Anda di halaman 1dari 12

Pembuatan Sabun Cuci Piring dari Minyak Jelantah Sebagai Upaya

Pemberdayaan Masyarakat Dusun Jati

Abstrak

Tingkat konsumtif minyak goreng di masyarakat Dusun Jati sangat besar sebagai kebutuhan
pokok dan menghasilkan limbah berupa minyak jelantah/minyak bekas. Karena limbah yang
melimpah, perlu diadakan pemahaman terhadap masyarakat terkait pengolahan limbah rumah
tangga yaitu pemanfaatan kembali minyak jelantah dalam bentuk lain berupa sabun.
Pemahaman terhadap masyarakat Dusun Jati dilakukan dengan mengadakan kegiatan berupa
pelatihan pembuatan sabun dari minyak jelantah. Pelatihan dilakukan dengan melalui
ceramah berupa penjelasan tahapan pembuatan sabun serta melalui praktik secara langsung
yang dilakukan oleh seluruh peserta kegiatan. Kegiatan dilakukan di rumah RT Dusun Jati
pada tanggal 31 Januari 2021 dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang. Pelaksanaan kegiatan
diikuti peserta dengan antusias sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan
dari masyarakat Dusun Jati dalam memanfaatkan limbah rumah tangga

Kata Kunci : Minyak Jelantah, Sabun, Saponifikasi, Limbah, Keterampilan, Recycle

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi
oleh seluruh lapisan masyarakat. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan
dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Tingkat konsumtif minyak goreng pada
masyarakat sangatlah besar karena menjadi suatu kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh seluruh lapisan masyarakat dan tanpa sadar menghasilkan limbah yang melimpah yaitu
minyak goreng bekas atau dikenal sebagai minyak jelantah. Minyak jelantah ini seringkali
tidak dipedulikan dan dibuang begitu saja tanpa adanya tindakan pemanfaatan kembali
sehingga menumpuk dan menjadi salah satu sumber pencemaran karena banyaknya limbah
yang dihasilkan. Jika dilihat kembali, minyak jelantah memiliki potensi yang baik untuk dapat
dimanfaatkan kembali maupun menjadi bahan baku dalam bidang industri, salah satunya
adalah pembuatan sabun dari minyak jelantah. Minyak merupakan bahan baku yang jika
direaksikan dengan basa akan menjadi sabun dengan sifat pembersih pakaian, cucian piring,
tekstil dan hal yang berkaitan sesuai yang diinginkan. Minyak jelantah banyak diproduksi oleh
industry makanan maupun rumah tangga, sehingga di Dusun Jati Desa Jati pun menjadi
penyumbang besar minyak jelantah (Riyanta et al., 2016).

Dusun Jati Desa Jati secara teritorial masuk ke dalam wilayah Kabupaten
Karanganyar yang termasuk ke daerah perkotaan Karanganyar. Mata pencaharian warga
Dusun Jati sangat beraneka ragam, mulai dari pekerja atau buruh industri sampai petani
dengan banyaknya sektor industri dan lahan pertanian pertanian yang luas tersebar di seluruh
dusun, selain itu warga memiliki berbagai UMKM, toko kelontong dan warung makan. Dusun
Jati terdiri dari 3 RW dan 13 RT yang menandakan bahwa luas wilayah dusun sangatlah luas
dan jumlah penduduk yang terbilang cukup padat. Hal tersebut menekan kebutuhan kebutuhan
sehari-hari khususnya makanan dimana berbagai macam masakan memerlukan proses
penggorengan yang pasti menghasilkan limbah minyak jelantah. Jumlah minyak jelantah yang
sangatlah besar dan terus-menerus dibuang sembarangan tanpa atau pengolahan lebih lanjut
akan menjadi masalah lingkungan. Maka dari itu, minyak jelantah yang sebelumnya dibuang
dan tidak diolah harus dimanfaatkan kembali menjadi produk berbahan dasar minyak yaitu
sabun (Hajar et al., 2016).

Minyak goreng Merupakan salah satu bentuk dari minyak nabati, berupa senyawa
gliserida dari berbagai asam lemak yang ada dalam gliserida itu sendiri. Pemanfaatan minyak
goreng baik untuk industri maupun rumah tangga menghasilkan minyak jelantah yang masih
mengandung asam lemak yang cukup tinggi (Ningrum et al., 2013). Setelah digunakan sekitar
3 sampai 4 kali proses penggorengan, minyak goreng tersebut akan mengalami perubahan dan
bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang
bersifat karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan. Perubahan sifat ini
menjadikan minyak goreng tersebut tidak layak lagi digunakan sebagai bahan makanan. Oleh
karena itu minyak goreng yang telah dipakai atau minyak jelantah akan menjadi barang
buangan atau limbah dari rumah tangga dan pabrik industri penggorengan, jika tidak di daur
ulang akan menjadi limbah yang mencemari lingkungan (Hajar et al., 2016).

Minyak jelantah (dalam bahasa inggris : waste cooking oil) adalah minyak limbah
yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur,
minyak samin, dan sebagainya. Bahaya mengkonsumsi minyak goreng bekas dapat
menimbulkan penyakit yang membuat tubuh kita kurang sehat dan stamina menurun, namun
apabila minyak goreng bekas tersebut dibuang dapat mencemari lingkungan (Riyanta et al.,
2016). Minyak goreng bekas dapat mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakit. Minyak goreng bekas dapat mengendapkan lemak
dalam pembuluh darah, dan kanker hati (Prihanto et al., 2018). Jadi jelas bahwa pemakaian
minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia dan mengurangi
tingkat kecerdasan generasi berikutnya. Sehubungan dengan banyaknya minyak goreng bekas
dari sisa industri maupun rumah tangga dalam jumlah tinggi dan menyadari adanya bahaya
mengkonsumsi minyak jelantah, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memanfaatkan
minyak jelantah tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Pemanfaatan
minyak jelantah dapat dilakukan pemurnian agar dapat digunakan kembali sebagai bahan
baku industri non pangan yang berbasis minyak seperti sabun (Husnah et al., 2019). Apabila
minyak goreng bekas dimanfaatkan kembali, salah satunya menjadi produk berbasis minyak
seperti sabun, maka masalah pencemaran lingkungan karena pembuangan minyak goreng
bekas juga dapat dicegah (Widyasari et al., 2018). Sabun tersebut dapat dimanfaatkan untuk
keperluan sehari-hari, dan juga dapat bernilai ekonomis serta merupakan salah satu solusi
mengurangi minyak goreng bekas (Hajar et al., 2016).

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan
noda jika di terapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel
dalam suspense, mudah di bawa oleh air bersih. Sabun dengan jenis dan bentuk yang
bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik
untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam
industri. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan
jenis sabun, sabun memiliki sifat sebagai berikut (Husnah et al., 2019):
1. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak
akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah
garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap. CH3(CH2)16COONa + CaSO4 →
NaSO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
2. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air berifat basa. CH3(CH2)16COONa
+ H2O → CH3(CH2)16COOH + OH
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid, sabun
(garam natrium dari asam lemak), digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat
polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul
sabun mempunyai rantai hidrogen CH3CH2)16 yang bersifat hidrofobik (tidak suka air)
sedangkan COONa+ bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Polar : COONa+
(larut dalam air,hidrofobik dan juga memisahkan kotoran polar) Nonpolar: CH3CH2)16
(larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran nonpolar)
4. Penghilang kotoran

Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak yang direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 800C-1000C melalui suatu proses yang dikenal dengan
saponifikasi.

Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal
lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian
teknis, reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis
trigliserinida. Trigliserinida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat.
Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam lemak. Fungsi sabun dalam
keanekaragaman cara adalah sebagia bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan
permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan lebih
efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan
sabun terabsorbsi pada butiran kotoran (Siti K., 2013). Minyak goreng bekas memiliki
kandungan asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam linolinat.
Kandungan ini masuk ke dalam trigliserida yang dapat digunakan sebagai bahan baku
alternatif pembuatan sabun padat menggantikan asam lemak bebas jenuh yang merupakan
produk samping proses pengolahan minyak goreng (Riyanta et al., 2016). Perihal bahan
tambahan yang menunjang dalam pembuatan sabun dari minyak jelantah juga dapat
meningkatkan ketertarikan dalam pengolahan minyak jelantah (Turmudi et al., 2019). Bahan
tersebut biasa digunakan untuk menghilangkan bau tidak sedap seperti serai, kopi dan pandan.
Selain itu juga arang yang digunakan untuk mengaktivasi minyak yang sudah rusak sencara
struktural molekul bahkan penambahan essensial oil sebagai pewangi untuk produk sabun
(Sumiati et al., 2019).

Hal tersebut dapat digunakan sebagai solusi atas melimpahnya produksi minyak
jelantah di Dusun Jati yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya. Maka,
Tim Kuliah Kerja Nyata Universitas Sebelas Maret Surakarta (KKN UNS) Tematik Integratif
kelompok 135 mengabdi pada masyarakat di Dusun Jati dengan menyelenggarakan workshop
terhadap ibu rumah tangga dalam mengolah kembali minyak jelantah menjadi sabun cuci
piring, kain kotor dan sebagainya sehingga memiliki fungsi lebih maksimal. Kelompok 135
mengabdi pada masyarakat Dusun Jati sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam
proses kemandirian dan efisiensi perekonomian Dusun melalui pemanfaatan limbah minyak
jelantah menjadi produk rumah tangga sehingga prospek jangka panjangnya dapat memiliki
Home Industry yang baik untuk perekonomian dan keramahan terhadap lingkungan di Dusun
Jati tersebut. Pemberdayaan ini dapat membantu menciptakan ketentraman dan kenyaman
dalam kehidupan bermasyarakat dengan meningkatkan softskill dan hardskill melalui
pelatihan kewirausahaan, mendorong Home Industry bahkan pemasaran produk. Hal tersebut
dapat meningkatkan taraf hidup kepada warga Dusun Jati sehingga Dusun Bulu dapat lebih
maju dalam sektor pengolahan limbah yang ramah lingkungan serta memberdayakan
masyarakat yang mandiri secara ekonomi(Siti K., 2013).

Masyarakat di Dusun Jati Desa Jati Kec. Karanganyar Kab. Karanganyar merupakan
masyarakat yang kooperatif dan memiliki antusiasme tinggi dalam mempelajari hal baru yang
bermanfaat. Masyarakat aktif ikut serta dalam workshop pengolahan minyak jelantah menjadi
sabun sehingga dapat melatih ketrampilan dan meningkatkan efisiensi pemberdayaan
masyarakat. Berdasarkan kondisi tersebut maka tim KKN UNS Kelompok 135 menyepakati
bersama dengan pihak Dusun Jati tentang problematika di Dusun tersebut sehingga dapat
diatasi melalui kegiatan pengabdian berupa penyuluhan dengan mengacu pada aspek
pengolahan limbah dan produksi sabun. Penyelenggaraan workshop difokuskan pada
pemberian pengetahuan kepada warga Dusun Jati mengenai potensi limbah minyak jelantah,
pelatihan keterampilan pada warga Dusun Jati mengenai pengolahan limbah minyak jelantah
menjadi sabun cuci piring dan kain kotor, serta pemberian wawasan akan proses pengendalian
pencemaran air dan tanah (Riyanta et al., 2016).

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang ada, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan warga tentang pengolahan limbah minyak
jelantah menjadi sabun?
2. Bagaimana cara memingkatkan ketrampilan warga dalam mengolah limbah minyak
jelantah menjadi sabun?

BAB II

METODE

Metode pelaksanaan kegiatan penyuluhan terdiri dari empat tahap sebagai berikut.

A. Tahap Persiapan
Persiapan ini diawali dengan membuat daftar alat dan bahan yang diperlukan.
Setelah dilakukan pedataan, anggota KKN berbelanja berbagai keperluan tersebut. Alat
yang diperlukan diantaranya baskom, corong, gelas pelastik, pengaduk, cetakan, gelas
ukur dan timbangan. Bahan yang diperlukan diantaranya soda api, kopi, minyak
jelantah, bibit parfum dan pembusa. Alat dan bahan dibeli di toko serba ada dan toko
bahan kimia..
B. Tahap Uji Coba
dilakukan kegiatan praktek uji coba(trial&error) dalam praktek pembuatan
sabun menggunakan berbagai alat dan bahan yang telah disediakan. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk membuat takaran yang tepat untuk setiap pembuatan sabun sehingga
mendapatkan kualitas sabun yang diinginkan. Alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut
Alat
a. Wadah bahan
b. Baskom
c. Timbangan kue
d. Gelas Takar
e. Pengaduk
f. Gelas plastik
g. Botol plastik
h. Corong
i. Kain penyaring
j. Cetakan

Bahan(per paket)

a. Minyak jelantah 100 mL


b. Arang secukupnya
c. NaOH (soda api) sebanyak 17 gram
d. Air sebanyak 35 mL
e. (serai/pandan/kopi) secukupnya
f. Pewangi (essential oil) sebanyak 5 Ml
g. Surfaktan/pembusa

Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Pada percobaan pertama, sabun yang dihasilkan
tidak memiliki warna dan masih memiliki bau yang kurang sedap. Pada percobaan
kedua dilakukan pengadaan aroma pada sabun. Dan pada percobaan ketiga dilakukan
pewarnaan dan pemasukan pembusa sehingga mendapatkan sabun yang padat,
berwarna dan memiliki wangi yang harum.

C. Tahap Packing dan Persiapan Kegiatan


dilakukan proses packing dan persiapan sebelum kegiatan belangsung. Proses ini
meliputi pembagian alat dan bahan sejumlah 20 paket dimana setiap paketnya dapat
digunakan seorang peserta untuk membuat sabun pada saat hari acara. Anggota KKN
melakukan koordinasi dengan kepala dusun untuk menjadwalkan acara dengan peserta
ibu-ibu.
D. Tahap Workshop/Pelaksanaan pelatihan
Tahap Follow Up diselenggarakan pada tanggal 31 Januari 2021 yang merupakan
tahap utama dalam program “Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah”. Agenda
diadakan melalui koordinasi dengan kepala dusun, bertempat di rumah salah satu RT
Dusun Jati dengan peserta ibu rumah tangga berjumlah kurang lebih 20 peserta. Metode
pelatihan yang dilakukan berupa ceramah dan praktik secara langsung oleh masing-
masing peserta

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pemberdayaan masyarakat diupayakan dengan menyelenggarakan


workshop yang berupa pelatihan pengolahan minyak jelantah menjadi sabun secara langsung.
Pelatihan dilaksanakan tanggal 31 Januari 2021 dengan peserta yang berasal dari warga Dusun
Jati Desa Jati, Karanganyar dengan jumlah 20 peserta yang merupakan ibu rumah tangga dan
didampingi oleh Ibu Kepala Dusun Jati dengan pemandu acara yang berasal dari Tim KKN
UNS Kelompok 135. Sebelum pelaksanaan workshop, dilakukan koordinasi antara Tim KKN
UNS Kelompok 135 dengan pihak Dusun Jati melalui Ibu Kepala Dusun jati di Whatsapp.
Koordinasi dengan Kepala Dusun bertujuan untuk menentukan waktu dan tempat agenda
kegiatan serta menyebarluaskan publikasi tentang penyelenggaraan program workshop
“Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah” kepada calon peserta. Hal tersebut dapat
meningkatkan pendekatan terhadap warga dan konsolidasi warga Dusun Jati untuk
meningkatkan antusiasme dari perwakilan setiap RT. Proses persiapan peralatan dan bahan
untuk pengolahan minyak jelantah menjadi sabun dilakukan oleh Tim KKN UNS Kelompok
135 dan belanja peralatan dan bahan dilakukan sebelum kegiatan. Proses pre-treatment
pertama dilakukan pada minyak jelantah dengan merendam minyak menggunakan arang kayu
selama 24 jam kemudian dikocok. Perendaman menggunakan arang ini bertujuan untuk
mengaktivasi bagian-bagian dari molekul minyak jelantah yang sudah rusak supaya dapat
meningkatkan efisiensi persentase produk sabun yang terbentuk. Pre-treatment kedua juga
dilakukan pada air dengan menyeduh kopi guna menghilangkan bau tidak sedap ketika proses
pencampuran dengan minyak jelantah. Pre-treatment yaitu persiapan larutan soda api, yaitu
melarutkan soda api ke air kopi supaya mencegah kecelakaan yang berpotensi terjadi karena
reaksi antara air dan soda api dapat menghasilkan panas berlebih sehingga berbahaya jika
dilakukan oleh pemula. Ketiga pre-treatment tersebut dilakukan mulai dua hari sebelum
kegiatan. Berikut ini adalah tahapan pembuatan sabun dari minyak jelantah.
A. Minyak jelantah 500ml direndam dengan arang selama 24 jam
B. Air 175ml direndam atau diseduh dengan daun serai/pandan/kopi selama 24 jam
C. NaOH ditimbang sebanyak 85 gram
D. Minyak jelantah yang sudah direndam kemudian disaring menggunkan kain sehingga
diperoleh minyak jelantah bersih tanpa arang
E. Rendaman air dicampurkan dengan NaOH yang sudah ditimbang secara perlahan, dan
didinginkan
F. Minyak jelantah yang sudah disaring ditambahkan secara perlahan ke campuran air dan
NaOH yang sudah dingin
G. Campuran minyak jelantah dengan air serai dan NaOH diaduk selama 3 menit
H. Bibit pewangi(essential oil) ditambahkan sebanyak 5 ml
I. Campurkan dituang dalam cetakan dan didiamkan sampai mengeras

Pelatihan dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan praktik secara


langsung. Sebelumnya, tahapan pembuatan sabun dari minyak jelantah dijelaskan kembali
secara langsung guna memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait cara pembuatan
sabun mulai dari tahap persiapan sampai tahap produksi. Masyarakat juga dijelaskan
mengenai konsep recycle dan pentingnya menjaga lingkungan bersama dari hal-hal yang
kecil. Tidak hanya melalui penjelasan, pelatihan juga dilengkapi dengan dengan kegiatan
praktik oleh masing-masing peserta menggunakan bahan yang sudah dipersiapkan guna
meningkatkan keterampilan dari masyarakat Dusun Jati dalam pembuatan sabun dari minyak
jelantah. Pelatihan difokuskan pada proses pencampuran bahan dan pemahaman bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan sabun. Minyak goreng yang telah teraktivasi oleh arang
dituangkan pada wadah pencampur kemudian ditambahkan dengan air yang sudah direndam
kopi kemudian diaduk. Pengadukan dilakukan secara konstan selama 3 menit sehingga
campuran akan bereaksi membentuk campuran sabun. Penambahan bibit parfum atau
essential oil bertujuan untuk menghilangkan bau tak sedap dan tengik dari minyak jelantah
menjadi bau yang harum sesuai dengan pewangi yang digunakan. Sabun yang diperoleh dari
pelatihan tersebut adalah sabun batang karena pemakaian reaktan berupa soda api(NaOH)
menyebabkan minyak memiliki struktur baru yang mengandung ion Natrium. Penambahan
surfaktan atau pembusa juga bertujuan untuk memperbanyak busa yang dihasilkan saat
menggunakan sabun sehingga mempercantik penggunaan sabun tersebut. Campuran yang
sudah homogeny dapat dicetak sesuai dengan keinginan masing-masing. Bentuk cetakan
dapat divariasikan guna meningkatkan antusias dalam membuat sabun seperti bentuk binatang
atau bunga.

Setelah pencampuran selesai maka sabun didiamkan sampai mengeras dan dapat
memalui pendiaman selama 3-4 minggu. Proses pendiaman tersebut dinamakan proses curing
atau penstabilan terkstur sabun. Warna sabun yang diperoleh berwarna coklat karena
menggunakan kopi sebagai campurannya. Warna sabun dapat diubah sesuai keinginan dengan
menggunakan pewarna makanan. Pewarna tekstil tidak dapat digunakan karena sabun yang
dibuat berfungsi sebagai sabun cuci piring dan kain sehingga dapat menimbulkan bahaya jika
terlalu sering terkena kulit. Sabun yang dihasilkan memiliki kepadatan yang baik dengan
bentuk yang berbeda-beda sesuai cetakan yang digunakan. Bau yang dikeluarkan dari produk
sabun merupakan wangi lemon sehingga cocok digunakan untuk cuci piring dan produk sabun
pun sudah siap untuk digunakan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil observasi, maka
diperoleh evaluasi yang dilakukan oleh Tim KKN UNS Kelompok 135 selaku pemandu
pengelolaan minyak jelantah melalui pelatihan terhadap warga Dusun Jati yaitu berhasil
memberikan wawasan yang baik mengenai pentingnya mengolah limbah minyak jelantah
kepada warga Dusun Jati. Hal ini terlihat dari antusiasme peserta yang ikut pada program
pelatihan dalam perlakuan dan pertanyaan yang muncul dari peserta kegiatan. Pembiasaan
pola hidup bermasyarakat yang ramah lingkungan sangat penting untuk diterapkan secara
terus menerus sehingga dapat menjadi lingkungan yang nyaman sehingga berdampak positif
untuk masyarakat dan lingkungan. Tentunya pengabdian masyarakat oleh Tim KKN UNS
Kelompok 135 di Dusun Jati tersebut dapat memberdayakan warga setempat dengan cara
yang tepat serta sangat mempertimbangkan faktor kesehatan, lingkungan dan efisiensi
ekonomi.

BAB IV

KESIMPULAN

Kegiatan pelatihan “Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah” berupa pelatihan


pembuatan sabun dari limbah minyak jelantah yang dimaksudkan sebagai bentuk pengabdian
masyarakat di Dusun Jati Desa Jati Kec. Karanganyar Kab. Karanganyar yang diinisiasi oleh
Tim KKN UNS Kelompok 135 telah dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2021 pukul 09:00
WIB di rumah RT Dusun Jati dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang. Dengan
dilaksanakannya pelatihan, pengetahuan warga Dusun Jati terutama ibu rumah tangga telah
meningkat dengan diberikannya penjelasan pembuatan sabun dari minyak jelantah pada saat
kegiatan sehingga peserta dapat memahami setiap langkah dan alasan dilakukannya gerakan
recycle. Pada pelaksanaan kegiatan, seluruh peserta memiliki kesempatan untuk mencoba
membuat sabun dari minyak jelantah secara langsung sehingga memingkatkan keterampilan
masyarakat Dusun Jati dalam memanfaatkan kembali limbah rumah tangga menjadi produk
yang memiliki nilai guna lebih tinggi. Sabun cuci piring dan kain yang diperoleh tersebut
bersifat ramah lingkungan serta berpotensi menjadi sabun yang lebih baik jika dikembangkan
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Hajar E.W.I., Purba A.F.W., Handayani P., & Mardiah. (2016). Proses Pemurnian Minyak
Jelantah Menggunakan Ampas Tebu untuk Pembuatan Sabun Padat. Jurnal Integrasi
proses, 6(2), 57-63

Husnah, Effendi T., & Febrina O. (2019). Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kelor
Terhadap Warna, Aroma, Tekstur, Daya Buih, pH, pada Pembuatan Sabun Mandi Padat.
FTI UPP, 4(1), 44-51

Prihanto A., & Irawan B. (2018). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi.
Metana, 14(2), 55-59

Ningrum N., & Kusuma A.I. (2013). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu Kulit Buah
Kapuk Randu Sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi Organik Berbasis Teknologi
Ramah Lingkungan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(2), 275-285

Riyanta A.B., & Nurniswati. (2016). Adsorpsi Minyak Jelantah Menggunakan Karbon Aktif
dan Serbuk Kopi Pada Pembuatan Sabun Padat Ramah Lingkungan. Senit, 1(2), 118-123

Siti K.(2013). Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika
Reaksi Kimia. Jurnal Teknik Kimia NU Al-Ghazali, 1-11

Sumiati, S., Munandar, T. A., Febriasari, A., Suryaman, S., Sulasno, S., & Dwijayanti, A.
(2019). Pemberdayaan Kelompok Ibu Rumah Tangga Melalui Pembentukan Home
Industry Sabun Pencuci Lantai Berbahan Dasar Limbah Minyak Jelantah. Al-Khidmat,
2(1), 29–34

Widyasari E., Farhan D.Y., & Rifqi N.A. (2018). Sabun Minyak Jelantah Ekstrak Daun Teh
Hijau (Camellia sinensis) Pembasmi Staphylococcus aureus. Bioedukasi, 11(2), 68-73

Anda mungkin juga menyukai