Budidaya porang sedang banyak dibicarakan dikarenakan memiliki nilai ekonomi yang
menjanjikan. Karena umbi tanaman porang mengandung zat Glucomanan yang
memiliki banyak manfaat di bidang industri dan juga kesehatan.
Porang (Amorphopallus muelleri) merupakan tanaman herbal yang dapat tumbuh hingga
mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter, tanaman ini merupakan tanaman penghasil
umbi yang banyak hidup di hutan tropis.
Secara fisik, tanaman porang tumbuh dengan tangkai tunggal atau batang bercorak
belang-belang hijau-putih. Tanaman porang hanya bisa tumbuh di bawah pepohonan
penyangga seperti pohon jati.
Selain itu, porang juga digunakan untuk pembuatan lem dan jelly yang beberapa tahun
terakhir diekspor ke Jepang. Apabila dulur-dulur tertarik untuk memulai budidaya
tanaman porang, berikut kami sajikan informasi mengenai cara budidaya porang dari
awal hingga panen.
Tanaman porang dapat dipanen untuk pertama kali setelah umurnya mencapai 2 tahun.
Umbi yang dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 1 kg/umbi, sedangkan
umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada tahun berikutnya.
Setelah itu, tanaman dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali
umbinya.
Ciri-ciri porang yang siap panen adalah jika daunnya telah kering dan jatuh ke tanah.
Satu pohon porang bisa menghasilkan umbi sekitar 2 kg dan dari sekitar 40 ribu
tanaman dalam satu hektar bisa dipanen 80 ton umbi pada periode pemanenan tahun
kedua.
Setelah umbi dipanen kemudian dibersihkan dari tanah dan akar, umbi kemudian
dipotong lalu dijemur, memotong umbi tersebut harus benar karena menentukan
kualitas porang yang dihasilkan.
Analisis Biaya Tiga Tahun Pertama Per Hektar:
Borongan (15
1 Persiapan lahan 100.000 1.500.000
HOK)
Total 6.450.000