Anda di halaman 1dari 8

M. Waskito (I0214057), Mintari Nur A.

(I0214060)

KOMPARASI TEKNIK PENYAMBUNGAN LAS DAN BAUT


PADA BAJA
M. Waskito Prabowo, I0214057, mwprabowo7@live.com
Mintari Nur Aziza, I0214060, mintariaziza@gmail.com

Program Studi Arsitektur


Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak

Semakin berkembangnya teknologi mendorong manusia untuk semakin berinovasi, termasuk


halnya dalam berarsitektur. Salah satunya adalah inovasi dalam penggunaan bahan bangunan.
Dewasa ini, mayoritas masyarakat telah beralih ke material baja yang dinilai lebih efisien
sebagai elemen struktur dalam konstruksi bangunan. Dalam pengaplikasian material baja,
teknik penyambungan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Teknik penyambungan
ini berfungsi untuk merakit elemen struktur menjadi satu kesatuan. Teknik penyambungan pada
baja yang banyak digunakan adalah penyambungan dengan las dan penyambungan dengan
baut. Setiap teknik penyambungan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada
tulisan ini akan dilakukan analisis mengenai komparasi penyambungan las dan penyambungan
baut pada konstruksi baja dan menentukan teknik penyambungan yang sesuai untuk jenis baja
tertentu.
Kata Kunci : konstruksi baja, sambungan, las, baut

PENDAHULUAN
Penggunaan material baja sudah umum digunakan pada konstruksi-konstruksi
bangunan. Dalam perakitannya menjadi sebuah kesatuan struktur dibutuhkan teknik
penyambungan khusus yang harus diperhatikan. Teknik penyambungan menjadi hal yang
sangat vital pada konteks ini. Kesalahan kecil dalam penyambungan baja dapat
mengakibatkan kerusakan bahkan dapat merobohkan konstruksi bangunan.
Sambungan pada baja yang banyak dilakukan di dunia konstruksi adalah sambungan
baut dan sambungan las. Sambungan baut adalah menyambung kedua baja dengan alat
bantu berupa baut. Sedangkan sambungan las adalah menyambung kedua baja dengan
memanaskan baja sehingga baja akan lumer. Kedua teknik sambungan ini tentu saja
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan ini dapat
dijadikan landasan guna menentukan teknik penyambungan suatu baja. Penentuan dalam
memilih teknik penyambungan ditentukan pula dengan fungsi dari masing-masing
sambungan dan kebutuhan sambungan terhadap konstruksi bangunan tersebut. Jenis baja
satu dengan lainnya dapat membutuhkan teknik penyambungan yang berbeda pula. Setiap
teknik penyambungan juga memilliki hal-hal tertentu yang harus diperhatikan dalam
penyambungan baja dan harus memiliki keahlian khusus dalam penyambungan agar tidak
terjadi kesalahan fatal dalam pengerjaannya. Oleh karena itulah maka bagi seorang yang
Artikel Teknologi Bahan Bangunan

M. Waskito (I0214057), Mintari Nur A. (I0214060)

merancang bangunan pengetahuan mengenai perilaku sambungan yang akan digunakan


sangat penting.
Dengan pemilihan teknik sambungan yang tepat untuk sebuah jenis baja yang tepat pula
dan dengan tahapan yang sesuai dengan teknik penyambungan tertentu maka akan
dihasilkan sebuah kesatuan konstruksi yang kokoh. Konstruksi yang kokoh akan menjadi
sebuah bangunan tidak hanya indah dipandang dari luar, namun juga memiliki nilai firmitas
yang kuat, kokoh, dan akan bertahan lama. Pada umumnya, sebagian besar kerusakan atau
bahkan kegagalan struktur bangunan baja ditentukan oleh kinerja sistem sambungan yang
digunakan. Karena itulah, maka sambungan pada baja memegang peranan sangat penting
bagi sebuah konstruksi bangunan.
TINJAUAN TEORI
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa elemen
lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga
2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja: karbon,
mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain
itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa
jenis baja di antaranya mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium, dan
niobium. Suatu konstruksi bangunan baja adalah tersusun atas batang-batang baja yang
digabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan menggunakan berbagai
macam teknik sambungan. Adapun fungsi / tujuan sambungan baja antara lain :
1. Untuk menggabungkan beberapa batang baja membentuk kesatuan konstruksi
sesuai kebutuhan.
2. Untuk mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan (panjang, lebar, tebal, dan
sebagainya).
3. Untuk memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja di lapangan.
4. Untuk memudahkan penggantian bila suatu bagian / batang konstruksi mengalami
rusak.
5. Untuk memberikan kemungkinan adanya bagian / batang konstruksi yang dapat
bergerak misal peristiwa muai-susut baja akibat perubahan suhu.
Jenis-jenis sambungan dapat dibedakan menjadi sambungan dengan baut dan
sambungan dengan las. Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah
satu ujungnya dibentuk kepala baut (umumnya bentuk kepala segi enam) dan ujung lainnya
dipasang mur/pengunci. Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk
membuat konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan
sementara yang dapat dibongkar/dilepas kembali. Bentuk uliran batang baut untuk baja
bangunan pada umumnya ulir segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut
pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi empat (ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut
penggerak atau pemindah tenaga misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.
Sedangkan menyambung baja dengan las adalah menyambung dengan cara memanaskan
baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang
kemudian setelah dingin akan menyatu dengan baik.

Artikel Teknologi Bahan Bangunan

M. Waskito (I0214057), Mintari Nur A. (I0214060)

Kedua teknik penyambungan ini tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing yang berbeda. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teknik penyambungan
dengan baut dan dengan las.
Teknik
Kelebihan
Kekurangan
Penyambungan
Baut
- Lebih
mudah
dalam - Baut mudah mengakibatkan
pemasangan/penyetelan konstruksi
di lapangan.

baja pecah karena kuat


tekannya terlalu tinggi.
Baut mudah mengalami
- Konstruksi
sambungan
dapat
pencicilan leher pada kepala
dibongkar-pasang.
bautnya (Necked Out).
- Dapat dipakai untuk menyambung - Tenaga
pemasangan
dengan jumlah tebal baja > 4d
dilakukan manual, sehingga
sangat mudah mengalami
- Dengan menggunakan jenis Baut
kesalahan teknis.
Pass maka dapat digunakan untuk
konstruksi berat /jembatan.

Las

- Pertemuan baja pada sambungan


dapat melumer bersama elektrode
las dan menyatu dengan
lebih
kokoh (lebih sempurna).
- Konstruksi sambungan memiliki
bentuk lebih rapi.
- Konstruksi baja dengan sambungan
las memiliki berat lebih ringan.
- Dengan las berat sambungan hanya
berkisar 1 1,5% dari berat
konstruksi
- Pengerjaan konstruksi relatif lebih
cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut
- Luas penampang batang baja tetap
utuh karena tidak dilubangi,
sehingga kekuatannya utuh.

- Kekuatan sambungan las


sangat dipengaruhi oleh
kualitas pengelasan. Jika
pengelasannya baik maka
kekuatan sambungan akan
baik,
tetapi
jika
pengelasannya jelek/tidak
sempurna maka kekuatan
konstruksi juga tidak baik
bahkan membahayakan dan
dapat berakibat fatal.
- Konstruksi sambungan tak
dapat dibongkar-pasang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Baja dapat dibagi menjadi dua jenis, yaknik baja konvensional (hot rolled steel) dan baja
ringan (cold form steel). Material baja (hot-rolled) memiliki ketebalan berkisar antara 5 mm
sampai 40 mm. Pada baja konvensional dapat digunakan dua teknik penyambungan, yakni
penyambungan dengan las dan penyambungan dengan baut, khususnya baut mutu tinggi.
Las secara teoritis dapat menghasilkan kekuatan sambung yang sama dengan
penampang aslinya, artinya tidak ada pengurangan kekuatan khusunya jika menggunakan
butt-weld atau las tumpul. Ketika dilakukan uji kekuatan las yang menggunakan metode las
Artikel Teknologi Bahan Bangunan

M. Waskito (I0214057), Mintari Nur A. (I0214060)

butt-weld, maka saa diuji tarik bagian yang rusak adalah pada bagian lain dan bukan pada
tempat sambungan las tersebut dikerjakan.

Hasil Uji Kekuatan Sambungan Las

Kelemahan sistem sambungan las ada dalam pelaksanaannya. Tidak dapat diperiksa
kesempurnaan suatu las butt-weld hanya dari penampakan luarnya saja. Jadi apakah seluruh
penampang telah terlas dengan baik, atau hanya bagian luarnya saja yang tebal tidak dapat
dipastikan. Untuk itulah seorang tukang las harus memahami berbagai instruksi kerja agar
dapat mengelas suatu bagian dengan baik. Berikut adalah contoh strategi pengelasan yang
dimungkinkan pada suatu sambungan.

Cotoh Strategi Pengelasan

Karena kontrol mutu las relatif sulit disbanding pemasangan baut, maka untuk
konstruksi baja yang baik selalu mengusahakn bahwa proses las hanya dilakukan di bengkel
kerja (fabrication), yang fasilitas pengangkatannya dan lainnya cukup baik, sehingga
pelaksanaan pengelasan dapat denagn mudah dikerjakan dan dikontrol. Namun tidak semua
bagian yang dilas harus dikerjakan di pabrik. Pada kondisi tertentu, pengerjaan pengelasan
di lapangan boleh dilakukan tapi hanya pada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang mana
Artikel Teknologi Bahan Bangunan

M. Waskito (I0214057), Mintari Nur A. (I0214060)

kontrol mutu dapat dengan ketat diberlakukan. Oleh karena itu, pada kode las perlu
diberikan tanda, mana bagian yang di las di bengkel dan mana bagian yang harus dilakukan
di lapangan (field weld). Berikut adalah kode las menurut standar Amerika.

Kode Las Standar Amerika

Berbeda dengan las, penyambungan dengan baut dilakukan di lapangan. Komponenkomponen baja yang telah selesai dirakit di pabrik, selanjutnya diangkut ke lapangan dan
dilakukan perakitan dengan alat sambung baut, khusunya baut mutu tinggi. Penyambungan
dengan baut banyak dimanfaatkan untuk menyambung baja profil H, L, C, I dan WF. Bentuk
baut untuk baja bangunan yang umum dipakai adalah dengan bentuk kepala/mur segi enam
sebagai berikut :

Bentuk Baut Kepala Segienam

Dalam penyambungan baja profil dengan baut, terdapat ketentuan khusus penempatan
baut pada baja profil, sebagai berikut :
Profil Baja Siku (L)

Artikel Teknologi Bahan Bangunan

M. Waskito (I0214057), Mintari Nur A. (I0214060)

Profil Baja I dan WF

Profil Baja Kanal (C)

Profil Baja H

Menurut penelitian di laboratorium untuk pemasangan satu deret baut yang menahan
gaya normal ( tarik / tekan ) dimana deretan baut berada pada garis kerja gaya, ternyata
untuk satu deret yang terdiri masing-masing 5 buah baut masing-masing paku menahan
gaya relatif sama. Jadi gaya normal yang harus ditahan dibagi sama rata oleh kelima baut
tersebut. Namun jika banyaknya baut dalam satu deret lebih dari 5 buah maka masingmasing baut menahan gaya yang besarnya mulai tidak sama rata. Oleh karena itu jika dalam
perhitungan baut dalam konstruksi sambungan ketemunya memerlukan lebih dari 5 buah
baut, maka harus dipasang dalam susunan 2 deret atau lebih.
Kedua teknik penyambungan las dan baut ini, dapat diaplikasikan bersama dalam sebuah
konstruksi bangunan. Keduanya digunakan tergantung dengan kondisi dan kebutuhan dari
konstruksi bangunan terkait dengan ukuran-ukuran komponen struktur untuk
memudahkan dalam transportasi dan proses erection di lapangan. Berikut adalah contoh
konstruksi yang menggunakan teknik penyambungan las dan baut.
Artikel Teknologi Bahan Bangunan

M. Waskito (I0214057), Mintari Nur A. (I0214060)

Contoh Konstruksi dengan Menerapkan Sambungan Baut dan Las

Namun, sambungan las dan baut tidak diijinkan untuk menerima gaya secara bersamaan.
Maksutnya adalah memakai sambungan las dan baut di tempat yang sama. Hal ini
dikarenakan, semua gaya akan ditahan oleh las terlebih duhulu dikarenakan pada regangan
yang sangat kecil las sudah mencapai ultimatenya dan baut belum, selain itu tidak ada
daktalitas di las, sehingga tidak ada redistribusi tegangan ke baut, oleh karenanya semua
gaya harus di desain untuk diterima oleh las sendiri. Setelah sambungan las gagal, maka
semua tegangan baru akan pindah ke sambungan baut sehingga baut juga harus di desain
untuk menerima semua gaya yang terjadi.

Sambungan Las dan Baut pada Tempat yang Sama

KESIMPULAN
Las dan baut merupakan teknik penyambungan besi yang efektif. Perbedaanya
adalah, las tahan terhadap gaya tarik, tapi lemah terhadap gaya tekan. Sedangkan baut, tahan
terhadap gaya tekan, tetapi lemah terhadap gaya tarik. Baut dan las keduanya dapat
diaplikasikan dalam konstruksi bangunan. Penggunaan teknik penyambungan ditentukan
oleh kondisi dan kebutuhan dalam konstruksi bangunan terkait dengan ukuran-ukuran
komponen struktur untuk memudahkan dalam transportasi dan proses erection di
lapangan. Kedua teknik penyambungan ini dapat digunakan bersama dalam suatu
konstruksi bangunan namun sambungan las dan baut tidak dapat menerima gaya secara
bersamaan.

Artikel Teknologi Bahan Bangunan

M. Waskito (I0214057), Mintari Nur A. (I0214060)

DAFTAR PUSTAKA
Manuel, T dan Kulak G. (2000). Strenght of Joints that Combine Bolts and Welds. Journal
of Structural Engineriing. Volume 126, Nomor 3. pp. 279-287.
Setiyarto, Y Djoko. (2012). Perilaku Sambungan Sekrup (Self Drilling Screw) Pada
Sambungan Momen Sebidang Untuk Struktur Baja Ringan. Jurnal Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha. Volume 8, Nomor 1. pp. 17-32.
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196012241991011NANDAN_SUPRIATNA/Materi_Kuliah_Struktur_Baja_1/macam_macam_alat_penyambung_b
aja.pdf -diakses 1 April 2016
https://wiryanto.wordpress.com/2010/02/25/semuanya-las-kapan-pakai-bautnya/
diakses 1 April 2016

https://www.academia.edu/12139263/Perbedaan_Menggunakan_Sambungan_Baut_dan_L
as_Pada_Konstruksi_Baja -diakses 1 April 2016

Artikel Teknologi Bahan Bangunan

Anda mungkin juga menyukai