LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN pH
Anggota kelompok :
1. Firdayanti (33117002)
2. Ahmad Zulkifli (33117006)
3. Sastriani (33117010)
4. Reynaldi Noel (33117012)
5. Icha Paras Ayu (33117013)
A. JUDUL
Pengendalian Keasaman pH
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk megetahui prosedur pengendalian pH dengan menggunakan alat
pengendalian pH secara komputasi serta menerapkan variable-variabel
yang dapat mempengaruhi pH.
2. Melakukan simulasi pengendalian dan menghitung nilai PID yang
ideal dengan pengadukan.
3. Melakukan optimasi pengendalian dengan memasukkan nilai PID
simulasi.
C. PERINCIAN KERJA
1. Membuat larutan HCl (Asam Klorida) 0,001 M dan larutan NaOH
(Natrium Hidroksida) 0,001 M.
2. Menyalakan computer dan alat pengendali pH.
3. Memulai praktikum pengendalian pH.
E. DASAR TEORI
Peralatan proses pengendalian pH terdiri dari dua tangki yang
terletak dibagian atas alat dan dibagian dasar. Tangki atas terbagi dua,
tangki A dan tangki B yang masing-masing berisi larutan umpan berupa
larutan asam dan tangki bawah sebagai tangki penampung.
Tujuan utama pengendalian pH adalah mengendalikan pH larutan
yang terdapat pada tangki utama (MAIN) yang mengalir kebawah masuk
menuju tangki pencampur, jumlah larutan yang masuk dapat diketahui
dengan mengatur katup dan mengukur laju alir dari flowmeter. Gangguan
(NOISE) dari tangki noise juga mengalir kebawah menuju tangki
pencampur, jumlah dan besar aliran dapat diatur dan dilihat dengan
flowmeter. Larutan bercampur di tangki dan di aduk oleh stirrer kemudian
di ukur oleh elektroda, hasil pengukuran diberikan ke controller CRpH
yang berhubungan dengan sebuah personal computer. Output dari
controller kemudian diberikan ke pompa peristaltik yang akan memompa
sejumlah larutan koreksi sehingga pH didalam tangki akan mendekati
harga setpoint yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam variasi laju alir umpan dengan setpoint bersifat agak asam
dan asam kuat. Pada laju alir yang lambat, pengendali tidak dapat
mempertahankan harga pH dan pompa akan bergerak secara periodik
(bergantian) sehingga menghasilkan osilasi dan tidak mencapai setpoint
stabil. Pengurangan osilasi dapat dilakukan dengan mempercepat laju alir.
Perbedaan untuk setpoint yang bersifat agak asam dan asam dapat
diperlihatkan pada grafik yang terbentuk. Linearitas dan bentuk simetris
grafik antara setpoint yang berbeda pada saat laju alir divariasikan
menunjukkan ketergantungan pH terhadap laju alir.
Pengendalian P/I/D
Sistem pengendalian secara kontinyu berbeda dengan sistem
pengendalian tak kontinyu (on-off). Pada sistem kontrol kontinyu, sistem
secara kontinyu melakukan evaluasi antara error dan set ppoint dan secara
kontinyu pula memberikan masukan (input) bagi elemen kontrol akhir
untuk melakukan perubahan agar harga pengendalian (control point) bagi
elemen kontrol akhir untuk melakukan perubahan agar harga pengendalian
(control point) mendekati atau sama dengan harga set point.
Sistem pengendalian kontinyu ini menggunakan tiga terminologi berikut:
a. Proposional
b. Integral
c. Derivatif
Sinyal yang diregulasi yang didasarkan atas error (perbedaan antara set
point dengan kontrol point ditentukan oleh jumlah ketiga definisi diatas.
A. Proposional
Bagian atau komponen mode pengendalu ini menyatakan error
yang terjadi sebanding antara set point dan harga terukur. Sebanding ini
dinyatakan sebagai harga konstanta proposional (kp).
Ketiga sinyal regulasi mencapai 100% atau katup pneumatic
terbuka penuh, error mencapai level salurasi (jenuh) penambahan error
tidak akan meningkatkan sinyal regulasi.
Disini perlu diketahui range interval error sinyal regulasi dapat
beroperasi antara 0%-100%. Range variasi error dinyatkan sebagai
proposional band atau pita proposional. Apabila error (e) antara 0-PB,
maka persen harga isnyal regulasi (x) adalah:
X = e. PB
Semakin besar PB semakin kecil keluaran kontroller (x) untuk error
yang sama. Dengan kata lain, semakin rendah proposional kontroller.
Sistem pengendalian yang harga menggunakan mode proposional ini
mempunyai ketentuan berikut:
a. Error tidak dapat dieliminasi (dikurangi) dan sulit mencapai set point.
b. Adanya error bisa (residu) yang disebut offset yang bertambah dengan
bertambahnya PB.
B. Integral
Dengan mode bangunan ini error pertama – tama akan meningkat
kemudian berkurang dengan cepat oleh aksi proposional. Error tidak akan
menjadi nol dikarenakan oleh adanya offset. Aksi kontrol intergral akan
mengurangi error residu (offset) dari proposional. Dengan mode ini
kemugkinan untuk mengurangi error secara tuntas, sedangkan kondisi
equilibrium baru memerlukan aliran masuk yang baru yang digerakan oleh
mode integral juga.
Umumnya mode gabungan ini digunakan ketika variabel yang
dikendalikan diharapkan mengalami perubahan besar namun lambat yang
memerlukan perubahan cukup besar pada sinyal regulassi (x).
C. Derivatif
Error konstan derivatif sebagai fungsi waktu akan mempunyai
harga nol (tidak ada output). Mode proposional derivatif ini digunakan
apabila diharpkan perubahan yang cepat dan dalam batas level kontrol
mempunyai variasi beban yang rada lambat. Penggunaan mode
proposional derivatif kurang memberikan pengertian yang jelas.
Mode gabungan yang melibatkab derivatif yang digunakan pada
CrPH adalah mode gabungan lengkap atau mode PID
(proposional,integral,derivatif).
Gabungan ketiganya disini memberikan pengendalian yang
sempurna dan menghasilkan pengendalian yang optimal.
D. Pengendalian PID
Merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu sistem
intrumentasi degan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tersebut.
Komponen PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu: proposional, integral,
derivatif.
1. Kontrol proposional
Ciri – ciri pengontrol proposional
a. Jika nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu
melakukan koreksi kesalahn yang kecil, sehingga akan
menghasilkan respon sistem yang lambat (menambah rise time).
b. Jika nilai Kp dinaikan, respon/tanggapan sistem akan semakin
cepat mencapai keadaan mentapnya (mengurangi rise time)
c. Namun, jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang
berlebihan akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau
respon sistem akan berosilasi
d. Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state
error tetapi tidak menghilangkannya.
2. Kontrol integral
Ciri – cirir pengontrol integral
a. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu,
sehingga pengontrol integral cenderung memperlambat respon
b. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan
bertahan pada nilai sebelumnya.
c. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan
menunjukan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh
besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki
d. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat
hilangnya offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta ki akan
mengakibatkan peningkatan osilasi sari sinyal keluaran pengontrol.
3. Kontrol derivatif
Ciri – ciri kontrol derivatif
a. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada
perubahan pada masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan )
b. Jika sinyal kesalahan berupa terhadap waktu, maka keluaran yang
dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai kd dan laju perubahan
sinyal kesalahan.
Dosing Pump
Dosing pump adalah pompa khusus untuk menginjeksikan
chemical secara terukur dan akurat serta manan untuk berbagai aplikasi.
Dosing pump/ pompa dosing/ metering pump/ pompa injeksi kimia adalah
pompa yang bertugas untuk menginjeksikan bahan kimia dengan ukuran
yang akurat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
H. DATA PENGAMATAN
Tabel
1. Percobaan 1 (Pengaruh Perubahan Proportional Band Terhadap
pH)
Tabel 2.1 Pengaruh Perubahan Kecepatan Pompa B (30%, 50%, dan 70%)
Terhadap pH
Grafik
Percobaan 1
Grafik 1.1 Pengaruh Perubahan Proportional Band Terhadap pH
11.0
10.0
9.0
8.0
PB 10%
7.0
pH
PB 3%
6.0 PB 0,2%
5.0
4.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48
Waktu
Percobaan 2
Grafik 1.2 Pengaruh Perubahan Kecepatan Pompa B Terhadap pH
9.5
9.0
I. PERHITUNGAN
8.5
Konsentrasi larutan HCl pada Pumb A
Konsentrasi
8.0 awal M1 =1M
Volume awal V1 = 20 mL Pumb B 30%
pH
6.5 M1 . V1 = M2 . V2
𝑀1. 𝑉1
6.0 𝑀2 =
𝑉2
00:00 28:48 57:36 26:24 55:12
1 𝑀 . 20 𝑚𝐿
𝑀2 = Waktu
20.000 𝑚𝐿
Percobaan 3
Grafik 1.3 Pengaruh Variasi Konsentrasi Terhadap pH
11.0
10.0
9.0
8.0
pH
7.0
6.0
5.0
4.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00 43:12 50:24 57:36 04:48
Waktu
Percobaan 4
Grafik 1.4 Simulasi Pengaruh Penentuan Nilai PID Terhadap pH
11.0
10.0
9.0
8.0
pH
7.0
6.0
5.0
00:00 03:36 07:12 10:48 14:24 18:00 21:36 25:12 28:48
Waktu
11.0
10.0
9.0
8.0
pH
7.0
6.0
5.0
00:00 02:10 04:19 06:29 08:38 10:48 12:58 15:07 17:17
Waktu
I. PERHITUNGAN
Konsentrasi larutan HCl pada Pumb A
Konsentrasi awal M1 =1M
Volume awal V1 = 20 mL
Volume akhir V2 = 20.000 mL
M1 . V1 = M2 . V2
𝑀1.𝑉1
𝑀2 = 𝑉2
1 𝑀 .20 𝑚𝐿
𝑀2 = 20.000 𝑚𝐿
M2 = 0,001 M
M1 . V1 = M2 . V2
𝑀1.𝑉1
𝑀2 = 𝑉2
1 𝑀 .20 𝑚𝐿
𝑀2 = 20.000 𝑚𝐿
M2 = 0,001 M
J. PEMBAHASAN