(I0214060)
PENDAHULUAN
Penggunaan material baja sudah umum digunakan pada konstruksi-konstruksi
bangunan. Dalam perakitannya menjadi sebuah kesatuan struktur dibutuhkan teknik
penyambungan khusus yang harus diperhatikan. Teknik penyambungan menjadi hal yang
sangat vital pada konteks ini. Kesalahan kecil dalam penyambungan baja dapat
mengakibatkan kerusakan bahkan dapat merobohkan konstruksi bangunan.
Sambungan pada baja yang banyak dilakukan di dunia konstruksi adalah sambungan
baut dan sambungan las. Sambungan baut adalah menyambung kedua baja dengan alat
bantu berupa baut. Sedangkan sambungan las adalah menyambung kedua baja dengan
memanaskan baja sehingga baja akan lumer. Kedua teknik sambungan ini tentu saja
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan ini dapat
dijadikan landasan guna menentukan teknik penyambungan suatu baja. Penentuan dalam
memilih teknik penyambungan ditentukan pula dengan fungsi dari masing-masing
sambungan dan kebutuhan sambungan terhadap konstruksi bangunan tersebut. Jenis baja
satu dengan lainnya dapat membutuhkan teknik penyambungan yang berbeda pula. Setiap
teknik penyambungan juga memilliki hal-hal tertentu yang harus diperhatikan dalam
penyambungan baja dan harus memiliki keahlian khusus dalam penyambungan agar tidak
terjadi kesalahan fatal dalam pengerjaannya. Oleh karena itulah maka bagi seorang yang
Artikel Teknologi Bahan Bangunan
Kedua teknik penyambungan ini tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing yang berbeda. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teknik penyambungan
dengan baut dan dengan las.
Teknik
Kelebihan
Kekurangan
Penyambungan
Baut
- Lebih
mudah
dalam - Baut mudah mengakibatkan
pemasangan/penyetelan konstruksi
di lapangan.
Las
butt-weld, maka saa diuji tarik bagian yang rusak adalah pada bagian lain dan bukan pada
tempat sambungan las tersebut dikerjakan.
Kelemahan sistem sambungan las ada dalam pelaksanaannya. Tidak dapat diperiksa
kesempurnaan suatu las butt-weld hanya dari penampakan luarnya saja. Jadi apakah seluruh
penampang telah terlas dengan baik, atau hanya bagian luarnya saja yang tebal tidak dapat
dipastikan. Untuk itulah seorang tukang las harus memahami berbagai instruksi kerja agar
dapat mengelas suatu bagian dengan baik. Berikut adalah contoh strategi pengelasan yang
dimungkinkan pada suatu sambungan.
Karena kontrol mutu las relatif sulit disbanding pemasangan baut, maka untuk
konstruksi baja yang baik selalu mengusahakn bahwa proses las hanya dilakukan di bengkel
kerja (fabrication), yang fasilitas pengangkatannya dan lainnya cukup baik, sehingga
pelaksanaan pengelasan dapat denagn mudah dikerjakan dan dikontrol. Namun tidak semua
bagian yang dilas harus dikerjakan di pabrik. Pada kondisi tertentu, pengerjaan pengelasan
di lapangan boleh dilakukan tapi hanya pada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang mana
Artikel Teknologi Bahan Bangunan
kontrol mutu dapat dengan ketat diberlakukan. Oleh karena itu, pada kode las perlu
diberikan tanda, mana bagian yang di las di bengkel dan mana bagian yang harus dilakukan
di lapangan (field weld). Berikut adalah kode las menurut standar Amerika.
Berbeda dengan las, penyambungan dengan baut dilakukan di lapangan. Komponenkomponen baja yang telah selesai dirakit di pabrik, selanjutnya diangkut ke lapangan dan
dilakukan perakitan dengan alat sambung baut, khusunya baut mutu tinggi. Penyambungan
dengan baut banyak dimanfaatkan untuk menyambung baja profil H, L, C, I dan WF. Bentuk
baut untuk baja bangunan yang umum dipakai adalah dengan bentuk kepala/mur segi enam
sebagai berikut :
Dalam penyambungan baja profil dengan baut, terdapat ketentuan khusus penempatan
baut pada baja profil, sebagai berikut :
Profil Baja Siku (L)
Profil Baja H
Menurut penelitian di laboratorium untuk pemasangan satu deret baut yang menahan
gaya normal ( tarik / tekan ) dimana deretan baut berada pada garis kerja gaya, ternyata
untuk satu deret yang terdiri masing-masing 5 buah baut masing-masing paku menahan
gaya relatif sama. Jadi gaya normal yang harus ditahan dibagi sama rata oleh kelima baut
tersebut. Namun jika banyaknya baut dalam satu deret lebih dari 5 buah maka masingmasing baut menahan gaya yang besarnya mulai tidak sama rata. Oleh karena itu jika dalam
perhitungan baut dalam konstruksi sambungan ketemunya memerlukan lebih dari 5 buah
baut, maka harus dipasang dalam susunan 2 deret atau lebih.
Kedua teknik penyambungan las dan baut ini, dapat diaplikasikan bersama dalam sebuah
konstruksi bangunan. Keduanya digunakan tergantung dengan kondisi dan kebutuhan dari
konstruksi bangunan terkait dengan ukuran-ukuran komponen struktur untuk
memudahkan dalam transportasi dan proses erection di lapangan. Berikut adalah contoh
konstruksi yang menggunakan teknik penyambungan las dan baut.
Artikel Teknologi Bahan Bangunan
Namun, sambungan las dan baut tidak diijinkan untuk menerima gaya secara bersamaan.
Maksutnya adalah memakai sambungan las dan baut di tempat yang sama. Hal ini
dikarenakan, semua gaya akan ditahan oleh las terlebih duhulu dikarenakan pada regangan
yang sangat kecil las sudah mencapai ultimatenya dan baut belum, selain itu tidak ada
daktalitas di las, sehingga tidak ada redistribusi tegangan ke baut, oleh karenanya semua
gaya harus di desain untuk diterima oleh las sendiri. Setelah sambungan las gagal, maka
semua tegangan baru akan pindah ke sambungan baut sehingga baut juga harus di desain
untuk menerima semua gaya yang terjadi.
KESIMPULAN
Las dan baut merupakan teknik penyambungan besi yang efektif. Perbedaanya
adalah, las tahan terhadap gaya tarik, tapi lemah terhadap gaya tekan. Sedangkan baut, tahan
terhadap gaya tekan, tetapi lemah terhadap gaya tarik. Baut dan las keduanya dapat
diaplikasikan dalam konstruksi bangunan. Penggunaan teknik penyambungan ditentukan
oleh kondisi dan kebutuhan dalam konstruksi bangunan terkait dengan ukuran-ukuran
komponen struktur untuk memudahkan dalam transportasi dan proses erection di
lapangan. Kedua teknik penyambungan ini dapat digunakan bersama dalam suatu
konstruksi bangunan namun sambungan las dan baut tidak dapat menerima gaya secara
bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuel, T dan Kulak G. (2000). Strenght of Joints that Combine Bolts and Welds. Journal
of Structural Engineriing. Volume 126, Nomor 3. pp. 279-287.
Setiyarto, Y Djoko. (2012). Perilaku Sambungan Sekrup (Self Drilling Screw) Pada
Sambungan Momen Sebidang Untuk Struktur Baja Ringan. Jurnal Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha. Volume 8, Nomor 1. pp. 17-32.
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196012241991011NANDAN_SUPRIATNA/Materi_Kuliah_Struktur_Baja_1/macam_macam_alat_penyambung_b
aja.pdf -diakses 1 April 2016
https://wiryanto.wordpress.com/2010/02/25/semuanya-las-kapan-pakai-bautnya/
diakses 1 April 2016
https://www.academia.edu/12139263/Perbedaan_Menggunakan_Sambungan_Baut_dan_L
as_Pada_Konstruksi_Baja -diakses 1 April 2016