Anda di halaman 1dari 9

TUGAS STUDY TOUR

[Document subtitle]

AULIA RAMADHANI (11)


DARNAWATI (14)
8 ALBERT EINSTEIN
Museum Balla Lompoa Gowa
Museum Balla Lompoa Gowa merupakan museum yang koleksinya sangat mengesankan bagi
saya. Museum ini menempati sebuah rumah panggung khas Makassar dan menyimpan benda
pusaka dan berharga yang merupakan sebagian dari peninggalan Kerajaaan Gowa masa lalu.
Bangunan Museum Balla Lompoa Gowa berada di sebuah kompleks cukup luas. Lokasinya agak
masuk ke dalam di Jl. Sultan Hasanuddin 48, Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Gowa. Pada
puncak atap museum tampak kepala kerbau dengan tanduknya yang melengkung ke atas.

Struktur bangunan museum dibuat dari kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri), yang juga dikenal
dengan sebutan kayu besi yang berat dan sangat keras. Bangunan museum yang sangat
mengesankan ini dipercaya merupakan rumah panggung dengan struktur bangunan terbuat dari
kayu yang terbesar di dunia.

Tampak depan rumah panggung Museum Balla Lompoa. Rumah panggung ini pada mulanya
ada sebuah istana kerajaan. Istana itu dibangun pada tahun 1936 oleh Raja Gowa XXXI yang
bernama Mangngi-mangngi Daeng Matutu, dengan gaya bangunan berarsitektur Makassar yang
khas.
Rumah panggung yang tingginya sekitar 2 meter ini memiliki ruang utama berukuran 60×40
meter dan ruang teras dengan ukuran 40×4,5 meter. Di ruang utama ada kamar pribadi untuk
raja, ada bilik penyimpanan benda bersejarah, dan bilik kerajaan, masing-masing berukuran 6×5
meter. Alas kaki pengunjung harus dilepas untuk masuk ke dalam museum, dan juga diminta
mengisi buku tamu.
Koleksi Museum Balla Lompoa Gowa berupa ragam jenis badik atau badek, senjata tradisional
masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bisa bersisi tajam tunggal atau dua dengan panjang bisa
sampai setengah meter. Badik-badik itu sering dihiasi pamor pada bilahnya. Senjata lainnya
adalah parang, tombak, dan ada pula senjata yang menjadi simbol-simbol kerajaan.
Balla adalah sebuah kata dalam bahasa Makassar yang berarti rumah, sedangkan Lompoa berarti
besar, sehingga artinya adalah rumah yang besar. Di bagian tengah museum terdapat ruangan
utama dimana singgasana Raja berada, dan di sana tanda-tanda kebesaran kerajaan Gowa
disimpan. Ruangan ini didominasi warna kuning dan merah yang kuat.

Silsilah para penguasa Kerajaaan Gowa juga dipajang di sebelah payung kerajaan di ruangan
utama itu. Dimulai dari Raja Gowa I Tomanurunga pada abad ke-13 sampai Raja Gowa terakhir
Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng Lalongan (1947-1957), yang kemudian
menjadi bagian dari pemerintahan Republik Indonesia.
Sejumlah koleksi Museum Balla Lompoa Gowa berupa keramik, gentong dari gerabah, loyang,
tempat lilin, ceret, bokor, yang sebagian terbuat dari emas. Ada pula tempat minum dan
mangkuk keramik yang juga dipajang di tempat ini. Selain warna merah dan kuning yang
mendominasi warna kain, ada pula warna putih krem pada alas dan ornamen tirai.
Koleksi lainnya adalah pistol VOC, peluru bulat dengan berbagai ukuran, meriam serta bendera
warna kuning berlambang ayam jantan. Sultan Hasanuddin adalah Pahlawan Nasional yang
dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur. Gambar ayam jantan juga digunakan pada lambang
Kabupaten Gowa.
Banyak koleksi bernilai tinggi yang dimiliki Museum Balla Lompoa Gowa yang terbuat dari emas.
Salah satunya adalah Mahkota Raja di atas yang terbuat dari emas dengan bentuk lima bunga
teratai, dihiasi dengan batu permata yang anggun. Perhiasan emas lainnya juga sangat indah dan
mengesankan, ada pemberian pemerintah asing dan dari kerajaan di Jawa.
Selain perhiasan berharga warisan masa lalu, ada pula koleksi lukisan dan patung Sultan
Hasanuddin dan Raja Gowa lainnya. Foto Syech Yusuf, seorang ulama terkenal dan dihormati
dari Sulawesi Selatan, dan sebuah kitab suci Al-Quran tulisan tangan yang berasal dari abad-16,
juga disimpan di ruangan khusus di bagian belakang.

Ada pula foto pemimpin tiga suku besar di Sulawesi Selatan, yaitu Gowa, Bone dan Wajo. Al
Quran tulis tangan dari abad ke XVI juga ada di Museum Balla Lompoa. Kabarnya pemerintah
berencana menjadikan museum ini sebagai tempat kunjungan wisata sejarah yang paling indah,
menyatukannya dengan Istana Tamalate, serta makam Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf.

Saya kira ini merupakan hal yang benar untuk dilakukan, bahwa generasi sekarang memiliki
tanggung jawab bukan sekadar menjaga warisan kebesaran masa lampau, namun juga
membuatnya menjadi lebih baik dan lebih agung daripada sebelumnya. Setidaknya peninggalan
masa lalu harus dijaga dan dirawat agar bisa diapresiasi oleh generasi mendatang.
Sejarah Berdirinya Benteng Rotterdam dan Wajah
Pariwisata Budaya Makassar
Gerbang Indonesia Timur, Kota Makassar menyuguhkan berbagai jenis sarana dan prasarana sebagai kota
berkembang di Indonesia. Salah satu dari ciri kota dunia yang tercermin di Makassar adalah adanya bukti
kejayaan kota di masa Lalu. sebut saja sebuah benteng bersejerah Fort Rotterdam yang menjadi saksi
kekuatan kerajaan Gowa Tallo di masa lalu. Benteng yang masih berdiri kokoh hingga hari ini terletak
di jantung ibu kota Makassar akan memberikan sisi lain dari kota makassar yang ada di masa lalu dan
masa kini.

Sejarah Singkat Benteng Fort Rotterdam


Benteng Fort Rotterdam atau dikenal dengan nama benteng Pannyua karena bentuk benteng menyerupai
Penyu menyimpan banyak cerita tentang tentang sejarah kota Makassar. Benteng Jumpandang berubah
menjadi fort Rotterdam setelah dikuasai oleh belanda dan diberi nama seusia dengan nama kota yang ada
di Belanda. Surat kabar Ammerika, New York Times, pernah menerbitkan artikel yang ditulis oleh Barbara
Crossette mengklaim Benteng Rotterdam sebagai bukti sejarah yang paling baik mengenai kekuasaan
Belanda di Asia di masa lalu. Artikel dengan judul asli “the best preserved Dutch fort in Asia” bercerita
mengenai Rotterdam dam Makassar sebagai salah satu bandar dunia pada abad 16.
Benteng fort Rotterdam merupakan bukti kebesaran kesultanan Gowa dan Kerajaan Gowa-Tallo di masa
lalu. Benteng ini menjadi bukti bahwa Makassar adalah kota bandar yang sangat ramai karena diperlukan
pembangunan benteng di sekitar pantai sebagai pengamanan dari ancaman invasi dari kerajaan lain.
Selain betneg Rotterdam, terdapat 17 buah benteng yang berada di sekitar Makassar namun benteng
Jumpandang merupakan benteng yang paling megah dan bahkan bangunan dari benteng masih berdiri
utuh hingga saat ini.

Benteng Jumpandang dibangun oleh Sombaya maka sampulo (Raja Gowa X) pada tahun 1545 yakni
Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung iareka Karaeng Tunipalangga Bulaeng. Ciri khas benteng
portugis dengan bentuk segi empat merupakan bentuk awal dari benteng Jumpandang. Ciri Khas Benteng
Portugis yang berbahan dasar batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering membuat benteng tetap
berdiri kokoh. Keterlibatan kerajaan Portugis sebagai kerajaan sahabat dari kerajaan Gowa telah
membantu banyak hal dalam peningkatan pertahanan dan dunia militer kesultanan Gowa sebut saja salah
satu sumbangan terbesar yakni Meriam Anak' Makassar yang berhasil membantu kemenangan perat laut
Masalembo antara Gowa dan Belanda yang dipimpi oleh Jendral Spellman.

Perluasan benteng terus berlanjut untuk menambah daya tahan benteng dari gempuran. Tercatat pada 9
Agustus 1634, Sultan Gowa XIV yang saat itu dipimpin oleh I mangerangi daeng Manrabia atau Sultan
Alauddin menambahkan batu cadas hitam yang didatangkan dari Maros. Kemudia dua tahun kemudian
pada tanggal 23 Juni 1635 dibangun lagi sebuah dinding dekat pintu gerbang. sayang dinding kedua ini
sudah tidak ditemukan lagi saat ini.

Pergolakan dan perang yang pecah antara tahun 1655 sampai dengan 1669 berhasil menghancurkan
benteng Jumpandang pada massa sultan Hasanuddin. Belanda yang menyadari fungsi vital benteng
berusaha keras merebut benteng Rotterdam dari tangan Kerajaan Gowa. Tujuan utama dari perebutan
benteng Jumpandang adalah upaya untuk memperlebar sayap dan menguasai jalur perdagangan ke
Banda dan Maluku.

Upaya penaklukkan beteng Rotterdam di pimpin oleh Gubernur Jenderal Cornelis Janszoon Speelman.
Spelma yang memimpin sejumlah besar armada Perang Belanda berhasil merebut berbagai benteng
Jumpandang bahkan benteng Somba Opu yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan Gowa. Raja
Gowa, Sultan Hasanuddi yang kalah telak telam perang akhirnya harus menanda tangani perjanjian
Bongayya pada tanggal 18 November 1667. Perang ini juga sekaligus menandai perpindahan kekuasaan
beteng Jumpandang ke tangan Belanda.

Di bawah kekuasaan Spelman, Benteng Jumpandang kemudia di renovasi dan kembali dijadikan sebuah
benteng utuh. Pada pembangunan yang dilakukan oleh Spelman, sentuhan arsitek belanda juga merubah
wajah asli dari benteng Jumpandang. Penambahan satu bastion dari empat bastion yang ada dan bentuk
membentuk menyerupai penyu. Pada masa kekuasaan Spelman nama benteng Jumpandang berubah
nama menjadi Fort Rotterdam yang juga nama kota tepat kelahiran Spelman di Belanda.
Fort Rotterdam menjadi saksi pusat monopoli perdagangan yang dikuasai oleh belanda. Penimbungan
hasil bui berupa rempah-rempah ditumpuk di dalam benteng. Seluruh perdagangan dari wilayah timur
Nusantara diatur ulang mengikuti peraturan Belanda. Nama Beteng Rotterdam seperti yang kita ketahui
hari ini masih bertahan untuk mengenang perjuangan para Raja terdahulu mempertahankan nusantara
dari kedatangan penjajah.

Desain Bentang Rotterdam


Benteng Rotterdam dirancang tidak hanya sebagai pusat perdangan belanda oleh spelman tetapi juga
dirancang sebagai benteng pertahanan dari serangan dan invasi dari gangguan raja-raja kecil di Gowa
yang tidak mau tunduk pada perjanjian Bungaya seperti kerajaan Wajo. Benteng dibangun dengan
ketebalan 2 meter dengan ketinggian 5 meter serta pintu berukuran kecil mebuat benteng sangat susah
untuk ditembus peluru meriam yang terbuat dari besi.

Foto udara dari benteng ini memiliki lima sudut dan menyerupai bentuk penyu yang mengarah ke pantai.
Benteng yang disertai dengan 5 bastion dengan bastion yang lebih sebagai tempat canon atau meriam
dengan bubuk mesiu di daerah atas untuk menghalau lawan dari jarak jauh.
Benteng Rotterdam Sebagai Tepat Wisata Sejarah Belanda
Saat ini, Benteng Rotterdam masih berdiri kokoh dan merupakan salah satu destinasi wisata paling
populer yang ada di wilayah Makassar. Selain dari perjuangan rakyat Gowa dan Tallo, benteng Rotterdam
juga menyimpan sejarah perlawanan rakyat Yogyakarta. Sebuah penjara sempit yang didesain untuk
Pangerang Diponegero anak dari Sultan Hamengkubowono diasingkan ke Makassar agar warga sekitar
Semarang dan Yogyakarta kehilangan sosok pemimpin. Perang Diponegoro yang berkobar pada tahun
1825 sampai 1830 harus berakhir karena akal bulus dari Belanda yang menjebak pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro yang diasingkan ke Manado kemudian dipindahkan ke Makassar pada tahun 1834
dan akhirnya beliau meninggal. Jasad dari sang pangerang kemudian dimakamkan di Makassar di
belakang benteng Rotterdam yang saat ini dikenal dengan makan Pangeran Diponegoro.

Sebuah museum budaya juga dibangin di dalam benteng. Museum yang bercerita mengenai asal-usul
keturunan Sulawesi Selatan, I La Galilgo menyimpan sekatr 4.999 kolesi sejarah budaya. Koleksi ini
berupa benda-benda prasejarah, keramik china, naskah kuno, etnografi dan numismatic. Kolek
Numisnatik berupa teknologi hidup suku Bugis, Makassar, Manda, dan Tana Toraja seperti produk
kesenian, senjata serta perkakas tersimpan rapi dalam lemari kaca.

Anda mungkin juga menyukai