Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................1

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2

LATAR BELAKANG .........................................................................................................3

RUMUSAN MASALAH .....................................................................................................4

BIOGRAFI MAHATMA GANDHI ...................................................................................5

AJARAN GANDHI .............................................................................................................5

PENERAPAN AJARAN GANDHI DI INDONESIA ......................................................8

KESIMPULAN ...................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................12

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dalam rangka
memenuhi tugas Filsafat Moral, penulis akan menjelaskan Etika moral dari ajaran Mahatma
Gandhi. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekuranganya.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini akan memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pada pembaca
umumnya.

Semarang, 15 Juni 2015

Penulis

2
A. LATAR BELAKANG

Studi etika mencakup berbagai macam persoalan, tidak hanya persoalan lokal, melainkan
juga persoalan yang ada di muka bumi ini. Persoalan yang baru saja tuntas yaitu perbedaan
antara hak manusia satu dan manusia yang lain, tampaknya belum benar-benar tuntas.
Diindikasikan bahwa masih ada saja persoalan tentang rasisme, etnis, dan suku. Indonesia yang
plural ini sangat rawan terhadap masalah yang seperti ini, mengingat Indonesia tidak hanya
plural dari segi budaya melainkan juga agama. Banyak perbedaan-perbedaan manusia mulai dari
fisik, ekonomi, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam perbedaan tersebut juga terdapat berbagai
kepentingan, yaitu kelompok tertentu yang memiliki pemikiran yang berbeda dengan kelompok
lainnya.

Berkaitan dengan pemikiran filsafatnya Gandhi yaitu dalam bidang etika. Gandhi
menawarkan secara implisit bahwa perasaan tentang berbagai prasangka atas perbedaan dan
prasangka akan adanya kelompok yang dikorbankan dan dirugikan harus dituntaskan. Hal ini
merupakan tujuan dari nir-kekerasan. Jika dilihat dari beberapa konflik yang terjadi di Indonesia,
seakan-akan terjadi monopoli kebenaran oleh beberapa kelompok masyarakat, entah itu dari
ormas agama atau ormas umum, seperti Forum Betawi Rempug. Berbagai ormas tersebut
memiliki, yang notabene, merupakan hak istimewa rakyat atau masyarakat untuk menentukan
jalan hidupnya sendiri. Namun, seringkali dalam prakteknya membawa unsur-unsur kekerasan.
Singkatnya memakai kekerasan untuk menyelesaikan masalah.

Pemikiran Gandhi dapat dijadikan bahan pelajaran untuk melihat lebih jauh lagi apa
sebenarnya hak manusia dan mengapa manusia itu memiliki hak yang sama. Manusia sebagai
makhluk individu sekaligus sosial dibahas lebih sempit lagi dalam ajaran Gandhi. Ajaran Gandhi
merupakan ajaran yang praktis namun juga filosofis karena menyangkut kepada hal-hal dasar
yang terdapat dalam diri manusia. Ajaran Gandhi diharapkan bisa dipelajari untuk menyelami
lebih dalam lagi hakikat hak dan hakikat hidup manusia. Dalam ajarannya Gandhi juga
memercayai bahwa adanya Tuhan adalah dalam kebenaran, dengan ajaran tersebut maka
diharapkan juga tercapainya pemahaman kebenaran dan kebaikan.

3
B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang ini, saya membatasi beberapa rumusan masalah tentang pemikiran filsafat
moral ajaran Mahatma Gandhi, yakni :

1. Biografi Mahatma Gandhi sebagai latar belakang pemikirannya


2. Bagaimana konsep pemikiran filsafat moral ajaran Mahatma Gandhi
3. Penerapan ajaran Mahatma Gandhi di Indonesia

4
C. BIOGRAFI SINGKAT MAHATMA GANDHI

Mohandas Karamchand Gandhi atau yang biasa disebut Mahatma Gandhi lahir di
Porbandar, India pada tanggal 2 Oktober 1869 dari ayah bernama Karamchand Gandhi dan
seorang ibu bernama Putlibai. Gandhi menikah pada umur 13 tahun dengan seorang gadis
bernama Kasturbai Makanji. Sebenarnya Gandhi adalah seorang pengacara keluaran dari
London, Inggris namun pada suatu hari ketika Gandhi menaiki kereta ia mendapat tindak
ketidakadilan karena ia bukan orang kulit putih atau berkebangsaan Eropa, di sinilah mulai
Gandhi berinspirasi dan bertekad untuk memerangi rasisme.

Pada perkembangannya Gandhi tidak hanya terlibat dalam kegiatan memerangi rasisme
saja, melainkan juga bertekad memerangi penjajahan dan penindasan dengan memberikan
doktrin nir-kekerasan (non-violence) yang merupakan inti ajarannya. Gandhi meninggal karena
dibunuh oleh Nathuram Vinayak Godse seorang kasta Brahmana pada tanggal 30 Januari 1948 di
Delhi pada saat ia berjalan untuk melakukan ritual doa pagi hari.

D. AJARAN GANDHI

Ajaran Gandhi merupakan ajaran yang sangat filosofis. Ia mengangkat tema-tema


kemanusiaan sesuai dengan zaman yang digelutinya yaitu dalam masa penjajahan bangsa
Inggris. Pada masa itu rasisme masih sangat kental sekali diindikasikan dengan pembedaan hak
antara kulit putih dengan yang bukan berkulit putih. Di sini Gandhi melihat bahwa manusia
memiliki hak yang sama dan ia mulai membangun perlawanan dengan pemikirannya yaitu
tentang Nir-kekerasan dan Satyagraha.

 Nir-kekerasan

Secara harfiah nir-kekerasan (non-violence) berarti “tidak membunuh”.


Tetapi menurut Gandhi makna dari nir-kekerasan lebih dari sekedar itu bahkan
5
memiliki makna yang universal yang membawa kepada ranah yang lebih tinggi
dan tanpa batas. Ketika makna nor-kekerasan hanya diartikan sebagai “tidak
membunuh” maka maknanya akan hilang.

Makna sebenarnya dari nir-kekerasan mencakup banyak makna diantaranya


dapat diturunkan seperti bahwa seseorang tidak boleh menyerang orang lain dan
tidak boleh memendam pemikiran yang jahat atau tidak mengenal belas kasihan
terhadap musuh. Menurutnya hal ini bukanlah “seseorang yang engkau anggap
sebagai musuh,” melainkan “seseorang yang barangkali menganggap dirinya
adalah musuhmu.”

Nir-kekerasan juga berarti sebagai tindakan yang berangkat dari pemikiran


bahwa suatu persoalan dapat diselesaikan dengan jalan yang lebih baik
dibandingkan dengan kekerasan. Dengan jalan nir-kekerasan bukan berarti
orang bersikap pasif yang bisa “diinjak-injak” oleh orang lain. Dalam hal ini
orang harus bersikap aktif dengan cara, misalnya, melakukan demonstrasi,
melakukan penolakan terhadap perbuatan yang mengarah kepada kejahatan,
berpuasa, dan sebagainya. Tentunya dengan aturan main nir-kekerasan. Menurut
teori nir-kekerasan jika kita diperlakukan tidak layak, dan kita menerimanya,
bukan berarti kita setuju dengan perbuatan tersebut.

Manusia dan perbuatan yang dilakukannya merupakan dua hal yang


berbeda. Perbuatan baik akan selalu mendapatkan penerimaan yang baik dan
perbuatan buruk akan mendapatkan penerimaan yang buruk. Sementara, si
pelaku perbuatan itu, apakah perbuatan itu baik atau buruk senantiasa pantas
mendapatkan penghormatan serta belas kasih.

Lima Aksioma Tentang Nir-kekerasan Gandhi

1. Nir-kekerasan mensyaratkan pemurnian dan pensucian diri sesempurna


mungkin yang bisa diraih secara manusiawi.

6
2. Kekuatan nir-kekerasan terletak pada kemampuan dan kerelaan, bukan
sekedar kemauan, seorang penganut nir-kekerasan untuk menahan diri
terhadap tindakan yang bisa menimbulkan kekerasan.
3. Nir-kekerasan pasti bisa mengungguli kekerasan. Kekuatan yang lahir
dari para penganut nir-kekerasan selalu lebih besar daripada kekuatan
yang dihasilkan daripada penganut kekerasan.
4. Nir-kekerasan tidak mengenal kekalahan. Akhir dari kekerasan adalah
yang tak-terelakkan.
5. Muara akhir dari nir-kekerasan adalah kemenangan yang pasti, jika
istilah menang boleh diterapkan dalam nir-kekerasan. Sesungguhnya,
ketika kita tidak memikirkan kekalahan, maka kita juga tidak
memerlukan kemenangan.

 Satyagraha

Secara harafiah Satyagraha berasal dari kata Satya yang diturunkan dari kata
Sat yang berarti “ada”. “ada” dalam satyagraha berarti adanya kebenaran. Dalam
pencarian kebenaran tidak ada tempat bagi ego atau kepentingan diri sendiri
(self-interest). Oleh karenanya pencarian kebenaran harus didasarkan atas
pengorbanan-diri. Menurut Gandhi, atas dasar Satyagraha, bahwa kebenaran itu
adalah Tuhan dibandingkan Tuhan adalah kebenaran. Gandhi menulis “Aku tidak
mengabdi pada apa pun dan siapa pun kecuali Kebenaran dan aku tidak
menganjurkan hal apa pun kepada seseorang selain Kebenaran,” jadi dalam hal
ini Gandhi bertolak dengan adanya kebenaran maka ada Tuhan di sana.

Menurut Gandhi kebenaran adalah penggambaran tepat tentang Tuhan. Maka


tidaklah keliru apabila setiap orang mengikuti kebenaran menurut petunjuk dan
cahaya yang mereka miliki. Bahkan, kewajiban setiap orang adalah mencari
petunjuk tentang kebenaran. Kemudian apabila dalam perjalanan mencari dan
mengikuti kebenaran itu seseorang melakukan kekeliruan tetapi ia tetap

7
bersungguh-sungguh dengan Kebenaran, maka secara otomatis dia akan
mengoreksi dirinya.

Sifat seseorang yang mengedepankan jalan satyagraha haruslah rela


berkorban demi menegakkan kebenaran, ia berkorban bukan berarti tunduk atau
tidak memiliki pengetahuan apa-apa melainkan ia mencari hal yang hakiki benar.
Ia melakukan suatu hal atas dasar percaya bahwa hal yang dilakukan adalah
benar dan tentunya tidak lepas dari ajaran nir-kekerasan.

Ajaran satyagraha tidak dapat dipisahkan dengan ajaran nir-kekerasan karena


keduanya mendukung satu sama lain dan menghasilkan keutamaan yang
seharusnya dijunjung tinggi oleh umat manusia. Orang yang berada dalam jalan
satyagraha harus memiliki sikap tabah karena pencarian kebenaran tidak
semudah menciduk air di laut, melainkan harus dengan proses yang kadang kala
ditemukan berbagai hambatan berupa pengaruh keadaan dan sesuatu yang
menggoda iman.

E. PENERAPAN AJARAN GANDHI DI INDONESIA

1. Ajaran Gandhi dapat diterapkan di Indonesia, lebih lagi rakyat Indonesia yang memiliki
keberagaman ini (baca: prural). Salah satu ajaran Gandhi yang cocok dengan filsafat
Indoneisa adalah tentang pemujian Gandhi terhadap ajaran kebenaran adalah Tuhan. Di
Indonesia, ajaran spiritual yang mencirikan khas asia sangat diapresiasi dengan baik
dibandingkan dengan positivistik yang cenderung dikaitkan dengan kebarat-baratan,
keruntutan berpikir, koherensi, dan korespondensi yang bersifat strict.
2. Ajaran Gandhi dapat dijadikan dasar penyelesaian masalah dalam konflik antar umat
beragama di Indonesia yang cenderung menghasilkan kekerasan dan kerusakan. Gandhi
menemukan bahwa masing-masing agama memiliki prinsip yang sama dan mengandung
doktrin nir-kekerasan juga. Atas dasar kesamaan inilah umat beragama dapat berpikir
kembali tentang kesamaan yang dimiliki atas manusia dan agama.
3. Tidak satu pun dari ajaran Gandhi yang bertentangan dengan martabat manusia, melanggar
hukum, dan negara Indonesia. Bahkan, bisa jadi realisasi dari nilai-nilai yang terkandung

8
dalam Pancasila, salah satunya, dapat dimulai dengan menerapkan ajaran Gandhi.
Keutamaan-keutamaan yang diutarakan Gandhi cocok dengan Kelima sila Pancasila,
dengan konteks Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil yang merupakan jenis dari
keutamaan juga.
4. Dalam sejarah bangsa Indonesia juga, India sudah memiliki hubungan politik yang baik,
kebudayaan Hindu yang sudah diterima oleh bangsa Indonesia sejak berabad-abad yang
lalu, dan juga sebagai bagian dari benua Asia memiliki kesamaan rasa atas, misal, bencana
alam dan dijajah oleh bangsa lain.

F. KESIMPULAN

Kelebihan Etika Gandhi

1. Kebenaran, kebaikan, keharmonisan, kedamaian dan sifat-sifat lainnya yang merupakan


keutamaan adalah dambaan setiap manusia. Seluruh manusia hidup bertujuan untuk
meraih keutamaan dan apabila dikaitkan dengan ajaran Gandhi bahwa inti dari ajaran
Gandhi merupakan metode dalam peraihan semua hal tersebut dengan melakukan tindak
tidak saling menyakiti satu sama lain, saling menghargai dan saling menghormati, maka
keutamaan akan tercapai dengan baik. Ajaran Gandhi merupakan prinsip hidup manusia
yang dapat diterima secara universal dan tidak satu pun ajarannya yang bertentangan
dengan harkat dan martabat hidup manusia
2. Ajaran Gandhi dapat menyebabkan serentetan akibat apabila doktrin nir-kekerasan dapat
dilakukan oleh manusia. Akibat-akibat yang ditimbulkan merupakan akibat positif.
Ajaran Gandhi yang memperlakukan saudara mau pun musuh sebagai orang yang kita
cintai menyebabkan manusia yang diperlakukan tersebut menjadi luluh hatinya dan
berbalik mencintai. Prinsip kedamaian dan rasa cinta inilah yang dapat membuat manusia
paham tentang makna kehidupan sesungguhnya yaitu kebenaran yang diderivasi dari
Tuhan.
3. Ajaran Gandhi dapat memiliki pengaruh dalam segi sosial, politik, budaya dan ekonomi.
Dengan memikirkan kembali tentang doktrinnya nir-kekerasan. Maka yang dipentingkan
di sini bukanlah keegoisan pribadi melainkan kepentingan bersama yaitu kepentingan
umat manusia. Kebijakan politik dapat dipengaruhi oleh prinsip ini, yang tadinya

9
mungkin memiliki pembatasan dan diskriminasi hak sebagai manusia, menjadi manusia
yang bebas dalam artian memahami makna kebebasan dari segi individu dan sosial.
Dalam segi ekonomi, kemakmuran dapat diperoleh dengan nilai yang terdapat dalam nir-
kekerasan yaitu rasa kasih sayang sesama manusia, dengan itu maka manusia akan
berpikir kembali tentang kepentingan dirinya sendiri, manusia akan mulai memikirkan
betapa pentingnya orang lain bagi kehidupan. manusia juga akan berpikir bahwa setiap
manusia itu sama, harus diberi tempat tinggal, butuh makan dan keluarga.

Kekurangan Etika Gandhi

1. Hal ini mungkin bisa disebut kekurangan dari etika yang diajukan oleh Gandhi yaitu nir-
kekerasan. Pada taraf individual, misalkan, Gandhi sendiri yang dapat memiliki
pemikiran dan pengalaman tentang nir-kekerasan, mungkin mudah dalam menerapkan
kehidupan sehari-harinya, tetapi sangat sulit diterapkan bagi manusia secara keseluruhan
meski pun di dalamnya terdapat kebaikan dan kebenaran mutlak yang oleh Gandhi
dianggap berasal dari Tuhan. Karena setiap orang memiliki pengalamannya masing-
masing, orang sebagai manusia biasa tidaklah sama dikarenakan pengalaman tadi. Ada
orang yang menyimpan dendam begitu lama, ingin membunuh, ingin melakukan segala
hal, keinginan berkuasa (seperti yang dikatakan Nietzsche), manusia tidak bisa
menyangkal hal itu. Dalam kenyataan sulit sekali orang menerima bahwa jika ada
anggota keluarga yang dibunuh maka langsung memaafkan si pembunuh dan
menganggap bahwa yang harus dibenci adalah perbuatannya bukan orangnya. Juga tidak
bisa disangkal bahwa perbuatan tidak akan terjadi apabila tidak ada orang yang
melakukannya.
2. Memang Gandhi bermaksud untuk mendatangkan kebaikan bagi umat manusia, tetapi
dengan adanya konflik inilah maka seorang Mahatma Gandhi muncul. Jika tidak ada
rasisme, mungkin sampai akhir hidupnya Gandhi tetap menjadi seorang pengacara. Di
sini lah orang biasa mau pun Gandhi, tidak bisa lompat dari proses ini begitu saja. Secara
rasional, kekerasan tidak dapat diterima sebagai sesuatu yang baik tetapi ada pada
kenyataannya bahwa kekerasan juga diperlukan, seperti Karl Marx yang memiliki
pemikiran bagaimana konflik itu dibuat sedemikian rupa agar masyarakat tetap dinamis
dan berkembang. Konflik di sini juga bisa diartikan sebagai ancaman, tantangan,

10
hambatan, dan gangguan. Dengan adanya konflik maka orang akan berusaha untuk
menyelesaikannya dan menuju ke dalam hidup yang lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dear, John (ed.), 2007. Intisari Ajaran Mahatma Gandhi: Spiritualitas, Sosio-Politik dan Cinta
Universal. Penerjemah: Siti Farida, Bandung: Penerbit Nusamedia

Hafidz, Masykurudin, 2006. Mahatma Gandhi: Dari Satyagraha Menuju Negara Kesejahteraan.
http://www.islamemansipatoris.com/penulis.php?id=63

Wikihow, 2007. Follow Gandhi’s Principles. http://www.wikihow.com/Follow-Gandhi%27s–


Principles

12

Anda mungkin juga menyukai