Anda di halaman 1dari 28

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kunjungan ke Universitas UPN Veteran Yogyakarta

1. Lokasi Universitas UPN Veteran Yogyakarta

Universitas UPN Veteran Yoyakarta merupakan salah satu Universitas

yang ada di Indonesia terletak di Yogyakarta, memiliki Motto “ Widya

Mwat Yasa” dengan Rektor Prof. Dr. H. Didit Welly Udjianto, Ms. Pada

saat ini memiliki lima fakultas dengan 16 program studi untuk jenjang

sarjana, 6 program pasca sarjana dan 1 program D3. UPN Veteran memiliki

dua kampus yaitu kampus Condong Sari dan Babarsari.

2. Sejarah Universitas UPN Veteran Yogyakarta

Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" semula adalah

suatu lembaga pendidikan tinggi yang didirikan atas prakarsa para pejuang

kemerdekaan R.I dengan nama Akademi Pembangunan Nasional (APN)

"Veteran" yang didirikan dikota Yogyakarta, berdasarkan Surat Keputusan

Mentri Urusan Veteran nomor :139/Kpts/1965, tanggal 2 Oktober 1958.

Dalam rangka peningkatan APN "Veteran"' berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Urusan Veteran dan Demobilisasi nomor :

140/Kpts/1965, tanggal 30 Juli 1965, APN "Veteran" berubah namanya

menjadi Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) "Veteran".

Pada tahun 1965 atas usul beberapa anggota Veteran yang berdomisili

di luar Yogyakarta terjadi pengintegrasian dari beberapa Perguruan Tinggi,

3
4

yaitu Universitas Veteran Nasional Surakarta menjadi PTPN "Veteran"

cabang Surakarta, akademi Perusahaan Veteran Surabaya menjadi PTPN

"Veteran" cabang Surabaya. Kemudian pada tahun 1967 menyusul Akademi

Tekstil, Akademi Bank dan Akademi Tatalaksana Pelayaran Niaga "Jos

Soedarso" yang bernaung dibawah Lembaga Pendidikan Kader

Pembangunan (LPKP) yaitu suatu lembaga pendidikan yang diusahakan dan

diasuh oleh para anggota Veteran di Jakarta, menjadi PTPN "Veteran"

cabang Jakarta, dengan Surat Keputusan Menteri Urusan Veteran dan

Demobilisasi nomor : 09/Kpts/Menvet/1967 tanggal 21 Februari 1967.

Dengan demikian PTPN "Veteran" tersebar di empat kota besar yaitu

Yogyakarta sebagai pusatnya, sedangkan Surakarta, Surabaya dan Jakarta

merupakan cabang-cabangnya.

Dalam perkembangan selanjutnya PTPN "Veteran" Surakarta yang

hanya terdiri dari 2 (dua) Fakultas yaitu Fakultas Geografi dan Fakultas

Kedokteran, berdasarkan Surat Keputusan Menhankam/Pangab nomor :

Skep/B/503/V/1973 tanggal 22 Meni 1973, Fakultas Geografi dihapuskan,

sehingga PTPN "Veteran" cabang Surakarta tinggal 1 (satu) fakultas, yaitu

Fakultas Kedokteran, inipun akhirnya pada tahun 1975 bergabung dengan

Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

LPKP yang semula menaungi ketiga Akademi yaitu Akademi Tekstil,

Bank dan Tatalaksana Pelayaran Niaga "Jos Soedarso" di Jakarta, adalah

suatu Lembaga yang berbadan Yayasan yang didirikan oleh anggota-

anggota Veteran Pejuang Kemerdekaan, dengan tujuan :


5

a. Untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para Veteran

Pejuang Kemerdekaan, alat-alat negara bebas tugas/pensiun dan

tenaga-tenaga muda lainnya untuk memperdalam pengetahuan dalam

rangka pembangunan masyarakat Indonesia.

b. Mempersiapkan tenaga-tenaga ahli kader pembangunan yang berjiwa

patriotik, sejiwa dengan makna pola pembangunan semesta, menuju

masyarakat Indonesia yang sentosa adil dan makmur.

Dengan dihapuskannya Departemen Transmigrasi, Veteran dan

Demobilisasi, yang semula adalah Departemen Urusan Veteran dan

Demobilisasi, pengelolaan PTPN "Veteran" selanjutnya bernaung dibawah

Departemen Pertahanan Keamanan/ABRI.

Dalam rangka pengembangan PTPN "Veteran", melalui Surat

Keputusan Menhankam/Pangab nomor : Skep/1555/XI/1977 tanggal 5

November 1977, PTPN "Veteran" berubah namanya menjadi Unversitas

Pembangunan Nasional "Veteran".

Berdasarkan Surat Keputusan bersama (SKB) anatara Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Pertahanan Keamanan

nomor :0307/0/1994, Kep/10/XI/1994 tanggal 29 November 1994, UPN

"Veteran" terhitung mulai tanggal 1 April 1995, mengalami perubahan dari

status Kedinasan menjadi Perguruan Tinggi Swasta. Dengan perubahan

tersebut UPN "Veteran" yang semula pembinaannya bernaung di bawah

Departemen Hankam, beralih tanggung jawab pembinaannya ke Yayasan


6

Kejuangan Panglima Besar Sudirman (YKPBS) sesuai dengan Surat

Keputusan Menhankam nomor : Kep/03/II/1993 tanggal 27 Februari 1993.

3. Fakultas Yang Ada di UPN Veteran

Berikut ini adalah program akademik yang ada di Universitas Pembangunan

Nasional "Veteran" Yogyakarta:

Program Sarjana

a. Fakultas Teknologi Mineral : Teknik Geologi, Teknik Pertambangan,

Teknik Perminyakan, Teknik Lingkungan, Teknik Geofisika.

b. Fakultas Teknologi Industri : Teknik Kimia, Teknik Industri, Teknik

Informatika.

c. Fakultas Pertanian : Agroteknologi, Agribisnis.

d. Fakultas Ekonomi : Manajemen, Akuntansi, Ilmu Ekonomi.

e. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu

Administrasi Bisnis, Ilmu Komunikasi

Program Pascasarjana

a. Fakultas Teknologi Mineral : Magister Teknik Geologi, Magister Teknik

Pertambangan

b. Fakultas Pertanian : Magister Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi,

Magister Manajemen, Magister Ilmu Ekonomi.

c. Fakultas Teknik Industri : Magister Teknik Industri.

Program Diploma : Teknik Kimia D3


7

B. Kunjungan ke Musium Keraton Yogyakarta

1. Lokasi Keraton dan Sejarahnya

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Bowono I

beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton

ini konon adalah bekas sebuah pesanggrahan yang bernama Garjitawati.

Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja

Mataram (Kertasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.

Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, umbul

pachetokan yang ada di tengah hutan beriangan. Sebelum menempati

Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Bowono I berdiam di Pesanggrahan

Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping

Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks

inti yaitu Siti Hinggil, Ler (Balaiurang Utara), Kamandhungan Ler

(Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kemagangan,

Kemandhungan Kidul (Kemandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul

(Balaiurang Selatan), selain itu Keraton Yogyakarta memilki berbagai

warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno

dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu

lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah

mengherankan jika nilai-nilai filosofinya begitu pula mitologi menyelubungi

Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton
8

Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs

Warisan Dunia UNESCO.

Arsitek kepala istana ini adalah Sultan Hamengkubowono I, pendiri

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang

arsitektur dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda, Theodoor Gautier

Thomas Pigeaud dan Lucien Adam yang menganggapnya sebagai “arsitek”

dari saudara Pakubowono II Surakarta”. Bangunan pokok dan desain dasar

tata ruang dari keraton berikut desain dasar landscape kota tua Yogyakarta

diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain ditambahkan kemudian

oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak

sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang

dilakukan oleh Sultan Hamengkubowono VIII (Bertahta tahun 1921-1939).

Nilai keagamaan Keraton Yogyakarta merupakan suatu tempat yang

mempunyai makna filsafat, religius dan budaya. Kasultanan ogyakarta

merupakan kelanjutan dari Dinasti Mataram Islam setelah adanya Perjanjian

Giyanti pada 1775. Setelah perjuangan gigih Kanjeng Pangeran Haryo

Mangkubumi selama hampir delapan tahun yang terutama ditujukan kepada

Pemerintahan Kompeni Belanda. Sebulan setelah Perjanjian Giyanti

ditandatangani, maka diresmikanlah berdirinya Kasultanan Yogyakarta dan

selama satu tahun maka pembangunan Keraton dapat selesai pada tahun

1756 Masehi. Kasultanan Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan Jawa

dan keraton adalah type idealnya yang kebanyakan pemeluk agama slam

Jawa yang bersifat kejawen dan sinkritis. Hal ini tidak bisa dihilangkan
9

karena sudah mengakar dan menyatu dengan unsur kebudayaan lama di

Nusantara, seperti religi, bahasa, kesenian dan adat istiadat. Sebagai sebuah

kerajaan pada umumnya berbagai upacara tradisional selalu diselenggarakan

sehingga dapat disaksikan wujud dari gagasan-gagasan serta alam pikiran

religius leluhur. Berbagai ungkapan simbolis banyak mengandung nilai-nilai

sosial budaya yang sudah terbukti sangat bermanfaat untuk menjaga

keseimbangan, keselarasan kehidupan masyarakat dari masa kemasa, yang

erat kaitannya dengan sejarah perkembangan kehidupan beragama di tanah

air dan erat pula dengan sejarah kerajaan-kerajaan Islam Jawa. Pada masa

Sri Sultan HB IX keratom mempelopori berbagai perubahan baik mengenai

organisasi Pemerintahan maupun dalam perampingan penyelenggaraan

berbagai upacara tradisional. Perubahan itu dilakukan oleh Dorodjatun (HB

IX) jauh sebelum Kemerdekaan RI. Ketika naik tahta pada tahun 1940

sudah banyak perubahan yang dilakukannya, setelah Kemerdekaan

Indonesia maka Kasultanan Yogyakarta menyatakan bergabung dengan

pemerintah RI. Walaupun demikian keraton masih mempunyai legitimasi

kekuasaan.

2. Fungsi dan Manfaat Keberadaan Keraton Yogyakarta bagi Masyarakat

2.1 Fungsi Keraton

Fungsi Kraton dibagi menjadi dua yaitu fungsi Keraton pada

masa lalu dan fungsi Keraton pada masa kini. Fungsi keraton pada masa

lalu keraton berfungsi sebagai tempat tinggal para raja. Kraton didirikan

pada tahun 1756, selain itu di bagian selatan dari Kraton ini, terdapat
10

komplek kesatriaan yang digunakan sebagai sekolah putra-putra sultan.

Sekolah mereka dipisahkan dari sekolah rakyat karena memang sudah

merupakan aturan pada Kraton bahwa putra- putra sultan tidak

diperbolehkan bersekolah di sekolah yang sama dengan rakyat.

Sementara itu, fungsi Kraton pada masa kini adalah sebagai tempat

wisata yang dapat dikunjungi oleh siapapun baik turis domestik maupun

mancanegara. Selain sebagai tempat untuk berwisata, tidak terlupakan

pula fungsi Kraton yang bertahan dari dulu sampai sekarang yaitu

sebagai tempat tinggal Sultan.

Pada saat kita akan memasuki halaman kedua dari Kraton,

terdapat gerbang dimana di depannya terdapat dua buah arca. Setiap

arca ini memiliki arti yang berlawanan. Arca yang berada di sebelah

kanan disebut Cingkorobolo yang melambangkan kebaikan, sementara

itu arca yang terletak di sebelah kiri disebut Boloupotu yang

melambangkan kejahatan. Selain itu kami juga mendapatkan sedikit

informasi tentang Sultan Hamengku Buwono IX. Sultan ke IX dari

Kraton Yogyakarta ini lahir pada tanggal 12 April 1940 dan wafat

dalam usianya yang ke 48 yaitu pada tanggal 3 Oktober 1988. Ia

memiliki berbagai macam hobi, diantaranya adalah menari, mendalang,

memainkan wayang, dan yang terakhir memotret. Sultan ini memiliki

suatu semboyan yang terkenal yaitu, “ Tahta untuk rakyat”.

2.2 Manfaat Keraton


11

Manfaat yang dimiliki Kraton Yogyakarta adalah sebagai berikut :

a. Sebagai pusat pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta

b. Sebagai tempat Cagar Budaya dan warisan kebudayaan Nasional

yang harus dilestarikan oleh semua orang khususnya warga

Yogjakarta itu sendiri.

c. Sebagai objek pariwisata yang dapat menambah ilmu bagi

wisatawannya, menambah kekhasan Daerah Istimewa Yogyakarta

dan menambah jumlah Daerah Yogyakarta.

2.3 Wujud Budaya di Keraton Yogyakarta

a. Gagasan (Wujud Ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk

kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan yang

bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan

yang ada di Keraton Yogyakarta merupakan pemikiran, filosofi, dan

mitologi yang berkaitan dengan pembangunannya.

Pemikiran mengenai Keraton Yogyakarta dituangkan pada penataan

tata ruang keraton, termasuk pola dasar landascape kota tua

Yogyakarta, nama-nama yang dipergunakan, bentuk arsitektur, arah

hadap bangunan, nama-nama benda-benda pusaka, dan benda-benda

lain yang ada di dalamnya masing-masing memiliki nilai filosofi dan

mitologinya sendiri-sendiri.

Gagasan yang ada di Keraton Yogyakarta juga dituangkan

dalam bentuk motif batik. Beberapa motif batik yang ada di Keraton
12

Yogyakarta merupakan motif batik eksklusif. Motif batik ini dibuat

oleh para putri atau gadis yang akan dilamar oleh para pangeran

keraton. Tujuannya untuk melestarikan batik di tanah Jawa. Mereka

harus membuat motif batik yang sebelumnya belum pernah dibuat

oleh siapapun. Itu sebabnya motif batik ini mendapat julukan motif

batik yang ekslusif.

b. Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat itu.Wujud ini sering pula

disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-

aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta

bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang

berdasarkan adat tata kelakuan.

Ada beberapa wujud kebudayaan berupa aktivitas yang ada di

Keraton Yogyakarta. Dalam berinteraksi, para penghuni Keraton

menggunakan bahasa jawa. Orang yang lebih muda dan/atau orang

yang berpangakat lebih rendah harus menggunakan bahasa jawa

krama inggil kepada yang lebih tua dan/atau yang berpangkat lebih

tinggi. Sedangkan orang yang lebih tua dan/atau orang yang

berpangkat lebih tinggi menggunakan bahasa jawa ngoko/ngoko alus

kepada yang lebih muda/berpangkat lebih rendah. Dalam kehidupan

sehari-hari, orang yang lebih muda dan/atau berpangakat lebih

rendah tidak boleh berjalan membelakangi orang yang lebih tua


13

dan/atau orang yang berpangkat lebih tinggi. Beberapa hal tersebut

apabila dilanggar akan dikenai sanksi atau hukuman berupa teguran

atau cemooh karena dianggap tidak sopan dan melanggar norma

yang berlaku di dalam keraton dan di kalangan masyarakat jawa

pada umumnya.

Contoh wujud kebudayaan berupa aktifitas yang lain adalah

pemberian sesaji di ruang-ruang yang dianggap keramat atau suci.

Ini merupakan aktifitas rutin yang tidak boleh lupa dilakukan oleh

para abdi dalem keraton. Selain itu, di Keraton Yogyakarta masih

diselenggarakan upacara-upacara adat yang terus dilaksankan hingga

saat ini. Upacara-upacara tersebut adalah Tumplak Wajik, Grebeg,

Sekaten, Siraman Pusaka, dan Labuhan.

c. Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil

dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam

masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,

dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara

Beberapa artefak atau wujud kebudayaan fisik di Keraton ketiga

wujud kebudayaan.

Yogyakarta adalah bangunan keraton beserta ruang-ruang

yang ada di dalamnya, kain-kain batik dan benda-benda pusaka

keraton (contoh: keris, regalia, gamelan, bendera dan panji

kebesaran Keraton Yogyakarta, kereta kuda, batik, dan lain-lain),


14

gunungan yang ada pada saat diselenggerakannya upacara Grebeg,

Mesjid Gedhe dan Alun-alun Utara yang merupakan tempat

diselenggarakannya upacara Grebeg dan sekaten, dan lain-lain.

2.4 Apresiasi Budaya Terhadap Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta pada awalnya merupakan sebuah

Lembaga Istana Kerajaan dari Kesultanan Yogyakarta. Sekitar

setahun setelah Kesultanan Yogyakarta bersama Kadipaten Paku

Alaman diubah statusnya dari negara menjadi Daerah Istimewa

setingkat Provinsi secara resmi pada tahun 1950, Keraton

Yogyakarta mulai dipisahkan dari Pemerintah Daerah Istimewa dan

di-depolitisasi sehingga hanya menjadi sebuah Lembaga Pemangku

Adat Jawa khususnya garis atau gaya Yogyakarta. Fungsi Keraton

berubah menjadi pelindung dan penjaga identitas budaya Jawa

khususnya gaya Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta mempunyai hal yang paling istimewa

yang membedakan Keraton Yogyakarta dnegan Keraton/Istana

kerajaan-kerajaan Nusantara yang lain. Sultan Yogyakarta sebagai

Yang Dipertuan Pemangku Tahta Adat/Kepala Keraton juga

memiliki kedudukan yang khusus dalam bidang pemerintahan

sebagai bentuk keistimewaan daerah Yogyakarta. Dari permulaan

DIY berdiri (de facto 1946 dan de yure 1950) sampai tahun 1988

Sultan Yogyakarta secara otomatis diangkat sebagai

Gubernur/Kepala Daerah Istimewa yang tidak terikat dengan


15

ketentuan masa jabatan, syarat, dan cara pengangkatan

Gubernur/Kepala Daerah lainnya. Antara 1988-1998, Guberur Dareh

Istimewa Yogyakarta dijabat oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa

yang juga penguasa Paku Alaman. Setelah 1999, keturunan Sultan

Yogyakarta tersebut yang memenuhi syarat mendapat prioritas untuk

diangkat menjadi Gubernur/Kepala Derah Istimewa. Saat ini yang

menjadi Yang Dipretuan Pemangku Tahta adalah Sri Sultan

Hamengku Buwono X.

Keraton Yogyakarta bagi masyarakat Yogyakarta tidak

hanya sebuah simbol semata melainkan sebagai salah satu pusat

kebudayaan Jawa karena di Keraton Yogyakarta masih diadakan

tradisi-tradisi kebudayaan yang ada sejak awal mula Keraton berdiri.

Sultan sebagai pemangku adat tertinggi juga masih memiliki

pengaruh yang kuat terhadap kehidupan masyarakat Yogyakarta.

Masyarakat modern di Yogyakarta masih banyak yang tunduk

dengan apa yang diperintahkan Sultan. Apabila Sultan mendapat

tekanan dari pemerintah pusat, masyarakat Yogyakarta dengan siap

melindungi Sultan dari tekanan tersebut. Bahkan masyarakat di luar

Yogyakarta juga ikut menentang saat pemerintah mengeluarkan

statement bahwa sistem pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta

bertentangan dengan sistem pemerintahan Indonesia. Hal ini

merupakan sesuatu yang sangat menggemparkan karena pernyataan

tersebut merupakan pernyataan ketidaktahuan si pembuat pernyataan


16

tentang perjanjian yang dibuat oleh Indonesia dan Kesultanan

Yogyakarta pada tahun 1950.

Keraton Yogyakarta merupakan sesuatu yang sangat berharga

bagi masyarakat Jawa dan tentunya masyarakat Yogyakarta sendiri.

Keraton adalah sebuah ciri khas Yogyakarta dan apabila hilang, ciri

khas Yogyakarta juga akan hilang. Banyaknya pengaruh asing yang

masuk ke dalam area Keraton tidak semata-mata membuat penghuni

Keraton benar-benar meninggalkan budayanya. Mereka tetap

menjaga tradisi dan kebudayaan mereka. Hal ini lah yang membuat

Yogyakarta begitu istimewa di mata masyarakat lokal bahkan manca

negara. Maka dari itu, Keraton sebagai pusat kebudayaan Jawa harus

tetap kita pertahankan terutama tradisi-tradisi yang ada di dalamnya.

C. Kunjungan ke Malioboro

1. Selayang Pandang

Penamaan ‘Malioboro‘ diadopsi dari nama seseorang anggota kolonial

Inggris yang pernah menduduki Yogyakarta pada tahun 1811—1816 M,

yakni Marlborough. Malioboro memang sengaja dibangun di jantung kota

Yogyakarta oleh pemerintah Kolonial Hindia-Belanda di awal abad ke-19

sebagai pusat aktivitas perekonomian dan pemerintahan. Kawasan ini secara

simbolis juga berfungsi untuk menandingi dominasi kekuasaan Sultan

Mataram melalui kemegahan keratonnya.

Untuk tujuan tersebut, didirikanlah Benteng Vredeburg tahun 1765, kini

menjadi museum dan arena wisata publik, Istana Kepresidenan Kolonial,


17

sekarang menjadi Istana Presiden, Gedung Agung di tahun 1832 M, Pasar

Beringharjo, Hotel Garuda (tempat menginap dan berkumpul para elite

kolonial ketika itu) dan kawasan pertokoan (perekonomian) Malioboro

sendiri. Posisi semua bangunan tersebut berada di depan (utara) Alun-Alun

yang menjadi halaman keraton. Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan

kolonial yang terletak di kawasan Malioboro tersebut menjadi saksi bisu

perjalanan kota yang kerap disebut kota pelajar ini dari masa ke masa.

Kelak, kawasan ini direncanakan akan menjadi sebuah kawasan pedestrian

agar mengurangi kemacetan kendaraan bermotor dan polusi udara dalam

kota.

2. Keistimewaan

Sebagai kawasan wisata, Malioboro menyajikan berbagai variasi

aktivitas berbelanja. Mulai dari cara-cara berbelanja tradisional khas

Malioboro, hingga bentuk-bentuk aktivitas belanja modern.

Beragam cara berbelanja khas Malioboro salah satunya ialah proses

tawar-menawar berbagai cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki

lima yang berjajar di sepanjang trotoar di kawasan ini. Para pedagang itu

menjual beraneka cenderamata dan kerajinan yang terbuat dari perak,

gerabah, kain batik, kayu, kuilt, dan lain sebagainya. Namun, jangan heran,

misalnya, apabila penjaja menawarkan suvenir yang diminati dengan harga

Rp 50.000. Tawaran seperti ini harus disusul dengan proses tawar-menawar

dari wisatawan. Sehingga, harga dapat turun drastis hingga, misalnya, si

pedagang melepasnya dengan harga Rp 10.000 saja. Hal ini juga dapat
18

wisatawan lakukan ketika mengunjungi Pasar Tradisional Beringharjo yang

masih satu area dengan Malioboro. Inilah keunikan dari tradisi wisata

belanja di Malioboro.

Berbeda dengan belanja di sepanjang jalan Malioboro ini. Di toko-toko

di kawasan Malioboro, wisatawan dapat membeli barang-barang yang

diminati, mulai dari batik, berbagai suvenir, pakaian, dan lain sebagainya

tanpa ada proses tawar-menawar. Di sini, nampak Malioboro juga hadir

sebagai kawasan perbelanjaan modern.

Mengunjungi kawasan ini ibarat pepatah sambil menyelam minum air.

Malioboro dekat dengan obyek-obyek wisata sejarah, wisata arsitektur

peninggalan kolonial, dan juga wisata belanja tradisional lainnya. Obyek-

obyek wisata sejarah yang berada di sekitar Malioboro di antaranya Keraton

Yogyakarta dan alun-alunnya, Masjid Agung, Benteng Vredeburg, Museum

Sonobudoyo, dan Kampung Kauman. Sedangkan pada wisata arsitektur

peninggalan kolonial di Yogyakarta yang masih dapat disaksikan, seperti

Gedung Societet [sekarang Taman Budaya], Hotel Inna Garuda, Bank

Indonesia, dan Bank BNI‘46. Dan, dua obyek wisata belanja tradisional di

dekat kawasan ini, yaitu Pasar Ngasem dan Pasar Beringharjo. Selain itu,

bagi wisatawan yang gemar membaca, kawasan ini juga menyediakan

perpustakaan umum milik Pemerintah Provinsi DIY.

Selain pelbagai keragaman suasana di atas, wisatawan juga dapat

menyaksikan kekhasan lain Malioboro berupa puluhan becak dan andong

wisata khas Yogyakarta yang diparkir paralel di sebelah kanan jalan di jalur
19

lambat kawasan ini yang siap mengantar wisatawan berkeliling Malioboro

dan sekitarnya. Sedangkan di sebelah kiri jalan, wisatawan dapat melihat

ratusan sepeda motor diparkir berjajar di sepanjang trotoar Malioboro yang

menjadi tanda bahwa Malioboro adalah kawasan ramai pengunjung.

Segala aktivitas turisme di atas biasanya dilakukan di siang hingga

malam hari sekitar pukul 21.00 WIB. Di malam harinya, Malioboro

menyuguhkan kepada wisatawan nuansa makan malam dengan berbagai

pilihan menu di warung-warung lesehan khas Yogyakarta yang berjejer rapi

di tepi jalan Malioboro. Para musisi jalanan akan menghampiri dan

menemani santap malam wisatawan di berbagai warung lesehan ini.

Masakan yang lezat, lantunan lagu-lagu dari para musisi jalanan, terang

lampu kota, dan semilir angin berhembus di malam hari membuat

wisatawan kerasan dan akan mengenang Malioboro sebagai kawasan yang

seolah tak tertandingi.

3. Lokasi

Kawasan ini terletak di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Daerah

Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Hanya sekitar 800 meter dari Keraton

Yogyakarta.

4. Akses
Lantaran menjadi kawasan andalan pariwisata di Yogyakarta,

wisatawan memiliki banyak pilihan transportasi yang sesuai untuk sampai di

Malioboro.

Wisatawan bisa naik bus: bus kota [menggunakan Jalur 4] dan bus

Transjogja [trayek 3A atau 3B]. Semua jenis bus ini dapat ditemui di
20

Terminal Pusat Giwangan atau halte-halte yang ada di seputar Jogja. Tarif

bus kota saat ini Rp 2.500,00 sedangkan untuk bus Transjogja sebesar Rp

3.000,00.

Ada pula taksi yang bisa dijadikan pilihan lain bagi wisatawan, baik

pesan via telepon dari penginapan maupun mencegatnya di pinggir jalan di

Yogyakarta. Jika ingin menikmati suasana Kota Yogyakarta, maka bisa

dipilih andong wisata maupun becak.

5. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Tak diragukan lagi bahwa kawasan ini menyediakan berbagai macam

akomodasi bagi wisatawan, mulai dari hotel berbintang lima dengan harga

sewa kamar per malamnya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan, hingga

motel-motel atau homestay, yang harga sewa tiap kamarnya hanya berkisar

Rp 20.000 per malam. Bagi yang berminat menginap, wisatawan dapat

mencarinya di sekitar Jalan Mangkubumi, Jalan Dagen, Jalan Sosrowijayan,

Jalan Malioboro, Jalan Suryatmajan, dan Jalan Mataram. Atau mencari

penginapan di bagian barat kawasan ini, yakni Jalan Ngasem dan daerah

Wijilan yang letaknya tidak jauh dari kawasan Malioboro.

Selain itu, wisatawan juga dapat memilih berbagai masakan berdasarkan

selera masing-masing, mulai dari angkringan [warung berbentuk gerobak

yang menyediakan serba-serbi makanan lokal] yang letaknya di utara

Stasiun Tugu, masakan-masakan khas Yogyakarta [seperti gudeg, nasi

goreng, lalapan, dsb.] yang disajikan dengan suasana lesehan, berbagai

masakan Cina, sampai fastfood atau masakan-masakan a la Barat [seperti


21

steak, beef lasagna, dsb.] dalam restoran atau café-café yang ada di sekitar

Malioboro.

Fasilitas yang menunjang kawasan ini tak hanya berupa akomodasi dan

tempat makan saja, melainkan juga pos informasi bagi wisatawan, polisi

pariwisata, tempat ibadah, kios-kios money changer, ATM, kios telepon,

warung internet, tempat parkir yang luas, sampai Stasiun Kereta Api Tugu.

Jika wisatawan ingin membeli buah tangan untuk sanak keluarga di rumah,

cukup berkunjung di sekitar Jalan Mataram atau di sebelah barat Malioboro

yang menyediakan berbagai macam penganan khas Jogja, seperti bakpia,

geplak, yangko dan puluhan jenis keripik. Jika Anda dari luar Yogyakarta,

dan ingin mengunjungi tempat ini dengan jasa travel biro,

silakan hubungi:

6. Sejarah jalan malioboro

Jika dirunut dari sejarahnya, pada awalnya Malioboro memang

dibangun perlahan sebagai pusat kegiatan ekonomi. Cikal bakalnya dari

kawasan Pecinan di kawasan ini, yang muncul sejak Sultan Hamengku

Buwono I mengangkat kapiten seorang Cina, Tan Jin Sing, pada tahun

1755. Nama Jawanya, Setjodingrat, dan tinggal di ndalem Setjodingratan

(kini terletak di sebelah timur Kantor Pos Besar). Sejak sekitar tahun 1916,

kawasan Malioboro sebelah selatan dikenal sebagai pemukiman Pecinan di

Yogyakarta, yang ditandai dengan rumah-rumah toko yang menjual barang-

barang kelontong, emas dan pakaian.


22

Kawasan ini kian ramai setelah Kraton membangun Pasar Gedhe (kini

Pasar Beringharjo), yang beroperasi sejak 1926. Kawasan Pecinan mulai

meluas ke utara, sampai ke Stasiun Tugu (dibangun pada 1887) dan Grand

Hotel de Yogya (berdiri pada 1911, kini Hotel Garuda). Malioboro menjadi

penghubung titik stasiun sampai Benteng Rusternburg (kini Vredeburg) dan

Kraton. Rumah toko menjadi pemandangan lumrah di sepanjang jalan ini (h

6). Karena itu, secara kultural, ruang Malioboro merupakan gabungan dua

kultur dominan, yakni Jawa dan Cina (h 93).

D. Kunjungan ke Produksi Dagadu

1. Sejarah PT. Dagadu

PT. Aseli Dagadu berdiri tanggal 9 Januari 1994 di mana pertama

kali berjualan di Mall Malioboro Yogyakarta setelah sebelumnya diawali

dari beberapa kegiatan komunitas. Didirikan atau dimotori oleh mahasiswa

dan alumni mahasiswa teknik arsitektur UGM yang mempunyai minat yang

sama tentang kepariwisataan dan perkotaan. Dua puluh lima orang yang

sering berkumpul dalam suatu kegiatan waktu itu bersama-sama mendirikan

PT. Aseli Dagadu.

Minat terhadap bidang kepariwisataan dan perkotaan, kesukaan

desain grafis khususnya kaos, diskusi tentang teori dan realitas yang kerap

dilakukan merupakan faktor internal pendorong didirikannya PT. Aseli

Dagadu. Dari sisi eksternal, adanya penawaran untuk berjualan di mall

malioboro menjadi sebuah kesempatan menjual kaos. Kaos menjadi pilihan

karena produk inilah yang paling familiar dengan mereka saat itu.
23

2. Visi dan Misi

Seiring dengan permintaan yang semakin meningkat, kesadaran

pentingnya mengelola usaha secara serius dan intens, serta mulai adanya

orang yang menggantungnya hidupnya di Dagadu maka pada tahun 1996

Dagadu menjadi sebuah Perseroan Terbatas. Berbarengan dengan itu,

dibangunlah visi dan misi perusahaan. Visi Dagadu adalah menjadi

perusahaan terkemuka di Indonesia dengan produk kasual yang

mengutamakan kreativitas di segala bentuk produk dan kegiatannya.

Sedangkan misinya adalah memberikan manfaat tidak hanya kepada

shareholder, stakeholder, tetapi juga kepada masyarakat yang lebih luas.

3. Strategi

Di tengah permintaan pasar yang semakin meningkat PT. Aseli

Dagadu menerapkan strategi pemasarannya yang dinilai banyak kalangan

tidak lazim. Di tengah keinginan pengusaha lain untuk membangun

frenchise dan mendirikan banyak outlet di banyak tempat, PT. Dagadu

memilih strategi membuat sister brand. Dengan tetap menancapkan

positioning-nya brand Dagadu sebagai produk eksklusif yang diproduksi

dan dijual di Jogja, di beberapa tempat Dagadu juga menciptakan brand lain

yaitu Omnus dan Hiruk Pikuk. Produk-produk ini dijual di gerai-gerai yang

berlokasi di Jakarta, Surabaya, dan Jawa Tengah.

4. Nilai dan Budaya Kerja


24

Kreativitas, inisiatif, kekeluargaan dan kejujuran merupakan nilai-

nilai yang dikembangakan di tempat kerja. Kreativitas merupakan core

competitive advantage dan harus didukung dengan sikap yang penuh

inisiatif dalam bekerja. Sementara kekeluargaan di sini berarti hubungan

yang egaliter antara sesama karyawan dan pimpinan perusahaan dengan

tetap memperhatikan fungsinya masing-masing. Di samping itu juga nilai

kejujuran merupakan hal yang sangat penting. Sangat sedikit sedikit atau

tidak ada toleransi untuk penyimpangan terhadap nilai kejujuran ini. Dengan

demikian, iklim kepercayaan terhadap karyawan benar-benar ditumbuhkan.

5. Pemasaran Produk

Dalam memasarkan produknya, Dagadu membuat 3 jenis gerai: gerai

statis, unit layanan cepat, dan gerai maya. Tiga gerai statis berlokasi di

Malioboro Mall, di Jalan Pakuningratan, dan di Ambarukmo Plaza. Di

Malioboro gerainya bernama UGD (Unit Gawat Dagadu), di Jalan

Pakuningratan dinamakan Posyandu (Pos Pelayanan Dagadu), dan di Plaza

Ambarukmo dinamakan DPRD yang merupakan singkatan dari Djawatan

Pelayanan Resmi Dagadu. Gerai mobil unit layanan cepat (ULC) untuk

melayani permintaan khusus. Sementara gerai maya disebut dengan

•PESAWAT• yang merupakan singkatan dari pesanan lewat kawat.Untuk

brand lainnya seperti Hiruk Pikuk dan Omnus, gerai brand Hiruk Pikuk : Di

waterboom, Di surabaya, bali, Dufan, di Jawa Tengah Gerai Brand omnus :

di jalan kaliurang - di UGD .Produk utama kaos, dan merchandize, ada yang

reguler dan ada yang berganti.


25

6. Karyawan dan Rekrutmen

Karyawan PT. Aseli Dagadu terdiri dari karyawan office dan

karyawan yang disebut dengan Gardu Depan (Gardep). Karyawan office

yang menjadi SDM di PT. Aseli Dagadu ini dibagi ke dalam 3 bagian yaitu

bagian Marketing, HRD dan GA, serta bagian Operasional. Karyawan di

bagian office direkrut ketika ada posisi vacant. Kualifikasi karyawan

disesuaikan dengan bidang pekerjaan yang ada di Dagadu. Namun

disamping mempunyai ketrampilan di bidangnya, Dagadu membutuhkan

karyawan yang luwes, ekstrovert, dan mempunyai komunikasi yang baik.

Salah satu bagian yang tidak terlepas dari kesuksesan menjual produknya

adalah karyawan Garda Depan (Gardep). Karyawan ini yang bertanggung

jawab menjual dan memasarkan produk-produk Dagadu di gerai-gerainya.

Rekrutmen untuk karyawan Gardep dilaksanakan 4 bulan sekali dengan

status kontrak. Sebanyak 19 – 25 direkrut pada tiap-tiap pelaksanaannya.

Syarat menjadi Gardep adalah mahasiswa aktif, minimal sudah menginjak

semester ke-3, IP minimal 2,75, dan harus kuliah di Jogya. Untuk menjadi

Gardep, pelamar diseleksi secara ketat melalui banyak proses tes seperti tes

psikologi dan wawancara. Untuk posisi ini ada privilege bahwa yang lebih

diutamakan adalah mereka yang pernah menjadi Gardep, walaupun tidak

menutup kemungkinan karyawan diambil dari luar.

E. Kunjungan ke Candi Borobudur

1. Letak Candi Borobudur


26

Dalam Aiaz Rajasa dikatakan bahwa Candi Borobudur berada di

daerah yang dikenal dengan nama Kedu Selatan. Tepatnya berada di

Kecamatan Borobudur, Daerah Tingkat II Kabupaten Magelang, 95 km Ibu

kota Jawa Tengah, Semarang. Dari Yogyakarta berjarak 42 km. Untuk

mencapai Borobudur telah tersedia angkutan dari kota-kota di sekelilingnya,

seperti Muntilan, Magelang, Purworejo, atau langsung dari Yogyakarta dan

Semarang. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh Pegunungan Manoreh di

sisi selatan, Gunung Merapi (2411 m) dan Gunung Merbabu (3142 m) di

sisi Timur, serta Gunung Sumbing (2271 m) dan Gunung Sindoro (3135 m)

di sisi Barat Laut. Di sebelah Timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai

Progo dan Sungai Elo. Lokasi yang demikian mirip sekali dengan Pagoda

Angkor di Kamboja, yang sama-sama merupakan tempat suci bagi umat

Budha.

2. Arti Borobudur

Sampai saat ini kita tidak mengetahui kapan Candi Borobudur

didirikan. Tapi kita dapat memperkirakan Candi Borobudur dibangun dari

corak bangunan Candid an ukiran pada relief Candi yang menunjukan corak

Jawa Tengah abad 8 Masehi. Terdapatnya tulisan pada relief disebut

tenggara. Tulisan itu tergolong tulisan Jawa Kuno peralihan dari tulisan

huruf Pallawa di India.

Bangunan Candi Borobudur dibuat dari batu. Sebanyak 55.000 m³

batu tersusun. Tinggi bangunan itu sampai ke puncak 42 m, dengan lebar

dasar 123 m. Borobudur adalah lambing suci agama Budha. Selain itu juga
27

menjadi lambing kebesaran dan kejayaan raja yang membangunnya.

Kebesaran sebuah candi menunjukan kebesaran kekuasaan dan bakti raja

kepada agamanya. Sebagai bangunan suci, Candi Borobudur mempunyai

fungsi :

1) Lambang suci agama Budha

2) Monument peringatan dan penghormatan kepada Sang Budha

3) Tempat menyimpan reliek, reliek yaitu tanda-tanda suci peninggalan

dari Sang Budha atau para bhiksu yang ternama.

Borobudur adalah hasil karya putra-putri Nusantara. Merupakan

campuran kebudayaan Jawa dan Hindu-Budha. Kebudayaan ini dimulai

sejak masuknya pengaruh Hindu dan Budha yang dating dari India. Yang

mula-mula dating adalah agama Hindu yang masuk dibawa oleh para

Brahmana dan Ksatria.

3. Sejarah Borobudur

Sejak dibangun pada abad ke-8, sejarah Borobudur timbul

tenggelam. Setelah selesai dibangun, Borobudur menjadi pusat

pembangunan dan pengembangan agama Budha. Seluruh rangkaian relief

Borobudur berisi ajaran-ajaran agama Budha. Pada jaman itu Borobudur

menjadi pusat perhatian dan dipuja sebagai bangunan suci.

Namun itu tidak lama. Bersamaan dengan surutnya agama Budha,

Borobudur ditinggal para pemeluknya. Setelah dinasti Cailendra lenyap,

Borobudur tak ada kabar beritanya. Berabad-abad Borobudur tertutup

kegelapan. Tidak ada tulisan atau berita mengenai Borobudur.


28

Pada abad ke-19, mucul lagi berita mengenai Borobudur. Waktu Inggris

menguasai Jawa, Gubernur Jendral Inggris bernama Sir Thomas Stamford

Raffles. Selama berkuasa tahun 1811 sampai dengan tahun 1815, Raffles

menerima tentang keberadaan candi besar. Candi itu tertutup semak belukar.

Raffles lalu mengutus seorang perwiranya bernama H.C. Cornelius untuk

mengunjungi candi besar itu, yang ternyata adalah Borobudur. Semak

belukar dibersihkan. Maka tampaklah sebuah candi besar dengan patung-

patung Budha yang banyak sekali jumlahnya. Keadaan candi memang

menyedihkan, banyak bagian-bagian yang sudah runtuh. Banyak patung

yang rusak, kepalanya patah, lengannya buntung

Sayang pemerintahan Inggris tak lama. Penelitian dan usaha memperbaiki

Borobudur terbengkalai lagi. Namun sejak itu Borobudur mulai

diperhatikan. Dengan dibukanya oleh Raffles itu, banyak orang

mengunjungi Borobudur.

Kemudian pada tahun 1960 Pemerintah Indonesia berupaya mencegah

keruntuhan Borobudur dengan pemugaran dan sampai sekarang Candi

Borobudur sebagai warisan Bangsa kita sama-sama menjaganya.

4. Bentuk Bangunana dan Maknanya

Borobudur dibagi menjadi tiga bagian yaitu, kaki candi, badan candi

dan puncak. Relief kaki Candi disebut dengn Karmawibangga. Sebanyak

160 relief menggambarkan hokum sebab akibat. Bagian badan Candi


29

Borobudur berupa lorong-lorong mengelilingi candi. Bagian badan Candi

disebut dengan Rupadhatu artinya bagian kehidupan manusia yang sudah

meninggalkan nafsu rendah dan jahat. Manusia sudah menggunakan

keinginan luhur, namun tetap dengan sifat kemanusiaannya.

Relief pada kanan kiri lorong bagian Rupadhatu adalah

Lalitawistara, Jataka, Awadana, dan Gandawyuha. Semua cerita relief itu

diambil dari naskah sansekerta. Setelah Lalitawistara yang merupakan

riwayat Sidharta Gautama, relief-relief itu berisi ajaran-ajaran agama

Budha. Kisah-kisah penitisan Budha pada masa lalu yang akan datang.

Puncak candi Borobudur merupakan rangkaian stupa-stupa dengan

stupa besar di tengah sebagai puncak. Bagian puncak ini dinamakan

Arupadhatu. Artinya bagian kehdupan yang sudah meninggalkan sifat

keduniaan. Alam di sini alam batin atau alam spiritual. Tak adaa lagi nafsu

dan bentuk. Di sini tidak lagi terdapat relief atau hiasan pada dinding dan

bagian stupa. Pada bagian Arupadhatu terdapat tingkat peralihan,

bentuknya dataran yang luas sebagai bujur sangkar. Dinding berikut

sebagai badan puncak candi, bentuknya bulat. Bentuk lingkaran ini

mempunyai arti tak bermula dan tak berakhir.

Stupa-stupa kecil sebanyak 72, terbagi dalam tiga tingkatan. Tingkat

pertama 32 buah, tingkat di atasnya 24 dan tingkat terakhir 16 buah stupa.

Stupa-stupa itu mengelilingi stupa induk yang besar sebagai pusat dan

puncak. Stupa-stupa yang kecil itu berlubang dengan dua bentuk yakni
30

belah ketupat dan empat persegi. Apa arti perbedaan bentuk lubang stupa

itu belum diketahui.

Adapun stupa puncak Borobudur telah beberapa kali mengalami

perubahan dan perbaikan. Beberapa kali puncak itu disambar petir seteleh

dipugar oleh Van Erp. Puncak itu bentuknya sangat sempurna.

Anda mungkin juga menyukai