Disusun oleh:
Kelompok 5
Melinda
Rahmitasari
Natasya
Aspika Azis
Nur fikra inayah
Kelas: X Mia 3
sejarah Indonesia
Kemudian pada 1970-an, benteng ini dipugar secara ekstensif dan sekarang menjadi pusat budaya,
pendidikan, tempat untuk acara musik dan tari, serta tujuan wisata bersejarah.Salah satu gedung di
dalam kompleks benteng ini difungsikan menjadi Museum Provinsi Sulawesi Selatan bernama La Galigo,
yang menampilkan beragam benda bersejarah, manuskrip, patung, keramik, dan pakaian tradisional.
Kompleks bangunan Benteng Fort Rotterdam
Bentuk Benteng Fort Rotterdam yang menyerupai seekor penyu merupakan filosofi Kerajaan Gowa, yang
berjaya di daratan maupun lautan.Situs ini awalnya memiliki enam bastion yang dikelilingi oleh benteng
setinggi tujuh meter dan parit sedalam dua meter.Akan tetapi, saat ini hanya tinggal lima bastion yang
terlihat dan di dalamnya masih berisi meriam, di antaranya:
Sementara bastion yang tidak terlihat lagi bernama Bastion Ravelin. Kompleks Benteng Rotterdam
merupakan lokasi berdirinya sejumlah bangunan bergaya kolonial dan pintu gerbang, sumur kuno, parit,
serta tembok yang mengelilingi bangunan.Di dalam benteng terdapat 13 bagunan yang 11 di antaranya
adalah bangunan asli dari abad ke-17, sedangkan dua lainnya didirikan pada masa pendudukan
Jepang.Kompleks di sisi utara adalah bangunan-bangunan tertua dari tahun 1686, yang meliputi
kediaman gubernur, kediaman saudagar senior, kapten, dan sekretaris, dengan beberapa bangunan
penyimpanan senjata.Kediaman gubernur yang dijuluki sebagai Rumah Speelman sekarang menjadi
bagian dari Museum La Galigo.Sedangkan bangunan di sisi selatan, yang awalnya digunakan sebagai
tempat penyimpanan, kini juga dijadikan museum.Barak di sayap timur sekarang menjadi perpustakaan
kecil, yang menampilkan buku-buku Belanda kuno, log kapal kapten VOC, dan manuskrip lontar
kuno.Lantai dasar bangunan, yang terletak di sudut tenggara benteng, dulunya adalah penjara.
Sedangkan penjara Pangeran Diponegoro terletak di Bastion Bacan.
Penamaan ini diberikan rakyat Gowa karena bentuknya yang menyerupai penyu. Penyu oleh
masyarakat Gowa dijadikan simbol yang mengandung makna dan cita-cita kerajaan. Penyu
hewan yang dapat hidup di dua alam di darat dan di laut ini memberikan pengertian bahwa
Kerajaan Gowa ingin mememgang hegemoni di darat dan dilaut.
B.FORT ROTTERDAM
Fort Rotterdam adalah nama yang diberikan Belanda setelah memenangkan perang yang
berakhir dengan penandatanganan perjanjian Boengaya 18 November 1667, perubahan nama
tersebut merupakan penghargaan atas jasa-jasa Cornelis Speelman memimpin perang ke
Makassar dimana kota Rotterdam adalah kota kenangan tempat kelahiran bagi Cornelis
Speelman di Negeri Belanda.
Kota Towaya adalah nama makassar yang diartikan sebagai kota tua/ kota lama, penyebutan
ini disebabkan karena pada masa lalu pernah menjadi pusat pemerintahan.
Benteng-benteng yang ada harus dihancurkan kecuali Benteng Rotterdam Perjanjian Bongaya ternyata
tidak berlangsung lama, karena Sultan Hasanuddin kembali memimpin peperangan denagn
Belanda.Awalnya Belanda merasa kewalahan. Namun dengan senjata lengkap, mereka dapat memukul
mundur Sultan Hasanuddin.Pertahanan Sultan Hasanuddin kembali terpuruk, ketika Benteng Somba
Opu jatuh ke tangan Belanda.Akhirnya Sultan Hasanuddin menyerahkan kekuasaan kepada puteranya,
Mappasomba yang bergelar Sultan Muhammad Ali sebagai Raja Gowa XVII.
dengan corak Polinesia ini jadi salah satu peninggalan masa Neolitikum, banyak di antaranya masih
berdiri di daerah utara seperti Toraja.
Mahkota ini adalah replika dari yang dikenakan para Karaeng, Daeng hingga Sultan penguasa Kerajaan
Gowa-Tallo (1300-1946)
Medali perak bersepuh emas jadi tanda persahabatan VOC dengan salah satu Arumpone (Pemimpin)
Kerajaan Bone (1330-1950).
Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut
dan nelayan bugis Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara
berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam
kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.
Koleksi peralatan tenun tradisional
Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi
Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan
kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai
pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan
manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat
pemintal tenun dangan bahan baku.
Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi
Selatan, maka anda dapat mengkajinya melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan berupa
berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan upacara
adat.
keramik
Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti
Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16,
Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand ,Siam dan
Jepang.
Kerajaan Luwu
pakaian Nusantara
Pada salah satu ruangan dalam, Museum LA galigo, terdapat koleksi pakaian pengantin adat dari
beberapa suku dan daerah indonesia. Koleksi religius dipenghujung jelajah kita dimuseum La Galigo, kita
akan berada dalam suatu ruangan yang yang menyimpan berbagai koleksi yang kental dengan islam,
mulai dari potret para tokoh islam, Al-quran, tasbih dari masa permulaan masuknya ajaran islam di
Sulawesi Selatan.
Lepa lepa
pembuatan perahu
Peralatan membajak
pernikahan bugis