Anda di halaman 1dari 4

RENDERING

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi (Andaka,2009). Menurut Eka
dkk (2016) proses rendering terbagi atas dua macam, yakni;

1. Rendering basah (wet rendering) adalah metode ekstraksi perebusan dan pengepresan
yang dilakukan dengan menggunakan air.
2. Rendering kering (dry rendering) adalah metode ekstraksi yang tidak menggunakan air
untuk melepaskan minyak dari bahan.

PENGEPRESAN MEKANIK

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak terutama untuk
bahan yang berasal dari biji-bijian. Pengepresan mekanis terbagi atas dua metode umum, yaitu
(Kurniawan dkk 2008):
1. Hydraulic Pressing (Pengepresan hidrolik), dimana bahan dipres dengan tekanan sekitar
2.000 lb/inch2 tanpa menggunakan pemanas, sehingga metode ini sering juga disebut
dengan cold pressing.
2. Expeller pressing (pengepresan berulir), dimana untuk mengambil minyak atau lemak
perlu dilakukan proses pemanasan atau tempering terlebih dahulu pada suhu sekitar
115,5oC dan tekanan 15.000-20.000 lb/inch2.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengepresan anatara lain tekanan yang digunakan,
ukuran partikel, moisture content, suhu dan waktu pemanasan (Kurniawan dkk, 2008).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI EKTRASKSI

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan


kelarutannya terdapat dua cairan tidak saling salur yang berbeda. Menurut Kurniawan dkk,
(2008) dan Andaka (2009) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju ektraksi,
yaitu:

1. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel akan menyebabkan luas permukaan dari partikel per satuan
berat menjadi besar, sehingga menyebabkan pelarut yang berdifusi semakin banyak.
2. Pelarut
Cairan yang dipilih sebagai pelarut harus mampu melarutkan solut dengan baik dan
viskositasnya rendah, sehingga dapat mensirkulasi dengan baik.
3. Volume Pelarut
Semakin besar volume pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi maka minyak
yang terambil semakin besar sampai batas optimum dari bahan yang diekstrak.
4. Suhu
Kenaikan suhu akan menyebabkan kenaikan kelarutan minyak ke dalam zat pelarutnya,
tetapi suhu yang tinggi akan menyebabkan kerusakan bahan sehingga minyak yang
dihasilkan berwarna gelap. Biasanya kelarutan dari bahan yang diekstraksi akan
bertambah dengan meningkatnya suhu, sehingga laju ektraksinya juga bertambah. Selain
itu, koefisien difusivitas juga akan semakin meningkat dengan naiknya suhu sehingga
dapat mempercepat laju ekstraksi.
5. Agitasi
Pengadukan larutan juga penting karena akan meningkatkan difusi Eddy dan
meningkatkan kecepatan perpindahan bahan dari permukaan padatan ke badan larutan.
Selain itu pengadukan juga mencegah terjadinya pengendapan sehingga campuran pelarut
dengan solute menjadi homogen.
6. Waktu ekstraksi
Waktu ekstraksi yang lebih lama akan menyebabkan waktu kontak bahan
dengan pelarut juga akan lebih lama, sehingga jumlah minyak terambil akan lebih
besar.
7. Jumlah bahan
Semakin besar jumlah bahan yang digunakan pada proses ekstraksi maka minyak
yang terambil semakin besar sampai batas optimum dari bahan yang diekstrak.

DISTILASI
Destilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap bahan. Zat yang memiliki titik didih rendah akan menguap
terlebih dahulu, sedangkan zat yang memiliki titik didih tinggi akan mengenbun dan akan
menguap apabila telah mencapai titik didihnya. Tekanan uap suatu cairan akan meningkat seiring
dengan bertambhanya temperatur, dan titik dimana tenakan uap sama dengan tekanan eksternal
cairan disebut dengan titik didih. Hukum Dalton dan Raoult merupakan pernyataan matematis
yang dapat menggambarkan apa yang terjadi selama distilasi, yaitu menggambarkan perubahan
komposisi dan tekanan pada cairan yang mendidih selama proses distilasi. Uap yang dihasilkan
selama mendidih akan memiliki komposisi yang berbeda dari komposisi cairan itu sendiri
(Fatimura, 2014).

MINYAK KACANG TANAH

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika
Serikat, tepatnya berasal dari Brazilia. Kacang tanah pertama kali masuk ke Indonesia pada awal
abad 17 dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang
una, kacang jebrol, kacang Bandung, katang Tuban dan kacang kole. Kacang tanah yang
dibudidayakan di Indonesia adalah tipe tegak dan tipe menjalar (Andaka,2009).

Menurut Andaka (2009) minyak kacang tanah merupakan campuran ester dari gliserol dan asam
lemak rantai panjang atau sering disebut dengan trigliserida. Trigliserida terbentuk dari asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah mengandung 78%-82% asam
lemak tak jenih yang terdiri dari 40%-45% asam oleat (C17H33COOH) dan 30%–45% asam
linoleat (C17H31COOH). Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri dari asam palmitat
(C15H31COOH), sedangkan kadar asam miristat (C 13H27COOH) sekitar 5% kandungan
asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak akan
bertambah dengan cara hidrogenasi atau penambahan anti-oksidan.

Struktur molekul trigliserida (Andaka,2009).

CH2 O C R1

CH2 O C R2

CH2 O C R3
DAFTAR PUSTAKA

Eka, B., Junianti, dan Rochima,E., 2016, Pengaruh Metode Rendering Terhadap Karakteristik
Fisik, Kimia Dan Organoleptik Ekstrak Kasar Minyak Ikan Lele, Jurnal Perikanan Kelautan,
1(7), 2.
Fatimura, M., 2014. Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasi Pada Kolom
Destilasi, Jurnal Media Teknik, 1(11), 23.
Andaka, G., 2009, Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah Dengan Pelarut N-Heksana,
Jurnal Teknologi, 1(2), 80-81.
Kurniawan, A., Kurniawan, C., Indraswati, N., dan Mudjijati, 2008, Ekstraksi Kulit Jeruk
Dengan Metode Distilasi, Pengepresan dan Leaching, Widya Teknik, 1(7), 15-17.

Anda mungkin juga menyukai