Anda di halaman 1dari 11

POPULATION AND SAMPLING

DISUSUN OLEH :
ARIZAL FADLY (168130126)
MHD.FERDINANSYAH UJUNG (168130058)
FARU ROZA (168130086)

FAKULTAS TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS MEDAN AREA
2018/2019
1. Populasi dan Sampel
Populasi dan Sampel

Dalam artikel kali ini, kita akan membahas secara detail dan gamblang tentang tentang Populasi
dan Sampel serta perbedaan diantara keduanya. Perbedaan Populasi dan Sampel harus dipahami
secara jelas agar tidak salah saat para peneliti melakukan penelitian. Oleh karena itu penting
untuk memahami populasi dan sampel di dalam konteks Metodologi Penelitian.

A.Pengertian populasi

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang
karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat
berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).

Populasi dan Sampel


B.Pengertian Sampel

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti
(Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi,
adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.

1.Kriteria Sampel

Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria sampel
diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang dimaksud dengan Kriteria
eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97).

2.Teknik pengambilan sampel


Pengertian teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari
populasi. Sampel yang merupakan sebagaian dari populasi tsb. kemudian diteliti dan hasil
penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi).

Manfaat sampling

1) Menghemat beaya penelitian.

2) Menghemat waktu untuk penelitian.

3) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.

4) Memperluas ruang lingkup penlitian.

Syarat-syarat teknik sampling

Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik
yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan populasi bersifat heterogen, sampel
yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau tidak dapat menggambarkan
karakteristik populasi.

Jenis-jenis teknik sampling


1) Teknik sampling secara probabilitas

Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan
dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi
sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang
representatif.

Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a) Teknik sampling secara rambang sederhana.

Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah
dengan undian.
b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling).

Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang
kesekian dari daftar populasi.

c) Teknik sampling secara rambang proportional.

Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap
subpopulasi. Adapun cara peng-ambilan- nya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.

d) Teknik sampling secara rambang bertingkat.

Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara peng-ambilan sampel sama seperti pada
teknik sampling secara proportional.

e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling)

Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek
penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat
menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik
pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.

2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.

Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang ditemukan atau
ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar.

Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut.

a) Puposive sampling atau judgmental sampling

Penarikan sampel secara puposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih
subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti.

b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).

Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya
ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan
informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah
terjadi efek bola salju.

c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah).

Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan.
Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui sehingga
memudahkan pula proses pengumpulan data.
d) Accidental sampling atau convenience sampling

Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu,
melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data
dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara
kebetulan.

Penentuan Jumlah Sampel

Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat waktu, biaya, dan
tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti
sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah
sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu
semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).

Penentuan Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Populasi

Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik
populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar.
Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah.

Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan adanya
berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal
dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan
Michael (Sukardi, 2004 : 55). Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-
56), Isaac dan Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara
10 – 100.000.

TUJUAN DAN TAHAPAN PENGAMBILAN SAMPEL

Tujuan Pengambilan Sampel:

 Populasi terlalu banyak atau jangkauan terlalu luas sehingga tidak memungkinkan
dilakukan pengambilan data pada seluruh populasi.
 Keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
 Adanya asumsi bahwa seluruh populasi seragam sehingga bisa diwakil

Tahapan Pengambilan Sample diantaranya:

 Mendefinisikan populasi yang akan diamati


 Menentukan kerangka sampel dan kumpulan semua peristiwa yang mungkin
 Menentukan teknik atau metode sampling yang tepat
 Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
 Melakukan pemeriksaan ulang pada proses sampling

 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL LENGKAP

Cara Pengambilan Sampel bermacam-macam tergantung jenis penelitian yang akan dilakukan.
Secara garis besar, metode pengambilan sampel terdiri dari 2 kelas besar yaitu

 Probability Sampling (Random Sample)


 Non- Probability Sampling (Non-Random Sample).

Kedua jenis tersebut terdiri dari pengambilan secara acak dan pengambilan sampel tidak acak.
Kedua jenis ini juga memiliki sub – sub lain yang diantaranya adalah purposive sampling,
snowball samping, cluster sampling dll.

METODE SAMPEL

1. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan. Metode ini
menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan
sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan
penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon
responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian. Misalnya,
calon responden mengalami penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang dapat
memengaruhi hasil penelitian.
Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes mellitus yang
mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:

1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki)
2. Usia 18-59 tahun
3. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti gangguan
ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.
2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

2. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau


korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel
berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat
terpenuhi.

Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok untuk penelitian
mengenai hal-hal yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian
tentang kaum waria, penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.

3. Accidental Sampling

Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil sampel yang
kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit
langka yang sampelnya sulit didapatkan.

Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven Johnson Syndrom
yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap
antibiotik.

Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali menemukan kasus tersebut.
Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan kasus tersebut.
Kemudian peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan
oleh peneliti.

Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang bersifat umum,
misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota Bandung. Selanjutnya dia menanyakan
tentang kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung yang dia temui saat itu.
4. Quota Sampling

Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Tehnik sampling ini mengambil
jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti. Kelebihan metode ini yaitu
praktis karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu
bias penelitian cukup tinggi jika menggunakan metode ini.

Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya digunakan pada penelitian yang memiliki
jumlah sampel terbatas. Misalnya, penelitian pada pasien lupus atau penderita penyakit tertentu.
Dalam suatu area terdapat 10 penderita lupus, maka populasi tersebut dijadikan sampel secara
keseluruhan , inilah yang disebut sebagai Total Quota Sampling.

5. Teknik Sampel Jenuh

Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota
populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang

3.Validasi dan Verifikasi Sampel

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan
percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan
untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Menurut Harvey (2000), validasi merupakan suatu
proses evaluasi kecermatan dan keseksamaan yang dihasilkan oleh suatu prosedur dengan nilai
yang dapat diterima. Sebagai tambahan, validasi memastikan bahwa suatu prosedur tertulis
memiliki detail yang cukup jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh analis atau laboratorium yang
berbeda dengan hasil yang sebanding.

Verifikasi metode adalah suatu tindakan validasi metode tetapi hanya pada beberapa beberapa
karakteristik performa saja. Laboratorium harus menentukan karakteristik performa yang
dibutuhkan. Spesifikasi analisis dapat menjadi acuan untuk merancang proses verifikasi.
Rancangan yang baik akan menghasilkan informasi yang dibutuhkan serta meminimalisir tenaga,
waktu, serta biaya. Pemilihan parameter validasi atau verifikasi tergantung pada beberapa faktor
seperti aplikasi, sampel uji, tujuan metode, dan peraturan lokal atau internasional.
Adapun beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam verifikasi metode
analisis :
Akurasi
Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil analis dengan
kadar analit yang sebenarnya. Terkadang masalah dalam menentukan akurasi adalah
ketidaktahuan terhadap nilai yang sebenarnya.

4.Contoh Soal
SIMPLE RANDOM SAMPLING

Pengambilan sample dengan menggunakan tabel random atau diundi


Random sampling: 88, 00, 23, 67, 14, 45, 17, 48, 79, 59, 42, 08, 54, 65, 61, 84, 86, 33, 64, 90,
15, 69, 97, 58, 80, 25, 72, 52, 35, 40, 98, 24, 21, 66, 01, 08, 23, 15, 55, 02, 32, 83, 24, 54, 52, 07,
44, 53, 64, 33, 80, 87, 18, 01, 39, 84, 62, 25, 72, 07, 17, 52, 86, 14, 06, 33, 70, 75, 89, 10, 22, 91
dst

SYSTEMATIC SAMPLING
Populasi diurutkan terlebih dahulu
Pemilihan random diperoleh dengan cara mencari angka kelipatan
Angka kelipatan diperoleh dari: populasi/sample, misal: 100/50=2
Hasil pemilihan sample dengan angka kelipatan 2 adalah: 00, 02, 04, 06, 08, 10, 12, 14, 16, 18,
20, 22 dst

STRATIFIED SAMPLING
Populasi dibagi menjadi beberapa kelompok atau strata, baru dilakukan random sampling
Misal penelitian IQ siswa SD caranya: dikelompokan dulu per kelas, lalu masing2 kelas
dilakukan random sampling
Misal jumlah sample 60 siswa, karena ada 6 kelas maka masing2 kelas diambil 10 sample dipilih
secara random

CLUSTER SAMPLING
Cluster sampling dipergunakan saat unit samplingnya terdiri lebih dari satu elemen populasi
(kelompok)
Misalnya: survey kualitas air minum penduduk didesa atau test IQ
Penduduk kita kelompokan dulu, dapat berdasar RT/RW, jalan, sungai, atau kelompok siswa
berprestasi dan tidak berprestasi

MULTISTAGE SAMPLING
Teknik pemilihan sample yang dilakukan secara bertingkat dan biasanya berdasarkan pembagian
wilayah kerja suatu pemerintahan
Misal: survey jamban di jawa timur, langkah pertama kita tentukan dulu berapa kabupaten/kota
yang disampling misal berapa kecamatan, berapa desa, berapa dusun, berapa RW, berapa RT
BESAR SAMPEL
Rumus yang dipakai:
                p x q            N - n
d = Z x √ ------- x √ --------
                 n                 N – 1
Dimana:
d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yg diinginkan, biasanya 0,05 atau
0,001
Z = SD normal, biasanya 1,95 atau 2,0
p = proporsi, biasanya 0,05
q=1–p
N = besarnya populasi
n = besarnya sample

CONTOH SOAL
Jumlah responden 1000, terdiri S1=50, D3=300, SMA=500, SMP=50, SD=100
Berapa jumlah sample berdasarkan tabel?
Berapa jumlah sample untuk masing-masing tingkat pendidikan?

JAWAB
Populasi = 1000 berdasar tabel maka besar sample-nya adalah 278
Sample berdasarkan tingkat pendidikan:
S1 =50/1000 x 278 = 13,9 = 14
D3 = 300/1000 x 278 = 83,4 = 83
SMA = 500/1000 x 278 = 139
SMP = 50/1000 x 278 = 13,9 = 14
SD = 100/1000 x 278 = 27,8 = 28
Total = 14 + 83 + 139 + 14 + 28 = 278

CONTOH SOAL
Penelitian tentang status gizi anak balita di kelurahan X dengan jumlah populasi 923.000,
dimana kasus atau prevalensi gizi kurang pada populasi tsb tidak diketahui.
Berapa jumlah sampel yg harus diambil apabila menghendaki derajat kemaknaan 95% dan
dengan estimasi penyimpangan 0,05?

JAWAB
                 p x q           N - n
d = Z x √ ------- x √ --------
                  n                N – 1

                               0,5 x 0,5             923.000 - n


0,05 = 1,95 x √ -------------- x √ ---------------
                              n                          923.00 – 1
n = 480 (dibulatkan 500)

BESAR SAMPEL
Untuk populasi kecil, atau lebih kecil dari 10.000, dapat digunakan rumus:

              N
n = -----------------
          1 + N (d2)

Dimana:
N = besar populasi
n = besar sample
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yg diinginkan

BESAR SAMPEL
Sampel lebih besar akan memberikan hasil yang lebih akurat, tapi perlu tenaga, waktu, biaya yg
lebih besar
Pengambilan sampel secara acak akan memberikan data kuantitatif yg lebih representatif
Besar kecilnya sample bukan satu-satunya penentuan representatif, tetapi lebih kepada cara
pengambilan sample

CONTOH SOAL
Penelitian tentang status gizi anak balita di kelurahan X dengan jumlah populasi 3.000, dimana
kasus atau prevalensi gizi kurang pada populasi tsb tidak diketahui.
Berapa jumlah sampel yg harus diambil apabila menghendaki derajat kemaknaan 95% dan
dengan estimasi penyimpangan 0,05?

JAWAB
Cara tabel populasi 3000 didapat basar sample 341
Menggunakan rumus:
              N
n = -----------------
          1 + N (d2)

               3000                             3000


n = -------------------------- = -------------- =
           1 + 3000 ((0,05)2)              8,5

n = 353

Anda mungkin juga menyukai