Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK VCO (VIRGIN


COCONUT OIL) DENGAN MENGGUNAKAN METODE
MORPHOLOGIC CHART

DISUSUN OLEH
NAMA : FEBRYANTO EFFENDI
NIM : 19021014025

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga laporan ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman atas kerjasamanya
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga laporan ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Makassar, Januari 12 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Batasan Penelitian.....................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1 Tahapan Perancangan Pengembangan Produk..........................................6
2.2 Proses Perencanaan Produk.......................................................................9
2.3 Solusi atau Strategi PLC (Produck Life Cycle).......................................14
2.4. Morphology Chart.......................................................................................17
BAB III..................................................................................................................18
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................18
3.1 Jenis data yang dikumpulkan..................................................................18
3.2 Langkah Pengambilan Data Dengan Metode Morphological Chart.......18
BAB IV..................................................................................................................20
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................20
4.1 Alat dan Bahan........................................................................................20
4.2 Cara Kerja................................................................................................21
4.3 Diagram Pembuatan VCO............................................................................22
BAB V....................................................................................................................24
PENUTUP..............................................................................................................24
5.1 Kesimpulan..............................................................................................24
5.2 Saran........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pohon Kehidupan atau “The Tree Of Life”, julukan itu disematkan kepada
tanaman kelapa (Cocos nucifera L) karena hampir semua bagian yang ada pada
tumbuhan ini dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Mulai dari akar
hingga bunga kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, bisa untuk
konsumsi, farmasi, bahan bakar hinnga kerajinan tangan. Olahan daging kelapa
sudah sangat umum kita temukan sebagai bahan kudapan tradisional dari berbagai
daerah di Indonesia. Seperti contoh pada rendang yang pernah menduduki
peringkat pertama World’s Best Food versi CNN Travel, bahan utama dari bumbu
rendang adalah kelapa. Jika kita amati pohon yang akan selalu kita temui di setiap
sudut wilayah di Indonesia adalah kelapa. Hal itu karena pohon kelapa cocok
tumbuh di daerah beriklim tropis dan tanah yang ideal untuk penanaman kelapa
adalah tanah berpasir , berabu gunung, tanah berliat dan sinar matahari banyak
minimal 120 jam perbulan. Oleh karena itu tidak heran apabila pohon kelapa
tumbuh sangat baik di daerah pesisir pantai. Ahli botani memperkirakan buah
kelapa yang jatuh di pesisir pantai kepulauan-kepulauan menyebar terbawa arus
lalu tumbuh di pesisir pantai yang lain. (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat,
2021)
Minyak kelapa adalah minyak nabati yang diekstrak dari daging buah
kelapa. Berdasarkan teknik ekstraksinya, minyak kelapa bisa dikelompokkan atas
tiga jenis: Minyak Kelapa Virgin (Virgin Coconut Oil - VCO), Minyak Kelapa
Non-RBD, dan Minyak Kelapa RBD (Refine, Bleach, Deodorize).
Di antara beragam minyak nabati yang tersedia di pasar, minyak kelapa
khususnya organik ekstra VCO mengandung MCT menduduki tempat istimewa
karena mengandung asam lemak jenuh rantai sedang (MCFA) sekitar 100 persen.
Asam laurat, salah satu bagian MCFA, merupakan asam lemak rantai medium
yang dapat langsung diubah menjadi energi dalam sel tubuh kita. Asam laurat
juga dapat diubah menjadi senyawa monolaurin untuk meningkatkan kekebalan

1
tubuh menghadapi virus, bakteri, dan protozoa. Berdasar cara pembuatan, Ir.
Winarno, alumnus Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor, menyebutkan
setidaknya ada tiga jenis minyak kelapa.
1. Minyak kelapa industri. Minyak ini dibuat dengan bahan baku kopra
melalui proses RBC (refining, bleaching and deodorizing). Setelah kopra
dipres, dibersihkan, diputihkan, lalu dihilangkan bau tengiknya. Minyak
kelapa yang dijual untuk memasak kerap dicampur dengan minyak sayur
lain, sehingga harganya cukup murah.
2. Minyak kelapa kelentik. Minyak ini dibuat dengan cara tradisional oleh
para petani kelapa atau ibu rumah tangga. Caranya, dengan memasak
santan kelapa hingga minyak terpisah dari blondo (karamel). Kerapkali
minyak ini berwarna kuning sampai kecokelatan, akibat terkontaminasi
karamel yang gosong.
3. Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO). Minyak ini
merupakan minyak kelapa yang tidak mengalami proses hidrogenasi. Agar
tidak mengalami hidrogenasi, ekstrasi minyak ini dilakukan dengan proses
dingin, misalnya dengan fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan
terkendali, pengeringan parutan kelapa secara cepat, dan lain-lain.
4. Meski Ir. Winarno tidak menyebutkan satu jenis VCO yang terakhir ini,
Anda perlu tahu bahwa ada satu produk minyak kelapa yang disebut
organik ekstra mengandung MCT atau Medium Chain Triglyserides. Ini
merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari VCO berkualitas baik
melalui proses esterifikasi gliserol yang diturunkan dari minyak nabati
berkadar laurat tinggi dengan asam lemak rantai sedang. Cara paling
sederhana membedakan organik ekstra VCO mengandung MCT dengan
VCO lain adalah dengan merasakannya. Bila VCO biasa masih terasa
sebagai minyak di lidah, VCO MCT terasa seperti air. (Acandra, 2010)

2
Tabel 1.1 Komposisi Daging Pada Berbagai Tingkat Umur

Analisa Buah Muda Buah Setengah Buah Tua


( dalam 100 gr ) Tua
Kalori 68 kal 180 kal 359 kal
Protein 1 gr 4 gr 3,4 gr
Lemak 0,9 gr 13,0 gr 34,7 gr
Karohidrat 14 gr 10 gr 14 gr
Kalsium 17 mg 10 mg 21 mg
Fosfor 30 mg 8 mg 21 mg
Besi 1 mg 1,3 mg 2 mg
Aktivitas vit. A 0,01 IU 10,0 IU 0,01 IU
Thiamin 0,0 mg 0,5 ng 0,1 mg
Asam Askorbat 4,0 mg 4,0 mg 2,0 mg
Air 83,3 gr 70 gr 46,9 gr
Bagian yang dapat 53,0 gr 53,0 gr 53,0 gr
dimakan

Sumber : Thieme, J. G. ( 1968 ) dikutip dari Ketaren, 1986

Tabel 1.2 Komposisi asam Lemak Minyak kelapa


Asam lemak Rumus kimia Jumlah
(%)
Asam lemak jenuh
Asam kaproat C5H11COOH -
Asam kaprilat C7H15COOH 8,0 – 9,0
Asam kaprat C9H19COOH 5,0 – 8,0
Asam laurat C11H23COOH 45 – 51
Asam miristat C13H27COOH 17 – 18
Asam palmitat C15H31COOH 8,0 – 10,0
Asam stearat C17H35COOH 1,0 – 3,0

3
Asam arachidat C19H39COOH 0 - 1,0
Asam lemak tidak jenuh
Asam palmitoleat C14H28COOH -
Asam oleat C16H32COOH 5,0 – 8,0
Asam linoleat C17H29COOH 1,0 – 2,0

Sumber: Setiaji, B., Surip Prayogo, 2006

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari perencanaan dan pengembangan produk minyak
VCO (Virgin Coconut Oil) dengan menggunakan metode morphologic chart
adalah:
1. Bagaimana analisa perencanaan dan pengembangan produk minyak
VCO (Virgin Coconut Oil)?
2. Bagaimana analisa penggunaan morphologic chart dalam menentukan
kepuasan pengguna?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian dari perencanaan dan pengembangan produk minyak
VCO (Virgin Coconut Oil) dengan menggunakan metode morphologic chart
adalah:
1. Untuk menganalisa perencanaan dan pengembangan produk minyak
VCO (Virgin Coconut Oil)
2. Untuk menganalisa penggunaan morphologic chart dalam menentukan
kepuasan pengguna

1.4 Batasan Penelitian


Pembatasan masalah agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan
dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun
pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah masalah yang diteliti
perencanaan dan pengembangan produk minyak VCO (Virgin Coconut Oil)

4
dengan menggunakan metode morphologic chart.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian dari perencanaan dan pengembangan produk minyak
VCO (Virgin Coconut Oil) ini adalah :
1. Secara Teoritis
Memperoleh ilmu baru tentang bisnis terutama mengatasi masalah
dalam produksi dan bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi dalam sebuah produksi, serta mampu mengaplikasikan
teknologi untuk menunjang dan mengembangkan produksi. Baik
dalam pemasaran maupun dalam proses produksinya.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan bahan kajian pustaka terkait dengan
masalah proses produksi minyak kelapa terkhusus minyak kategori
VCO.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahapan Perancangan Pengembangan Produk


2.1.1 Pengertian Perencanaan Produk
Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan
menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan
harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya.
Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga
dan promosi.
Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada
kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat
menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang
rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian
manufaktur,attau bagian desain saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang
melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan. Metode pengembangan produk
berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh
customer adalah metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan
customer maka kemungkinan produk tersebut tidak diterima oleh customer
menjadi lebih kecil.
Dari sudut pandang investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha
pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual
dengan menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat
dan langsung.
Terdapat  5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa
digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
a. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan
dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya
akan mempengaruhi pangsa pasar  dan menentukan harga yang ingin
dibayar oleh pelanggan.

6
b. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit
disebut biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa
besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan
harga penjualan tertentu.
c. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam
berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan
teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan
untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim
pengembangan.
d. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang
penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
e. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan
ekonomis dimasa yang akan datang.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah
ada merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang
telah ada. Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia,
kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan
produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan
pembuatan dan pendistribusian produk tersebut.
Di dalam suatu produk yang akan dikembangkan, tiap – tiap elemen suatu
produk mempunyai fungsi – fungsi sendiri. Diantara fungsi – fungsi satu
dengan yang lain terkadang ada saling terkait, sehingga suatu fungsi
komponen akan menentukan fungsi komponen lainnya.
Secara umum penentuan fungsi produk dapat dicari dengan dua langkah,
yaitu:

7
 Identifikasi dan penyusunan fungsi produk.
 Pengelompokan fungsi produk.
Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan
input menjadi sekumpulan output. Proses Pengembangan produk adalah langkah-
langkah atau kegiatan-kegiatan di mana suatu perusahaan berusaha untuk
menyusun , merancang, dan mengkomersialkan suatu produk.
Pengembangan produk adalah kegiatan interdisiplin yang membutuhkan
kontribusi hamper semua bagian di perusahaan, namun ada 3 bagian yang
memegang peranan penting, yaitu:
a. Marketing
Fungsi marketing menjadi jembatan antaraperusahaan dan pelanggan.
Marketin mengidentifikasi peluang sebuah produk, segmentasi pasar, dan
identifikasi kebutuhan pelanggan. Marketing juga menentukan target
harga, memimpin peluncuran dan promosi produk.
b. Design
Fungsi desain memainkan peranan utama dalam menentukan bentuk fisik
produk. Fungsi ini termasuk engineering design(mechanical, electrical,
software, dll) dan industrial design(aesthetics, ergonomics, user interface,
dll)
c. Manufacturing
Fungsi manufactur bertanggungjawab untuk mendesain dan
mengoperasikan system produksi untuk memproduksi produk. Temasuk
dalam fungsi ini adalah purchasing, distribution, dan instalasi.
Proses perencanaan produk dilakukan sebelum suatu proyek
pengembangan produk secara formal disetujui, sumber daya yang penting dipakai
dan sebelum tim pengembang yang lebih besar dibentuk. Perencanaan produk
merupakan suatu kejadian yang mempertimbangkan portofolio suatu proyek,
sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan menetukan bagian apa dari proyek
yang akan diikuti selama periode tertentu. Kegiatan perencanaan produk
menjamin bahwa proyek pengembangan produk mendukung strategi bisnis
perusahaan yang lebih luas dan menentukan:

8
1) Proyek-proyek pengembangan produk apa yang akan dilakukan.
2) Kombinasi pengembangan produk (produk baru, produk platform, atau
produk turunan).
3) Keterkaitan antar proyek dalam suatu portofolio.
4) Waktu dan urutan proyek.
Setiap proyek terpilih dilengkapi dengan tim pengembang produk. Tim ini
harus mengetahui misi proyek sebelum dimulai pengembangan. Misi
setiap proyek seharusnya memuat:
a) Segmen pasar yang dapat dipertimbangkan untuk merancang dan
mengembangkan produk.
b) Teknologi yang digunakan.
c) Target proyek secara finansial.
d) Anggaran dan deadline proyek.

2.2 Proses Perencanaan Produk


Rencana produk mengidentifikasi portofolio produk-produk yang
dikembangkan dan waktu pengenalan ke pasar. Proses perencanaan
mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan produk, yang diidentifikasi
oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan,
tim pengembangan produk dan analisis keunggulan para pesaing.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat
mengakomodasi perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan
suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses:
2.2.1 Mengidentifikasi peluang
Peluang-peluang melibatkan beberapa dari 4 (empat) tipe proyek
pengembangan produk, yaitu:
1. Produk baru.
2. Turunan dari produk yang sudah ada.
3. Perbaikan produk yang sudah ada.
4. Produk yang pada dasarnya baru.

9
Identifikasi peluang dapat dilakukan dengan cara:
1. Keluhan pelanggan terhadap produk sejenis yang sudah ada.
2. Analisa keunggulan dan kelemahan produk pesaing.
3. Usulan pelanggan yang dikumpulkan secara otomatis.
4. Pertimbangan implikasi terhaadap adanya kecenderungan dalam gaya
idup, demografi dan teknologi untuk kategori yang produk ada dan
peluang-peluang kategori produk baru.
2.2.2 Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan
memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang
sudah ada adalah:
a. Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar dan
produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini
digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan
melakukan diskusi pada tingkat manajemen merupakan sebuah
kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing. Beberapa strategi
yang mungkin untuk diterapkan:
a) Kepemimpinan yang berbasis pada teknologi.
b) Kepemimpinan berbasis efisiensi biaya.
c) Fokus pelanggan.
d) Produk tiruan.
b. Segmentasi pasar
Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen memungkinkan perusahaan
untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan
produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang
jelas. Pemetaan produk-produk pesaing dan milik sendiri dalam
segmen-segmen akan membantu perusahaan dalam memperkirakan
peluang produk yang menyebabkan kelemahan lini produknya dan dan
yang memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing.

10
c. Perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaanyang
utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan teknologi dasar yang
baru dalam lini produk.
d. Perencanaan platform produk
Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam
sekumpulan produk. Platform yang efektif dapat memungkinkan variasi
turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, yang setiap
produk memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar
utama.
Keputusan mengenai platform produk sangat berkaitan dengan usaha
pengembangan produk dari perusahaan dan untuk memutuskan mengenai
teknologi mana yang akan digunakan untuk produk baru.
Satu teknik untuk mengkoordinasikan pengembangan teknologi dengan
perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Peta jalur teknologi
merupakan cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan
masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relevan untuk produk
yang dipertimbangkan.
e. Evaluasi peluang produk baru secara fundamental
Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang produk baru secara
fundamental adalah:
1) Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata).
2) Tingkat pertumbuhan pasar (persen per tahun).
3) Intensitas persaingan (jumlah pesaing dan kekuatannya).
4) Pengetahuan perusahaan mengenai pasar.
5) Pengetahuan perusahaan mengenai teknologi.
6) Kesesuaian dengan produk perusahaan lain.
7) Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.
8) Menyeimbangkan portofolio proyek pengembangan
Metode penyeimbang portofolio akan melibatkan pemetaan portofolio
sesuai dengan dimensi-dimensi yang berguna, sehingga manajer akan

11
mempertimbangkan implikasi dari keputusan perencanaan. Pendekatan
pemetaan yang dikemukakan Cooper et al (1998) melibatkan dimensi
seperti resiko teknis, pengembalian finansial, daya tarik pasar dan
sebagainya.
2.2.3 Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu
a. Pengelolaan sumber daya
Perencanaan agregat akan membantu perusahaan dalam penggunaan
sumber daya secara efisien dengan mengambil proyek-proyek yang
beralasan untuk diselesaikan berdasarkan sumber daya yang
dianggarkan.
b. Penentuan waktu proyek
Penentuan waktu dan urutan proyek harus mempertimbangkan faktor-
faktor:
1) Penentuan waktu pengenalan produk.
2) Kesiapan teknologi.
3) Kesiapan pasar.
4) Persaingan dalam penawaran produk.
2.2.4 Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan
Tahap ini dilakukan setelah proyek disetujui, tetapi sebelum sumber daya
penting digunakan. Kegiatan ini melibatkan tim fungsional silang yang disebut
tim inti. Pada poin ini pernyataan kesempatan yang lebih sesegera mungkin ditulis
kembali sebagai suatu pernyataan visi produk.
Sasaran yang terdefinisi dalam pernyataan visi produk kadang sangatlah
umum. Untuk memberikan petunjuk yang jelas bagi organisasi pengembangan
produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar
target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan.
Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat dalam suatu pernyataan
misi.
a. Pernyataan misi
Pernyataan misi mencakup:
1) Uraian produk ringkas, mencakup manfaat produk utama untuk

12
pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk
secara spesifik.
2) Sasaran utama bisnis, mencakup waktu, biaya dan kualitas.
3) Pasar target untuk produk, mengidentifikasi pasar utama dan
pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam suatu
pengembangan.
4) Asumsi dan batasan, untuk mengarahkan usaha pengembangan.
5) Stakeholder, untuk menjamin bahwa banyak permasalahan
pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit
seluruh stakeholder dari produk. Daftar stakeholder dimulai dari
pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat
keputusan-keputusan tentang produk.
6) Daftar stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk
mempertimbangakn kebutuhan setiap konsumen.
b. Asumsi dan batasan
Asumsi dan batasan diperlukan agar pengembangan teknis dari produk
lebih terarah. Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam
menyatakan asumsi dan batasan:
1) Manufaktur, mempertimbangkan kemampuan, kapasitas, dan
batasan operasional manufaktur.
2) Pelayanan. Pelayanan pelanggan dan pendapatan pelayanan
sangat menentukan keberhasilan perusahaan, sehingga
perusahaan perlu menyatakan sasaran strategis untuk tingkat-
tingkat kualitas pelayanan.
3) Lingkungan. Sasarannya adalah bahwa seluruh komponenakan
dimanufaktur kembali atau didaur ulang atau keduanya
Sehingga seharusnya tidak ada komponen yang dibuang
pelanggan.
4) Penentuan staf dan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan
lain.
2.2.5 Merefleksikan hasil dengan proses

13
Langkah terakhir dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya
menanyakan beberapa pertanyaan untuk memperkirakan kualitas hasil dan proses.
Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan,
suatu reality check harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan.
Langkah awal ini merupakan waktu untuk perbaikan.

2.3 Solusi atau Strategi PLC (Produck Life Cycle)


Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan
pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan
manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk
(Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk
sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar . Siklus Hidup
Produk (Product Life Cycle) ini merupakan konsep yang penting dalam
pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika
bersaing suatu produk. Konsep ini dipopulerkan oleh levitt (1978) yang kemudian
penggunaannya dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya.
Ada berbagai pendapatan mengenai tahap – tahap yang ada dalam Siklus Hidup
Produk (Product Life Cycle) suatu produk. Ada yang menggolongkannya menjadi
introduction, growth, maturity, decline dan termination. Sementara itu ada pula
yang menyatakan bahwa keseluruhan tahap – tahap Siklus Hidup Produk (Product
Life Cycle) terdiri dari introduction (pioneering), rapid growth (market
acceptance), slow growth (turbulance), maturity (saturation), dan decline
(obsolescence). Meskipun demikian pada umumnya yang digunakan adalah
penggolongan ke dalam empat tahap, yaitu introduction, growth, maturity dan
decline.
Karena siklus produk menegaskan empat hal (Arman dkk), yaitu:
1. Produk memiliki umur terbatas.
2. Penjualan produk melalui berbagai tahap, masing-masing memberikan
tantangan, peluang, dan masalah yang berbeda bagi penjual.
3. Laba naik turun pada tahap yang berbeda selama siklus.
4. Strategi, pendapatan, manufaktur, dan SDM yang berbeda tiap siklus.

14
Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk itu di bagi
menjadi empat tahap, yaitu :

1. Tahap perkenalan (introduction).


pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar
walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual
umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada pada tahap
permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya
periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan
menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang
tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth).
Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat
dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan
masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi
yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di
sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi
lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan
meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya.
3. Tahap kedewasaan (maturity)
Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih
meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba
produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi
sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya
dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan
biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.
Menurut Kotler (2009) ada tiga fase kedewasaan, yaitu:
1) Fase kedewasaan bertumbuh (growth maturity): Tingkat
pertumbuhan penjualan mulai menurun dan tidak ada saluran
distribusi baru.
2) Fase kedewasaaan stabil (stable maturity): Penjualan datar atas

15
dasar per kapita karena kejenuhan pasar, dan masa depan
penjualan ditentukan oleh pertumbuhan populasi dan permintaan
pengganti.
3) Fase kedewasaan menurun (decaying maturity): Penjualan
menurun dan konsumen mulai beralih ke produk lain.
Terdapat tiga cara bermanfaat yang mengubah jumlah pemakaian
terhadap suatu merek (brand), yaitu:
1) Modifikasi pasar (market modification): dengan konsep menarik
perhatian orang yang bukan pemakai, memasuki segmen pasar
baru, dan merebut pelanggan pesaing.
2) Modifikasi produk (product modification): meningkatkan volume
penjualan dengan cara memodifikasi karakteristik produk melalui
peningkatan mutu produk, peningkatan ciri-ciri atau fitur-fitur
produk, dan peningkatan model produk.
3) Modifikasi bauran pasar (marketing program modification):
dengan diskon harga, distribusi, iklan, sales, personil penjualan
(personal selling), dan pelayanan (services).
4. Tahap kemunduran (decline)
Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu
mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang
yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk
menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing
sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena
permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera
ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan
hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas'
Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat
penjualan menurun antara lain:
c. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
d. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta
program produksiny a agar lebih efisien.

16
e. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.
f. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba
optimum pada barang yang sudah ada.
g. Meninggalkan sama sekali barang tersebut. (Rahayu, t.thn.)

2.4. Morphology Chart


Morphology chart adalah suatu daftar atau ringkasan dari analisis
perubahan bentuk secara sistematis untuk mengetahui bagaimana bentuk suatu
produk dibuat. Dalam bagan ini akan dibuat kombinasi dari berbagai
kemungkinan solusi untuk membentuk produk-produk yang berbeda atau
bervariasi. Kombinasi berbeda dari sub solusi dapat dipilih dari bagan, sehingga
memungkinkan untuk mencapai sebuah solusi baru yang belum terindentifikasi
sebelumnya. Morphology chart berisi elemen, komponen, atau sub solusi yang
lengkap sehingga dapat dikombinasikan Cross, 2001. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Masalah yang akan dipecahkan harus dirumuskan seakurat mungkin.
2. Indentifikasi semua parameter yang mungkin ada.
3. Buat diagram morfology dengan parameter sebagai baris.
4. Isi kolom dengan komponen yang berhubungan dengan parameter
tertentu, komponen dapat ditentukan dengan menganalisis produk
sejenis maupun dengan menggunakan prinsip baru.
5. Gunakan strategi evaluasi analisa baris dan pengelompokan parameter
sebagai batasan solusi utama.
6. Ciptakan solusi dengan menggabungkan setidaknya satu komponen
dari masing-masing parameter.
7. Hati-hati dalam mengevaluasi dan menganalisis solusi yang berkaitan
dengan persyaratan desain, dan pilihlah beberapa solusi utama minimal
3 solusi.
8. Solusi utama yang dipilih akan dikembangkan secara rinci dalam
bagian yang tersisa dalam proses desain. (123dok, t.thn.)

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis data yang dikumpulkan


Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat di kelompokkan dalam
dua jenis yaitu data primer dan data skunder
a. Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dalam oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkan secara langsung.
Teknik yang dapat di gunakan peneliti harus mengumpulkan secara
langsung. Teknik yang dapat di gunakan peneliti untuk mengumpulkan
data primer antara lain observasi, wawancara, dan diskusi
b. Data skunder adalah data yang di peroleh atau di kumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua ). Data
sekunder dapart di peroleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan,
jurnal,dan lain-lain.

3.2 Langkah Pengambilan Data Dengan Metode Morphological Chart


Data yang dikumpulkan dalam proses pembuatan Minyak VCO antara lain
meliputi, perubahan bentuk dari bahan baku kelapa menjadi produk Minyak VCO,
proses pembuatan hingga menjadi produk. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
1. Observasi
Yaitu Penelitian yang di lakuakan dengan cara mendatangi langsung
lokasi penelitian untuk mempelajari objek yang dipilih untuk mendapatkan
data-data yang akan di gunakan untuk pengembangan system informasi
tersebut.
2. Interview
Interview dilakukan dengan wawancara dan mengajukan serangkaian
pertanyaan yang berkaitan dengan cara-cara yang digunakan untuk

18
melakukan proses pembuatan awal bahan baku kelapa. Interview juga
dilakukan pada orang-orang yang mengkonsumsi produk Minyak VCO ini
serta meminta pendapat.
Adapun langkah-langkah Morphologcal Chart adalah sebagai berikut:
a. Masalah yang akan dipecahkan harus dirumuskan seakurat
mungkin.
b. Indentifikasi semua parameter yang mungkin ada.
c. Buat diagram morfology dengan parameter sebagai baris.
d. Isi kolom dengan komponen yang berhubungan dengan parameter
tertentu, komponen dapat ditentukan dengan menganalisis produk
sejenis maupun dengan menggunakan prinsip baru.
e. Gunakan strategi evaluasi analisa baris dan pengelompokan
parameter sebagai batasan solusi utama.
f. Ciptakan solusi dengan menggabungkan setidaknya satu komponen
dari masing-masing parameter.
g. Hati-hati dalam mengevaluasi dan menganalisis solusi yang
berkaitan dengan persyaratan desain, dan pilihlah beberapa solusi
utama minimal 3 solusi.
h. Solusi utama yang dipilih akan dikembangkan secara rinci dalam
bagian yang tersisa dalam proses desain.
Pengolahan data penelitian yang telah dikumpulkan merupakan suatu cara
untuk mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat di
baca atau di tafsirkan. Pengolahan data yang akan dilakukan adalah dengan
membuat Morphological Chart.
Pada penelitian ini metode yang pertama kali digunakan ialah data
wawancara, selain itu perlu adanya analisis mengenai bentuk/visual dari bahan
kaopi tersebut serta analisis pendapat/keinginan konsumen

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Alat dan Bahan


1. Alat :
 Parutan
 Wadah
 Gelas ukur 200 ml
 Saringan
 Sendok lengkung
 Tissu berwarna putih yang tidak ada parfum atau pewanginya
 Corong
 0,5 meter selang kecil
 Kain putih yang bisa digunakan untuk menyaring
 Wadah transparan berukuran 4,5 liter lebih
 Mesin pengaduk atau mixer
 Kantong plastik
 tisu
2. Bahan :
 Kelapa tua
 Air

Gambar 4.1 Kelapa Tua

20
4.2 Cara Kerja

Teknik Pembuatan minyak kelapa murni sebagai berikut:


 Pembuatan Krim/kanil.
1. Menyiapkan dan memilih daging kelapa yang sudah tua.
2. Mengupas kulit kelapa dari dagingnya.
3. Memarut daging kelapa.
4. Memeras daging kelapa parut di atas saringan hingga diperoleh
santan.
5. Menambahkan air kedalam parutan kelapa dengan
perbandingan 4 liter air untuk 3 kg kelapa lalu mengambil
santannya.
6. Menyaring semua santan yang dihasilkan.
7. Mengendapkan santan yang telah disaring selama 1 jam,
sehingga terbentuk dua lapisan yaitu: lapisan bawah berupa
air dan lapisan atas berupa krim (kanil).
8. Memisahkan krim dan air dan membuang air yang tidak
diperlukan.
 Pembuatan Minyak VCO
1. Menampung krim/kanil yang terbentuk ke dalam toples
transparan
2. Menambahkan larutan garam kedalam kanil sedikit demi sedikit.
3. Mengaduk campuran tersebut hingga homogen.
4. Mendiamkan campuran tersebut selama 12 jam, hingga
terbentuk 3 lapisan. Lapisan paling atas merupakan minyak
kelapa murni, lapisan tengah adalah blondo (ampas kanil)
dan lapisan paling bawah adalah air.
5. Memisahkan minyak kelapa murni tersebut dari air dan
blondo dan melakukan penyaringan pada minyak.
6. Perhitungan Rendemen

21
Gambar 4.2 Minyak VCO

4.3 Diagram Pembuatan VCO

Kelapa Tua

22
Membuat VCO tidak sesulit yang dibayangkan. Bahkan, teknologi
pembuatan VCO telah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun-temurun.
Namun, cara tradisional perlu dibenahi agar kualitas VCO yang dihasilkan lebih
baik. Disamping teknologi yang diterapkan sangat sederhana, bahan baku pun
tersedia melimpah di Indonesia. Oleh karenanya pembuatan VCO sangat
memungkinkan untuk diterapkan oleh petani di pedesaan sekalipun.
Kandungan kimia yang paling utama (tinggi) dalam sebutir kelapa yaitu
air, protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut merupakan jenis emulsi dengan
protein sebagai emulgatornya. Emulsi adalah cairan yang terbentuk dari campuran
dua zat atau lebih yang sama, di mana zat yang satu terdapat dalam keadaan
terpisah secara halus atau merata di dalam zat yang lain. Sementara yang
dimaksud dengan emulgator adalah zat yang berfungsi untuk mempererat
(memperkuat) emulsi tersebut. Dari ikatan tersebut protein akan mengikat butir-
butir minyak kelapa dengan suatu lapisan tipis sehingga butir-butir minyak tidak
akan bisa bergabung, demikian juga dengan air. Emulsi tersebut tidak akan pernah
pecah karena masih ada tegangan muka protein air yang lebih kecil dari protein
minyak.
Minyak kelapa (VCO) baru bisa keluar jika ikatan emulsi tersebut
dirusak. Untuk merusak emulsi tersebut banyak sekali cara, yaitu dengan
sentrifugasi, pengasaman, penggaraman dan enzimatis. Masing-masing cara
tersebut memilki kelebihan dan kekurangan. Namun, secara umum teknologi
tersebut sangat aplikatif.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Minyak kelapa adalah minyak nabati yang diekstrak dari daging buah
kelapa. Berdasarkan teknik ekstraksinya, minyak kelapa bisa dikelompokkan atas
tiga jenis: Minyak Kelapa Virgin (Virgin Coconut Oil - VCO), Minyak Kelapa
Non-RBD, dan Minyak Kelapa RBD (Refine, Bleach, Deodorize).
Minyak kelapa (VCO) baru bisa keluar jika ikatan emulsi tersebut dirusak.
Untuk merusak emulsi tersebut banyak sekali cara, yaitu dengan sentrifugasi,
pengasaman, penggaraman dan enzimatis. Masing-masing cara tersebut memilki
kelebihan dan kekurangan. Namun, secara umum teknologi tersebut sangat
aplikatif.

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan proses penyaringan yang lebih baik agar didapat minyak
kelapa murni yang lebih bening.
2. Perlunya peralatan yang lebih baik dalam proses pemisahan
sehingga diperoleh rendemen minyak kelapa murni yang lebih tinggi.

24
DAFTAR PUSTAKA

123dok. (n.d.). Morphology Chart Weighted Objective. Retrieved from text-


id.123dok.com: https://text-id.123dok.com/document/eqok48lmy-
morphology-chart-weighted-objective.html
Acandra. (2010, Maret 19). Mengenal Jenis Minyak Kelapa. Retrieved from
lifestyle.kompas.com:
https://lifestyle.kompas.com/read/2010/03/19/08205226/~Kesehatan~Heal
thy%20Food
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. (2021, Oktober 11). KELAPA, TANAMAN
KEHIDUPAN KAYA POTENSI. Retrieved from disbun.jabarprov.go.id:
https://disbun.jabarprov.go.id/post/view/737-id-kelapa-tanaman-
kehidupan-kaya-potensi
Rahayu, S. (n.d.). Perancangan dan Pengembangan Produk. Retrieved from
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/29377833/Perancangan_dan_Pengembangan_P
roduk

25

Anda mungkin juga menyukai