Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH DAN KEBUDAYAAN

INDONESIA

Dosen pengampu : Komang Triawati

Disusun Oleh : nurul zyahra (DS112300

Ni putu sarni ( DS112300

Sayu komang dewi yunita (DS1123007)

I wayan yudi mahardika (DS112300


SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTAA
SULAWESI TENGAH

2023

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia, negara kepulauan dengan banyak budaya yang berbeda, memiliki warisan sejarah
yang kaya. Keraton, istana tradisional yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan
kebudayaan di berbagai kerajaan Indonesia, merupakan bagian penting dari warisan tersebut.
Keraton Indonesia memiliki sejarah yang panjang, dimulai dari zaman pra-Hindu-Buddha hingga
zaman Hindu-Buddha, Islam, dan kolonial. Setiap era memengaruhi perkembangan arsitektur,
seni, dan tata kelola keraton. Contohnya seperti, Keraton Yogyakarta, yang dibangun oleh Sultan
Hamengkubuwono I pada abad ke-18, atau Keraton Surakarta, yang dibangun oleh Sunan
Pakubuwono II pada tahun 1745. Arsitektur keraton menunjukkan keanekaragaman budaya dan
seni Indonesia.

Keraton biasanya dibangun dalam gaya arsitektur Nusantara, dengan ornamen dan hiasan
yang menunjukkan kebesaran raja. Tata letak yang simetris, pendopo (balai pertemuan), dan
pagelaran (alun-alun) adalah bagian simbolis dari struktur keraton. Keraton bukan hanya tempat
tinggal raja; itu juga pusat pemerintahan, seni, dan kebudayaan, dan tempat ibadah. Keraton
terdiri dari kompleks bangunan yang terdiri dari istana utama, lokasi bersejarah, dan area untuk
pejabat kerajaan. Keraton juga digunakan untuk upacara resmi, pertunjukan seni tradisional, dan
acara keagamaan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keraton ?
2. Apa saja bentuk-bentuk keraton di indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mendeskripsikan pengertian dari keraton
2. Dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk keraton di indonesia

1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keraton


Keraton merupakan sebuah tempat di mana seorang penguasa tinggal atau memerintah.
dalam bahasa sehari-hari, "keraton" sering digunakan untuk merujuk pada istana penguasa
Nusantara. Karaton dalam Bahasa Jawa berasal dari kata dasar "ratu", yang berarti "penguasa".
Keraton Indonesia adalah simbol kekayaan budaya dan sejarah selain bangunan bersejarah.
Pelestarian dan pengembangan warisan budaya ini sangat penting karena peran keraton dalam
kehidupan masyarakat, seni, dan pariwisata. Keraton dapat terus menjadi saksi bisu dari masa
lalu dan inspirasi untuk masa depan jika mereka dirawat dengan benar. Oleh karena itu, penting
bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta, untuk memastikan
keberlanjutan keraton di Indonesia.

2.2 Bentuk-Bentuk Keraton Di Indonesia

Keraton Surosowan
Seperti keraton Jawa pada umumnya, keraton Surosowan adalah salah satu bangunan penting
dalam kerajaan yang juga memiliki arti ganda, yaitu sebagai struktur tempat tinggal sultan dan
anggota keluarga kerajaan lainnya, sekaligus menjadi sebagai pusat pemerintahan kerajaan-
kerajaan lain disekitarnya. kerajaan Banten mengikuti pola tata kota umum kerajaan Islam
Indonesia sekaligus menjadi pusat pemerintahan kota banten. begitupun pada Alun-alun yang
berada disebelah utara keraton juga Mesjid Agung Banten yang terletak di sebelah utara
keraton, pasar Karangantu terletak di sebelah timur keratin, dan pelabuhan di sebelah utara
Keraton Surosowan di Indonesia, yang berfungsi sebagai pusat kerajaan Banten dari abad
XVI hingga awal XIX Masehi, adalah salah satu keraton yang memiliki peran penting dalam
peristiwa sejarah. Keraton ini dibangun pertama kali oleh Sultan Hasanuddin (1552–1570).
Namun, itu hancur dan dibangun kembali oleh Sultan Haji pada tahun 1680–1681. Keraton ini
dirusak lagi oleh Belanda pada tahun 1808.

Setelah itu, keraton Surosowan hanya tinggal puing-puingnya. Sebagian besar sisa-sisa
bangunan masih terkubur di dalam tanah. Sejak 1967, hanya sejumlah kecil yang telah
ditemukan melalui beberapa ekskavasi yang dilakukan oleh Direktorat Perlindungan dan
Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, dan
Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sisa-sisa bangunan yang menarik
dan dapat diamati termasuk tembok keliling, struktur pondasi, struktur lantai, saluran air, kolam
pemandian, dan lainnya. Bagian tengah keraton, yang mencakup dinding utara dan selatan,
adalah sisa-sisa keraton Suruosowan yang masih dapat dilihat di lapangan saat ini. Sisasisa
keraton terdiri dari pondasi, lantai, jalan (gang), saluran, dan struktur air. Meskipun sebagian
besar sisa-sisa telah hancur, beberapa masih dapat dilihat bentuknya. Tetapi temuan ini masih
penting untuk dipelajari untuk mengungkap bentuk, tata letak, dan fungsi ruang keraton
surosuwan.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Yogyakarta adalah daerah penting di Indonesia karena di sana berkembang kebudayaan
yang unik. Pengaruh keraton membuat budaya ini unik. Selain itu, seni dan kerajinan yang
berkembang di sekitar keraton sangat membantu pertumbuhan ekonomi rakyat. Contohnya
termasuk kerajinan perak, batik, bambu, topeng, keramik, kulit, wayang, gamelan, dan
padepokan tari dan teater. Yogyakarta bahkan dianggap sebagai pusat wisata dan pendidikan
karena banyaknya situs suaka purbakala di sekitarnya.

Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, dan
merupakan bagian dari budaya yang membuat Yogyakarta unik. sebagai hasil dari politik
kolonial yang menghubungkan sultan dengan "pemerintah luar" atau "parentah jaba", yang
berfungsi sebagai ibu kota kerajaan, keraton merupakan lokasi "parentah jaba" dan tempat
tinggal rumah pangeran dan pejabat tinggi lainnya.

Sebelum Mataram berpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta pada tahun 1755,
mayoritas wilayahnya berada di bawah nagaragung Mataram, bersama dengan beberapa wilayah
lain. mancakerajaan yang ditaklukan. Ketika Yogyakarta didirikan lingkaran kerajaan sendiri
dimulai pada tahun 1755 dengan membangun keraton, yang masih ada sampai sekarang,
kemudian berturut-turut menentukan batas negara, negara bagian, dan luar negeri (menurut
Selo Sumardjan (1991: 30). Berbagai produk telah dibuat di dalam dan di luar keraton di tanah
Jawa selama sejarahnya. Mebel dan perabotan adalah salah satu yang paling penting. Istana
membutuhkan berbagai jenis artifak. Nilai simbolis dan estetika adalah nilai utama dari mebel
keraton selain fungsinya.
Kebudayaan Jawa telah ada selama berabad-abad dan telah menghasilkan banyak produk budaya
yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Selain itu, berdasarkan lokasinya, budaya Jawa
dapat dibagi menjadi Jawa Tengah dan Jawa Barat, keduanya memiliki sistem dengan berbagai
nilai.

Keraton Surakarta Hadiningrat


Keraton Surakarta Hadiningrat atau biasa di kenall sebagai Keraton Solo, adalah sebuah
istana sekaligus pusat kebudayaan Jawa yang berada di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
Keraton Surakarta Hadiningrat didirikan pada masa Paku Buwana II, seperti pecinan Keraton
Kartasura. Perjuangannya dimulai pada tahun 1740. ketika VOC membuat peraturan mengurangi
jumlah penduduk Cina di Batavia, sehingga Banyak penduduk Cina melarikan diri. daerah Jawa
Tengah dan membentuk laskarlaskar perlawanan untuk mempertahankan diri ke area di mana dia
berlari, dan semakin lama-kelamaan, kekuatan laskar Cina meningkat karena mendapatkan
dukungan dari bupati pesisir serta menaikkan Mas Garendi dan sukses memiliki kekuasaan atas
Keraton Kartasura dengan gelar Sunan Biru.

Salah satu penguasa Kasunanan Surakarta, Sunan Pakubuwono II, mendirikan Keraton
Surakarta pada tahun 1745. Setelah perpecahan di Kesultanan Mataram, muncul dua kerajaan
baru: Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Keraton Surakarta adalah rumah resmi
raja dan pusat pemerintahan. Keraton ini memiliki berbagai paviliun, pendopo, taman, dan ruang
lain yang digunakan untuk kegiatan keagamaan, budaya, dan pemerintahan, dan menampilkan
arsitektur tradisional Jawa.Alat musik tradisional, perhiasan, pakaian adat, dan barang-barang
kerajaan termasuk dalam koleksi seni dan artefak bersejarah Keraton Surakarta.

Banyak koleksi ini memiliki nilai kultural dan historis yang signifikan, menunjukkan
kekayaan warisan budaya Jawa. Keraton Surakarta menjadi tempat utama untuk berbagai
upacara adat Jawa, upacara keagamaan, dan peristiwa penting lainnya. Salah satu upacara yang
paling terkenal adalah Grebeg Maulud, yang merayakan kelahiran Nabi Muhammad.Keraton
Surakarta Hadiningrat juga berfungsi sebagai pusat pelestarian dan pengembangan seni dan
budaya Jawa. Untuk mempromosikan dan mempertahankan warisan budaya, pertunjukan seni
tradisional seperti wayang kulit, tari, dan musik gamelan sering diselenggarakan di keraton.
Salah satu tempat wisata populer di Solo adalah Keraton Surakarta Hadiningrat. Pengunjung
dapat mengunjungi berbagai ruangan dan kompleks keraton serta mengikuti tur yang
menceritakan sejarah dan budaya Jawa.

Keraton Kasepuhan
Lokasi keraton Kasepuhan di Kota Cirebon berada di jalan Kasepuhan Nomor 43,
Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Negara Bagian Jawa Barat,
Indonesia. Keraton ini pertama kali dibangun pada tahun 1452. Pangeran Walangsungsang, Putra
Mahkota dari Raja Sunda Pakuan, Prabu Jaya Dewata Pangeran Walangsungsang diberi nama Ki
Cakra Bumi atau Infinity Wheel (Sunardjo, 1983: 43). Keraton Kasepuhan di masa lalu Keraton
Pakungwati diberi nama sesuai dengan nama putrinya yang berarti Nyi Mas Pakungwati.

Pangeran Raja Adipati Arif Natadiningrat, putra Sultan Sepuh XIII, Sultan Maulana
Pakuningrat, yang meninggal dunia pada tanggal 30 April 2010, saat ini memimpin Keraton
Kasepuhan. Keraton yang paling terkenal di Kota Cirebon adalah Keraton Kasepuhan.
Dibandingkan dengan keraton lainnya di Kota Cirebon dan bahkan di Jawa Barat, makna
arsitektur ini ditemukan di setiap sudut. Kehadiran Keraton Kasepuhan menunjukkan bahwa
akulturasi budaya pernah terjadi di Kota Cirebon. Kebudayaan Jawa dan Sunda bukan satu-
satunya yang mengalami akulturasi dengan banyak budaya global, seperti Cina, India, Mesir, dan
Eropa.
Keraton Kanoman
Syamsudin Martawijaya, Sultan Sepuh pertama, mendirikan Keraton Kanoman pada abad ke-
16. Pada awalnya, keraton ini berfungsi sebagai rumah bagi keluarga kerajaan Cirebon. Keraton
Kanoman mengalami banyak perubahan dan renovasi seiring berjalannya waktu. Keraton
Kanoman adalah contoh gaya arsitektur Jawa yang khas, dengan sentuhan seni dan detail yang
indah. Berbagai ruangan, pendopo (balai pertemuan), dan taman yang dirancang secara estetis
adalah bagian dari struktur bangunan ini.

Keraton Kanoman adalah tempat penting untuk mempertahankan tradisi dan budaya Cirebon.
Tempat ini sering digunakan untuk upacara agama, upacara adat, pertunjukan seni tradisional,
dan acara budaya lainnya. Selain itu, keraton ini juga menjadi tempat penting untuk menjaga dan
merawat seni dan warisan budaya Cirebon. Berbagai artefak dan artefak bersejarah yang
ditemukan di Keraton Kanoman menunjukkan kehidupan dan kebudayaan Cirebon masa lalu.
Barang-barang ini termasuk pakaian adat, perhiasan, alat musik tradisional, dan lainnya.
Kegiatan Wisata Keraton Kanoman sekarang tersedia untuk pengunjung yang ingin mengetahui
lebih lanjut tentang sejarah dan budaya Cirebon. Para pengunjung dapat mengunjungi berbagai
ruangan keraton, melihat koleksi budaya, dan menikmati keindahan arsitekturnya.
Keraton Kacirebonan
Dalam sejarahnya, Keraton Kacirebonan muncul sebagai hasil dari konflik yang pernah
terjadi di wilayah Cirebon. Pada tahun 1670, Pangeran Haerudhin, yang merupakan putra
mahkota kesultanan, menentang kedaulatan Belanda atas Keraton Kanoman. Peperangan
melawan kolonial Belanda berlangsung selama hampir lima tahun dengan dukungan rakyat
Cirebon. Namun, Pangeran Muhamad Haerudhin dikalahkan dan diasingkan ke Ambon, Maluku,
pada tahun 1696. Pemerintah Belanda secara sepihak mengangkat Pangeran Imamudin, yang pro
kolonial, sebagai Sultan Kanoman ke-V karena Pangeran Haerudin yang uzur tidak memiliki
putra mahkota untuk diangkat setelah pengasingan.

Namun, rakyat Cirebon tidak mendukung pengukuhan ini, yang menyebabkan perang semakin
merajalela dan menyebar hingga ke wilayah luar Cirebon. Pada akhirnya, Pangeran Muhamad
Haerudhin dipulangkan untuk meredakan kemarahan penduduk kota yang dikenal sebagai Kota
Udang. Pada tahun 1808, Pangeran Muhamad Haerudhin mendirikan Kesultanan Kacirebonan
dengan gelar Sultan Carbon Amirul Mukminin setelah Keraton Kanoman memilih Pangeran
Imamudin sebagai pemangku tahta.

Keraton Kacirebonan terletak di tanah seluas 2,5 hektar, dengan Paseban Kulon di sebelah kiri
dan Paseban Wetan di sebelah kanan. Keduanya digunakan untuk menerima tamu dan
melakukan tarian, terutama tarian topeng yang khas dari Cirebon. Keraton Kacirebonan memiliki
banyak barang antik yang sarat sejarah. Di salah satu ruangan keraton, senjata, seperti pedang,
tombak, dan alat pembuat jamu atau param, disimpan dengan rapi.

Pura Mangkunegaran Surakarta


Pada tahun 1757, Raden Mas Said, atau Pangeran Samber Nyawa, membangun Pura
Mangkunegaran setelah Perundingan Salatiga yang ditandatangani pada tanggal 13. Raden Mas
Said menjadi Pangeran Mangkoe Nagoro I pada bulan Maret. Ada dua bagian utama Istana
Mangkunegaran, yaitu pendopo dan dalem yang dikelilingi oleh rumah keluarga raja. Istana kayu
secara keseluruhan sangat menarik bentuknya bulat/tetap utuh.

Pendopo adalah joglo dengan empat saka guru (tiang utama) yang digunakan untuk resepsi dan
acara tari Jawa tradisional. Ada gamelan yang disebut Kyai Kanyut Mesem.Gamelan ini
sebagian besar masih dimainkan pada hari-hari tertentu yang digunakan untuk memainkan tarian
tradisional. Pringgitan adalah tempat keluarga tinggal di dalam Dalem. menerima perwakilan.
Selain itu, ruangan ini digunakan untuk memajang berbagai macam barang peninggalan berharga
yang memiliki nilai seni dan sejarah yang baik. Ada kumpulan topeng tradisional dari kitab kuno
dari masa Majapahit di berbagai wilayah Indonesia dan Mataram, sejumlah perhiasan emas, dan
sejumlah potret Mangkunegoro. Pura Mangkunegaran memiliki perpustakaan juga yang dikenal
sebagai Rekso Pustoko.

Patung, foto, alat musik, dan meja kursi ukiran adalah bagian dari koleksi seni dari budaya Pura
Mangkunegara. Barang-barang koleksi dan ruang Keraton sangat terawat. Pura Mangkunegara
juga mempunyai fasilitas pendukung seperti hot spot dan toilet tersedia juga lahan parkir, dan
ada penjaga.

Keraton Sumenep
Istana kerajaan Sumenep terletak di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur,
Indonesia. Keraton ini memiliki sejarah yang panjang dan merupakan bagian dari warisan
budaya yang kaya di Indonesia. Kerajaan Sumenep memiliki sejarah yang kaya dan panjang,
didirikan pada tahun 1294 oleh Raden Pradah Panji Sakti. Selama berabad-abad, keraton ini telah
berfungsi sebagai pusat budaya dan kekuasaan di Madura. Bangunan-bangunan di kompleks
Keraton Sumenep menampilkan arsitektur Jawa klasik yang dikombinasikan dengan sentuhan
Madura yang khas. Istana, pendopo (balai pertemuan), dan banyak paviliun dan bangunan
lainnya adalah bagian dari struktur-struktur ini. Keindahannya dan keunikan arsitekturnya
menarik wisatawan dan seniman.

Pada awalnya, Keraton Sumenep berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan kekuasaan. Keraton
ini tetap menjadi situs bersejarah dan menjadi tuan rumah berbagai acara budaya, seperti
pertunjukan seni, upacara adat, dan festival, meskipun tidak lagi memiliki peran politik. Koleksi
dan Peninggalan: Keraton Sumenep memiliki koleksi seni dan peninggalan sejarah yang
berharga yang menunjukkan kekayaan budaya dan sejarah kerajaan. Berbagai jenis seni, lukisan,
perabotan, dan artefak bersejarah lainnya termasuk dalam koleksi ini. Untuk meningkatkan
pengalaman pengunjung, Keraton Sumenep sering mengadakan acara budaya tradisional seperti
tarian, musik, dan drama. Acara-acara ini menunjukkan kekayaan warisan budaya Madura.

Keraton Sumenep adalah bagian penting dari warisan budaya Indonesia, dan pemerintah dan
masyarakat setempat berusaha untuk melestarikan dan merawatnya. Upaya ini mencakup
pemeliharaan bangunan, pemugaran, dan dokumentasi warisan. Salah satu tempat wisata sejarah
di Jawa Timur adalah Keraton Sumenep. Pengunjung dapat menjelajahi kompleks keraton,
menikmati keindahan arsitekturnya, dan memahami sejarah dan budayanya. Dengan sejarah dan
kekayaan budayanya, Keraton Sumenep tetap menarik bagi wisatawan dan peneliti budaya. Ini
merupakan bagian penting dari identitas dan warisan budaya Indonesia.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai