Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN STUDY TOUR

DI FORT ROTTERDAM, MUSEUM BALLA LOMPOA


DAN MAKAM SULTAN HASANUDDIN

OLEH :
KELOMPOK 2
 ANNISA FEBRIANI
 MAGFIRA
 SITTI NUR KHADIJAH
 KHUSNUL KHATIMA
 SRI RAHAYU RAMADANI
 TIARA

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI PANGKEP


2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah swt. Atas segala Rahmat nya sehingga laporan
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami ucapakan terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca , untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang di selenggarakannya “STUDY TOUR” kelas IX ini
dalam rangka peningkatan wawasan dan aktualisasi pendekatan pembelajaran
kontekstual (Contextual teaching and learning, CTL) yang sedang di
kembangkan saat ini. Pengenalan beberapa sejarah dan sebagainya dapat
merangsang pengembangan pola pemikiran serta dimaksudkan pula untuk
menimbulkan suasana baru, dalam menghadapi pembelajaran.

Kegiatan “STUDY TOUR” ini merupakan salah satu bentuk krgiatan


tahunan sekolah MTSN PANGKEP yang mana para peserta kegiatan tersebut
diharapkan mampu mendeskripsikan tentang kegiatan dan tempat-tempat
obyek kegiatan. Sehingga peserta didik diharapkan mampu membuat laporan
dari kegiatan “STUDY TOUR” tersebut.

B. Tujuan
1. Membuat siswa untuk terlatih dalam pembuatan laporan karya tulis
dengan baik dan benar
2. Melaporkan hal hal yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan
3. Mengetahui sejarah dan objek wisata yang di kunjungi
4. Melaporkan dan mendeskripsikan tempat tempat wisata yang telah di
kunjungi

C. Tempat Objek Wisata


1. Fort rotterdam
2. Balla lompoa
3. Makam sultan hasanuddin
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fort Rotterdam

Gambar 2.1 Fort Rotterdam

Fort Rotterdam merupakan benteng yang terletak di Makassar,


Sulawesi Selatan. Pada awalnya benteng ini disebut Benteng Jumpandang
(Ujung Pandang). Benteng ini merupakan peninggalan sejarah Kesultanan
Gowa, Kesultanan ini pernah Berjaya sekitar abad ke-17 dengan ibu kota
Makassar. Benteng ini dibangun tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-X yang
bernama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng
Tunipalangga Ulaweng. Pada awalnya bentuk benteng ini adalah segi empat,
seperti halnya arsitektur benteng gaya Portugis. Bahan dasarnya campuran
batu dan dan tanah liat yang dibakar hingga kering.
Pada tanggal 9 Agustus 1634, Sultan Gowa ke-XIV (I Mangerangi
Daeng Manrabbia, dengan gelar Sultan Alauddin) membuat dinding tembok
dengan batu padas hitam yang didatangkan dari daerah Maros.Pada tanggal
23 Juni 1635, dibangun lagi dinding tembok kedua dekat pintu gerbang.
Benteng ini pernah hancur pada masa penjajahan Belanda.Belanda pernah
menyerang Kesultanan Gowa yang saat itu dipimpin Sultan Hasanuddin,
yaitu antara tahun 1655 hingga tahun 1669.Tujuan penyerbuan Belanda ini
untuk menguasai jalur perdagangan rempah rempah dan memperluas sayap
kekuasaan untuk memudahkan mereka membuka jalur ke Banda dan Maluku.
Armada perang Belanda pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur
Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman.Selama satu tahun penuh
Kesultanan Gowa diserang, serangan ini pula yang mengakibatkan sebagian
benteng hancur.Akibat kekalahan ini Sultan Gowa dipaksa untuk
menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.
Gubernur Jendral Speelman kemudian membangun kembali benteng
yang sebagian hancur dengan model arsitektur Belanda.Bentuk benteng yang
tadinya berbentuk segi empat dengan empat bastion, ditambahkan satu
bastion lagi di sisi barat. Nama benteng kemudian dinamakan Fort Rotterdam,
yang merupakan nama tempat kelahiran Speelman. Sejak saat itu Benteng
Fort Rotterdam berfungsi sebagai pusat perdagangan dan penimbunan hasil
bumi dan rempah rempah sekaligus pusat pemerintahan Belanda di wilayah
Timur Nusantara (Indonesia).
Di setiap sudut dan pintu utama dibuat benteng pertahanan yang
menonjol ke luar dalam bentuk berlian, membuat benteng sulit ditundukkan
sehingga Belanda dapat bertahan di sana selama ratusan tahun.
Hingga kini, benteng masih menjaga laut Makassar dan
mempertontonkan contoh besar dari hasil renovasi arsitektur kolonial
Belanda. Luas Benteng Rotterdam Makassar adalah 28.595,55 meter bujur
sangkar, dengan ukuran panjang setiap sisi berbeda, serta tinggi dinding
berfariasi antara 5-7 meter dengan ketebalan 2 meter. Benteng Rotterdam
Makassar mempunyai lima buah sudut (Bastion), yaitu :
 Bastion Bone terletak di sebelah barat
 Bastion Bacam terletak di sudut barat daya
 Bastion Butan terletak di sudut barat laut
 Bastion Mandarsyah terletak di sudut timur laut
 Bastion Amboina terletak di sudut Tenggara
Selain itu terdapat museum.Museum yang pertama berdiri di Sulawesi
Selatan adalah Celebes Museum pada tahun 1938, didirikan
oleh Pemerintah Hindia Belanda di kota Makassar sebagai
ibukota Gouvernement Celebes en Onderhoorigheden (Pemerintahan
Sulawesi dan Daerah Taklukannya). Kepala Museum adalah Tuan Ness.
Celebes Museum bertempat di Benteng Ujung Pandang (Fort
Rotterdam), menempati bekas gedung kediaman Laksamana Cornelis
Speelman, yaitu Gedung No.2. Koleksi diperoleh dari sumbangan
masyarakat dan hasil penggalian, diantaranya berbagai jenis keramik, mata
uang, beberapa buah destar tradisional Sulawesi Selatan, dan piring emas.
Menjelang kedatangan Jepang di kota Makassar, Celebes Museum
telah menempati tiga gedung, yaitu Gedung No.2, Gedung No.5, dan Gedung
No.8. Koleksi di Gedung No.5 berupa alat-alat pertukangan kayu, jenis
perahu, dan alat-alat pertanian, serta koleksi etnografi dari emas.Koleksi di
Gedung No.8 berupa alat permainan rakyat; alat dapur seperti periuk,
belanga, dll; alat musik, berbagai jenis tombak.
Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan museum terhenti, dan mulai
dirintis kembali oleh para budayawan setelah pembubaran Negara Indonesia
Timur (NIT).Museum berdiri kembali pada tahun 1966meski tidak dalam
status resmi. Koleksi diperoleh dari sumbangan para budayawan, berupa
gelang perak, mata uang kuno, pakaian adat pengantin, keris dan badik.
Ditambah koleksi dari Yayasan Matthes, Yayasan Pusat Kebudayaan
Indonesia Timur, dan milik Inspeksi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan.
Empat tahun kemudian, dengan surat keputusan Gubernur (1970),
museum secara resmi berdiri dengan namaMuseum La Galigo. Selanjutnya
melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1979), nama
museum berubah menjadi Museum La Galigo Propinsi Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1988, Direktur Jenderal Kebudayaan melalui Direktur
Permuseuman Jakarta mengeluarkan keputusan tentang penyeragaman nama
museum negeri tingkat provinsi seluruh Indonesia, yaitu mendahulukan nama
provinsinya masing-masing kemudian diikuti nama lokalnya. Dengan
demikian sekali lagi museum berganti nama menjadiMuseum Negeri
Propinsi Sulawesi Selatan La Galigo. Di era otonomi, melalui surat
keputusan Gubernur (2001), nama museum diganti menjadiUPTD Museum
La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan.
Fasilitas Museum lagaligo tergolong lengkap, jika anda suka membeli
cindera mata, maka di dalam kawasan benteng Rotterdam terdapat stand yang
menjual cindera mata khas Sulawesi, diantaranya Lipa’ Sabbe, Songkok
Guru, Buku-buku sejarah Sulsel, Hiasan dinding antik serta cindera mata
lainnya.Pemandu akan dengan setia menjelaskan kepada anda mengenai
semua seluk beluk yang ada dalam kawasan benteng Rotterdam, Tarif atau
Sewa Pemandu / Guide hanya kesukarelaan anda saja. Mengenai Tarif masuk
dikawasan Rotterdam ini jika masuk saja dikawasan Benteng, anda hanya
diharuskan mengisi Buku tamu, nanti jika anda memasuki Museum Lagaligo,
anda akan dikenai Rp. 5.000 per orang.

B. Museum Balla Lompoa

Gambar 2.2 Museum Balla Lompoa

Museum Balla Lompoa Gowa merupakan museum yang koleksinya


sangat mengesankan bagi saya. Museum ini menempati sebuah rumah
panggung khas Makassar dan menyimpan benda pusaka dan berharga yang
merupakan sebagian dari peninggalan Kerajaaan Gowa masa lalu.
Bangunan Museum Balla Lompoa Gowa berada di sebuah kompleks
cukup luas. Lokasinya agak masuk ke dalam di Jl. Sultan Hasanuddin 48,
Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Gowa. Pada puncak atap museum
tampak kepala kerbau dengan tanduknya yang melengkung ke atas. Struktur
bangunan museum dibuat dari kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri), yang juga
dikenal dengan sebutan kayu besi yang berat dan sangat keras. Bangunan
museum yang sangat mengesankan ini dipercaya merupakan rumah panggung
dengan struktur bangunan terbuat dari kayu yang terbesar di dunia. Balla
adalah sebuah kata dalam bahasa Makassar yang berarti rumah, sedangkan
Lompoa berarti besar, sehingga arti Balla Lompoa adalah rumah yang besar.
Tampak depan rumah panggung Museum Balla Lompoa. Rumah
panggung ini pada mulanya ada sebuah istana kerajaan. Istana itu dibangun
pada tahun 1936 oleh Raja Gowa XXXI yang bernama Mangngi-mangngi
Daeng Matutu, dengan gaya bangunan berarsitektur Makassar yang khas.
Rumah panggung yang tingginya sekitar 2 meter ini memiliki ruang utama
berukuran 60x40 meter dan ruang teras dengan ukuran 40x4,5 meter. Di
ruang utama ada kamar pribadi untuk raja, ada bilik penyimpanan benda
bersejarah, dan bilik kerajaan, masing-masing berukuran 6x5 meter. Alas kaki
pengunjung harus dilepas untuk masuk ke dalam museum, dan juga diminta
mengisi buku tamu.
Sejumlah koleksi Museum Balla Lompoa Gowa adalah berupa
keramik, gentong dari gerabah, loyang, tempat lilin, ceret, bokor, yang
sebagian terbuat dari emas. Ada pula tempat minum dan mangkuk keramik
yang juga dipajang di tempat ini. Selain warna merah dan kuning yang
mendominasi warna kain, ada pula warna putih krem pada alas dan ornamen
tirai.
Di bagian tengah museum terdapat ruangan utama dimana singgasana
Raja berada, dan di sana tanda-tanda kebesaran kerajaan Gowa disimpan.
Ruangan ini didominasi warna kuning dan merah yang kuat. Silsilah para
penguasa Kerajaaan Gowa juga dipajang di sebelah payung kerajaan di
ruangan utama itu. Dimulai dari Raja Gowa I Tomanurunga pada abad ke-13
sampai Raja Gowa terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo
Karaeng Lalongan (1947-1957), yang kemudian menjadi bagian dari
pemerintahan Republik Indonesia. Di bagian lain terdapat foto pemimpin tiga
suku besar di Sulawesi Selatan, yaitu Gowa, Bone dan Wajo. Al Quran tulis
tangan dari abad ke XVI juga ada di Museum Balla Lompoa
Koleksi lainnya berupa beragam senjata tradisional masyarakat Bugis
dan Makassar, beberapa jenis badik atau badek, baik yang bersisi tajam
tunggal atau dua dengan panjang bisa sampai setengah meter. Badik-badik itu
sering dihiasi pamor pada bilahnya. Senjata lainnya adalah parang, tombak,
dan ada pula senjata yang menjadi simbol-simbol kerajaan. Banyak koleksi
bernilai tinggi yang dimiliki Museum Balla Lompoa Gowa yang terbuat dari
emas. Salah satunya adalah Mahkota Raja di atas yang terbuat dari emas
dengan bentuk lima bunga teratai, dihiasi dengan batu permata yang anggun.
Perhiasan emas lainnya juga sangat indah dan mengesankan, ada pemberian
pemerintah asing dan dari kerajaan di Jawa.
Selain perhiasan berharga warisan masa lalu, ada pula koleksi lukisan
dan patung Sultan Hasanuddin dan Raja Gowa lainnya. Foto Syech Yusuf,
seorang ulama terkenal dan dihormati dari Sulawesi Selatan, dan sebuah kitab
suci Al-Quran tulisan tangan yang berasal dari abad-16, juga disimpan di
ruangan khusus di bagian belakang.
Perhiasan emas koleksi Museum Balla Lompoa Gowa terbilang sangat
mengesankan. Selain kalung dan giwang yang elok, ada pulau hiasan lengan
bergambar kepala naga, serta bandul kalung yang dihias aksara dan ornamen
yang memikat. Koleksi benda berharga itu diletakkan di atas kain beludru
merah dan dalam kotak kaca tertutup. Koleksi lainnya adalah pistol VOC,
peluru bulat dengan berbagai ukuran, meriam serta bendera warna kuning
berlambang ayam jantan. Sultan Hasanuddin adalah Pahlawan Nasional yang
dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur. Gambar ayam jantan juga
digunakan pada lambang Kabupaten Gowa.
Waktu itu pemerintah berencana menjadikan museum ini sebagai
tempat kunjungan wisata sejarah yang paling indah, menyatukannya dengan
Istana Tamalate, serta makam Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf. Saya kira
ini merupakan hal yang benar, bahwa generasi sekarang bukan sekadar
menjaga warisan kebesaran masa lampau, namun juga membuatnya menjadi
lebih baik dan lebih agung.

C. Makam Sultan Hasnuddin

Gambar 2.3 Makam sultan hasanuddin

Makam Sultan Hasanuddin merupakan kompleks pemakaman yang


berada di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Situs ini berada di puncak Bukit Tamalate dengan luas 2.352 m². Di kompleks
ini terdapat 24 situs pemakaman raja-raja dari Kerajaan Gowa yang sudah ada
sebelum masa islamisasi di Sulawesi Selatan. Hal ini ditandai dengan
arah kubur yang berorientasi dari arah timur ke barat pada makam raja Gowa
ke-11, yaitu I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta yang
diangkat menjadi raja Gowa pada tahun 1565.
Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari
1629 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 ) adalah Raja
Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I
Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.
Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan
Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan
Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van
Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia
dimakamkan di Katangka, Makassar. Diangkat sebagai Pahlawan Nasional
dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November
1973.
Sultan Hasanuddin putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa
ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang
diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah.
Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai
jalur perdagangan.
Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman,
Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum
berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik
takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di
Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan
pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah
sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian
Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin
mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara
ke Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Hasanuddin
memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah
kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos
benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669.
Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan
wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
Sultan Hasanuddin lahir tahun 1629, menjadi raja tahun
1652, meletakkan jabatan tahun 1668 dan wafat tanggal 12 Juni 1670.
( catatan di Makam Sultan Hasanuddin) ,Dimakamnya jg tertera nama
Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe Mohammad Bakir
yang merupakan nama kecil Sultan Hasanuddin
1. Makam Raja dan Bangsawan
Berikut merupakan daftar tokoh yang dimakamkan di Kompleks
Pemakaman Sultan Hasanuddin.
 I Tajiibang Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta. Ia adalah raja
Gowa ke-11 yang wafat pada tahun 1565
 Arung Lamoncong, seorang bangsawan dari Kerajaan Bone. Lokasi
makam terletak di depan makam raja Gowa ke-11.
 Karaeng I Mallingkari Daeng Manjori Karaeng Katangka Sultan
Abdullah Awalul Islam Tumenanga Riagamana Raja Tallo. Ia wafat
pada hari Rabu, 1 Oktober 1636
 I Mangngarangi Daeng Manrabbia, Karaeng Lakiung Sultan Alauddin
tumenangna ri Gaukanna. Ia adalah raja Gowa ke-14 yang wafat pada
15 Juni 1639
 I Mannungtungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiung
Sultan Malikussaid Tumenanga Ri Papanbatuna, Ia adalah raja Gowa
ke-15 yang wafat pada hari Rabu, tanggal 5 November 1653
 I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Baqir karaeng
Bontomangape sultang Hasanudding tumenanga ri Balla Pangkana. Ia
adalah raja Gowa ke-16 yang wafat pada tanggal 12 Juni 1670
 I MappasombaDaeng Nguraga Karaeng Lakiung Sultan Amir Hamzah
Tumammalianga ri Allu. Ia adalah raja Gowa ke-17 yang wafat pada
hari Senin, tanggal 7 Mei 1674.
 I Mappaosang Daeng Mangngewai Karaeng Bisei Sultan Muhammad
Ali Tumenanga ri Jakattara . Ia adalah raja Gowa ke-18 yang wafat
pada tanggal15 maret 1681.
 Sombangta Imappadulung Daeng Mattimung Karaeng sanrobone
sultan Abdul Djalil Tumenanga Rilakiung. Ia adalah raja Gowa ke-19
yang wafat pada 18 September 1711
 I Mallingkai Daeng Manjonri Karaeng Katangka Sultan Abdullah
Awallul Islam Tumenanga ri Kalabbiranna. Ia adalah raja Gowa ke-33
dan Raja Tallo ke-6 yang wafat pada tanggal 13 Mei 1895. Selain itu,
ia juga Arung Lamonjong, seorang bangsawan Kerajaan Bone yang
berjasa membawa jenazah Sombangta I Tajibarani dari Bone ke Gowa.
2. Bentuk jirat makam
Dalam kompleks makam Sultan Hasanuddin terdapat 24 buah
makam dan semuanya masih dalam keadaan utuh. Di kompleks ini
terdapat beberapa tipe jirat makam yaitu:
 Jirat makam tipe cungkup kubah sebanyak satu buah bentuk dasar
kubah persegi panjang dengan ukuran. Panjang jirak mencapai
626 cm dengan lebar 600 cm dan tinggi 450 cm serta ketebalan 60 cm.
 Jirat makam tipe cungkup punde berundak, yaitu makam dengan
bentuk cungkup bersusun seperti punde berundak
 Jirat makam tipe teras berundak, yaitu makam yang menyerupai teras
berundak-undak, terdiri dari satu hingga dua teras dengan ukuran yang
semakin ke atas semakin kecil.
 Jirat makam tipe peti batu, yaitu makam yang hanya terdiri dari
subasemen dari balok batu andesit, di atasnya ditancapkan tipe nisan
pipih, silindrik, dan balok.
 Jirat makam yang hanya terdiri dari tumpukan batu alam atau
gundukan tanah berbentuk gunung.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya Pembuatan Laporan Kegiatan Tour ini kami dapat
memperoleh manfaat yang akan kami jadikan pelatihan di Jenjang yang lebih
tinggi nantinya. Sehingga dalam pembuatan Laporan Tour merupakan
pelatihan bagi kami semua. Serta dalam pembuatan Laporan Tour ini
membuat kami lebih terampil dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas
yang telah kami terima. Dan dari beberapa objek yang telah kami kunjungi
maka dapat kami simpulkan bahwa objek-objek itu mempunyai potensi dan
manfaat dalam berpartisipasi pada pembangunan bangsa dewasa ini pada
masa yang akan mendatang, khususnya di bidang pariwisata, pendidikan, dan
kebudayaan.
Masing-masing objek yang kami kunjungi mempunyai ciri khas
masing-masing. Sehingga tiap-tiap objek mempunyai manfaat dan daya guna
yang lebih luas.Kami selaku siswa sangat senang,karena disetiap tempat yang
kami kunjungi mempunyai kelebihan dan keistimewaan tersendiri. Kami
dapat berekreasi dengan senang,dan berekreasi ternyata sangat penting dalam
menambah wawasan serta pengetahuan yang besar bagi kita dengan cara
bermain. Ditanah air ini banyak bermacam-macam obyek wisata yang bisa
kita kunjungi sebagai sarana bermain dan belajar.
B. Saran
Untuk pihak pengelola di setiap objek wisata masih terdapat beberapa
keadaan dan Prasarana yang diperlakukan sebagai penunjang objek-objek
tersebut antara lain:Pengunjung hendaknya mendapatkan pelayana yang
menyenangkan, oleh karana itu setiap obyek hendaknya diucapkan yang
bersifat untuk dipamerkan pemeliharaan juga penting dilakukan sehingga
tidak mengecewakan pengunjung.
1. Obyek-obyek itu di perbaharui atau di tingkatkan lebih menarik perhatian
para pengunjung dan menarik bagi wismassehingga dapat menambah
penghasilan dan devisa Negara.
2. Obyek-obyek yang sifatnya sangat bersejarah bagi Bangsa Indonesina
hendaknya dijaga kemurnian dan kebersihan lingkungan.
3. Adanya buku-buku petunjuk dari objek itu sendiri yang memuat
keterangan tentang objek tersebut, sejarah didirikannya, aturan-aturan
yang harus dipatuhi dll.
4. Menambah waktu kunjungan di setiap objek wisata, sehingga siswa
mendapatkan data-data yang lengkap. Dengan penambahan waktu
diharapkan dapat menggali dan mendapatkan pengetahuan lebih banyak
tentang objek wisata tersebut

Anda mungkin juga menyukai