PACU JALUR
di
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
1. Pengertian Museum
Nama museum sendiri diambil dari nama Raja Bentan (Bintan) sebelum
berpindah ke Singapura (Temasek) kemudian mendirikan Kerajaan
Singapura. Namanya diabadikan menjadi museum agar dapat mengingat jasa
Sang Nila Utama dalam penyebaran kerajaan Melayu.
Sejarah Pacu Jalur berawal abad ke-17, dimana jalur merupakan alat
transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang
Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu
hingga Kecamatan Cerenti di hilir. Saat itu memang belum berkembang
transportasi darat.
Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi
warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang
dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang.
Kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala
ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya,
ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang
tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).
Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat
keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara
lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama
Pacu Jalur. Pada awalnya, pacu jalur diselenggarakan di kampung-kampung
di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam.
3. Gambar Berbagai Bentuk Perahu Sebagai Bentuk Mata Pencaharian
Masyarakat Riau
Menurut masyarakat setempat pacu jalur adalah 'perahu besar' terbuat dari
kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak
pacu).Panjang jalur antara 16 m s/d 25 m dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3
m s/d 1,5 m.
Menurut catatan sejarah jalur mulai ada di Rantau Kuantan sekitar abad ke 17
akhir, mulanya jalur juga dipakai sebagai menyambut tamu-tamu terhormat
seperti raja, sultan yang berkunjung ke Rantau Kuantan. Sejak tahun 1905
jalur tersebut di lombakan (dipacukan) dan mulai saat itu, dikenal dengan
nama PACU JALUR. Artinya jalur yang dipacukan (dilombakan) atau lomba
jalur.
Menurut orang tua setempat, pada zaman Belanda jumlah jalur belum banyak
sampai sekarang seperti pada saat sekarang yang jumlah nya sampai ratusan
buah. Pada masa itu jumlah jalur hanya berkisar antara 22 sampai 30 buah
jalur. "Kegiatan pacu jalur tersebut hanya anak sekolah yang berasal dari
desa-desa sekitar di Teluk Kuantan yang melakukan upacara dengan
menyanyikan wihelmus sebagai lagu Kebangsaan Belanda pada saat itu.
Setelah kemerdekaan kegiatan pacu jalur dilakukan 1 kali dalam 1 tahun yaitu
dalam rangka memperingati hari kemerdekaan (HUT RI) yang jatuh pada
tanggal 17 Agustus. Hingga saat ini ivent pacu jalur terus ramai dikunjungi
masyarakat dan jumlah pengunjung mencapai jutaan dan menjadi wisata
unggulan Kuansing dan Riau.
Selama ini pacu jalur sudah di jadikan event kalender wisata nasional dan di
geser harinya mundur yaitu di mulai pada tanggal 23-26 Agustus setiap tahun,
kecuali pada tahun 2011 lalu dimana pacu jalur di majukan lebih awal karena
HUT RI bertepatan dengan bulan puasa (bulan ramadhan) sehingga tidak
mengganggu umat selain menunaikan kewajibanya.
Seperti yang sudah dijelaskaan diatas, nilai sejarah yang terkandung sangatlah
panjang dan bermakna dimana pacu jalur ini hingga kini bisa menjadi
kebudayaan yang konsisten dan tetap berada ditengah-tengah zaman yang
sudah moderen seperti saat ini.
PENUTUP
Kesimpulan
Pacu jalur memiliki unsur kebudayaan yaitu sistem mata pencaharian hidup dan
sistem ekonomi, dan memiliki wujud kebudayaan yaitu wujud sebagai benda.
Pacu jalur hanya mengalami perubahan pada jadwal dilakukannya yaitu satu kali
dalam satu tahun, dan perahu pacu jalur hanya mengalami perubahan penambahan
aksesoris yang terdapat pada perahu.
Museum sang nila utama adalah museum di Kota Pekanbaru Riau yang
menyimpan koleksi dan peninggalan terbanyak di Riau dengan koleksinya dari
berbagai daerah yang menyimpan nilai historis tentang kebudayaan di Riau seperti
miniatur Pacu Jalur, miniautur Rumah Adat, miniatur Candi Muaratakus dan
banyak yang lainnya.
Museum memiliki tiga fungsi utama yaitu preservasi, edukasi, dan rekreasi.
Namun, mayoritas masyarakat hanya memahami bahwa museum sebagai tempat
menyimpan koleksi. Hal ini berdampak pada persepsi masyarakat ketika
berkunjung ke museum yang menganggap kunjungan mereka hanya untuk melihat
koleksi museum saja.
Saran
Sebagai masyarakat Riau, alangkah baiknya kita selalu mencintai budaya sendiri
dan kita harus memahami sejarah dan kebudayaan di daerah tanah kelahiran kita
sendiri yaitu Pekanbaru Riau.
DAFTAR PUSTAKA
https://riaukepri.com/2019/06/19/museum-sang-nila-utama-tempat-wisata-
sekaligus-edukasi/
www.wikipedia.com/Riau
www.kuansing.or.id/pacujalur
www.melayuonline.com/ind/histori/dig/360/kesultanan-siak-sri-indrapura