I. TUJUAN
1. Proses: adalah suatu sistem yang diamati/dikontrol. Proses ini bisa terdiri dari
proses kimia seperti reaksi kimia (jenis reaksi (hidrolisa, penyabunan,
polimerisasi), fase reaksi (reaksi gas-gas, gas-padar, katalitis dan non
katalitis)), maupun fisika (pemanasan, pengisian tangki, pemisahan, ekstraksi,
destilasi, pengeringan).
Dalam sistem pengendalian konvensional seperti feedback dan
feedforward ini proses sebagai suatu sistem harus diidentifikasi dahulu
karakteristik prosesnya melalui permodelan matematika dalam sistem dinamik
tervalidasi, diuji karakteristikanya berdasarkan pengaruh input terukur
terhadap output proses, serta hitung parameter proses yang penting dan
digunakan untuk mendesain sistem pengendalinya seperti time delay, time
constant, dan process gain.
Pada percobaan ini, suhu cairan dalam tangki proses dimonitor secara terus-
menerus oleh thermocouple tipe K yang berfungsi sebagai sensor suhu. Untuk
mengatur suhu cairan dalam tangki proses menuju setpoint, maka dapat dilakukan
beberapa hal berikut:
- mengatur secara manual saklar daya heater hidup atau mati sesuai
kebutuhan
- Mengirim signal hasil ”pembacaan” suhu cairan dalam tangki proses ke on-
off controller yang dapat mengatur secara otomatis saklar daya heater
hidup atau mati.
Pada kasus dimana suhu cairan dalam tangki proses berada di atas setpoint,
maka seharusnya saklar daya heater pada posisi off atau setidaknya daya yang masuk
ke heater berkurang, sehingga terjadi efek penurunan suhu. Sebaliknya jika suhu
cairan dalam tangki proses berada di bawah setpoint, maka seharusnya saklar daya
heater pada posisi on atau setidaknya daya yang masuk ke heater meningkat,
sehingga terjadi efek peningkatan suhu.
Pada pengendalian proporsional (P), sensor suhu yang ”membaca ” suhu air
dalam tangki proses mengirim signal keluarannya ke controller. Controller sendiri
kemudian mengirimkan signal ke heater yang besarnya proporsional terhadap signal
dari sensor suhu. Karena daya heater hanya memungkinkan 2 kondisi, yaitu on dan
off, maka keluaran controller akan bervariasi dalam waktu saat mensupply daya ke
heater.
disturbance
T3
T2
T1
PSV
Air dingin
heater TC
Keterangan :
TC : temperature controller
SSR
V. PROSEDUR KERJA
1. Sistem Batch
A. Equipment Set Up
1) Menghidupkan komputer.
2) Memilih start dan meng-klik ikon software PCT40.
3) Memilih section 5: Temperature Control (Direct Batch Heating).
4) Menghidupkan alat PCT40 dengan menekan tombol on.
5) Menghubungkan selang ke semua alat yang ada sesuai dengan gambar
petunjuk.
6) Menghubungkan PSV dan tangki proses menggunakan selang panjang
dengan quick release fitting pada ujung keduanya, kemudian menutup
katup keluaran pada tangki keluaran.
7) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil yang ada dalam
tangki.
C. Penentuan Manual
1) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil.
2) Mengklik control untuk membuka jendela PID controller.
3) Mengatur Hot Pump pada nilai 50
4) Memasukkan setpoint pada nilai 40˚C.
5) Memasukkan nilai manual output 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%
secara bertahap.
6) Mengklik Mode Of Operation pada posisi manual dan mengklik Apply
dan Go untuk memulai data logging.
7) Mengklik Stop untuk mengakhiri data logging.
8) Untuk percobaan selanjutnya, mengeluarkan air panas dan
menggantinya dengan air dingin yang baru.
2. Sistem Kontinyu
A. Equipment Set Up
1) Menghidupkan komputer.
2) Memilih start dan meng-klik ikon software PCT40.
3) Memilih section 6: Temperature Control (Direct Continuous Heating).
4) Menghidupkan alat PCT40 dengan menekan tombol on.
5) Menghubungkan selang ke semua alat yang ada sesuai dengan gambar
petunjuk.
6) Menghubungkan PSV dan tangki proses menggunakan selang panjang
dengan quick release fitting pada ujung keduanya, kemudian menutup
katup keluaran pada tangki keluaran.
7) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil yang ada dalam
tangki.
B. Armfield Method
1) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil dan membuka
keluaran air.
2) Mengatur level air di dalam tangki hingga konstan (laju alir masuk =
laju alir keluar).
3) Mengatur Hot Pump pada nilai 50.
4) Mengklik Mode of Operation pada posisi automatic.
5) Memasukkan nilai set point 40˚C dan nilai PID Armfield yang telah
dihitung pada sistem batch.
6) Mengklik apply dan go untuk memulai data logging.
7) Mengklik stop jika akan mengakhiri data logging.
C. Ziegler Nichols Method
1) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil dan membuka
keluaran air.
2) Mengatur level air di dalam tangki hingga konstan (laju alir masuk =
laju alir keluar).
3) Mengatur Hot Pump pada nilai 50.
4) Mengklik Mode of Operation pada posisi automatic.
5) Memasukkan nilai set point 40˚C dan nilai PID Armfield yang telah
dihitung pada sistem batch.
6) Mengklik apply dan go untuk memulai data logging.
7) Mengklik stop jika akan mengakhiri data logging.
VI. Data Pengamatan
1. MANUAL
B. METODE ARMFIELD
A. Manual
1. Grafik hubungan PSV dengan F1
F1 VS %Bukaan
900
800
700
600
F1(ml/min)
500
400
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120
%Bukaan
60.0
50.0
Temperatur (˚C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Waktu (s)
3. Grafik hubungan waktu dan suhu dengan manual output 20%
60.0
50.0
Temperatur (˚C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Waktu (s)
60.0
50.0
Temperatur (˚C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140
Waktu (s)
5. Grafik hubungan waktu dan suhu dengan manual output 40%
60.0
50.0
Temperatur (˚C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140
Waktu (s)
60.0
50.0
Temperatur (˚C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140
Waktu (s)
B. Percobaan ON-OFF
1. Set Point 40˚C
On-Off SP 40˚C
46.0
44.0
Temperatur (˚C)
42.0
40.0
38.0
36.0
34.0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700
Waktu (s)
On-Off SP 50˚C
59.0
55.0
Temperatur (˚C)
51.0
47.0
43.0
39.0
35.0
0 50 100 150 200 250 300 350
Waktu (s)
3. Set Point 52°C
On-Off SP 52˚C
60.0
55.0
Temperatur (˚C)
50.0
45.0
40.0
35.0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Waktu (s)
On-Off SP 55˚C
63.0
61.0
59.0
Temperatur (˚C)
57.0
55.0
53.0
51.0
49.0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu (s)
5. Set Point 60˚C
On-Off SP 60˚C
66.0
64.0
62.0
Temperatur (˚C)
60.0
58.0
56.0
54.0
52.0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu (s)
C. Penentuan PID
Set Point 52˚C
1. Metode Trial & Error
P = 15%
INT = 1
D=1
2. Metode Armfield
On-Off SP 52˚C
60.0
55.0
Temperatur (˚C)
50.0
45.0
40.0
35.0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Waktu (s)
Y = 57 – 47,9 = 9,1
𝑦
P=3
9,1
=
3
= 3,03
INT = t2 – t1
= 685– 550
= 135
D = INT/6
= 135/6
= 22,5
On-Off SP 52˚C
60.0
55.0
Temperatur (˚C)
50.0
45.0
40.0
35.0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Waktu (s)
Y = 57 – 47,9 = 9,1
𝑦
P=3
9,1
=
3
= 3,03
INT = t2 – t1
= 760 - 550
= 210
D = INT/6
= 210/6
= 35
55.0
54.0
53.0
52.0
51.0
50.0
49.0
48.0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (s)
2. Metode Armfield
Metode Armfield
53.0
52.5
Temperatur (˚C)
52.0
51.5
51.0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Waktu (s)
53.0
Temperatur (˚C)
52.5
52.0
51.5
51.0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (s)
E. Secara Kontinyu
41.0
40.8
40.6
40.4
40.2
40.0
39.8
39.6
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600
Waktu (s)
40.6
40.4
40.2
40.0
39.8
39.6
39.4
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Waktu (s)
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini berjudul proses pengendalian suhu, dengan tujuan dapat
mengendalikan suhu air dalam tangki proses secara manual, atau secara otomatis
menggunakan On-Off controller dan PID controller. Dan dapat membandingkan hasil
pengendalian suhu secara otomatis menggunakan PID controller dengan metode Trial
& Error, metode Armfield, dan metode Ziegler Nicholas. Alat yang digunakan adalah
ARMFIELD, Basic Process Control Unit, Instruction Manual for PCT 40 dengan
pemanasan langsung secara batch dan kontinyu. Nilai variabel proses dapat
dipertahankan agar sama dengan nilai yang diinginkan (set point).
Pada percobaan ini, umpan yang digunakan berupa air. Pada rangkaian alat T1
merupakan suhu pada tangki, T2 merupakan suhu air pendingin yang masuk ke coil.
Dan T3 merupakan suhu air keluar dari coil. Sebelum melakukan percobaan, tangki
diisi dengan air sampai batas (menyentuh termocople). Selanjutnya selang
dihubungkan pada masing- masing bagian seperti pada saluran T2 yang dihubungkan
ke PSV. Sedangkan pada bagian keluaran coil, selang mengarah ke dalam bak
pembuangan. Kemudian untuk menghomogenkan suhu air dalam tangki proses
digunakan hot pump yang dihubungkan dengan selang.
Percobaan yang pertama adalah menentukan hubungan PSV (%bukaan) dan F1.
Jika dilihat dari grafik, semakin besar %bukaan maka nilai F1 semakin tidak stabil.
Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa semakin besar %bukaan maka semakin tinggi
nilai F1. Kesalahan ini bisa disebabkan oleh kondisi alat yang belum optimal dan
kesalahan dari praktikan itu sendiri.
Jenis pengontrol suhu akan mengaktifkan panas ketika variabel proses dibawah
titik set point dan mematikannya ketika variabel proses di atas set point. Proses yang
stabil merupakan sebuah proses dimana besarnya set point sama dengan besar
meassurment variabel sehingga error sama dengan nol.
Tahap percobaan yang dilakukan pada pengendalian langsung tersebut yaitu
On-Off Controller (manual) dan On-Off Controller (otomatis).
Pada sistem pengendali On-Off Controller (manual), dimaksudkan untuk
melakukan pengendalian suhu secara manual dengan cara memvariasikan manual
outputnya. Adapun variasi nilai manual outputnya adalah 10%, 20%, 30%, 40%, dan
50%............
Pada sistem pengendali On-Off Controller (otomatis), dimaksudkan untuk
melakukan pngendalian suhu secara otomatis tanpa penggunaan P,I maupun D
Controller. Dilakukan lima kali percobaan On-Off Controller dengan masing-masing
set point yang berbeda yaitu 40˚C, 50˚C, 52˚C, 55˚C, dan 60˚C. Berdasarkan hasil
pengamatan data dan grafik, diketahui bahwa nilai respon yang paling mendekati
stabil adalah sistem pengendali On-Off otomatis dengan nilai SP = 52˚C.
Pada pengendalian On-Off, penggerak hanya berada pada dua keadaan yaitu
posisi ON (hidup) atau posisi OFF (mati), dimana pada unit ini diasumsikan katup
pneumatik berada pada posisi membuka atau menutup aliran yang menuju tangki
berskala. Jika suhu ruangan dibawah set point maka sistem pemanas akan ON, Jika
suhu ruangan di atas set point maka sistem pemanas akan OFF.
Pada praktikum ini dilakukan pula penentuan parameter pengendali meliputi
Proportioanl band (P), Integral time (I) dan Derivatif time (D) dengan beberapa
metode yakni metode Trial & Error, metode Armfield dan metode Ziegler-Nicholas.
Pada percobaan sebelumnya, didapatkan nilai set point 52˚C yang mana akan
digunakan pada percobaan selanjutnya dengan 3 metode berikut ini :
Metode Trial & Error
Pada metode ini dilakukan penentuan nilai PID dengan teknik coba-coba.
Pertama dilakukan percobaan nilai P yang dimulai dari memasukkan angka 1,
2, 4, 8, 15, 20, dan 25. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan
nilai P sebesar 15%. Hal yang sama juga dilakukan untuk menentukan nilai
dari I dan D. Dan didapatkan nilai I adalah 1 dan D juga 1. Dari grafik hasil
percobaan Trial & Error ini dapat dilihat bahwa dengan metode ini masih
banyak menghasilkan overshoot dan undershoot. Dimana batas toleransi
overshoot dan undershoot adalah ±1˚C dari set point.
Metode Armfield
Pada metode ini dilakukan penentuan nilai PID dengan menggunakan
rumus Armfield. Dari perhitungan didapatkan bahwa nilai P sebesar 3,03%,
nilai I sebesar 135 secs, dan nilai D sebesar 22,5 secs. Dari grafik terlihat jelas
bahwa overshoot dan undershoot yang terbentuk menjadi lebih kecil dan
sesuai dengan batas toleransi ±1˚C dari set point yaitu overshoot yang tidak
mencapai 53˚C dan undershoot yang tidak mencapai 51˚C.
Metode Ziegler Nicholas
Pada metode ini dilakukan penentuan nilai PID dengan menggunakan
rumus Ziegler Nicholas. Dari perhitungan didapatkan bahwa nilai P sebesar
3,03%, nilai I sebesar 210 secs, dan nilai D sebesar 35 secs. Dari grafik dapat
dilihat bahwa overshoot yang terbentuk melewati sedikit dari batas
toleransinya ( > 53˚C ) sedangkan untuk undershootnya sudah sesuai dengan
batas toleransi ( < 51˚C ).
Dari ketiga metode tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Armfield yang
paling bagus digunakan karena metode ini menghasilkan overshoot dan undershoot
yang paling kecil (paling stabil) atau dengan kata lain yang memiliki nilai error paling
kecil. Kontrol PID dapat menguntungkan pada banyak proses. Namun, penerapannya
harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena memiliki keterbatasan pada beberapa
proses. Tindakan derivative dan integral saling melengkapi. Tindakan derivatif
memungkinkan peningkatan proporsional, mengimbangi penurunan yang diharuskan
oleh tindakan integral. Dimana tindakan integral cenderung meningkatkan masa
siklus dari loop, tindakan derivatif cenderung untuk menguranginya, sehingga
menghasilkan kecepatan yang sama tanggapan sebagaimana dengan tindakan
proporsional tetapi tanpa offset.
Pada percobaan secara kontinyu yaitu umpan yang masuk sama dengan produk
yang keluar. Pada praktikum secara kontinyu ini, digunakan metode Armfield dan
Ziegler Nicholas dengan masing-masing set point 400C dengan penentuan parameter
pengendali meliputi Proportional band (P), Integral time (I) dan Derivatif Time(D).
Metode Armfield
Pada metode ini dilakukan penentuan nilai PID dengan menggunakan rumus
Armfield. Dari perhitungn didapatkan bahwa nilai P sebesar 3,03%, nilai I
Sebesar 135 secs, dan nilai D sebesar 22,5 secs. Dari grafik didapatkan bahwa
overshoot nilainya sebesar 1,20 atau 41,20C dari set point, sedangkan untuk
undershoot stabil pada set point 400C.
Metode Ziegler Nicholas
Pada metode ini dilakukan penentuan nilai PID dengan menggunakan rumus
Armfield. Dari perhitungn didapatkan bahwa nilai P sebesar 3,03%, nilai I
Sebesar 210 secs, dan nilai D sebesar 35 secs. Dari grafik didapatkan bahwa
overshootnya stabil pada set point 400C, sedangkan untu undershoot nilainya
sebsar 0,6 atau 390C.
Dari kedua metode tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Ziegler Nicholas
yang baik digunakan karena hampir tidak menghasilkan overshoot dan undershoot
atau dapat dikatakan nilai erorrnya kecil.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan data praktikum didapatkan kesimpulan sebagai berikut :