PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuannya adalah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
yang tidak diajarkan disekolah, mengetahui tempat-tempat wisata yang ada
1
diyogyakarta, dapat mengetahui seluk beluk tempat-tempat wisata yang ada
di yogyakarta.
1.3. Manfaat
2
Memberikan pengalaman yang berbeda bagi para murid. Selain
mendapatkan ilmu, murid juga akan mendapatkan pengalaman baru
yang dapat menjadi bekal pembelajaran ke jenjang selanjutnya.
1.3.2. Manfaat Penulisan
Untuk membuktikan pengetahuan dan potensi ilmiah yang
dimiliki oleh siswa. Pembuktian dalam menghadapi dan memecahkan
masalah, dan itu bisa dilihat dalam bentuk karya tulis bersangkutan
yang dibuat oleh siswa setelah mendapat pengetahuan. Selain itu juga
untuk melatih keterampilan dasar dalam melakukan penelitian.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pada mulanya Keraton Yogyakarta merupakan sebuah Lembaga
Istana Kerajaan The Imperial House dari Kesultanan Yogyakarta.
Secara tradisi lembaga ini disebut Parentah Lebet Pemerintahan dalam
yang berpusat di Istana keraton dan bertugas mengurus Sultan dan
Kerabat Kerajaan Royal Family . Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Kesultanan Yogyakarta disamping lembaga Parentah Lebet terdapat
Parentah nJawi Parentah Nagari Pemerintahan Luar Pemerintahan
Negara yang berpusat di nDalem Kepatihan dan bertugas mengurus
seluruh negara. Namun demikian ada perbedaan antara Keraton
Yogyakarta dengan Keraton Istana kerajaan-kerajaan Nusantara yang
lain. Sultan Yogyakarta selain sebagai Yang Dipertuan Pemangku
Tahta Adat Kepala Keraton juga memiliki kedudukan yang khusus
dalam bidang pemerintahan sebagai bentuk keistimewaan daerah
Yogyakarta.
2.1.3. Warisan Budaya Keraton Kesultanan Yogyakarta
Selain memiliki kemegahan bangunan, Keraton Yogyakarta juga
memiliki suatu warisan budaya yang tak ternilai. Di antaranya adalah
upacara-upacara adat, tarian-tarian sakral, dan pusaka. Candi
Prambanan atau Candi Roro Jonggrang, mulai dibangun pada sekitar
tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan
5
Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan dinasti
Syailendra. berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama
Buddha Mahayana pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Sejarah
berdirinya Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8.
Asal usul candi Borobudur pun masih diliputi misteri, mengenai
siapa pendiri candi Borobudur dan apa tujuan awalnya membangun
candi ini. Banyak cerita dan kisah candi Borobudur beredar yang kini
dikenal sebagai dongeng rakyat setempat.
6
2.2.2. Warisan Budaya Candi Borobudur
Ada berbagai macam warisan budaya Candi Borobudur,seperti
Relief Candi Borobudur
Candi Borobudur dihiasi 2.672 panel relief berupa naratif dan
dekoratif serta 504 arca Buddha, sehingga diklaim sebagai pemilik
relief Buddha terlengkap serta terbanyak di dunia.
Relief di bagian dasar dinding candi menceritakan kisah
Karmawibhangga yang menggambarkan kehidupan, perilaku, dan
lingkungan manusia. Sedangkan relief Jataka di tingkat bagian atas
candi mengisahkan tentang kehidupan Buddha sebelumnya menjadi
dewa, lalu ada manusia dalam berbagai profesi dan hewan. Kemudian
untuk satu set 120 relief pada platform dinding pertama candi yaitu
Lalitavistara, menggambarkan seputar kehidupan Pangeran Siddharta
sejak lahir hingga pencerahan.
Panel relief naratifnya terdiri atas sejumlah huruf-huruf Jawa
kuno yang mendeskripsikan maksud dari kisah Buddha tersebut. Untuk
relief dekoratif Candi Borobudur merupakan pahatan jenis seni rupa
murni yang memang khusus dinikmati keindahannya. Relief naratif
Candi Borobudur terdiri atas Karmawibhangga, Jatakamala,
Lalitavistara, Awadana, Gandawyuha dan Bhadracari. Sisa relief
lainnya termasuk panel dekorasi.
7
BAB III
HASIL KUNJUNGAN STUDI WISATA
8
3.2. Candi Borobudur
Candi Borobudur diperkirakan dibangun sekitar Abad ke-8 dan ke-9
Masehi di era Dinasti Syailendra yang merupakan penganut agama Buddha
Mahayana.
Para ahli memperkirakan candi ini dibangun pada abad ke-8. Perkiraan
itu berdasar pada analisis paleografis terhadap tulisan yang terpahat di atas
relief Karmawibangga -relief yang menggambarkan sebab akibat perbuatan
baik di kaki Candi Borobudur—dibandingkan dengan tulisan pada prasasti
lain yang telah diketahui penanggalannya.
9
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta
merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang
berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik
Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton masih berfungsi
sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih
menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga
merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks
keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik
kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka
keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton merupakan salah satu
contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung
mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. Sungguh sangat disayangkan
apabila objek atau elemen-elemen Keraton yang sedemikian kayanya dengan
ragam corak budaya, tradisi dan seni yang tinggi tersebut tidak dimanfaatkan
untuk kepentingan yang lebih baik. Perancang menyadari hal tersebut dengan
memanfaatkan estetitika desain objek atau elemen-elemen yang ada pada
Keraton Yogyakarta tersebut untuk dijadikan media kreatif yang berfungsi
untuk mengenalkan Keraton Yogyakarta sebagai salah satu objek Pariwisata
yang sayang dilewatkan apabila berwisata ke Yogyakarta, selain untuk
mengenalkan tradisi dan budaya yang ada didalamnya, Perancangan grafis
Hirukpikuk Jogja dengan mengangkat tema Keraton Yogyakarta sebagai
10
inspirasi tersebut dapat memperkaya kaidah-kaidah dalam mendesain visual
grafis kaos yang ada pada saat ini. Mengenalkan Yogyakarta dengan sudut
pandang yang berbeda.
4.2. Saran
Kita sebagai generasi muda harus menjaga dan berperan aktif dalam
menjagakelestarian budaya asli bangsa Indonesia agar tetap terjaga
keasliannya. Menurut penulis, dengan kita mengunjungi tempat tempat
bersejarah itu sudah termasukmenjaga kelestarian budaya kita. Karena dengan
itu, kita dapat mengetahui banyak tentang sejarah dan dapat
mengembangkannya.Selain itu, kita juga dapat mengenang cerita sejarah masa
lalu sehingga takkanterlupakan oleh orang-orang. Untuk itu penulis
menyarankan agar tempat-tempat bersejarah selalu dijaga keutuhannya,
dilestarikan, dan selalu dikenang.
11
12