Disusun oleh :
Nama : KIKI HANDIAN
Kelas : XII IPS
Disusun oleh :
Nama : KIKI HANDIAN
Kelas : XII IPS
Diajukan untuk memenuhi tugas kegiatan Observasi & Sidang
Kelulusan
Disetujui oleh :
Wakasek Kurikulum Wali Kelas
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan karya ilmiah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga karya ilmiah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga karya ilmiah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi karya ilmiah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
karya ilmiah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
BAB II
Kajian Pustaka
Sejarah
Tata letak dan Arsitektur
o Gerbang depan keraton
o Area Siti Inggil
o Area Tajug Agung
o Area utama keraton Kasepuhan
Bangunan induk keraton
Keraton Kasepuhan menjadi inspirasi Mataram
Keraton Kasepuhan sebagai Objek Vital
Sejarah kesultanan Kasepuhan
Silsilah
Referensi
BAB III
Metode Penelitian
BAB IV
Pembahasan
BAB V
Kesimpulan & Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
latar Belakang
Keraton Kasepuhan Cirebon adalah keraton termegah dan paling
terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun
terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi
tembok bata merah dan terdapat pendopo di dalamnya.
Keraton Kasepuhan adalah kerajaan islam tempat para pendiri cirebon
bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon berdiri.
Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda
pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yaitu kereta
Singa Barong yang merupakan kereta kencana Sunan Gunung Jati.
Kereta tersebut saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan
pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna
putih. Di dalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana
raja.
Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud keraton kasepuhan ?
2. Sebutkan salah satu koleksi keraton kasepuhan?
3. Jelaskan bagian dalam keraton kasepuhan ?
Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan tentang keratin kasepuhan
2. Menyebutkan salah satu koleksi keraton kasepuhan
3. Mengetahui bagian dalam keraton kasepuhan
Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Keraton kasepuhan
2. Untuk mengetahui macam-macam koleksi keratin kasepuhan
3. Untuk mengetahui bagian dalam keraton kasepuhan Cirebon
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Sejarah keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan berisi dua komplek bangunan bersejarah
yaitu Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 oleh
Pangeran Cakrabuana[2][3][4][5] dan komplek keraton Pakungwati
(sekarang disebut keraton Kasepuhan) yang didirikan oleh Pangeran
Mas Zainul Arifin pada tahun 1529 M [6]. Pangeran Cakrabuana
bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton
Kasepuhan dulunya bernama 'Keraton Pakungwati. Sebutan
Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti
Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia
wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam
usia yang sangat tua. Nama dia diabadikan dan dimuliakan oleh
nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton
Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.[7]
Foto Siti Inggil Kraton Kasepuhan pada sekitar tahun 1920 hingga 1933 yang
diambil oleh juru kamera Georg Friedrich Johannes Bley
Di depan keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu
bernama alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan
keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu
adalah Saptonan dan juga sebagai titik pusat tata letak kompleks pemerintahan
keraton. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan juga pentas perayaan
kesultanan lalu juga sebagai tempat rakyat berdatangan ke alun-alun untuk
memenuhi panggilan ataupun mendengarkan pengumuman dari Sultan.
Keraton Kasepuhan memiliki dua buah pintu gerbang, pintu gerbang utama
keraton Kasepuhan terletak di sebelah utara dan pintu gerbang kedua berada di
selatan kompleks. Gerbang utara disebut Kreteg Pangrawit (bahasa Indonesia:
jembatan kecil) berupa jembatan, sedangkan di sebelah selatan disebut Lawang
sanga (bahasa Indonesia : pintu sembilan). Setelah melewati Kreteg Pangrawit
akan sampai di bagian depan keraton, di bagian ini terdapat dua bangunan yaitu
Pancaratna dan Pancaniti.
Bangunan Mande Pengiring (tempat duduk bagi para pengiring Sultan) pada
kompleks keraton Kasepuhan
Di pelataran depan Siti Inggil terdapat meja batu berbentuk segi empat tempat
bersantai. Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang dibuat pada tahun
1800-an. Siti Inggil memiliki dua gapura dengan motif bentar bergaya arsitek
zaman Majapahit. Di sebelah utara bernama Gapura Adi dengan ukuran 3,70 x
1,30 x 5 m sedangkan di sebelah selatan bernama Gapura Banteng dengan
ukuran 4,50 x 9 m, pada sisi sebelah timurnya terdapat bentuk banteng. Pada
bagian bawah Gapura Banteng ini terdapat Candra Sakala dengan tulisan Kuta
Bata Tinata Banteng yang jika diartikan adalah tahun 1451.
Saka yang merupakan tahun pembuatannya (1451 saka = 1529 M). Tembok
bagian utara komplek Siti Inggil masih asli sedangkan sebelah selatan sudah
pernah mengalami pemugaran/renovasi. Di dinding tembok kompleks Siti
Inggil terdapat piring-piring dan porslen-porslen yang berasal dari Eropa dan
negeri Cina dengan tahun pembuatan 1745 M.
Selain 5 bangunan tanpa dinding terdapat juga semacam tugu batu yang berasal
dari budaya Hindu bernama Lingga Yoni yang merupakan lambang dari
kesuburan (Lingga berarti laki-laki dan Yoni berarti perempuan) dan bangunan
Pengada yang berada tepat di depan gerbang Pengada dengan ukuran 17 x 9,5
m yang berfungsi sebagai tempat membagikan berkat dan tempat pemeriksaan
sebelum menghadap raja dan di atas tembok sekeliling kompleks Siti Inggil ini
terdapat Candi Laras untuk penyelaras dari kompleks Siti Inggil ini.
Area Tajug Agung
Tajug Agung (mushola agung) Keraton Kasepuhan dengan pos Bedug Samogiri
di sebelah kiri
Pada batas antara area siti inggil dengan halaman tajug agung (bahasa
Indonesia : mushola agung) dibatasi oleh tembok bata. Pada tembok bata bagian
utara terdapat dua gerbang yaitu Regol Pengada dan gapura lonceng.
Area utama keraton Kasepuhan merupakan area yang berisikan bangunan induk
keraton Kasepuhan serta bangunan penunjang lainnya, antara area utama
keraton dengan area Tajug Agung dibatasi tembok dengan gerbang berukuran
4x 6,5 x 4 m. Gerbang tersebut dilengkapi dua daun pintu terbuat dari kayu, jika
dibuka dan ditutup akan berbunyi maka disebut pintu gledeg (bahasa Indonesia :
guntur). Di dalam area utama keraton ini terdapat beberapa bangunan di
antaranya ;
Sebagai bentuk realisasi pengamanan objek vital, maka keraton harus dijaga
oleh personil kepolisian
Pengamanan, 2 personil,
Patroli 2 personil
Pengamanan kegiatan keraton, minimal 10 personil (khusus untuk
pengamanan kegiatan yang berskala besar, maka diadakan pengamanan
penuh yang melibatkan lebih banyak personil kepolisian).
dijadikannya keraton Kasepuhan sebagai objek vital disambut baik oleh Sultan
Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, menurut Sultan Sepuh
XIV, penetapan keraton sebagai objek vital merupakan sebuah tanda atau
pengakuan akan pentingnya keraton itu sendiri.
Pada tahun 1852, Pangeran Adiwijaya yang kelak menjadi wali bagi Pangeran
Raja Satria, membangun kembali dan memperkuat Taman air Gua Sunyaragi,
dia memperkjakan seorang aristek beretnis tionghoa, namun kemudian arsitek
tersebut ditangkap dan dipaksa mengatakan seluk-beluk Taman air Gua
Sunyaragi kepada Belanda untuk kemudian dibunuh. Terbongkarnya aktifitas di
Taman air Gua Sunyaragi membuat Pangeran Adiwijaya memerintahkan kepada
para bawahan dan para prajurit untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan
yang akan terjadi, akhirnya keputusan diambil untuk mengungsikan seluruh
persenjataan dan para prajurit keluar dari Taman air Gua Sunyaragi, sehingga
penyerangan Belanda yang terjadi kemudian tidak mendapatkan apa-apa.
Silsilah Kesultanan Kasepuhan
Pada masa kesultanan Cirebon
Waktu penelitian
Lokasi Penelitian
Hasil Wawancara
Hasil Dokumentasi
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki nilai moral yang tinggi,
kita harus memelihara dan bangga terhadap apa yang telah diberikan
oleh nenek moyang kita terdahulu melalui peninggalan-peninggalannya.
Salah satunya ialah Keraton Kesepuhan Cirebon yang memiliki banyak
fungsi dan sejarah yang harus kita ketahui.