Ngayogyakarta
Hadiningrat
keraton di Indonesia
Wikimed ia | © OpenStreetMap
Informasi umum
Jenis Keraton
Negara Indonesia
Selesai 1756
Pemilik Kasultanan
Ngayogyakarta
Hadiningrat
Arsitek Hamengkubuwana I
Situs web
kratonjogja.id (http://kratonjogja.id)
Cagar budaya Indonesia
Kraton Yogyakarta
Peringkat Nasional
No. SK PM.07/PW.007/MKP/2010
Tingkat SK Menteri
Pemilik Kesultanan
Ngayogyakarta
Hadiningrat
Keraton
Ngayogyakarta
Hadiningrat
Lokasi Keraton
Ngayogyakarta
Hadiningrat di
Kota Yogyakarta
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Walaupun Kesultanan Yogyakarta secara
resmi telah menjadi bagian Republik
Indonesia pada tahun 1945, kompleks
bangunan keraton ini masih berfungsi
sebagai tempat tinggal sultan dan rumah
tangga istananya yang masih menjalankan
tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini
kini juga merupakan salah satu objek wisata
di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks
keraton merupakan museum yang
menyimpan berbagai koleksi milik
kesultanan, termasuk berbagai pemberian
dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton,
dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton
ini merupakan salah satu contoh arsitektur
istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-
balairung mewah dan lapangan serta paviliun
yang luas.[1]
Sejarah
Sul tan Hamengkubuwono VIII menerima kunjungan kehormatan Gubernur Jenderal Hindia Bel anda Bijl evel d di Keraton
Yogyakarta, s ekitar tahun 1937.
Koridor di Kedhaton dengan l atar bel akang Gedhong Jene dan Gedhong Purworetno
Bangs al Sri Manganti tempat pertunjukan tari dan s eni karawitan gamel an di Kraton Yogyakarta.
Kompleks depan
Gladhag-Pangurakan
Tanah l apang, "Al un-al un Lor", di bagian utara kraton Yogyakarta dengan pohon Ringin Kurung-nya
Kompleks Pagelaran
Pagel aran Keraton Yogyakarta di depan kompl eks keraton menghadap utara ke arah Al un-al un Lor
Kamandhungan Lor
Sri Manganti
Bangs al Kencono, bangunan utama dal am kompl eks Keraton Yogyakarta, di bel akangnya terdapat nDal em Ageng Proboyaks o.
Ukiran kepal a Kal a di Bangs al Manis
Kamagangan
Kamandhungan Kidul
Kompleks belakang
Alun-alun Kidul
Plengkung Nirbaya
Pracimosono
Taman Sari
Kepatihan
Bering Harjo
Warisan budaya
Selain memiliki kemegahan bangunan
Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu
warisan budaya yang tak ternilai.
Diantarannya adalah upacara-upacara adat,
tari-tarian sakral, musik, dan pusaka
(heirloom). Upacara adat yang terkenal adalah
upacara Tumplak Wajik, Garebeg, upacara
Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan
Labuhan. Upacara yang berasal dari zaman
kerajaan ini hingga sekarang terus
dilaksanakan dan merupakan warisan budaya
Indonesia yang patut dilestarikan.
Tumplak Wajik
Upacara Garebeg pada mas a kol onial Hindia Bel anda (kurun 1925-1942).
Arak-arakan pas ukan keraton di al un-al un dal am rangka perayaan Garebeg, s ekitar tahun 1910.
Sekaten
Gamelan
Upacara Jumenengan atau naik takhta Sul tan Hamengkubuwono X , tampak mel intas di depan Pagel aran didamping Gus ti
Kanjeng Ratu Hemas , 7 Maret 1989.
Para Abdi Dal em di depan Gedhong Kaca, Mus eum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Prajurit Kraton
Catatan kaki
1. Witton, P.; Elliott, M. (2003). Indonesia (https://
archive.org/details/indonesia0000unse_i2g4)
(edisi ke-7th). Footscray: Lonely Planet
Publications. hlm. hlm. 217. ISBN 1740591542.
(lihat (http://books.google.com/books?id=dmDY
LxcPDPoC&pg=PA217&dq=finest+examples) di
Penelusuran Buku Google)
2. Pesanggrahan bermakna 'istana kecil' atau
'vila'
3. Sultan Hamengku Buwono I pindah dari
Pesanggrahan Ambar Ketawang ke Keraton
Yogyakarta pada 7 Oktober 1756. Tanggal ini
kemudian dijadikan tanggal berdirinya Kota
Yogyakarta
4. Murdani Hadiatmadja. Tulisan ini selain
menggunakan bahan referensi yang
diterbitkan juga menggunakan cerita-cerita
rakyat yang berkembang di tengah
masyarakat.
5. Penamaan kompleks/bagian dari Keraton
Yogyakarta, begitu pula dengan bangunan
maupun lain-lain yang terkait, sengaja
menggunakan bahasa Jawa. Hal ini
dikarenakan nama-nama tersebut merupakan
suatu kesatuan makna. Untuk terjemahan
dalam bahasa Indonesia, apabila
ada/memungkinkan, akan diberikan di dalam
tanda kurung (…). Terjemahan hanya
dilakukan sekali saat bagian, gedung, atau
yang lain disebutkan untuk pertama kalinya.
Untuk seterusnya tidak diberikan
keterangan mengingat keterbatasan tempat.
6. Tulisan awal
7. Kota ini memiliki batas utara Tugu
Yogyakarta, timur Sungai Code, selatan
Panggung Krapyak, dan barat Sungai
Winongo.
8. Plengkung bermakna gerbang lengkung
(arched gate).
9. Chamamah Soeratno et. al. (Buku dari
Chamamah Soeratno et. al. banyak berisi
ilustrasi terutama foto yang sangat
membantu dalam hal arsitektur dan kadang
foto-foto tersebut menjelaskan lebih banyak
detail arsitektur dibandingkan dengan teks
yang ada. Banyak keterangan dari foto-foto
tersebut yang digunakan dan diuraikan di
sini).
10. Murdani Hadiatmadja. Murdani hanya
menyebutkan bagian utama dari Keraton
Yogyakarta mulai dari Siti Hinggil Ler
sampai Siti Hinggil Kidul. Untuk arsitektur
dan tata ruang, termasuk detailnya, buku
dari Murdani dan Chamamah banyak
digunakan.
11. Dalam bahasa jawa regol dapat dimaknai
sebagai pintu yang besar/gerbang.
12. Semar Tinandu merupakan gerbang yang
memiliki atap trapesium, seperti joglo, tanpa
tiang dan hanya ditopang oleh dinding yang
menjadi pemisah satu kompleks dengan
kompleks berikutnya.
13. misal pada Bangsal Witono dan Bangsal
Kencono
14. Pada bagian ini buku Chamamah Soeratno et.
al. digunakan di sebagian besar tulisan.
Deskripsi berasal dari teks maupun dari foto-
foto yang ada. Selain itu juga digunakan
buku Murdani Hadiatmadja.
15. Pangurakan berasal dari kata “urak” dapat
dimaknai daftar jaga atau pengusiran.
16. Chamamah Soeratno et. al. begitu pula
dengan Murdani Hadiatmadja.
17. Murdani Hadiatmadja.
18. Pocung episode Wewangunan Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat (Media).
19. On location Desember 2007
20. Aslinya Alun-alun ditutupi dengan pasir dari
pantai selatan (Pocung episode Wewangunan
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat [Media])
21. Gambaran dinding pagar di sekeliling alun-
alun yang relatif masih seperti aslinya dapat
dilihat di Alun-alun Kidul, di mana dinding
yang mengelilingi masih dapat disaksikan
lebih utuh (On location Desember 2007)
22. Versi lain bernama Kyai Dewadaru dan Kyai
Jayadaru/Wijayadaru.
23. Pepatih Dalem adalah pegawai kerajaan
tertinggi yang diangkat oleh Sultan untuk
mengelola kerajaan.
24. Tapa Pepe bermakna menjemur diri. Tapa
Pepe dapat dilihat sebagai sebuah cermin
nilai-nilai demokrasi yang dibungkus oleh
kearifan lokal dalam bentuk demonstrasi
secara tertib, tidak anarkis, dan tunduk pada
aturan main yang telah ditetapkan.
Peristiwa terakhir konon terjadi pada zaman
Sultan Hamengkubuwono VIII ketika rakyat
tidak sanggup untuk membayar pajak yang
ditetapkan oleh Pepatih Dalem bersama
Gubernur Belanda di Yogyakarta.
25. Pisowanan ageng bermakna pertemuan besar.
Dalam kegiatan ini rakyat dan pejabat
menghadap/menemui Sultan sebagai tanda
kesetiaan mereka kepada Sultan dan
Kesultanan.
26. Jejak Boto secara harfiah bermakna
menendang batu bata.
27. semacam Menteri Agama/Imam Agung/Mufti
Kerajaan.
28. Dahulu Tratag Pagelaran merupakan kanopi
dari anyaman bambu. Sultan HB VIII
membuatnya menjadi sebuah bangsal yang
besar pada 1934.
29. Nama/jenis kelompok pegawai Kesultanan
Yogyakarta
30. Sebagian besar bagian ini merujuk pada
Murdani Hadiatmadja dan Bangunan Keraton
Kasultanan Yogyakarta (Pranala luar)
31. abdi-Dalem Mertolulut dan abdi-Dalem
Singonegoro adalah kelompok pegawai
kerajaan yang bertugas sebagai
algojo/eksekutor putusan hakim pengadilan
kerajaan.
32. Dahulu Tratag Siti Hinggil merupakan
kanopi dari anyaman bambu. Sultan HB VIII
membuatnya menjadi sebuah bangsal yang
megah pada 1926.
33. Kedua bangsal ini direnovasi oleh Sultan HB
VIII pada 1925.
34. KK singkatan dari Kangjeng Kyai, suatu
derajat gelar bagi pusaka kerajaan. Untuk
lebih jelasnya silakan lihat bagian pusaka
kerajaan dibagian lain halaman ini.
35. Murdani Hadiatmadja, Chamamah et. al.,
Pocung episode Wewangunan Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat (Media), dan on
location.
36. Murdani Hadiatmadja, Chamamah Soeratno
et. al., Pocung episode Wewangunan Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat
37. Praja Cihna adalah Lambang Kesultanan
Yogyakarta. Di bagian atas terdapat Songkok,
mahkota Sultan, menggambarkan bentuk
Monarki. Di bawah songkok sebelah kanan
dan kiri terdapat Sumping, hiasan telinga,
yang menggambarkan sifat waspada dan
bijaksana. Di sebelah bawahnya terdapat
sepasang sayap mengapit tulisan Ha Ba,
singkatan dari Hamengku Buwono yaitu
dinasti yang memerintah, dalam aksara Jawa.
38. Kraton Kilen bermakna Istana Barat
39. Suro adalah bulan pertama dalam kalender
Jawa
40. Bangunan yang digunakan sebagai tempat
menunggu para penari untuk pentas di
bangsal Kencana
41. Bangunan yang digunakan sebagai tempat
abdi-Dalem Musikan memainkan ansambel
musik diatonis, misalnya Wilhelmus van
Nassau, lagu kebangsaan Kerajaan Belanda
42. Bangunan yang digunakan sebagai tempat
mempersiapkan minuman teh
43. Bangunan yang digunakan sebagai kantor
Bendahara
44. Bangunan yang digunakan sebagai tempat
menyimpan lampu/lentera
45. Bangunan yang digunakan sebagai tempat
menyimpan peralatan makan dan minum
46. Bangunan yang digunakan sebagai tempat
memainkan orkestra gamelan, misalnya
Gendhing Monggang, suatu hymne khusus
bagi Sultan
47. Masjid Keputren
48. Tahun 1682 dalam perhitungan Kalender
Jawa atau tahun 1756 menurut Kalender
Gregorian
49. Murdani Hadiatmadja, Chamamah Soeratno
et. al.
50. Murdani Hadiatmadja dan Pocung episode
Wewangunan Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat
51. Murdani Hadiatmadja
52. Murdani Hadiatmadja dan on location.
53. Pocung episode Wewangunan Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat (Media) (?).
54. On location
55. Cerita rakyat
56. Chamamah Soeratno et. al.
57. Pocung episode Wewangunan Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat (Media)
58. On location dan Murdani Hadiatmadja
59. Chamamah Soeratno et. al. dan sebagian kecil
dari on location
60. Pathok Negoro bermakna tapal batas Nagari
Ngayogyakarta, sebutan Ibu kota Kesultanan
Yogyakarta
61. Sebagian besar bagian ini diambil dari
pranala luar: Gunungan Ciri Khas Upacara
Garebeg
62. Pawohan berasal dari kata “uwoh” yang
berarti buah.
63. Sebagian besar bagian ini diambil dari
pranala luar: Gunungan Ciri Khas Upacara
Garebeg, cerita rakyat, dan on location
64. Cerita rakyat dan on location
65. Sebagian besar artikel ini diambil dari
Pocung episode Wewangunan Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat (Media).
66. Keterangan derajat kehormatan dan
kepemilikan pusaka dalam paragraf ini dan
dua paragraf berikutnya diterangkan sendiri
oleh Sultan HB X dalam acara Jemparing
yang pernah ditayangkan oleh TVRI Stasiun
Yogyakarta. Contoh dan keterangan lanjut
dikembangkan penyusun/editor dengan
analogi nama masing-masing pusaka dan
kegunaannya
67. Macam/jenis pusaka pada paragraf ini dan
tiga paragraf berikutnya sebagian besar
diambil dari Chamamah Soeratno et. al..
Contoh detail dari masing-masing pusaka
yang tidak diberikan dalam Chamamah
Soeratno et. al. dikembangkan sendiri oleh
penyusun/editor berdasarkan cerita rakyat
yang berkembang.
68. Sebagian diambil dari Murdani Hadiatmaja.
69. Sebagian diambil dari Pocung episode
Wewangunan Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat (Media)
70. Murdani Hadiatmaja
Daftar pustaka
Chamamah Soeratno et. al. (2004). Kraton
Yogyakarta:the history and cultural
heritage (2nd print). Yogyakarta and
Jakarta: Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat and Indonesia Marketing
Associations. 979-96906-0-9.
Periplus Edition Singapore (1997). Periplus
Adventure Guide "Java Indonesia". Periplus
Singapore.
R. Murdani Hadiatmadja (no year).
Keterangan-keterangan tentang Karaton
Yogyakarta. Yogyakarta: Tepas Pariwisata
Karaton Ngayogyakarta.
van Beek, Aart (1990). Images of Asia: "Life
in the Javanese Kraton". Singapore: Oxford
University Press. ISBN 979-497-123-5.
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media
mengenai Kraton of Yogyakarta.
(Indonesia) Situs web resmi Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat (https://www.
kratonjogja.id)