Anda di halaman 1dari 3

“Semua Manusia Bersaudara”

MAHATMA GANDHI

Title                 :  Semua Manusia Bersaudara


Author(s)         :  Mahatma Gandhi; Kustiniyani Mochtar (translator)
Publisher         :  Yayasan Obor Indonesia, 1988

Buku ini memuat tentang bagaimana kehidupan Gandhi, terutama tentang usahanya mencari
kebenaran. Di bab pertama dijelaskan sedikit mengenai autobiografi-nya, dijelaskan antara lain
mulai dari masa kecil Gandhi yang pemalu dan tidak suka berteman, ia juga sangat patuh
terhadap ajaran Hindu yang tetap dipegang teguh bahkan hingga ia menjadi pengacara di Afrika
Selatan. Kemudian dijelaskan pula upaya-nya untuk membebaskan diri dari hawa nafsunya
dengan puasa, hingga keputusan-nya untuk tidak lagi berhubungan intim dengan istrinya. Ia
bersedia mengorbankan segala-galanya untuk mendapat pengetahuan  mengenai Tuhan.
Sepanjang hidupnya ia senantiasa mencari kebenaran.

Sepanjang hidupnya, Gandhi terus berupaya mencari kebenaran yang ia istilahkan “percobaan”.
Hingga akhirnya ia membuat kesimpulan bahwa moralitas adalah dasar dari segalanya, dan
kebenaran adalah hakekat dari moralitas. Maka kebenaran menjadi tujuan satu-satunya.

Gandhi memposisikan kebenaran sebagai akar dari kepercayaan yang dianutnya. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh S. Radhakrishnan dalam kata pengantar buku ini, Agama yang dianut
Gandhi bersifat rasional dan etis. Dia tidak dapat menerima suatu kepercayaan yang tidak masuk
akal atau suatu perintah  yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Ia percaya bahwa Tuhan,
mencintai seluruh umat  manusia tanpa membedakan ras atau kelas, bangsa atau pun agama.

Ia juga berpendapat bahwa “semua agama di dunia itu sama”, karena ia percaya bahwa hakekat
semua agama yaitu moralitas. Ia tak mengenal istilah perpindahan agama, karena dimatanya jika
ada seorang yang mau berpindah agama, orang tersebut berarti belum memahami sepenuhnya
agama yang telah ia anut.

Melalui “pencarian-nya” inilah akhirnya konsep Ahimsa atau pantang kekerasan menjadi


pembimbing jalan hidupnya, yang coba ia perkenalkan di dunia internasional. Bagi
Gandhi Ahimsa dan Kebenaran terjalin begitu erat satu sama lain sehingga tidak mungkin lepas
satu dari yang lain. Ahimsa merupakan cara yang digunakan, sedangkan Kebenaran adalah
tujuannya. Syarat pertama bagi paham pantang kekerasan adalah keadilan yang menyeluruh di
setiap bidang kehidupan.
Ia menerangkan bahwa “pantang kekerasan sejati bukan ketika kita mencintai orang yang
mencintai kita. Namun, ketika kita mencintai orang yang membenci kita. Ketika kita menghadapi
seorang pendosa, kita harus membenci dosanya, tetapi bukan kepada orang yang membuat dosa
itu.” Hal itulah yang ia perjuangkan dalam proses kemerdekaan India dari Inggris. Hasilnya,
bukan hanya kemerdekaan India diperoleh tetapi juga kekayaan moral umat manusia yang
semakin bertambah.

Dalam upaya pantang kekerasan diperlukan sikap pengendalian diri. Mengendalikan rasa
amarah, dan bagaimana panas hati yang terpendam akan beralih menjadi kekuatan. Untuk itu
perlu akhlak mulia. Gandhi berkata “Kebahagiaan sejati tidak mungkin diperoleh tanpa
kesehatan yang sempurna, sedangkan kesehatan yang sempurna hanya dapat dicapai bila kita
dapat mengendalikan nafsu kita. Segala nafsu dan kegairahan lainnya hanya akan dapat
dikendalikan bila kita berhasil mengendalikan selera kita. Dan barangsiapa yang mengendalikan
nafsu dan kegairahannya, sebenarnya telah berhasil menaklukkan seluruh dunia.”

Misi Gandhi tidak terbatas pada kerukunan persaudaraan bangsa India saja. Namun, ia berharap
melalui kemerdekaan bangsa India akan dapat melaksanakan serta melanjutkan misi untuk
kerukunan persaudaraan seluruh umat manusia. Ia akan menolak suatu patriotisme yang
mencapai kejayaan di atas kesengsaraan dan penindasan bangsa-bangsa lain. Ia tidak
menghendaki kemerdekaan India, jika ini berarti memusnahkan negeri Inggris atau
membinasakan seluruh orang Inggris. Gandhi mendambakan agar bangsa lain dapat menarik
pelajaran dari tanah air-nya yang merdeka, agar segala sumber daya dapat dipergunakan
manfaatnya bagi seluruh umat manusia. Salah satu bentuk perjuangannya adalah dengan bersikap
non-kooperasi kepada pemerintah kolonial. “Sikap non-kooperasi yang diterapkan bukanlah
ditujukan untuk menentang Inggris atau menentang dunia Barat. Sikap non-koperasi ditujukan
untuk menentang sistem yang dibina oleh Inggris dengan peradaban kebendaan yang diiringi
sifat rakus dan penindasan kaum lemah. non-koperasi mereka merupakan penolakan
mengadakan kerja sama dengan pihak pemerintah Inggris sesuai dengan syarat-syarat yang
mereka tentukan sendiri.”

Menyikapi Perang Dunia II, yang mana masing-masing pihak bertujuan mengejar keagungan
dengan cara kekerasan, bahkan dengan menggunaan senjata pembunuh massal (Bom Atom),
menunjukkan kondisi dunia saat itu jauh bertentangan dengan cita-cita yang coba diraihnya. Bagi
Gandhi jalan menuju perdamaian dunia yakni dengan  berani serta tanpa syarat orang menerima
paham pantang kekerasan dengan segala kejayaan yang dihasilkannya. Jika tidak ada nafsu
keserakahan, tidak akan ada alasan untuk  mempersenjatai diri. Paham pantang kekerasan secara
mutlak menuntut dipantangkannya penindasan dalam bentuk mana pun juga.

Kemudian, mengapa sampai muncul penindasan? Gandhi secara khusus menyoroti tentang
berkembangnya mesin yang memungkinkan suatu golongan menindas golongan lain. Telah
terjadi suatu “keranjingan” akan alat-alat mesin dan beramai-ramai terjadi penghematan tenaga
kerja. Alat-alat mesin itu berjasa hanya untuk sejumlah kecil penduduk, diibaratkan
menunggangi punggung jutaan orang sesama penduduk yang lain. Daya pendorong itu semua
ialah keserakahan individu. Ia berpendapat keserakahan besar-besaran tersebut harus dihentikan.
Orientasi mencari keuntungan harus dirubah dengan menyejahterakan buruh. Untuk itulah alat
mesin seharusnya juga bermanfaat bagi pekerja yang melayani mesin itu, dan bukan hanya bagi
pihak negara atau pihak majikan yang memiliki mesin itu. Pribadi manusia hendaklah dijadikan
pertimbangan yang utama. Yang menjadi tujuan seharusnya mengurangi jerih payah si pekerja,
dengan didasarkan pada pertimbangan peri kemanusiaan, dan bukanlah keserakahan yang
menjadi pendorongnya.

Di bidang sosial, politik, dan ekonomi, Gandhi menegaskan bahwa keadilan sosial, termasuk
untuk yang golongan rendah dan hina, tidak akan mungkin dicapai dengan kekerasan. Gandhi
adalah orang pertama dalam sejarah manusia yang memperluas prinsip pantang kekerasan ini
dari tingkat perorangan ke tingkat sosial dan politik. Dia memasuki politik dengan tujuan
melakukan “percobaan” atas pantang kekerasan dan telah membuktikan kebenarannya. Menurut
Gandhi politik yang hampa dari ajaran agama merupakan kesesatan mutlak.

Kemudian pendapatnya tentang ekonomi, Ia menjelaskan perekonomian itu semu bila


mengingkari dan mengabaikan nilai susila. Perluasan paham pantang kekerasan dalam bidang
perekonomian berarti tidak lain dan tidak bukan, memasukkan nilai-nilai susila sebagai faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam mengatur perdagangan internasional.

Di tengah era modern, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang begitu pesat. Kita tak
pernah tahu konflik yang terjadi di masa depan. Mungkin penggunaan senjata yang lebih
mematikan dari bom nuklir ditemukan. Ucapan-ucapan provokatif beterbangan dengan
bebasnya. Bagi orang yang tidak dapat menyesuaikan keadaan-keadaan ini dengan ilmu
pengetahuan tentu prinsip pantang kekerasan dan kebenaran tidak mudah diterima. Namun
janganlah kita menghentikan usaha tersebut. Walaupun sifat keras kepala pemimpin-pemimpin
politik, yang membangkitkan rasa kecemasan dalam hati kita, namun akal sehat dan hati nurani
bangsa-bangsa di dunia memberi kita harapan. Dengan berpegang pada Ahimsa, Gandhi coba
menawarkan suatu konsep yang dapat menjadi pegangan bagi perdamaian dunia di masa
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai