Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul: KERATON YOGYAKARTA Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun dePmikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Tasikmalaya,15 april 2012

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Tujuan Metode Penulisan Daftar Pustaka

BAB II PEMBAHASAN
Sejarah Berdirinya Keraton Struktur Bangunan Keraton Tata Letak keraton Fakna Tata Ruang Keraton Fungsi Tempat-Tempat Pada Keraton

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Tuhan yang mempunyai kewajiban untuk beribadah dan menyembah Tuhan Sang Pencipta dengan tulus

Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan.

Studi Pustaka
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini. Serta mencari sumber lainnya dari internet.

BAB II PEMBAHASAN
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. SEJARAH BERDIRINYA KERATON Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman[3]. STRUKTUR BANGUNAN KERATON Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5]. Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta.

Tata Letak Keraton Keseluruhan luas keratin yang kami kunungi ini adalah 14 hektar, dan tanah seluas 14 hektar ini dibagi menjadi 7 bagian yang terdiri dari: 1. Alun-alun Utara dan Siti Hinggil Utara 2. Kemandhungan Utara 3. Halaman Srimanganti. Sri artinya Raja sedangkan manganti artinya menanti 4. Kedhaton 5. Kemegangan 6. Kemandhungan Selatan 7. Alun-alun Selatan dan Sasono Hinggil

Makna Tata Ruang Keraton Tata ruang Keraton memiliki 2 bagian yaitu Bangsal Kencana dan Gedung Prabayeksa. Bangsal Kencana berfungsi sebagai tempat pertemuan agung seperti perkawinan, sunatan dan halal bihalal, upacara penyemayaman jenazah sultan, serta untuk menjamu tamu agung. Sementara itu, Gedung Prabayeksa berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan pusaka keraton yang tidak lain adalah keris, bomba dan lain-lain. Gedung Prabayeksa ini dibuka setiap bulan Sura, dimana benda- benda pusaka keraton ini dicuci.

Fungsi Tempat-tempat pada Keraton


Secara umum, Keraton memiliki sejumlah tempat yang memiliki fungsi yang berbeda- beda. Jumlah tempat yang terdapat dalam Keraton ini adalah 8 tempat, yaitu: 1. Alun-alun Utara berfungsi sebagai tempat latihan prajurit.

ALUN ALUN UTARA 2. Siti Hinggil Utara berfungsi sebagai tempat pelantikan Raja.

SITI HINGGIL UTARA

3. Kemandhungan Utara berfungsi sebagai tempat bagi para prajurit untuk

berkumpul. KEMANDHUNGAN UTARA 4. Srimanganti. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Srimanganti terdiri dari dua kata yaitu Sri yang artinya raja dan manganti yang artinya menanti. Oleh karena itu Srimanganti ini berfungsi sebagai ruang tamu pada jaman dahulu, namun fungsinya sudah berubah sekarang. Sekarang, Srimanganti digunakan sebagai tempat kesenian dimana setiap orang dapat menyaksikan wayang orang yang diadakan setiap hari Minggu, wayang kulit yang diadakan setiap hari Rabu, dan wayang golek. 5. Kedhaton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja beserta dengan keluarganya.

KEDATON

6. Kemegangan diambil dari kata minuman teh dan berfungsi sebagai dapur kerajaan. 7. Kemandhungan Selatan berfungsi sebagai tempat olahraga memanah. Karena lapangan ini digunakan sebagai tempat olahraga memanah, maka tempat ini juga sering digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan lomba memanah. 8. Sasono Hinggil Selatan berfungsi sebagai tempat menyelenggarakan wayang kulit. 9. Alun-alun Selatan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para prajurit.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN Keraton Yogyakarta merupakan salah satu simbol utama dari Yogyakarta.Pembangunan Keraton Yogyakarta sendiri tidaklah sembarangan tetapi diperhitungkandengan matang dan dipengaruhi banyak filosofi serta kepercayaan mitologis yangmencerminkan kuatnya tradisi masyarakat Yogyakarta. Keraton juga menunjukkan kuatnyaakulturasi antara tradisi Jawa tradisional dengan budaya Islam melalui berbagai simbolisasiyang tersebar di banyak bagian kompleks Keraton. Keraton Yogyakarta juga tidak hanya menjadi bangunan yang penting bagi keluargakesultanan dan masyarakat Yogya, namun juga memiliki peranan dalam sejarah nasional bangsa Indonesia. Pemanfaatan Keraton Yogyakarta pada masa sekarang memang sudahsangat berkembang dan mengalami berbagai perubahan. Salah satu yang paling mencolok adalah pembukaan Keraton sebagai objek wisata. Meskipun demikian,di tengah arusmodernisasi tersebut, Keraton masih dapat mempertahankan tradisi kehidupan Keratonsehingga nilai-nilai kehidupan Keraton masih dapat terpelihara dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai