Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN

“Pembuatan Sabun Padat dari Limbah Minyak Jelantah”

Disusun Oleh
Nama : Ayu Sapira
NIM : 1905112710

Dosen Pembimbing :
Sri Wilda Albeta, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Pembuatan
Sabun Padat dari Limbah Minyak Jelantah” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Lingkungan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan atas kehadirat Nabi
Muhammad SAW. yang telah memberikan kita jalan yang lurus. Makalah ini memuat tentang
pembuatan sabun padat dari limbah minyak jelantah. Dengan adanya makalah ini, semoga
dapat membantu menambah pengetahuan dan memberikan wawasan yang lebih luas lagi
kepada kita semua mengenai pembuatan sabun padat dari limbah minyak jelantah. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Yth :
1. Ibu Sri Wilda Albeta, M.Pd selaku Dosen Pembimbing, dan
2. Orang tua kami yang telah membantu kami baik dari segi moral maupun materi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, pembahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen pembimbing guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Japura, 1 Juni 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................................1

Kata Pengantar...............................................................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................................

1.2 Tujuan.........................................................................................................................................................

1.3 Manfaat.......................................................................................................................................................

BAB II Kajian Teoritis...................................................................................................................................

2.1 Tinjauan Pustaka.........................................................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................................................

3.1 Alat dan Bahan............................................................................................................................................

3.2 Prosedur Kerja.............................................................................................................................................

3.3 Pembahasan...............................................................................................................................................

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................................

4.1 Kesimpulan...............................................................................................................................................

4.2 Saran..........................................................................................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................................................................

Lampiran.......................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Minyak goreng adalah minyak nabati yang dimana memiliki masa penggunaan yang
terbatas dalam pemakaiannya. Oleh karena itu, minyak goreng yang melewati masa
pengunaannya harus digantikan dengan minyak goreng yang baru. Minyak goreng yang
tidak bisa dipakai atau minyak bekas inilah yang biasa disebut dengan minyak jelantah.
Akan tetapi apabila minyak jelantah tetap digunakan, maka akan terjadi beberapa hal
yang merugikan bagi kesehatan tubuh kita. Hal ini dikarenakan minyak jelantah
mengalami proses pemanasan berulang pada suhu yang tinggi sehingga mengandung
asam lemak jenuh dan menghasilkan senyawa peroksida. Dimana kandungan tersebut
dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Konsumsi makanan yang menggunakan
minyak jelantah dapat memicu penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), obesitas
(kegemukan), penyakit jantung koroner, stroke, dan bahkan kanker.
Banyak masyarakat membuang minyak jelantah begitu saja. Minyak jelantah yang
dibuang sembarangan akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Seperti
menurunkan kesuburan tanah, mengganggu ekosistem air, dan membuat sistem drainase
tersumbat. Jika minyak jelantah dibuang ke saluran air maka akan terbentuk
gumpalangumpalan lemak dan akhirnya membuat saluran air tersebut tersumbat. Dan
lama kelamaan sumbatan gumpalan minyak tersebut akan tersalurkan ke danau, yang
pada akhirnya akan ke air sumur ataupun air laut. Hal ini akan membuat air laut
terkontaminasi. Untuk mengatasi masalah itu, perlu dilakukannya pemanfaatan minyak
goreng bekas/minyak jelantah dengan cara mengolahnya kembali untuk pembuatan sabun
padat yang dapat bernilai ekonomis.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh minyak jelantah bagi kesehatan dan
lingkungan.
2. Mengetahui prosedur kerja pembuatan sabun padat dengan bahan baku minyak
goreng bekas/minyak jelantah melalui reaksi saponifikasi.

3. Memberikan informasi mengenai potensi ekonomis limbah minyak goreng bekas atau
minyak jelantah menjadi produk sabun cuci piring.

Adapun tujuan pembuatan produk sabun padat adalah sebagai berikut.

4
1. Memberikan pengetahuan dan keterampilan teknik pengolahan limbah minyak
jelantah.
2. Menciptakan produk sabun padat dengan bahan baku minyak goreng bekas/minyak
jelantah melalui reaksi saponifikasi.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapatkan adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh minyak jelantah bagi kesehatan dan
lingkungan.
2. Mengetahui prosedur kerja pembuatan sabun padat dengan bahan baku minyak
goreng bekas/minyak jelantah melalui reaksi saponifikasi.
3. Produk sabun padat yang sudah jadi atau siap pakai dapat digunakan untuk mencuci
piring.
4. Mendorong jiwa kewirausahaan melalui keterampilan inovatif pembuatan sabun
padat dari limbah minyak goreng bekas.

BAB II KAJIAN TEORITIS

4.1 Tinjauan Pustaka


Minyak goreng bekas atau yang biasa disebut dengan minyak jelantah adalah minyak
limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng, seperti minyak jagung, minyak
sayur, dan minyak kelapa sawit. Minyak goreng bekas (jelantah) apabila digunakan
kembali untuk menggoreng dapat merusak kesehatan, terlebih dapat mengakibatkan
penyakit kanker. Di sisi lain, apabila minyak goreng bekas dibuang ke lingkungan, hal
tersebut dapat mencemari lingkungan. Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan
pembuatan sabun dapat menjadi salah satu alternatif menanggulanginya.
(Naomi dkk, 2013)

Minyak goreng dapat digunakan hingga 1-3 kali penggorengan. Jika digunakan
berulang kali, minyak akan berubah warna. Zat warna dalam minyak terdiri dari dua
golongan, yaitu zat warna alamiah dan warna dari hasil degradasi zat warna alamiah. Zat
warna tersebut terdiri dari α dan β karotein, xanthofil, klorofil dan anthosyanin. Zat
warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan dan kemerah –

5
merahan. Minyak yang baik adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh
yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya. Setelah
penggorengan berkali-kali, asam lemak yang terkandung dalam minyak akan semakin
jenuh. Dengan demikian minyak tersebut dapat dikatakan telah rusak atau dapat disebut
minyak jelantah. Dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan mengakibatkan
makanan yang lama akan meningkatkan kadar asam lemak jenuh dalam minyak. Minyak
nabati lama lama akan meningkatkan kadar asam lemak jenuh dalam minyak. Minyak
nabati dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan mengakibatkan makanan yang
digoreng menjadi menjadi berbahaya bagi kesehatan, seperti deposit lemak yang tidak
normal, kanker, kontrol tidak sempurna pada pusat syaraf.
(Djatmiko dkk, 1973)

Minyak jelantah sawit adalah minyak yang telah digunakan lebih dari dua atau tiga
kali penggorengan, dan dikategorikan sebagai limbah karena dapat merusak lingkungan
dan dapat menimbulkan sejumlah penyakit. Proses pemanasan selama minyak digunakan
merubah sifat fisika-kimia minyak. Pemanasan dapat mempercepat hidrolisis trigliserida
dan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (FFA) di dalam minyak. Kandungan
FFA dan air di dalam minyak bekas berdampak negatif terhadap reaksi transesterifikasi,
karena metil ester dan gliserol menjadi susah untuk dipisahkan. Minyak goreng bekas
lebih kental dibandingkan dengan minyak segar disebabkan oleh pembentukan dimer dan
polimer asam dan gliserid di dalam minyak goreng bekas karena pemanasan sewaktu
digunakan. Berat molekul dan angka iodin menurun sementara berat jenis dan angka
penyabunan semakin tinggi.
(Mahreni, 2010)

Pertumbuhan jumlah penduduk, serta perkembangan industri, restoran, dan usaha


fastfood akan menyebabkan dihasilkannya minyak goreng bekas dalam jumlah yang
cukup banyak. Minyak goreng bekas ini apabila dikonsumsi dapat menimbulkan penyakit
yang membuat tubuh kita kurang sehat dan stamina menurun. Jika minyak goreng bekas
tersebut dibuang sangatlah tidak efisien dan mencemari lingkungan maka dari itu minyak
goreng bekas dapat dimanfaatkan kembali, salah satunya dengan menjadikan produk
berbasis minyak seperti sabun cair maupun sabun padat.
(Dalimunthe dkk, 2009)

6
Pemurnian merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan minyak goreng bekas,
yang hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng kembali atau sebagai bahan baku
produk untuk pembuatan sabun padat. Tujuan utama pemurnian minyak goreng ini
adalah menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang kurang menarik dan
memperpanjang daya simpan sebelum digunakan kembali.
(Susinggih dkk, 2005)

Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak
nabati atau lemak hewani bebentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa. Sabun dihasilkan
oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam
kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah Natrium Hidroksida
(NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka
produk reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH
maka produk reaksi berupa sabun cair. Garam dari alkali asam lemak merupakan sabun
dari reaksi saponifikasi dengan cara memanaskan lemak dan Kalium Hidroksida (KOH)
sampai terhidrolisis sempurna.
(Dalimunthe dkk, 2009)

Sabun merupakan hasil reaksi saponifikasi/penyabunan dari suatu basa (NaOH/KOH)


dengan asam lemak. Sabun biasanya dikenal dalam dua wujud, yaitu sabun cair dan
sabun padat. Perbedaan utama dari kedua sabun tersebut adalah alkali yang digunakan.
Sabun padat menggunakan NaOH, sedangkan sabun cair menggunakan KOH. Jika akan
digunakan sebagai bahan baku sabun padat, minyak goreng bekas harus dimurnikan
terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat fisika-kimianya. Berdasarkan penelitian dari
Ayu et al. (2010), penambahan konsentrasi arang aktif sebesar 35% dalam pemurnian
minyak goreng bekas restoran siap saji mampu memperbaiki sifat fisika-kimia minyak
dengan kadar kotoran sebesar 2,3% dan warna minyak berubah menjadi kuning. Selain
menggunakan arang aktif, pemurnian minyak jelantah juga dilakukan dengan
perendaman menggunakan kulit pisang. Untuk hasil maksimal, kulit pisang yang dapat
digunakan adalah yang masih basah. Perendaman dilakukan selama 1,5 jam.
(Ubaidillah dkk, 2009)

7
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Alat dan Bahan


A. Alat
1. Mangkok
2. Penyaring
3. Timbangan
4. Sendok kayu
5. Cetakan
6. Gelas
7. Plastik

B. Bahan
1. 500 gram minyak jelantah
2. 190 gram air suling/galon/air rebusan pandan/air lerak
3. 65 gram NaOH/soda api – 70 gram (70 gram NaOH akan lebih cepat mengeras)
– semua sabun batangan pasti mengandung soda api.
4. 100 gram arang

C. Alat Pelindung Diri


1. Kacamata
2. Masker
3. Jas lab atau baju lengan panjang
4. Sarung tangan

3.2 Prosedur Kerja


Proses kerja pembuatan sabun jelantah yaitu:
1. Arang digunakan untuk menetralisir dan menjernihkan minyak jelantah, jadi
arang harus dibakar terlebih dahulu, agar bara-baranya aktif.
2. Rendam minyak jelantah di dalam arang selama 24 jam atau lebih.
3. Masukkan soda api (NaOH) ke dalam air, jangan lakukan kebalikannya karena
akan berbahaya.

4. Aduk soda api yang sudah tercampur ke dalam air.

8
5. Tuangkan campuran soda api dan air ke dalam minyak jelantah yang sudah
mendingin. Sebaiknya dicampur setelah campuran bersuhu 30˚.
6. Aduk kembali lalu tuangkan ke dalam cetakan.
7. Diamkan sekitar dua hari, lalu keluarkan dari cetakan.
8. Sabun minyak jelantah bisa digunakan setelah empat minggu.

3.3 Pembahasan

Pemurnian atau penjernihan merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan


minyak goreng bekas. Tujuan utama penjernihan minyak goreng ini adalah
menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak dan warna yang kurang menarik. Minyak
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah minyak goreng bekas penggorengan kerupuk
setelah 3 kali pemakaian. Penjernihan minyak bekas tersebut menggunakan arang. Arang
berupa karbon aktif yang dapat menyerap berbagai zat dan bahan-bahan anorganik.
Dalam kegiatan ini arang berfungsi untuk menghilangkan bau kuat dari minyak jelantah
serta menjernihkan warna minyak.

Secara umum adsorpsi adalah proses pemisahan komponen tertentu dari suatu larutan
ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben) dalam hal ini adalah arang.
Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau porositas, menyebabkan
sebagian molekul terikat lebih kuat ke permukaan molekul lainnya (Yustinah, 2011).
Dengan demikian, permukaan arang bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas,
struktur pori juga merupakan faktor yang penting berhubungan dengan luas permukaan,
semakin kecil poripori arang mengakibatkan luas permukaan semakin besar, dengan
demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Oleh karena itu, arang dipecah terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai adsorben.

Proses penjernihan minyak menghasilkan minyak dengan karakteristik tidak berbau


dan warna lebih jernih jika dibandingkan dengan semula. Bau menyengat yang berasal
dari minyak jelantah sudah hilang. Dengan perendaman arang yang lebih lama akan
menghasilkan warna yang lebih jernih. Dalam kegiatan ini, saya melakukan perendaman
minyak jelantah dengan arang selama 30 jam. Setelah itu, minyak jelantah dipisahkan
dari arang menggunakan penyaring.

Sabun dihasilkan dari proses saponifikasi yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak
dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuatan kondisi basa yang digunakan untuk

9
pembuatan sabun padat adalah Natrium Hidroksida (NaOH). Soda api (NaOH)
dimasukkan ke dalam air, jangan lakukan kebalikannya karena akan berbahaya. Jika
melakukan sebaliknya, akan mengakibatkan letupan yang sangat berbahaya bagi kulit
dan mata.

Selanjutnya, menuangkan campuran soda api dan air ke dalam minyak jelantah yang
sudah mendingin. Aduk kembali hingga campuran mengental. Dalam hal ini, saya
mengaduk hingga kental selama kurang lebih 1 jam. Lalu tuangkan ke dalam cetakan.
Diamkan sekitar dua hari, lalu keluarkan dari cetakan. Sabun minyak jelantah bisa
digunakan setelah empat minggu.

BAB IV PENUTUP

10
4.1 Kesimpulan
Permasalahan prioritas masyarakat umum adalah banyaknya volume limbah minyak
goreng bekas pada industri kuliner maupun sisa penggunaan rumah tangga di setiap
wilayah Indonesia. Minyak jelantah tidak layak untuk digunakan berulang kali karena
berdampak negatif terhadap kesehatan. Di sisi lain, jika dibuang ke lingkungan akan
menjadi bahan pencemar yang merugikan. Untuk mengatasi permasalahan, maka perlu
dilakukan pengolahan minyak jelantah yang dapat dibuat menjadi sabun padat dengan
penambahan NaOH dan melalui proses saponifikasi. Tentunya hal ini dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai potensi ekonomi limbah minyak goreng bekas
dan pelatihan ketrampilan pembuatan sabun cuci piring yang ramah lingkungan dari
minyak jelantah.

4.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penyuluhan maupun pelatihan terhadap masyarakat yang lebih


luas lagi mengenai keterampilan pembuatan sabun padat berbahan baku minyak jelantah.
Sehingga dengan begitu, kita dapat turut andil dalam mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan. Serta masyarakat dapat mengetahui dampak buruk bagi kesehatan yang
ditimbulkan akibat penggunaan minyak jelantah yang berulang kali.

DAFTAR PUSTAKA

Dalimunthe, Nur Asyiah. 2009. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi
Padat. Jurusan Teknik Kimia. Tesis: Universitas Sumatera Utara

Djatmiko, B. dan A.P. Widjaja. 1973. Minyak dan Lemak. Departemen THP IPB: Bogor.

Mahreni. 2010. “Peluang dan Tantangan Komersialisasi Biodesel-Review”. Jurnal Eksergi.


X(2). Jurusan Teknik Kimia, Fakulas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”: Yogyakarta

Naomi, P., Gaol, A. M. L., dan Toha, M. Y. 2013. “Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak
Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia”. Jurnal Teknik Kimia, 19(2): 42-48.

Susinggih, Wijana. dkk. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas. Surabaya: Trubus
Agrisarana.
11
Ubaidillah, I., Triadini, R., Erlina, Mariam, N., Andari, M. 2009. “Pemurnian Minyak
Jelantah dengan Kulit Pisang Kepok (Musa paradiasacal) untuk Pedagang Makanan di
Gelap Nyawang”. Program Kreativitas Mahasiswa. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.

https://www.paprikaliving.com/sabun-minyak-jelantah/ (diakses pada tanggal 25 Mei 2021)

https://youtu.be/Y53xpKLs4IM (diakses pada tanggal 25 Mei 2021)

LAMPIRAN

A. Alat

B. Bahan

12
C. Prosedur Kerja
Pembakaran arang

13
Perendaman minyak jelantah dengan arang

Percampuran soda api (NaOH) ke dalam air

Pencampuran soda api (NaOH) dan air ke dalam minyak jelantah yang telah
dimurnikan dan disaring

14
Pengadukan semua bahan hingga meng ental

Setelah diaduk hingga kental, kemudian dituangkan ke dalam cetakan

Hasil sabun setelah dikeluarkan dari cetakan

15
Catatan: Sabun terlihat tidak rapi bentuknya dikarenakan kesulitan untuk
mengeluarkannya dari cetakan.

16

Anda mungkin juga menyukai