Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SITI AMALIA GUMOHUNG


NIM 821318069

ASISTEN: ABDUL MUHAIMINUL AZIZ N. HASANIA

JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM BAHAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

A. Judul
Partisi
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan partisi
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis partisi
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari partisi
C. Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, analisis, dan standarlisasi/pembakuan obat serta
pengobatan, dan ilmu pengetahuan dari sumber alam ataupun sintetik, mineral, nabati,
hewan menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, mendiagnosa
penyakit (Syamsuni, 2006). Dalam farmasi juga mempelajari berbagai ilmu tentang
segala jenis senyawa atau zat kimia yang diperoleh dari sumber tumbuhan biasa disebut
fitokimia.
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai sumber senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis,
perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa
organik (Kristanti, dkk, 2008). Dalam suatu tanaman yang akan diambil diperlukan
proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaankelarutannyaterhadapduacairantidak saling larutyang berbeda biasa disebut
partisi cair-cair.

1
Partisi cair-cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukan sampel atau
clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen matrix yang mungkin
mengganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut
juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam sampel dalam jumlah kecil
sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi dan kuantifikasinya
(Rohman, 2009). Selain itu, ada juga proses penguapan yang bertujuan untuk
memisahkan pelarut dari larutan sehingga menghasilkan larutan yang lebih pekat biasa
disebut evaporasi.
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan
untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan,
menurunkan aktivitas air (Praptiningsih, 1999).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum tentang partisi cair-cair
yang bertujuan untuk memisahkan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak
saling bercampur serta jenis-jenis partisi yang digunakan.
D. Dasar Teori
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai sumber senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis,
perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa
organik (Kristanti, dkk, 2008).
Partisi adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari
campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga
didefenisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan
dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen kimia dan zat-zat
yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat
dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan didalam wadahd engan atau tanpa
pemanasan (Najib, 2013).
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarutdi dalam 2 macam zat
pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat
terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena
adanya sifat senyawa yang dapat larut air dan ada pula senyawa yang larut dalam
pelarut organik. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua

2
lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai
keseimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam
corong pisah (Najib, 2008).
Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan sebagai pelarut kedua
adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan demikian ion
anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar terdapat dalam fase air, sedangkan
senyawa organik non polar sebagian besar akanterdapat dalam fase air, sedangkan
senyawa organik non polarsebagian besar akan terdapat dalam fase organik. Hal ini
yang dikatakan “like dissolves like“, yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah
larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya (Dirjen POM, 1979).
Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yangtelah dilarutkan dalam cairan
lain yang tidak dapat bercampurdengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan.
Satukomponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedualapisan tersebut
(biasanya disebut fase) dan setelah beberapawaktu dicapai kesetimbangan konsentrasi
dalam kedua lapisan.Waktu yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya
dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebutdalam corong pisah (Tobo, 2001).
Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fasepada suhu tertentu bergantung
pada kemiripan kepolarannyadengan fase cair, menggunakan prinsip “like disolves
like”.Molekul bermuatan yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairandengan sejumlah
besar ion bermuatan berlawanan dan juga dalam kasus ini “menarik yang berlawanan”,
misalnya senyawaasam akan lebih larut dalam fase air yang basa daripada yangnetral
atau asam. Rasio konsentrasi senyawa dalam kedua fasedisebut koefisien partis.
Senyawa yang berbeda akanmempunyai koefisien partisi yang berbeda, sehingga jika
satusenyawa sangat polar, koefisien partisi relatifnya kefase polarlebih tinggi daripada
senyawa non-polar (Tobo, 2001).
Fraksinasi selanjutnya yaitu suau senyawa hanya ada dalam satu fase, hal ini dapat
dicapai dengan ekstraksi fase awal berturut-turut dengan fase yang berlawanan. Lebih
baik menggunakan elusi berurutan dengan volume relatif kecil dibandingkan dengan
satu kali elusi keseluruh volume (Tobo,2001).
Ekstraksi cair-cair bertujuan untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu
dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang tidak saling campur. Salah
satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik. Senyawa-

3
senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-
senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik, begitu pula dengan
ekstraksi padat cair akan tetapi sampel yang digunakan tidak larut air (Tobo, 2001).
Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri
atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile. Evaporasi
adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut.
Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan
larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas
air (Praptiningsih 1999).
Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi dilakukan
dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat
yang
konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan. Dalam
evaporasi sisa penguapan adalah zat cair yang sangat kental, bukan zat padat. Evaporasi
berbeda pula dengan destilasi, karena uapnya adalah komponen tunggal. Evaporasi
berbeda dengan kristalisasi, karena evaporasi digunakan untuk memekatkan larutan
bukan untuk membuat zat padat atau Kristal (MC. Cab, dkk., 1993).
Menurut Wirakartakusumah (1989), di dalam pengolahan hasil pertanian proses
evaporasi bertujuan untuk:
1. Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut.
Sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira
tebusebelum proses kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya
2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan,
penyimpanan dan transportasi
3. Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid
terlarutsehingga
4. bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis.
Menurt Earle (1982), adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi
kecepatan pada proses evaporasi adalah:
1. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan
2. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan
3. Suhu maksimum yang dapat dicapai

4
4. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan
5. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.
Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik
yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain
perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya
pencokelatan dan lain-lain. Penggunaan bermacam-macam peralatan ini akan
berpengaruh pada kemudahan penguapan dan retensi zat gizi (Tejasari, 1999).
Besarnya suhu dan tekanan evaporator sangat berpengaruh terhadap proses
penguapan cairan. Semakin tinggi maka semakin cepat proses evaporasi, tetapi dapat
menyebabkan kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bahan (Gaman,
1994).
Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan sehingga prinsip kerjanya
merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi itu sendiri. Prinsip kerjanya
dengan penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari
zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik didih
lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat serta memiliki konsentrasi
yang tinggi (Praptiningsih, 1999).
E. Uraian Tanaman
1. Tumbuhan paku gunung
a. Klasifikasi (New Zealand Plant Conservation Network, 2005; Riastuti et al,
2018)
Regnum : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pterodiopsida
Orde : Polypodiales
Famili : Nephrolepidaceae
Genus : Nephrolepis Akar Tanaman paku
gunung
Spesies : Nephrolepis exaltata ( Nephrolepis exaltata
radix)

5
b. Morfologi
Termasuk paku tanah, akar rimpang tegak, dan berdaun lebat. Panjang
tangkai daun sekitar 10-60 cm, pangkalnya gundul atau bersisik jarang.
Anak daun fertil lurus atau berbentuk sabit, pada pangkal tepi atas bertelinga,
tepinya beringit bergigi ringan. Rhizoma menjalar, tangkai daun telanjang
panjangnya 10-15 cm, daun panjangnya 20-80 cm, lebar 8-15 cm, anak
daun letaknya berdekatan, bentuk ujung daun runcing, bentuk tepi rata atau
berkerut, pangkal bagian atasnya bertelinga, anak daun berbentuk pita, daging
daun agak tebal, permukaan daun telanjang, sorus letaknya dekat tepi anak
daun, indisium berbentuk ginjal. Terdapat pada daerah yang tidak begitu
kering, hutan belukar, rimba rumput, tepi hutan. Nephrolepis exaltata
memiliki manfaat sebagai penyerap paling efektif, terutama formaldehid,
xylenedan karbon monoksida (Sari dan Rosada, 2009).
Menurut Hovenkamp and Miyamoto (2005), N. brownii atau N.exaltata
umumnya membentuk berkas lima atau enam daun pada rimpang tegak.
Tanaman ini menyebar dengan stolon, yang sering membentuk panggung yang
mendukung rimpang tegak. Cabang stolons (tebal 1,5-2,5 mm) dalam sudut yang
sangat berbeda. Timbangan pada stolon bisa jarang, tertekan, atau menyebar.
Daun daun menjadi hijau gelap saat kering, dan beruang berserakan, sisik linier
di sepanjang nadinya, 70-130 kali 10-12 cm, panjangnya 14-37 cm. Lamina
berkurang sangat kuat di pangkalan, meruncing lebih dari 25-35 cm. Pinus basal
panjang 1,5-2 cm, jarak 2-5 cm, pinna tengah lurus atau sedikit tidak lurus.
Pinnae steril (6 x 1,4 cm) sedikit tidak sama kuat pada alas, alas basis bulat atau
cordate, alas dasar akroskopi, sangat beruratik (biasanya dengan daun telinga
sempit), margin pada seluruh bagian basal atau crenate, apeks akut. Pinna subur
(5,5-7 x 0,9 cm) memiliki margin serrate lebih jelas daripada pinnae steril.
Pinnae ditutupi dengan timbangan basal (3,5 x 1,3 mm), yang peltate dan
appressed. Sisik pada rachinya padat, menyebar, dengan penampilan tembus
cahaya atau cokelat muda.Sisik pada lamina biasanya persisten, seringkali juga
persisten di permukaan atas.Rambut di lamina tidak ada, tetapi terus-menerus
hadir di pelepah. Sori (kelompok sporangia) berbentuk bulat dan marginal, dan

6
mereka membentuk 25 hingga 27 pasangan pada pinnae yang sepenuhnya subur.
Indusium (selaput yang menutupi sori) berbentuk ginjal.
c. Kandungan kimia
Komponen minyak esensial NES diidentifikasi sebagai alkohol (10,85,
18,11%), fenol (0,6, 7,17%), keton (8,42, 0,0%), aldehida (0,0, 1,93%) dan ester
(33,40, 4,88%). Serta terdapat juga beberapa senyawa yang dominan pada NES
yaitu Linalool (8.23%), thymol (4.47%), methyl palmitate (2.75%), α-cadinol
(2.04%), geraniol (1.66%) and eugenol (1.53%) (El-Tantawy et al., 2016)
Fitokimia Nephrolepis exaltata (L.) Schott sebelumnya telah diselidiki
secara kualitatif saja, dan konstituen kimia berikut telah ditemukan: saponin,
flavonoid, tanin, dan gula pereduksi (Oloyede et al., 2014).
d. Manfaat
Hasil penelitian El-Tantawy et al(2016), menunjukkan bahwa minyak NES
menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-
negatif. Serta Minyak NES aktif melawan karsinoma paru-paru dan payudara
dengan IC50 dari 24,3 dan 43,2 g / ml. Menurut Cambie dan Ash (1994),
Spesies ini secara tradisional digunakan di pulau Fiji untuk mengobati gangguan
menstruasi wanita.
2. Pecut Kuda
a. Klasifikasi (Steenis, 1992; Plantamor, 2012)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Daun Pecut Kuda
Genus : Stachytarpheta ( Stachytarpheta indica
Spesies : Stachytarpheta indica Vahl. folium)

b. Morfologi
Pecut kuda merupakan terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi ± 50 cm, daun
letak berhadapan, bentuk bulat telur, tepi bergerigi, tidak berambut. Bunga
duduk tanpa tangkai pada bulir-bulir yang berbentuk pecut, panjang 4-20 cm.

7
bunga mekar tidak berbarengan, kecil-kecil warna ungu, putih (Dalimartha,
2000).
Stachytarpheta indica (L.)Vahl. adalah rumput-rumputan yang tegak, tinggi
0,3-0,9 m. Memiliki daun berhadap-hadapan, bertangkai sangat panjang,
berbentuk elips memanjang atau bulat telur, dengan kaki yang menyempit demi
sedikit, di atas bagian kaki yang bertepi rata berigigi beringgit, berambut jarang
atau tidak yang ukurannya 4-9 cm dan 2,5-5 cm. Bulir bertangkai pendek,
panjang 15-30 cm. Daun pelindung menempel kuat pada kelopak, bertepi lebar
serupa selaput. Kelopak bergigi empat, panjang 0,5 cm. Tabung dasar bunga
berbentuk bantal. Buah berbentuk garis baji, panjang 0,5 cm, pecah dalam 2
kendaga. Terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di tempat yang
cerah atau sedikit, 1-1,250 m (Steenis, 1992).
c. Kandungan kimia
Menurut Dalimartha (2000), Pecut kuda mengandung glikosida flavonoid
dan alkaloid. Menurut Chowdhury (2003), Pecut Kuda mengandung senyawa
kimia berupa terpenoid, flavonoid, glikosida,dan flavonoid
Hasil skrining fitokimia pada fraksi heksan hanya mengandung senyawa
sterol dan triterpen; fraksi kloroform mengandung senyawa sterol, triterpen, dan
saponin; fraksi etil asetat mengandung senyawa sterol, triterpen, flavonoid,
tannin, dan saponin; dan fraksi metanol mengandung senyawa tannin, sterol,
triterpen, dan saponin. (Indrayani et al., 2006)
d. Manfaat
Herba pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) digunakan sebagai
obat infeksi dan batu saluran kencing, rematik, sakit tenggorokan, pembersih
darah, haid tidak teratur, keputihan, hepatitis A. Bunga dan tangkainya untuk
pengobatan radang hati sedangkan akarnya untuk pengobatan keputihan
(Dalimartha, 2000).
Menurut Kumala et al., (2016), ektrak metanol dari daun pecut kuda
mempunyai aktifitas antioksidan yang cukup tinggi dengan nilai IC50 14,28 %.
Selain itu menurut Cahyaningrum (2003), ekstrak kasar daun tumbuhan ini juga
positif memiliki efek antibakteri yang kuat terhadap bakteri Eschericia coli dan
Bacillus subtilis masing-masing pada dosis 20 mg.

8
F. Uraian Bahan
1. Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama Resmi :AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alcohol, Ethyl hydroxide.
Nama Kimia : Etanol
Rumus struktur :  

CH3 OH

Rumus Molekul : C2H5OH.


Berat Molekul : 46,07 g/mol.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan  mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dandalam eter P.
Khasiat : Sebagai antimikroba (membunuh mikrobakterium
desinfektan (membasmi kuman penyakit).
Kegunaan : Pensteril alat laboratorium, pelarut, dan penstabil.
Peyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya,ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
2. Aquadest (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA.
Nama lain : Air suling.
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.02 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunya rasa,


Tidakberbau
Kelarutan : larut dengan sebagian besar pelarut polar.

9
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. N-Heksan (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi :n-HEKSANA
Nama Lain : Heksana
Nama Kimia : Heksana
Rumus struktur :  

Rumus Molekul : C6H14


Berat Molekul : 86,18 g/mol.
Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, berbau seperti eter
Lemahatau bau petroleum
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak,
Dapatbercampur dengan eter, dengan kloroform,
dengan benzene dan dengan sebagian besar minyak
lemak dan minyak atsiri
Kegunaan : Pelarut
Peyimpanan               : Jauhkan dari nyala api dan simpan di tempat sejuk,
Dalamwadah tertutup rapat
G. Alat Dan Bahan
1. Alat

Nama Alat Gambar Fungsi

Alat pemanas Untuk memanaskan wadah pada


(kompor) saat proses evaporasi

10
Botol vial Untuk meletakkan hasil ekstrak
kental setelah proses evaporasi

Batang pengaduk Untuk mengaduk pada saat


proses evaporasi

Corong Untuk memindahkan ekstrak


cair ke dalam gelas ukur

Corong pisah Untuk memisahkan dua cairan


yang tidak saling bercampur
pada proses partisi cair-cair

Gelas ukur Untuk mengukur volume ekstrak


cair dan pelarut yang digunakan

11
Gelas kaca Untuk menampung ekstrak yang
berasal dari corong pisah

Neraca ohauss Untuk menimbang ekstrak


kental setelah proses evaporasi

Spatula Untuk meletakan hasil ekstrak ke


dalam botol vial

Statif dan klem Untuk meletakan corong pisah

Wadah pemanas Untuk memanaskan sampel pada


(dandang) saat evaporasi

Wadah steinless Untuk meletakan sampel yang


dipanaskan pada wadah
pemanas (dandang)

2. Bahan

12
Nama Bahan Gambar Fungsi

Aquadest Digunakan sebagai pelarut pada


proses pemanasan

Alkohol 70%
Digunakan untuk membersihkan
alat

Aluminium foil Digunakan untuk menutupi


bagian atas pada wadah ekstrak
kental

Digunakan sebagai pelarut yang


N- heksan
bersfat non polar

Ekstrak maserasi Digunakan pada sampel untuk


proses evaporasi

Ekstrak Digunakan sebagai sampel pada


perkolasi proses evaporasi

13
Untuk memisahkan dua cairan
Tisu yang tidak saling bercampur
pada proses partisi cair-cair

G. Skema Kerja
1. Evaporasi

Disiapkan alat dan Dirangkai alat


bahan pemanas Diukur ekstrak
maserasi

Dimasukan kedalam Dimasukan ke dalam


Dilakukan proses wadah pemanasan wadah steinles
evaporasi sampai
sampel mengental

Hasil 14
Dimasukan ekstrak Ditimbang ekstrak
kental kedalam botol kental pada neraca
vial ohaus
2. Partisi cair-cair

Disiapkan alat dan Dirangkai alat partisi


bahan cair-cair Dimasukan ekstrak
perkolasi ke dalam
corong pisah

Dikocok corong
pisah
Didiamkan corong Ditambahkan pelarut
pisah sampai ke dalam corong
membentuk dua pisah
lapisan

Hasil ekstrak polar


Dilakukan pemisahan Diukur ml banyak
antara polar dan non dari masing-masing
15
polar bagian
Hasil ekstrak non
polar

3. Evaporasi II

Disiapkan alat dan Dirangkai alat


bahan pemanas Dimasukan wadah
polar dan non polar
kedalam alat
pemanas (dandang)

Ditimbang masing- Dimasukan ekstrak Dilakukan prpses 16


masing ekstrak polar kental ke dalam evaporasi sampai
dan non polar masing-masing vial ekstrak mengental
polar dan non poplar
Hasil ekstrak kental Hasil ektrak kental
polar non polar

G. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil

Nama Metode Gambar Keterangan

Warna hijau muda menjadi


Evaporasi hujau pekat, dan kental

Warna hijau pucat


Partisi cair-cair menjadi bening kehijauan
dan sedikit kental.

17
(polar)

Partisi cair-cair Warna hijau muda


(non polar) menjadi hujau botol dan
cair.

2. Pembahasan
Pada praktikum ini, menggunakan metode partisi cair-cair dan evaporasi. Tujuan dari
metode partisi cair-cair ini adalah untuk mengetahui proses pemisahan untuk
memperolehkomponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan
denganmenggunakan pelarut yang sesuai(Najib, 2013). Sedangkan tujuan dari evaporasi
adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut
(Praptiningsih, 1999).
Pada metode partisi cair-cair menggunakan ekstraksi perkolasi (Akar Paku
(Nephrolepis radix)) dan metode evaporasi menggunakan ekstraksi maserasi daun pecut
kuda(Sebelum melakukan praktikum, yang hal pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan. Selanjutnya, membersihkan alat menggunakan alkohol
70%. Menurut (Sylvia, 2008), tujuan menggunakan alkohol sebagai antiseptik dan
desinfektan dalam membunuh mikroba. Pada Praktikum kali ini, menggunakan dua
metode yaitu:
1. Metode Evaporasi
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan
untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan,
menurunkan aktivitas air (Praptiningsih, 1999).
Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada perbedaan titik
didih yang sangat besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan pelarutnya. (Saleh,
2004).Langkah pertama yang akan dilakukan yaitumerangkai alat pemanas, pada
praktikum kali ini kami menggunakan alat pemanas kompor karena tidak memiliki alat
khusus untuk evaporasi yaitu evaporator.Menurut Gaman (1994), mekanisme kerja

18
evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah panas, kemudian panas
yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan sehingga suhu larutan akan naik
sampai mencapai titik didih. Uap yang dihasilkan masih digunakan atau disuplai
sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Selanjutrnya menyiapkan ekstrak maserasi
dituang kedalam wadah stenlis yang sudah dipanaskan dengan kompor, karena wadah
stenlis tahan terhadap pemanasan dan dapat menghantarkan panas pada suatu larutan,
selanjutnya melakukan proses evaporasi sampai ekstrak mengental. Menurut (Voight,
1998), evaporasi bertujuan untuk meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut,
memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air.
2. Metode Partisi cair-cair
Partisi (ekstraksi cair-cair) merupakan metode pemisahan berdasarkan
sifat kelarutan komponen target dan distribusinya di dalam dua pelarut yang
saling tidak bercampur (Khopkar, 2002), Senyawa yang bersifat polar akan
tertarik ke pelarut polar, senyawa semipolar akan tertarik ke pelarut semipolar
dan senyawa nonpolar akan tertarik ke pelarut nonpolar. Pemisahan senyawa
yang bersifat polar, semipolar dan nonpolar dapat dilakukan dengan metode
partisi menggunakan corong pisah. Pengocokan bertujuan untuk memperluas
area permukaan kontak antara pelarut yang tidak bercampur. Syarat pelarut
untuk metode partisi adalah memiliki kepolaran yang sesuai dengan bahan yang
diekstrak dan harus terpisah setelah pengocokan (Harvey, 2000). Selanjutnya
ekstrak perkolasi dimasukan kedalam corong pisah yang di lanjutkan dengan
menambahkan pelarut N-Heksan sebanyak 2 kali hal ini disebabkan karena jika
pada pengerjaan awal digunakan pelarut polar, maka dikhawatirkan adanya
senyawa nonpolar yang ikut terlarut, sebagaimana kita ketahui bahwa pelarut
polar, selain mampu melarutkan senyawa yang bersifat polar juga mampu
melarutkan senyawa yang bersifat nonpolar.
Kemudian di kocok corong pisah sampai terbentuk 2 lapisan, Pemisahan
sebagian terjadi ketika sejumlah zat terlarut mempunyai kelarutan relatif yang
berbeda di dalam dua pelarut yang digunakan. Koefisien distribusi menentukan
perbandingan konsentrasi dan zat terlarut di dalam masing - masing pelarut.
Senyawa - senyawa yang dipisahkan tetap kontak di dalam kedua pelarut dan
terlarut di dalam masing - masing pelarut sesuai dengan perbandingan yang

19
ditentukan oleh koefisien distribusi (Sudjadji, 1988). Selanjutnya
memisahkan bagian polar dan non polar pada wadah yang berbeda yang
kemudian di panaskan agar pelarut N-Heksan menguap dan didapatkan ekstrak
ampel polar dan non polar. Kemudian di ukur berapa gram hasil ekstrak yang
sudah di dapatkan.
Adapun kemungkinan kesalahan dalam praktikum ini yaitu praktikan kurang
memahami materi yang akan di kerjakan serta mahasiswa kurang terampil dalam
melaksanakan percobaan pada praktikum ini.
H. Kesimpulan Dan Saran
a). Kesimpulan
1. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarutdi dalam 2 macam zat
pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air.
2. Jenis-jenis partisi cair menggunakan sampel perkolasi dan evaporasi
menggunakan sampel maserasi
3. Partisi (ekstraksi cair-cair) merupakan metode pemisahan berdasarkan sifat
kelarutan komponen target dan distribusinya di dalam dua pelarut yang saling
tidak bercampur.
b). Saran
1. Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang serbuk. Asisten dan
praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses praktikum
agar hubungan asisten dan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya
agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.
2. Untuk Laboratorium
Diharapkan agar dapat menambahkan dan memfasilitasi alat-alat
laboratorium, agar praktikum berjalan dengan optimal.
3. Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitisnya berupa alat-alat dan bahan-
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.

20
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, 1996. Ilmu resep pt. Hasiman : jakarta
Dalimarta, D. 2006. Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan
Alam Hayati, Workshop Pengembangan Sumber Daya ManusiaDalam
Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati FMIPA. Universitas Andalas.
Padang

Harbone, J.B. 2007. Metode Fitokimia. Terjemahan dari Phytochemical Methods oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB. Bandung.

Hakim L., 2015, Rempah & Herba : kebun-kebun pekarangan rumah, Diandra,
Yogyakarta.

Halim M.A., 2016, Phytochemical and biologi study of Bougainvillae spectabilis family
Nyctaginaceae growing in Egypt

Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Khunaifi, S. 2006. Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas: Sumber, manfaat,


cara penyediaan dan pengolahan. Trubus Agrisana. Surabaya

Kinho, J, dkk. (2011). Tumbuhan Obat Tradisional Di Sulawesi Utara Jilid I.


Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado

Kurdi A. 2010. Tanaman Herbal Indonesia : Cara Mengolah dan Manfaatnya Bagi
Kesehatan.

Mustikasari Malangngi,. 2001. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.). jurnal
MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10

Mulyono D. 2006. Kajian terhadap serat makanan dan antioksidan dalam berbagai
jenis sayuran untuk pencegahan penyakit degeneratif [Laporan
penelitian]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Praptaningsih Dan Yulia, (2009). Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas Terbuka

Rahayu, S. 2009. Pengaruh Perbandingan Berat Bahan dan Waktu EkstraksiTerhadap


Minyak Biji Pepaya Terambil. Journal Industri dan Informasi. Vol 4. No 5.
147-151.

Rachman, D. 2009. Jenis-Jenis Ekstraksi.28 Oktober 2010.

Rukmana, R., 1995, Bertanam Wortel, Kanisius, Yogyakarta.

Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Kanisius: Yokyakarta

21
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dari Pertanian. Liberti. Yogyakarta.

Sitompul, M. 1993. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Penerbit ITB. Bandung.

Svehla, G, Vogel. 1985. Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro.
Jakarta: PT. Kalman media pustaka

Tobo, F. 2001. Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I. UNHAS: Makassar.

Thomas, A.N.S. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Kanisus, pp: 22-24
Underwood,A.L and R.A Day,Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Voigt, R., 1999, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N.
S., UGM Press, Yogyakarta.

Winarno, FG. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Walter, R. A., Jones, J. L., Chappel, S., Walsh, T., & Shaw, J. A., 1997, Molecular
Pathology of Breast Cancer and Its Aplication To Clinical Management,
Cancer and metastatis. Rev. 16, 5-27

Watson, H. 2005. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius..

Yazid, Estien Yazid.2005Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI.

22

Anda mungkin juga menyukai