksi minyak atsiri adalah destilasi air dan destilasi uap-air.
Karena metode tersebut merupakan
metode yang sederhana dan membutuhkan biaya
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
destilasi uap. Namun belum ada penelitian tentang
pengaruh kedua metode destilasi tersebut terhadap
minyak atsiri yang dihasilkan. Sebelum diproses, tanaman tersebut
dirajang terlebih dahulu . Namun dalam proses destilasi tradisional
pada umumnya ukuran bahan yang digunakan tidak seragam, karena
proses pengecilan ukurannya hanya
melalui proses penghancuran sederhana (Raditya, 2008).
Syarat utama pemisahan campuran cairan dengan cara destilasi
adalah semua komponen yang terdapat di dalam campuran haruslah
bersifat volatil. Pada suhu yang sama, tingkat penguapan pada masing-
masing komponen akan berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa pada suhu
tertentu, komponen yang lebih volatil dalam campuran cairan akan
lebih banyak membangkitkan uap. Sifat yang demikian ini akan terjadi
sebaliknya, yakni pada suhu tertentu fasa cairan akan lebih banyak
mengandung komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang
setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi yang
berbeda. Perbedaan komposisi dalam kesetimbangan uap-cairan dapat
dengan mudah dipelajari pada destilasi pemisahan campuran alkohol
dari air (Sutijan, dkk., 2009).
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan plat KLT yang sudah siap
pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan
Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan
komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi
dan sebagai fase diam dapat digunakan silica gel dan eluen yang
digunakan berdasrkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih
baik kalau kepolaran eluen pada kolom kromatografi sedikit sibawah
eluen pada KLT (Lenny, 2006)
Pada hakekatnya KLT merupakan metode kromatografi cair yang
melibatkan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase geraknya
berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa
serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap
(kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk
lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fase diam pada KLT sering
disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair
di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk
dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam
silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan
selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam
KLT (Iskandar, 2007)
Kromatografi lapis tipis (KLT) termasuk kategori kromatografi
planar yang termasuk didalamnya adalah kromatografi kertas
elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom, kromatografi
planar ini fasa diamnya merupakan lapisan uniform bidang datar yang
didukung oleh plat kaca, alumunium atau plat selulosadalam
kromatografi kertas, sedangkan fasa gerak yang juga sering disebut
sebagai pelarur pengembang akan bergerak sepanjang fasa diam
dibawah pengaruh kapiler, pengaruh gravitasi atau pengaruh potensial
listrik. Disbanding dengan jenis lain kromatografi lapis tipis ini lebih
mudah pelaksanaannya dan lebih murah. (Tri Mulyono,2012)
Kepolaran eluen sangat berpengaruh pada Rf (faktor retensi) yang
diperoleh. Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada
eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi
adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang memiliki Rf
lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah begitu
sebaliknya karena fase diam bersifar polar. Senyawa yang lebih polar
akan tertahan kuat pada fase diam, sehingga menghasilkan nilai Rf
yang rendah. Rf yang baik berkisar antara 0,2 – 0,8. Jika Rf terlalu
tinggi, maka perlu mengurangi kepolaran eluen dan sebaliknya
(Gandjar, 2007).

IV. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
1. Lampu spiritus 12. Kaki tiga 1. Sereh
2. Kertas pH 13. Beaker 2. Aquadest
3. Termometer glass 3. Vanillin –
4. Pisau 14. Gelas ukur Asam sulfat
5. Telenan 15. Bejana 4. Toluene
6. Silica gel GF 254 KLT 5. Etil asetat
7. Labu alas bulat 16. Alat 6. Kapas
leher dua destilasi 7. Baku eugenol
8. Lampu UV -Pendingin
254nm bola
9. Kaca abses -Pipa stahl
10. Oven -Klem
11. Kertas saring -Statif
-Batu didih
-Pipa
kapiler

V. CARA KERJA

1. Prosedur Isolasi Minyak Atsiri pada Sereh

Dirangkai alat destilasi sesuai dengan petunjuk.

Dicuci sereh dengan air hingga bersih

Ditimbang 250 gram simplisia sereh

Dipotong tipis-tipis , dimasukkan kedalam labu alas bulat

Ditambahkan aquadest 500 ml, kemudian dilakukan destilasi selama 3


jam.

Destilasi dihentikan.
Hasil destilasi dipindahkan kedalam corong pisah.

Fase air fase minyak atsiri

Dibuang Dipindahkan ke dalam vial

Dihitung hasil rendemen

2. Menghitung Rendemen Minyak Atsiri

Diambil semua hasil minyak atsiri dari sereh setelah proses


destilasi
.
Ditimbang berat minyak atsiri yang didapat

Dihitung rendeman dengan rumus :

𝑃
R= x 100 %
𝐵

Keterangan : R = Rendemen (% b/b)


P = Hasil ekstrak yang diperoleh (gram)
B = Jumlah bahan awal (gram)

3. Pengamatan Organoleptis Minyak Atsiri

Diambil minyak atsiri sereh.

Diamati bentuk, bau, rasa dan warna

Dicatat hasil pengamatan


4. Identifikasi minyak atsiri sereh secara KLT
Eluen ( Toluen : Etil asetat = 93 : 7)
Disiapkan eluen dalam bejana KLT

Dilakukan penjenuhan lalu disiapkan fase diam silica gel 254

Ditotolkan sampel minyak atsiri sereh dan baku sitral pada lempeng KLT

Dimasukkan lempeng kedalam bejana KLT yang jenuh , diamati kenaikan


bercak

Setelah proses berakhir , dikeringkan, diamati dibawah sinar UV 254 nm

Disemprotkan penampang bercak (Vanilin - asam sulfat pekat)

Diamati warna noda yang tampak pada lempeng KLT.

Dihitung Rf pada noda lempeng KLT, kemudian bandingkan


dengan baku primer dengan rumus :

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒


Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 x 100 %
VI. GAMBAR RANGKAIAN ALAT

1. Alat Destilasi
Corang kaca yang disumbat
dengan kapas yang dibasahi

Pendingin bola

Selang keluar air

Selang yang disambungkan


dengan aliran air masuk

Pipa stahl

Thermometer

Labu alas bulat

2. Bejana KLT

VII. HASIL EVALUASI


1. Organoleptis
No Orgaloleptis Hasil

1 Bentuk Cair
2 Bau Khas aromatik
3 Rasa Pedas
4 Warna Jernih kekuningan

2. Rendemen
Berat sampel = 250 gram
Berat vial kosong = 11,34 gram
Berat vial+ minyak atsiri = 11,74 gram-
Berat minyak atsiri = 0,40 gram
𝑃
R= 𝐵
x 100 %

0,40 𝑔𝑟𝑎𝑚
R= x 100 %
250 𝑔𝑟𝑎𝑚

R = 0,16 % b/b

3. Identifikasi KLT
Fase diam : Silica gel GF 254
Fase gerak : Toluene : Etil asetat ( 93: 7 )
Sampel : Minyak Atsiri Sereh
Baku pembanding : Sitral
Penampang bercak : vanillin- asam sulfat
Volume Eluen yang dibuat : 10 ml
Bahan yang dibutuhkan
93
Toluene = 100 x 10 ml = 9,3 ml
7
Etil asetat = 100 x 10 ml = 0,7 ml

Bahan Deteksi Panjang Rf Ket


uji noda
Sinar uv Penampang
254 nm bercak

Sampel 1.Ungu 1.Hitam 2 cm 0,25


minyak 2.Ungu 2.Hitam 5,5 cm 0,69 Sitral
atsiri

Baku 1.Ungu 1.Hitam 1,7 cm 0,21


pemban 2.Ungu 2 Hitam 5,8 cm 0,76 Sitral
ding
sitral
Perhitungan Rf minyak Atsiri

1. Sampel
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒
hRf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 x 100

Noda 1 Noda 2
2 5,5
Rf = Rf =
8 8
Rf = 0,25 Rf = 0,69
hRf = 0,25 x 100 hRf = 0,69 x 100
= 25 = 69

2. Baku
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒
hRf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 x 100

Noda 1 Noda 2
1,7 5,8
Rf = Rf =
8 8
Rf = 0,21 Rf = 0,76
hRf = 0,21 x 100 hRf = 0,76 x 100
= 21 = 76
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mahasiswa melakukan isolasi minyak atsiri sereh
(Cymbopogon nardus(L.) Rendle.)) dengan metode destilasi air.
Destilasi air merupakan teknik isolasi senyawa dengan merendam
bahan dalam air kemudian mendidihkannya, penguapan dari suatu
senyawa tersebut akan melalui proses pengembunan hingga menjadi
tetesan. Prinsip dari destilasi air sendiri adalah pemisahan 2 zat dari
campuran yang mempunyai perbedaan titik didih. Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu dibandingkan
dengan titik didih lebih tinggi. titik didih dari sereh lebih rendah
daripada pelarut yang digunakan yaitu aquadest. Titik didih sereh
sekitar 700C-90oC , sedangkan titik didih pada air 100oC. Destilasi air
baik digunakan untuk bahan tanaman yang tahan kontak langsung
dengan air mendidih dan tidak rusak saat dididihkan. Selain itu, proses
pengerjaannya lebih mudah, pemasangan alat lebih mudah, dan alat
yang digunakan lebih sederhana.
Tahapan pertama yang dilakukan sebelum melakukan isolasi adalah
mencuci sereh terlebih dahulu dengan air mengalir. Pencucian ini
bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan benda asing yang
menempel pada sereh. Digunakan simplisia sereh yang sudah layu atau
dikeringkan yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air agar
tidak terlalu banyak, kalau kandungan air terlalu banyak maka
pemanasan akan terlalu lama sehingga akan merusak minyak atsiri.
Kemudian sereh dipotong tipis-tipis yang bertujuan untuk
memperkecil ukuran partikel dan memperbesar luas permukaan sereh
agar kontak dengan cairan penyari lebih besar sehingga minyak atsiri
yang dihasilkan lebih banyak. Sereh yang telah dpotong-potong harus
segera dimasukkan kedalam labu alas bulat dan segera didestilasi,
karena minyak atsiri sereh mudah menguap. Sehingga bila tidak
langsung diproses, minyak atsiri akan menguap sebagian dan hasil
minyak atsiri yang diperoleh akan berkurang.
Penggunaan labu alas bulat leher dua pada rangkaian alat destilasi
dipilih untuk memudahkan memasukkan simplisia sereh ke dalam labu
alas bulat meskipun alat destilasi telah dirangkai terlebih dahulu.
Apabila memilih labu alas bulat leher satu, maka bahan yang akan
diisolasi harus dimasukkan terlebih dahulu sebelum alat dirangkai. Hal
ini dapat menyebabkan kandungan minyak atsiri pada simplisia sereh
akan berkurang, apabila waktu yang dibutuhkan untuk merangkai alat
terlalu lama.
Termometer digunakan untuk mengontrol suhu selama proses
destilasi berlangsung. Suhu ideal untuk destilasi minyak atsiri adalah
700C-900C.. Karena jika suhu lebih dari 1000C, maka air akan ikut
menguap dan minyak atsiri akan rusak pada suhu yang tinggi. Di atas
pendingin bola diletakkan corong kaca yang ditutup dengan kapas
yang telah dibasahi. Penggunaan kapas basah pada corong kaca
digunakan untuk menahan uap, sehingga uap yang terbentuk akan
ditahan lalu jatuh pada pipa stahl. Pipa stahl pada rangkaian alat
destilasi berfungsi sebagai alat yang dapat memisahkan antara air dan
minyak atsiri karena volume air yang diembunkan biasanya selalu
lebih banyak daripada minyak atsiri yang dihasilkan, sehingga pada
proses pemisahan kedua cairan tersebut membentuk dua lapisan
terpisah. Minyak atsiri berada pada lapisan atas karena mempunya BJ
lebih rendah, sedangkan air berada pada lapisan bawah karena BJ lebih
tinggi. Pada pemanasan ini terjadi proses hidrodifusi yaitu air yang
mendidih akan membuka dinding selnya dan air akan masuk sehingga
minyak atsiri akan keluar. Proses ini berjalan terus menerus sampai
minyak atsiri semuanya keluar.

Destilasi yang dipilih untuk isolasi minyak atsiri sere adalah


destilasi stahl. Rendemen destilasi stahl dalam satuan b/b. Keuntungan
menggunakan destilasi stahl antara lain adanya skala yang
mempermudah pengukuran volume minyak atsiri yang didapat, apabila
air terlalu panas maka minyak atsiri dapat langsung dikeluarkan dan
apabila air yang ikut mengembun terlalu banyak maka air akan melalui
pipa kecil di bagian samping stahl kemudian kembali ke dalam labu
alas bulat. Dan apabila proses destilasinya menggunakan stahl maka
pemisahan antara fase air dan fase minyak tidak perlu menggunakan
corong pisah, hal ini dikarenakan pada stahl sudah terdapat klem yang
bisa buka tutup. Pada proses pemisahan ini fase air dapat dibuang
terlebih dahulu karena air memiliki BJ yang lebih tinggi dibanding
dengan minyak atsiri, sehingga fase air berada dilapisan bawah, sedang
minyak berada dilapisan atas, kemudian hasil dari minyak atsiri itu
ditampung dalam vial yang sudah ditara, perlu diperhatikan dalam
penyimpanan minyak atsiri sereh adalah vial ditutup dengan rapat agar
tidak mudah teroksidasi dan membentuk resin. Selanjutnya dilakukan
uji organoleptis, perhitungan rendemen, dan identifikasi dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ). Setelah dilakukan
penyulingan didapatkan hasil rendemen minyak atsiri sereh sebesar
0,16%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil rendemen
adalah:
1. Simplisia
Waktu panen simplisia akan mempengaruhi jumlah minyak atsiri yang
didapat
2. Pelarut dan suhu
Semakin banyak pelarutnya , rendemen semakin meningkat
3. Pengeringan
Pengeringan yang dilakukan mengakibatkan berkurangnya kadar air
didalam sel, sehingga sel-sel mudah ditembus uap, karena kadar air
lebih sedikit maka uap akan lebih mudah mneguapkan minyak atsiri.
4. Luas pemukaan
Besar kecilnya perajangan mempengaruhi hasil minyak atsiri yang
didapat, semakin kecil perajangan maka akan semakin luas kontak
antara cairan penyari dengan simplisia.
5. Suhu
Suhu ektrasi yang digunakan harus terkontrol, suhu yang berubah-
rubah akan mempengaruhi hasil rendeman.
Identifikasi minyak atsiri menggunakan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Fase diam yang digunakan yaitu silica gel GF 254
nm, dimana silica gel GF 254 nm dapat berfluoresensi pada panjang
gelombang 254 nm. Silica gel GF 254 nm digunakan sebagai fase diam
karena tidak bereaksi dengan senyawa yang diteliti. Sebelum
digunakan silica gel GF 254 nm harus dioven terlebih dahulu selama 5-
10 menit yang bertujuan untuk menghilangkan tapak-tapak air yang
masih menempel agar tidak mempengaruhi hasil.
Fase gerak yang digunakan yaitu toluene dan etil asetat dengan
perbandingan (93 : 7). Pada praktikum kali ini volume fase gerak yang
dibutuhkan adalah 10 ml dengan perbandingan toluene : etil asetat
yang dibutuhkan adalah( 9,3: 0,7). Pemilihan toluene dan etil asetat
sebagai fase gerak karena toluene bersifat non polar sehingga menarik
minyak atsiri ke atas, sedangkan etil asetat bersifat polar sehingga akan
menahan senyawa yang bersifat polar di bawah. Sebelum eluen
digunakan, terlebih dulu dilakukan penjenuhan dengan cara
memasukkkan kertas saring ke dalam bejana dalam keadaan berdiri
yang berisi eluen dan ditutup dengan kaca arloji. Selama proses
penjenuhan, bejana diletakkan pada meja datar dan tidak boleh
dipindah-pindah karena dapat mengganggu proses penjenuhan eluen.
Proses penjenuhan berakhir ketika eluen telah membasahi semua
bagian kertas saring. Fungsi dari proses penjenuhan yaitu memastikan
bahwa sistem bejana KLT telah terpenuhi oleh uap dari tolune dan etil
asetat.
Lempeng KLT sebelum ditotolkan sampel harus diberi jarak atas
dan bawah terlebih dahulu. Pemberian batas atas dan batas bawah pada
lempeng KLT tidak harus 1cm, tetapi tergantung pada panjang
lempeng KLT dan ukuran dari bejana yang digunakan. Pada batas
bawah tidak boleh diberi garis dengan tinta atau pensil karena tinta
dapat tereluasi bersama totolan sehingga mempengaruhi hasil
pengujian. Pemberian batas bawah berfungsi agar sampel tidak
langsung tercelup dalam eluen. Sedangkan batas atas berfungsi untuk
mengetahui batas eluen naik sehingga dapat dihitung jarak eluasinya.
Proses penotolan sampel dan baku pembanding tidak boleh terlalu
banyak karena noda yang timbul dapat berekor sehingga sulit untuk
diukur dan tidak boleh terlalu sedikit karena noda tidak bisa timbul.
Setelah dilakukan penotolan lempeng KLT dimasukan ke dalam bejana
KLT, ketika bercak sudah naik sampai batas atas, maka lempeng KLT
diangkat dan dikeringkan. Pada pengamatan hasil dibawah sinar UV
254 nm akan terlihat noda berwarna ungu karena bercak merendam
berfluoresensi lempeng KLT, sehingga lempeng KLT tidak lagi
berwarna kuning kehijauan. Lempeng KLT selanjutnya disemprot
dengan penampak bercak (vanillin-asam sulfat pekat). Tujuan dari
penyemprotan dengan penampak bercak yaitu agar bercak yang semula
hanya dapat dilihat di bawah sinar UV 254 nm dapat dilihat dengan
mata telanjang. Vanillin dan asam sulfat pekat dipilih karena cocok
digunakan untuk senyawa-senyawa terpenoid seperti minyak atsiri dan
eugenol. Setelah dilakukan penyemprotan, lempeng KLT kembali
dioven selama 10-15 menit untuk mengintensifkan warna noda.
Dari hasil pengamatan KLT yang diperoleh saat diamati di bawah
sinar UV 254 terdapat 4 noda berwarna ungu yaitu 2 noda pada baku
pembanding sitral dan 2 noda pada sampel minyak atsiri sereh.
Timbulnya 2 noda pada sampel kemungkinan disebabkan karena
sampel tidak hanya mengandung minyak atsiri. Setelah dilakukan
penyemprotan dengan vanillin-asam sulfat pada lenpeng KLT dan
dikering kan dalam oven, diamati adanya 4 noda berwarna hitam, yaitu
2 noda pada baku pembanding dan 2 noda pada sampel minyak atsiri
sereh. Nilai Rf pada baku pembanding sitral yang telah dihitung adalah
0,21 dan 0,76 sedangkan menurut literatur komposisi harga Rf pada
geraniol 0,43 dan harga Rf pada sitronellol 0,63. Sedangkan harga Rf
yang didapat minyak atsiri sereh adalah 0,25 dan 0,69. Dari hasil
praktikum dapat disimpulkan sampel sereh memiliki Rf yang tidak
berbeda jauhdari literature dan mengandung geraniol dan sitronellol
Harga Rf yang didapat antara minyak atsiri yang diperoleh dari hasil
isolasi sereh dengan baku sitral berbeda, kemungkinan hal ini
disebabkan oleh kelarutan antara minyak atsiri dan fase yang
digunakan berbeda. Noda yang mempunyai harga Rf lebih rendah
cenderung memiliki kepolaran yang lebih tinggi karena lebih
terdistribusi ke fase diam yang bersifat polar. Perbedaan nilai Rf antara
hasil dan pustaka dapat terjadi karena ketebalan lapisan, bejana KLT
kurang jenuh, teknik pengembangan (elusi), kemurnian baku dan
sampel dan kualitas dari pelarut yang digunakan.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum isolasi minyak atsiri dari sereh dapat
disimpulkan bahwa :
1. Tujuan penggunaan alat destilasi stahl untuk mengisolasi minyak
atsiri pada sereh ( Cymbopogon nardus(L.) Rendle.) adalah untuk
mencegah kerusakan minyak atsiri akibat pemanasan yang teralu
tinggi.
2. Hasil pengamatan organoleptis terhadap minyak atsiri yang
diperoleh dari sereh ( Cymbopogon nardus(L.) Rendle.) berbentuk
cair, bau khas aromatic, warna jernih kekuningan dan rasa pedas.
3. Rendemen hasil isolasi minyak atsiri sereh ( Cymbopogon
nardus(L.) Rendle.) adalah 0,16 % b/b.
4. Identifikasi mnyak atsiri sereh ( Cymbopogon nardus(L.) Rendle.)
dengan metode KLT menunjukkan warna noda sampel di bawah
sinar UV 254nm adalah ungu dengan harga Rf 0,25 dan 0,69

X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jilid 2.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
Erlangga. Jakarta.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi
Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Guenther, T. 1990. Minyak Atsiri. Penerjemah: Ketaren. Erlangga.
Jakarta
Heyne, K. 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II, Terj,
Badan Libang Kehutanan. Cetakan I, Koperasi karyawan
Departemen Kehutanan, Jakarta Pusat.
Iskandar, M.J. 2007. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Penerbit
ITB. Bandung
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta
Lenny, S. 2006. Analisi Kromatografi dan Mikroskop. ITB. Bandung
Raditya, 2008, Destilasi Reaktif Metanol - Asam Asetat - Metil Asetat-
Air, Jurnal Teknik Kimia Indonesia. Vol.7 No.2
Satuhu , Y dan Sri ,Y ,2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Penebar
Swadaya , Jakarta.
Sutijan, Budiman, A, dan Yohanes, 2009, Pengaruh Perlakuan Daun
dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi pada Isolasi Minyak
Cengkeh dengan Menggunakan Super Steam Distillation”,
Jurnal Teknik Kimia Indonesia. Vol. 8 No. 2.
Yazid, 2005, Kimia Fisika untuk paramedis, Andi Offset, Yogyakarta

XI. LAMPIRAN
1.Gambar rangkaian alat destilasi stahl
2.Gambar hasil isolasi minyak sereh

3.Gambar lempeng KLT dibawah sinar UV setelah penotolan

4.Gambar lempeng KLT saat dimasukkan ke dalam bejana KLT


5.Gambar lempeng KLT di bawah sinar UV setelah dimasukkan
bejana KLT

6.Gambar KLT setelah di oven


7.Lempeng KLT

Semarang , 5 Maret 2018


Mengetahui Praktikan 1
Dosen pengampu 1

(Septiana Laksmi R, M.Sc., Apt ) (Sinta Rimayani )

Dosen pengampu 2 Praktikan 2

( Odilia Dea Christina, S.Farm,Apt) (Siti Farida)

Praktikan 3

(Sumiyati)

Praktikan 4

(Wiwik Dwidayanti)

Anda mungkin juga menyukai