Anda di halaman 1dari 15

Kliping peninggalan bersejarah

Benteng fort Roterdam

Disusun oleh:

Kelompok 5
 Melinda
 Rahmitasari
 Natasya
 Aspika Azis
 Nur fikra inayah

Kelas: X Mia 3

sejarah Indonesia

SMA Negeri 2 TAKALAR


Benteng fort roterdam merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo yang terletak di pinggir
pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Benteng ini dibangun pada 1545 oleh Raja Gowa
ke-10 yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung dengan gelar Karaeng Tunipalangga
Ulaweng.Pada awalnya, benteng ini berbentuk segi empat seperti ciri khas benteng Portugis. Namun,
ketika Kerajaan Gowa-Tallo menyerah setelah menandatangani Perjanjian Bongaya pada abad ke-17,
Benteng Fort Rotterdam jatuh ke tangan Belanda dan dibangun kembali oleh VOC menjadi seperti
sekarang ini.

Sejarah Benteng Fort Rotterdam


Benteng Fort Rotterdam sebelumnya adalah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang bernama Benteng
Jumpandang atau Benteng Ujung Pandang.Pada awalnya, benteng ini dibangun dengan material berupa
tanah liat. Kemudian pada 1634, ketika periode pemerintahan Sultan Alauddin, konstruksi benteng ini
diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst di daerah Maros.Benteng Ujung
Pandang mengalami kerusakan fatal akibat serbuan VOC di bawah pimpinan Cornelis J. Speelman antara
1655-1669.Kala itu, Kerajaan Gowa-Tallo yang diperintah oleh Sultan Hasanuddin, terpaksa
menyerahkan Benteng Ujung Pandang kepada Belanda.Penyerahan ini adalah bagian dari Perjanjian
Bongaya yang terpaksa ditandatangani Sultan Hasanuddin setelah kalah dalam Perang Makassar.Setelah
jatuh ke tangan Belanda, Benteng Ujung Pandang kemudian diganti namanya menjadi Benteng Fort
Rotterdam, sesuai nama kelahiran Speelman.Speelman kemudian membangun kembali benteng yang
sebagian bangunannya telah hancur dengan gaya arsitektur Belanda.Sejak saat itu, Benteng Fort
Rotterdam menjadi pusat kekuasaan kolonial Belanda di Sulawesi.

Fungsi Benteng Fort Rotterdam


Benteng ini merupakan salah satu dari 15 benteng pengawal yang dibangun oleh Kerajaan Gowa-Tallo
untuk menangkal invasi Belanda.Benteng-benteng tersebut membentang dari utara hingga selatan
dengan benteng utamanya yaitu Benteng Somba Opu.Akan tetapi, kini hanya Benteng Fort Rotterdam
yang kondisinya relatif utuh karena benteng-benteng lainnya telah dihancurkan oleh Belanda.Sepanjang
sejarahnya, Benteng Fort Rotterdam memiliki beragam fungsi sesuai dengan keadaan zaman.Sejak jatuh
ke tangan Belanda hingga 1930-an, benteng ini difungsikan sebagai markas komando pertahanan,
kantor pusat perdagangan, kediaman pejabat tinggi, dan pusat pemerintahan.Salah satu peristiwa
bersejarah penting yang terjadi di Benteng Rotterdam adalah digunakan sebagai tempat untuk
menawan Pangeran Diponegoro sejak 1833 hingga wafatnya pada 8 Januari 1855.Di tempat inilah,
Pangeran Diponegoro menyusun catatan tentang budaya Jawa, misalnya wayang, mitor, sejarah, dan
ilmu pengetahuan.Benteng Fort Rotterdam juga pernah digunakan sebagai kamp tawanan perang
Jepang selama Perang Dunia II.Ketika masa pendudukan Jepang (1942-1945), benteng ini digunakan
sebagai pusat penelitian ilmu pengetahuan dan bahasa.Pada 1945-1949, Benteng Fort Rotterdam
kembali beralih fungsi menjadi pusat kegiatan pertahanan Belanda dalam menghadapi pejuang-pejuang
Indonesia.

Kemudian pada 1970-an, benteng ini dipugar secara ekstensif dan sekarang menjadi pusat budaya,
pendidikan, tempat untuk acara musik dan tari, serta tujuan wisata bersejarah.Salah satu gedung di
dalam kompleks benteng ini difungsikan menjadi Museum Provinsi Sulawesi Selatan bernama La Galigo,
yang menampilkan beragam benda bersejarah, manuskrip, patung, keramik, dan pakaian tradisional.
Kompleks bangunan Benteng Fort Rotterdam
Bentuk Benteng Fort Rotterdam yang menyerupai seekor penyu merupakan filosofi Kerajaan Gowa, yang
berjaya di daratan maupun lautan.Situs ini awalnya memiliki enam bastion yang dikelilingi oleh benteng
setinggi tujuh meter dan parit sedalam dua meter.Akan tetapi, saat ini hanya tinggal lima bastion yang
terlihat dan di dalamnya masih berisi meriam, di antaranya:

 Bastion Bone, terletak di sebelah barat


 Bastion Bacan, terletak di sudut barat daya
 Bastion Buton, terletak di sudut barat laut
 Bastion Mandarsyah, terletak di sudut timur laut
 Bastion Amboina, terletak di sudut tenggara

Sementara bastion yang tidak terlihat lagi bernama Bastion Ravelin. Kompleks Benteng Rotterdam
merupakan lokasi berdirinya sejumlah bangunan bergaya kolonial dan pintu gerbang, sumur kuno, parit,
serta tembok yang mengelilingi bangunan.Di dalam benteng terdapat 13 bagunan yang 11 di antaranya
adalah bangunan asli dari abad ke-17, sedangkan dua lainnya didirikan pada masa pendudukan
Jepang.Kompleks di sisi utara adalah bangunan-bangunan tertua dari tahun 1686, yang meliputi
kediaman gubernur, kediaman saudagar senior, kapten, dan sekretaris, dengan beberapa bangunan
penyimpanan senjata.Kediaman gubernur yang dijuluki sebagai Rumah Speelman sekarang menjadi
bagian dari Museum La Galigo.Sedangkan bangunan di sisi selatan, yang awalnya digunakan sebagai
tempat penyimpanan, kini juga dijadikan museum.Barak di sayap timur sekarang menjadi perpustakaan
kecil, yang menampilkan buku-buku Belanda kuno, log kapal kapten VOC, dan manuskrip lontar
kuno.Lantai dasar bangunan, yang terletak di sudut tenggara benteng, dulunya adalah penjara.
Sedangkan penjara Pangeran Diponegoro terletak di Bastion Bacan.

ASAL USUL NAMA


Benteng Ujung Pandang dinamakan demikian karena letaknya yang berada disebuah *Tanjung*
yang dalam bahasa makassar disebut *Ujung* dan pada masa lampau disekitar benteng banyak
ditumbuhi hutan "Pandang" dari sinilah penamaan benteng yang kemudian dikenal dengan nama
Benteng Ujung Pandang.

Selain nama tersebut juga terdapat nama lain yakni:

A.BENTENG PANNYUWA (PENYU)

Penamaan ini diberikan rakyat Gowa karena bentuknya yang menyerupai penyu. Penyu oleh
masyarakat Gowa dijadikan simbol yang mengandung makna dan cita-cita kerajaan. Penyu
hewan yang dapat hidup di dua alam di darat dan di laut ini memberikan pengertian bahwa
Kerajaan Gowa ingin mememgang hegemoni di darat dan dilaut.

B.FORT ROTTERDAM
Fort Rotterdam adalah nama yang diberikan Belanda setelah memenangkan perang yang
berakhir dengan penandatanganan perjanjian Boengaya 18 November 1667, perubahan nama
tersebut merupakan penghargaan atas jasa-jasa Cornelis Speelman memimpin perang ke
Makassar dimana kota Rotterdam adalah kota kenangan tempat kelahiran bagi Cornelis
Speelman di Negeri Belanda.

C.KOTA TOWAYA (TUA)

Kota Towaya adalah nama makassar yang diartikan sebagai kota tua/ kota lama, penyebutan
ini disebabkan karena pada masa lalu pernah menjadi pusat pemerintahan.

Isi perjanjian bongaya,dan Latar belakangnya


Perjanjian Bongaya adalah perjanjian yang mengakhiri konflik antara VOC dan Kesultanan Makassar
(Gowa).Dilansir dari situr resmi Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kerajaan
Gowa menjadi pusat perekonomian para pedagang baik domestik, maupun pedagang asing.Dengan
lokasi yang strategis dan potensi alam yang melimpah, Kerajaan Gowa adalah salah satu kekuatan
maritim yang dominan.Berbeda dengan pedagang asing lainnya, Belanda datang dengan kongsi dagang
VOC yang sudah memiliki kekuatan dan infrastruktur memadai, dengan jaringan dagang yang tersebar
dari Jawa hingga Maluku.Dengan aktivitas perdagangan yang diuntungkan pada monopoli rempah-
rempah, VOC memiliki kepentingan untuk mempertahankan posisi istimewa tersebut.Hal ini
menimbulkan konflik kepentingan antara VOC dengan Kerajaan Gowa sebagai produsen rempah.
Sedangkan VOC sebagai pelaku monopoli rempah di kawasan timur Hindia.

Latar belakang perjanjian


Dalam buku Awal Mula Muslim di Bali (2019) karya Bagenda Ali, latar belakang Perjanjian Bongaya
karena perang besar-besaran yang terjadi antara Kerajaan Gowa melawan VOC.Perlawanan Kerajaan
Gowa menghadapi Belanda mencapai puncak masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, putera Sultan
Muhammad Said dan cucu Sultan Alaudin pada 1653-1669 Masehi.Selain menghadapi Belanda, Sultan
Hasanuddin juga menghadapi perlawanan Aru Palakka dari Soppeng-Bone pada tahun 1660
Masehi.Akhirnya Kerajaan Gowa tidak mampu lagi menghadapi pasukan Belanda yang dilengkapi
dengan persenjataan canggih dan tambahan pasukan dari Batavia.Dalam upaya keras mempersiapkan
pasukan dan strategi, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani perjanjian di daerah Bongaya.

Isi Perjanjian Bongaya


Perjanjian Bongaya dilakukan pada 18 November 1667 Masehi di daerah Bongaya. Dalam perjanjian
tersebut, Sultan Hasanuddin harus mengakui pemerintahan dan kekuasaan Belanda (VOC) di Makassar.

 Makassar harus mengakui monopoli VOC


 Wilayah Makassar dipersempit hingga tinggal Gowa saja
 Makassar harus membayar ganti rugi atas peperangan
 Hasanuddin harus mengakui Aru Palakka sebagai Raja Bone
 Gowa tertutup bagi orang asing selain VOC

Benteng-benteng yang ada harus dihancurkan kecuali Benteng Rotterdam Perjanjian Bongaya ternyata
tidak berlangsung lama, karena Sultan Hasanuddin kembali memimpin peperangan denagn
Belanda.Awalnya Belanda merasa kewalahan. Namun dengan senjata lengkap, mereka dapat memukul
mundur Sultan Hasanuddin.Pertahanan Sultan Hasanuddin kembali terpuruk, ketika Benteng Somba
Opu jatuh ke tangan Belanda.Akhirnya Sultan Hasanuddin menyerahkan kekuasaan kepada puteranya,
Mappasomba yang bergelar Sultan Muhammad Ali sebagai Raja Gowa XVII.

 Peninggalan sejarah yang terdapat di Museum LA GALIGO

Patung Arca Batu

dengan corak Polinesia ini jadi salah satu peninggalan masa Neolitikum, banyak di antaranya masih
berdiri di daerah utara seperti Toraja.

Mahkota ini adalah replika dari yang dikenakan para Karaeng, Daeng hingga Sultan penguasa Kerajaan
Gowa-Tallo (1300-1946)

Medali perak bersepuh emas jadi tanda persahabatan VOC dengan salah satu Arumpone (Pemimpin)
Kerajaan Bone (1330-1950).

RUANG TAHANAN PANGERAN DI POENGORO


Pangeran di ponegoro, sebelumnya
bernama pangeran antawiro, merupakan keturunan Raja Kesultanan Yogyakarta Sultan Hamengku
Buwono III. Perlawanan pangeran dipoengoro terhadap penjajahan belanda, terkenal dengan sebutan
perang pangeran Diponegoro (1825-1830). Berakhir ketika belanda menjebaknya dengan pura pura
mengajak berunding. Sang pangeran ditangkap dan diasingkan ke manado. Pada tahun 1834,
pangeran Diponegoro dipindahkan ke Fort Rotterdam, Makassar. Pangeran Diponegoro Wafat pada
tanggal 8 januari 1855 di makamkan di kota Makassar.

Zaman budaya Islam

Sepeda dan bendi


Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional ini adalahbukti sejarah peradaban bahwa
sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnyamasyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai
masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian
terutamatanaman padi sebagai bahan makanan pokok .

Alat-alat tradisional perikanan dan kelautan

Alat-alat Tradisional Perikanan dan Kelautan

Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut
dan nelayan bugis Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara
berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam
kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.
Koleksi peralatan tenun tradisional

Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi
Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan
kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai
pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan
manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat
pemintal tenun dangan bahan baku.

Koleksi Peralatan Menempa Besi dan Hasilnya


Koleksi Peralatan Menempa Besi dan Hasilnya

Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi
Selatan, maka anda dapat mengkajinya melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan berupa
berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan upacara
adat.

Koleksi mata uang


Museum Lagaligo terdapat koleksi mata uang yang pernah beredar dan berlaku di indonesia yakni pada
masa klasik Hindu Budha pada abad ke -5-15 masa Islam pada abad 13. masa Kolonial abad ke 16. masa
Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.

keramik

Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti
Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16,
Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand ,Siam dan
Jepang.

Kerajaan Luwu
pakaian Nusantara

Pada salah satu ruangan dalam, Museum LA galigo, terdapat koleksi pakaian pengantin adat dari
beberapa suku dan daerah indonesia. Koleksi religius dipenghujung jelajah kita dimuseum La Galigo, kita
akan berada dalam suatu ruangan yang yang menyimpan berbagai koleksi yang kental dengan islam,
mulai dari potret para tokoh islam, Al-quran, tasbih dari masa permulaan masuknya ajaran islam di
Sulawesi Selatan.

Lepa lepa
pembuatan perahu

Dapur Tradisional Sulawesi Selatan dan peralatannya

Alat musik tradisional

Masa berburu dan mengumpulkan makanan


Naskah Sidenreng dan otang otang

Peralatan membajak

Hari baik dan buruk untuk turun sawah


Miniatur balla suku Bugis,Toraja, dan Makasaar

pernikahan bugis

Anda mungkin juga menyukai