Anda di halaman 1dari 8

AHIMSA SENGAI GERAKAN MENENTANG KETIDAK ADILAN

MENURUT MAHATMA GANDHI


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mahatma Gandhi adalah seorang tokoh kenamaan di India yang berasal kasta Bania dan
menganit agama Hindu. Ia dilahirkan pada 1869 di Porbandar, Gujarat dengan nama lengkapnya
Mohandas Karamchand Gandhi. Ayahnya bernama Kaba Gandi, ia bekerja sebagai seorang
Diwan di Pengadilan Rajasthanik dan ibunya bernama Putlibai yang berprofesi sebagai soerang
ibu rumah tangga.

Mahatma Gandhi mengikuti ayahnya pinda ke kota Rajkot dan menjalankan pendidikan
dasarnya di kota itu. Ketika berada di bangku pendidikan menengah tepatnya pada usia tiga belas
tahun ia telah dinikahkan dengan seorang gadis yang bernama Kasturbai. Gandhi menikah dalam
usia terbilang sangat muda namun itu bukan merupahkan hal yang janggal sebab nikah muda
sudah menjadi kebiasaan mereka padaat itu. Dalam pernikahannya itu Gandhi dikaruniai tiga
prang anak yang menjadi buah hati mereka.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu pertanyaan yaitu
“Bagaimana Gerakan menentang ketidakadilan menurut Mahatma Gandhi?”
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. BERMULA DARI AFRIKA

Pada tahun 1887, Mahatma Gandhi melanjutkan pendidikannya di Universitas


Ahmedabad lalu kemudian memutuskan untuk kulia di Samaldas College, namun kemudian ia
mendapat kesulitan hingga pada akhirnya ia keluar. Pada tahun 1888 Gandhi kemudian
melanjutkan pendidikannya yakni kulia hukum di Inggris. Selama studinya ia banyak
mempelajari hukum baik itu hukum Romawi, hukum Inggris dan bahasa Latin namun ia sama
sekali tidak mempelajari hukum India. Setelah menyelesaikan studinya ia kemudian kembali ke
India dan menjadi seorang pengacar, namun yang menjadi kesulitan bagi dia adalah dia tidak
menguasai hukum India, Hindu maupun Islam. Karena mengalami kesulitan menjadi seorang
pengacara di India akhirnya ia menerima penawaran untuk untuk menangani perkara di Afrika
Selatan.

Keberpihakan Gandi pada kaum lemah dan terpinggirkan mulai terbentuk ketika ia
berhadapan dengan situasi Afrika Selatan pada saat itu. Pada saat itu afrika berada di bawah
kekuasaan Inggris, yang kemudian pada tahun 1860 terjadi persetujuan pengiriman buruh
kontrak untuk dipekerjakan diperkebunan tebuh milik inggris di Natal Afrika Selatan. Migrasi
buruh kontrak ini kemudian terus berlangsung hingga pada akhirnya menjadi suatu ancama
ekonomi bagi warga kulit putih. Karena merasa terancam mereka kemudian mendesak Dewan
Legislatif Natal untuk memberlakukan berbagai undang-undang yang bersifat diskriminatif.
Kemudian munculah bebrbagai undang-undang diskriminatif tersebut yang sangat mengucilkan
orang-orang India dan bahkan hak-hak mereka dicabut. Melihat kenyataan tersebut Mahatma
Gandi tidak tinggal diam, ia berusaha membentuk komite kerja untuk menentang hal tersebut. Ia
kemudian membut partai dan mempersatukan seluruh bangsa India di Natal, sekaligus
memberikan penyadaran politik bahwa mereka adalah satu. Usah Gandhi tersebut kemudian
terus berlanjut sampai ke India dan mendapat banyak dukungan. Ia menyerahkan ‘Green
Pamphlet’ untuk meninfotmasikan situasi di Afrika, sekaligus membangun solidaritas diantara
sesame anak bangsa. Usah Gandhi tersebut akhinya disambut baik oleh rankyat India dan ia
mendapat banyak dukungan.

Perjuangan dan usaha Gandi selama di Afrika ini sangat menarik dan menjadi inspirasi
bagi banyak orang. Pengalaman di Afrika telah membuat dia untuk selalu memperjuangkan hak
orang miskin dan terpinggirkan dari ancaman para elit politik yang selalu mendiskriminasi
keberadaan mereka. Ia terus berjuang menentang setiap kebijakan dan undang-undang yang tidak
sesuai dan yang sang merugikan orang-orang kecil. Usahanya untuk membantu mereka yang
lemah ini akhinya memdorong dia untuk berani menjalani hidup selibat setelah berdiskusi
dengan istrinya. Pengabdiannya untuk masyarakat telah membuat dia berani meninggalkan
kelurganya dan hidup menderita bersama orang-orang kecil sambal terus memperjuangkan hak-
hak mereka.

2. SANG PEJUANG KEMERDEKAAN INDIA

Pada tahun 1915 Mahatma Gandi kembali ke India. Sebelum terjun ke dunia politi,
selama lima tahun ia mengelilingi tanah India dan mengalami apa yang dialami oleh masyarakat
India pada masa itu. Dalam penjelajahan selama lima tahun itu ia akhirnya menemukan ada
begitu banyak persoalan yang dihadapi masiarakat india pada masa itu yakni diantaranya;
masalah transportasi, kebodohan, kemiskinan, pajak tinggi, kesehatan dan sebagainya. Setelah
mengetahui semuanya ia akhirnya melakukan reformasi di berbagai daerah dan menentang
semua kebijakan yang sangat merugikan masyarakat kecil serta selalu menekankan pemeliharaan
ketentraman dan rasa hormat terhadap sesame maupun diri sendiri.

Mahatma Gandi kemudian mempengaruhi masyarakat intuk pembesihan diri dan


berpuasa sebagai bentuk persiapan untuk melawan tanpa kekerasan dalam wijud pembangkangan
sipil. Hingga pada akhirnya Gandi mendapat kesempata menjadi pemimpin Congress. Ia
kemudia merubag semua oriantasi congress tersebut, yang semulanya dikenal sebagai organisasi
politik menjadi beroriantasi kepada masyarakat. Prinsip kerjanya kemudia disebut prinsip
gerakan congress untuk mencapai kemerdekaan India. Dalam usahnya untuk memerdekakan
India ia selalu menjalaninya tanpa kekerasan, meskipun ia berulangkali gagal ia tetap
menghindari jalan kekerasan dalam memperjuangkan kemerdekaan India. Pada akhinya
kemerdekaan itu diraih oleh India namu padasaat yang sama terjadi peralihan kekuasaan dan
partisi India-Pakistan. Partisi ini kemudia membawa konse kuensi luar biasa karena terjadi
migrasi besar-besaran penduduk muslim di India ke Pakistan dan penduduk Hindu di Pakistan ke
India. Peristiwa itu diwarnai kericuhan luar biasa dan terjadi pembunuhan besar-besaran.
Mahatma Gandhi yang sedang melakukan puasa untuk menemukan titik terang atas persoalan
tersebut akhirnya di tembak mati oleh seorang pemuda Sikh yang mencurigai langkahnya untuk
mendamaikan masa yang begolak. Ia meninggil tepat pada 30 Januari 1948.

3. CINTA KASIH YANG MENYELAMATKAN

Cinta kasih atau Ahimsa adalah suatu nilai religious yang selalu menginspirasi Mahatma
Gandhi dalam seluruh kehidupannya dan semangat nasionalisnya. Hanya orang yang sungguh
tertancap anak panah kasih yang dapat mengetahui kakuatannya. Seperti seorang ayah yang
menghukum anaknya karena berbuat salah namun ketika anaknya berterus terang akan
kesalahannya itu pasti akan mendapatkan belas kasih dari ayahnya. Bagi Ganhi Ahimsa adalah
suatu kekuatan. Kekuatan yang mencakupi semuanya, tiada batasnya dan apapun yang
disentuhnya pasti akan berubah. Dalam permenungannya ia akhirnya menemukan bahwa Ahimsa
adalah suatu prinsip yang mendasari kesatuan seluruh kehidupan.

Kebalikan dari Ahimsa adalah himsa yaitu membunuh hidup. Di dunia ini manusia tidak
berdaya ditengah lautan himsa karena ia hanya bisa hidup jika ia melakukan himsa ata
membunuh kehidupan demi memenuhi kebutuhanya dan hil itu akan dilakukan baik sacara sadar
maupun tidak sadar. Namun bagi seorang penganut Ahimsa yang setia akan mendasari seluruh
tidakannya atas dasar belas kasih dan selalu berusaha untuk menghindari pembunuhan terhadap
makluk sekecil apapun itu. Dengan demikian ia selalu berusaha melepaskan diri dari belenggu
himsa.

Ahimsa dan himsa merupakan satu simpul yang disatu sisi diwujudkan dalam rasa belas
kasih, menyelamatkan kehidupan dan tidak memnunuh. Sedangkan di sisi lain, kehidupan tak
bisa lepas sama sekali dari himsa. Kedua hal ini sungguh nyata dalam kehidupan masyarakat
yang mana selalu ada persoalan yang dapat mempengaruhi banyak orang dan yang pada akhirnya
menghantar orang pada tindak saling membunuh satu sama lain. Jadi kehidup masyarakat selalu
terbaluti oleh kedua hal ini yakni Ahimsa dan himsa.

Sebagai seorang yang sangat meyakini Ahimsa, Gandhi sangat menyadari akan
keberadaan himsa. Delam suasana perang setiap orang pasti akan dilema meilih Ahimsa atau
himsa. Namun Gandi sendiri adalah orang selalu memili Ahimsa. Gandi tidak ingin
menyelesaikan persoalan dengan cara kekerasan. Perjuangannya untuk kesejahteraan kaum kecil
selalu dijalaninya dengan cara damai karena baginya centa kasih telah menjadi suatu kekuatan
yang dapat menyelesaikan segalahnya. Cinta kasih adalah suatu kekuatan besar yang dapat
merubah segala sesuatu. Oleh karena itu bagi Mahatma Gandhi cinta kasih menjadi senjata
utama.

4. RELAVANSI BAGI MASYARAKAT INDONESIA

Dalam kehidupan masyarakat selalu ada yang namanya persoalan. Ada banyak bentuk
ketidak adilan dalam dunia kita saat ini baik itu dalam bidang ekonomi, politik, agam,
transportasi dan lain sebgainya. Berhadapan dengan kenyataan ini ada ada yang beusaha
menemukan jalan keluar namun ada juga yang duduk manis dan pasrah pada keadaan namun ada
juga yang begitu ekstrim menanggapi sampai harus menggunakan kekerasan. Berbagai
tanggapan ini merupahkan betuk eksperesi yang berbeda yang ditampilkan oleh masing-masing
orang. Namun ada suatu hal berbeda yang di tampilkan oleh Mahatma Gandi pada masa
perjuangannya untuk memerdekakan India. Ia tidak menantang kekuasaan dan ketidak adalan
para penguasa dengan jalan kekerasan tetapi ia menhadapinya dengan jalan cinta kasi. Cinta
kasih menjadi dasar baginya untuk mengatasi semua persoalan yang dihadapi tanpa
menggunakan kekerasan.

Prinsip yang dihidupi Mahatma Gandi ini sesungguhnya masi sangat relevan dengan
dunia kita saat ini. Banyaknya persoalan yang diahadapi oleh masyarakat saat ini sesungguhnya
jika diselesaikan dengan jalan cinta kasih akan lebih baik dan evisien. Kenyataannya saat ini
orang lebih menggunakan fisik dalam menghadapi persoalan ketimbang menggunakan cinta
kasih. Mereka menganggap cinta kasih terlalu lemah dan lamban dalam menyelesaikan setiap
persoalan. Pemikiran seperti itu sebenarnya bukan merupakan hasil dari suatu perefleksian yang
mendalam, karena jika sunggu direfleksikan secara mendalam orang pasti akan menemukan
bahwa cinta kasih adalah senjata paling ampuh dalam menghadapi setiap persoalan. Hanya
melalui cinta kasih orang dapat disatukan, hanya melalui cinta kasih orang dapat mengutamakan
nilai kehidupan dari pada harta dan jabatan.

Cinta kasih menjadi kunci perdamaian dalam kehupan bersama. Melalui cinta kasih
seorang pemimpin akan selalu mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan
pribadinya. Oleh karena itu menjadi penting bagi kita saat ini untuk selalu hidup dalam cinta
kasih agar selalu hidup dalam perdamaian dengan sesame yang lain. Kita terus meneladani
prinsip Mahatma Gandi yang selalu menyelesaikan persoalan tanpa menggunakan kekerasan.

BAB III

PENUTUP

Mahatma Gandi adalah seorang pembawa misi persaudaraan dan cinta kasih serta
memajukan peradaban dunia. Prinsip menyelesaikan persoalan tanpa kekerasan menjadi suatu
kekhasan yang paling utama yang dimiliki Gandhi. Perinsip ini menempatkan manusia sebagai
tujuan dan bukan sebagai saran. Prinsip tanpa kekerasan melandasi terbentuknya model oposisi
yang tidak bersifat menyerang, melukai, atau bahkan membenci lawan sehingga gerakan oposisi
gandi ini tidak bisa dikatakan sebagai suatu gerakan revolusioner.

Dari prinsip tanpa kekeransan Gandhi ini akhirnya kita dapat melihat nilai moral yang
menjadi dasar dari prinsip ini yakni Ahimsa (‘cinta kasih’). Cinta kasih menjadi dasar baginya
untuk melakukan segala sesuatu tanpa kekerasan. Cinta kasih sendiri telah dipandangnya sebagai
suatu kekuatan yang dapat mengatasi berbagai persoalan sebesar apapun itu. Dalam cinta kasih ia
memandang sesama yang lain sebagai saudara, mengambil bagain dalam pendritaan mereka yang
lemah dan tertindas serta ikut merasakan apa yang mereka rasakan sambal terus
memperjuangkan hak-hak mereka denga tanpa kekerasan. Panah cinta kasih yang begitu dalam
menancap di hati Gandi mendorong dia untuk meninggalkan kenyamanan diri dan masuk dalam
lumpur duka para kaum lemah dan berjuang membebaskan mereka dari balutan lumpur duka itu.
Pemberian dirinya yang total memberanikan dia untuk meninggalkan keliarganya dan menjalani
hidup selibat hingga pada akhirnya memberikan nyawanya demi perdamaian.
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Tazid, Tokoh, Konsep Dan Kata Kunci Teori Post Modern, Yogyakarta: Deepublish, 2017

Gandhi, M. K., Mahatma Gandhi Sebuah Autobiografi, Yogyakarta: Narasi, 2009

Parekh, Bikhu, Gandhi: Sebuah Pengantar Singkat, Yogyakarta: IRCiSoD, 2021

Poerbasari, Agnes Sri, “Mengenal Gandhi: Pengacara Dari Rajkot”, dalam Nasionalisme
Humanistis Mahatma Gandi, Wacana Vol. 9, N0. 2, Oktober 2007, 173-193

Sanjaya dan Dwi, Mahatma Gandhi & Nelson Mandela, Jakarta: Media Kemputindo, 2017

Anda mungkin juga menyukai