Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANUSIA DAN DAN KEBUDAYAAN

PACU JALUR

di

Museum Sang Nila Utama Pekanbaru Riau

Dosen Pengampu :

Ajeng Safitri, M. Psi, Psikolog

Disusun oleh:

Dhio Ilhami 190205048


Melfi Madini 190205045
Nila Priharsanti Ulfa 190205054
Nanda Syaifullah 190205021
Sundari Nur Sa’diah 190205026

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAAH RIAU
2022
PEMBAHASAN

1. Pengertian Museum

Dalam UU No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, disebutkan bahwa


museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,
memanfaatkan koleksi, berupa benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah
ditetapkan sebagai Cagar Budaya atau yang bukan Cagar Budaya, dan
mengomunikasikannya kepada masyarakat. Dengan demikian, museum tidak
hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan bendabenda yang berhubungan
dengan sejarah perkembangan umat manusia, tetapi juga berkewajiban untuk
mentransfer nilai-nilai yang terkandung dalam benda koleksinya. Museum
memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas
pembelajaran sejarah, selain sebagai sumber pembelajaran juga dapat menjadi
media pembelajaran. Sebagai sumber pembelajaran, museum menjadi tempat
peserta didik memperoleh informasi dan pengetahuan, sedangkan sebagai
media pembelajaran, museum memberikan kemudahan bagi peserta didik
menerima sarana pengetahuan dari guru. Kegiatan observasi di museum, tidak
hanya meningkatkan motivasi peserta didik, tetapi juga merangsang peserta
didik untuk berfikir kritis. Oleh karena itu, sudah sewajarnya dunia
pendidikan memanfaatkan keberadaan museum untuk mengoptimalkan
pembelajaran.
Museum Sang Nila Utama merupakan museum kebanggaan masyarakat Kota
Pekanbaru serta kebanggan masyarakat Riau. Terletak di Jalan Jendral
Sudirman Kota Pekanbaru, museum ini menawarkan wisata sekaligus
edukasi. Di dalamnya terdapat berbagai peninggalan sejarah kebudayaan
Melayu, mulai dari baju adat orang melayu, alat musik tradisi orang Melayu
dan sampai dengan sejarah berdirinya Provinsi Riau.

Nama museum sendiri diambil dari nama Raja Bentan (Bintan) sebelum
berpindah ke Singapura (Temasek) kemudian mendirikan Kerajaan
Singapura. Namanya diabadikan menjadi museum agar dapat mengingat jasa
Sang Nila Utama dalam penyebaran kerajaan Melayu.

2. Sejarah Pacu Jalur

Sejarah Pacu Jalur berawal abad ke-17, dimana jalur merupakan alat
transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang
Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu
hingga Kecamatan Cerenti di hilir. Saat itu memang belum berkembang
transportasi darat.

Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi
warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang
dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang.

Kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala
ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya,
ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang
tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).

Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi


tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab,
hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai
jalur berhias itu.

Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat
keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara
lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama
Pacu Jalur. Pada awalnya, pacu jalur diselenggarakan di kampung-kampung
di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam.
3. Gambar Berbagai Bentuk Perahu Sebagai Bentuk Mata Pencaharian
Masyarakat Riau

4. Gambar Pacu Jalur Di Provinsi Riau Sekarang


Seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk
memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu Pacu
Jalur diadakan sekitar bulan Agustus. Dapat digambarkan saat hari
berlangsungnya Pacu Jalur, kota Jalur bagaikan lautan manusia. Terjadi
kemacetan lalu lintas dimana-mana, dan masyarakat yang ada diperantauan
akan terlihat lagi, mereka akan kembali hanya untuk menyaksikan acara ini.
Biasanya jalur yang mengikuti perlombaan, bisa mencapai lebih dari 100.

Menurut masyarakat setempat pacu jalur adalah 'perahu besar' terbuat dari
kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak
pacu).Panjang jalur antara 16 m s/d 25 m dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3
m s/d 1,5 m.

Menurut catatan sejarah jalur mulai ada di Rantau Kuantan sekitar abad ke 17
akhir, mulanya jalur juga dipakai sebagai menyambut tamu-tamu terhormat
seperti raja, sultan yang berkunjung ke Rantau Kuantan. Sejak tahun 1905
jalur tersebut di lombakan (dipacukan) dan mulai saat itu, dikenal dengan
nama PACU JALUR. Artinya jalur yang dipacukan (dilombakan) atau lomba
jalur.

Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan


perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran ratu
Belanda wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Kegiatan pacu jalur
pada zaman Belanda di mulai pada tanggal 31 agustus s/d 1 atau 2 september.
Perayaan pacu jalur tersebut dilombakan selama 2-3 hari, tergantung pada
jumlah jalur yang ikut pacu.

Menurut orang tua setempat, pada zaman Belanda jumlah jalur belum banyak
sampai sekarang seperti pada saat sekarang yang jumlah nya sampai ratusan
buah. Pada masa itu jumlah jalur hanya berkisar antara 22 sampai 30 buah
jalur. "Kegiatan pacu jalur tersebut hanya anak sekolah yang berasal dari
desa-desa sekitar di Teluk Kuantan yang melakukan upacara dengan
menyanyikan wihelmus sebagai lagu Kebangsaan Belanda pada saat itu.

Setelah kemerdekaan kegiatan pacu jalur dilakukan 1 kali dalam 1 tahun yaitu
dalam rangka memperingati hari kemerdekaan (HUT RI) yang jatuh pada
tanggal 17 Agustus. Hingga saat ini ivent pacu jalur terus ramai dikunjungi
masyarakat dan jumlah pengunjung mencapai jutaan dan menjadi wisata
unggulan Kuansing dan Riau.

Selama ini pacu jalur sudah di jadikan event kalender wisata nasional dan di
geser harinya mundur yaitu di mulai pada tanggal 23-26 Agustus setiap tahun,
kecuali pada tahun 2011 lalu dimana pacu jalur di majukan lebih awal karena
HUT RI bertepatan dengan bulan puasa (bulan ramadhan) sehingga tidak
mengganggu umat selain menunaikan kewajibanya.

Seperti yang sudah dijelaskaan diatas, nilai sejarah yang terkandung sangatlah
panjang dan bermakna dimana pacu jalur ini hingga kini bisa menjadi
kebudayaan yang konsisten dan tetap berada ditengah-tengah zaman yang
sudah moderen seperti saat ini.
PENUTUP

Kesimpulan

Pacu jalur memiliki unsur kebudayaan yaitu sistem mata pencaharian hidup dan
sistem ekonomi, dan memiliki wujud kebudayaan yaitu wujud sebagai benda.
Pacu jalur hanya mengalami perubahan pada jadwal dilakukannya yaitu satu kali
dalam satu tahun, dan perahu pacu jalur hanya mengalami perubahan penambahan
aksesoris yang terdapat pada perahu.

Museum sang nila utama adalah museum di Kota Pekanbaru Riau yang
menyimpan koleksi dan peninggalan terbanyak di Riau dengan koleksinya dari
berbagai daerah yang menyimpan nilai historis tentang kebudayaan di Riau seperti
miniatur Pacu Jalur, miniautur Rumah Adat, miniatur Candi Muaratakus dan
banyak yang lainnya.

Museum memiliki tiga fungsi utama yaitu preservasi, edukasi, dan rekreasi.
Namun, mayoritas masyarakat hanya memahami bahwa museum sebagai tempat
menyimpan koleksi. Hal ini berdampak pada persepsi masyarakat ketika
berkunjung ke museum yang menganggap kunjungan mereka hanya untuk melihat
koleksi museum saja.

Saran

Sebagai masyarakat Riau, alangkah baiknya kita selalu mencintai budaya sendiri
dan kita harus memahami sejarah dan kebudayaan di daerah tanah kelahiran kita
sendiri yaitu Pekanbaru Riau.
DAFTAR PUSTAKA

Armiyati, L., Dede, W, F. 2020. BELAJAR SEJARAH DI MUSEUM:

OPTIMALISASI LAYANAN EDUKASI BERBASIS PENDEKATAN

PARTISIPATORI. Jurnal Artefak. 7 (2) : 1-2.

https://riaukepri.com/2019/06/19/museum-sang-nila-utama-tempat-wisata-

sekaligus-edukasi/

www.wikipedia.com/Riau

www.kuansing.or.id/pacujalur

www.melayuonline.com/ind/histori/dig/360/kesultanan-siak-sri-indrapura

Anda mungkin juga menyukai