Anda di halaman 1dari 68

Bela Negara

Widya Mwat Yasa

Audrey Pramudhita Kamil


134200246/PAT-F
Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Program Studi Agroteknologi
2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas


berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas catatan kuliah Bela Negara dan Wimaya.

Penulis sadar bahwa buku ini masih jauh dari sempurna.


Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna perbaikan buku ini untuk masa
yang akan datang. Penulis berharap semoga buku ini dapat
bermanfaat.

Kebumen, Januari 2021

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………

Bab 1 Pendahuluan…………………………………………

A. Semboyan UPN “Veteran” Yogyakarta ………


B. Sejarah UPN “Veteran” Yogyakarta………………
C. Lambang UPN “Veteran” Yogyakarta……………
D. Mars UPN “Veteran” Yogyakarta………………..
E. Panca Prasetya sarjana UPNVY………………..
F. Visi Widya Mwat Yasa………………………………
G. Kompetensi Widya Mwat Yasa……………………
H. Tujuan Widya Mwat Yasa……………………………

Bab 2 Identitas dan Jati Diri………………………………

A. Pengertian identitas dan jati diri………………..


B. Jati diri lembaga…………………………………..
C. Identitas Nasional…………………………………..

Bab 3 Bela Negara……………………………………….

A. Sejarah Bela Negara………………………………


B. Pengertian Bela Negara…………………………..
C. Dasar Hukum Bela Negara……………………….
D. Nilai dasar bela negara…………………………….

ii
Bab 4 Etika…………………………………………………

A. Pengertian Etika…………………………………….
B. Pentingnya Etika……………………………………

Bab 5 Kreativitas………………………………………….

A. Pengertian Kreativitas………………………………
B. Konsep Kreativitas……………………………..
C. Bentuk kreativitas………………………………..

Bab 6 Kejuangan…………………………………………..

A. Arti dan Rumusan Kejuangan…………………….


B. Maksud dan tujuan Kejuangan…………………..
C. Tahapan-tahapan kejuangan……………………..
D. Kejuangan Sebagai Watak dan Budaya……….
E. Menguatkan Kejuangan Sebagai Jatidiri……..

Bab 7 Implementasi Bela Negara……………………….

A. Implementasi nilai-nilai bela Negara dan widya mwat yasa


dalam kehidupan………………………..
B. Cita cita di masa depan……………………………..

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Semboyan UPN Veteran Yogyakarta


Widya Mwat Yasa adalah sasanti atau semboyan
dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Semboyan ini adalah amanah dari para pejuang veteran
pendiri lembaga pendidikan tinggi ini setetah mereka
meletakkan senjata usai perjuangannya merebut dan
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Mereka meneruskan perjuangan dengan lebih
memperhatikan masa depan bangsa melalui pendidikan.
Para pejuang veteran meletakkan fondasi pengabdian
kepada bangsa dan negara.
Niat luhur ini dinyatakan dengan sasanti atau
semboyan “Widya Mwat yasa” yang berarti :
“Menuntut Ilmu dalam rangka pengabdian kepada Bangsa
dan Negara dengan hati yang suci bersih serta tulus
ikhlas” . Atau dengan kalimat sederhana “Ilmu untuk
Pembangunan bangsa”. membangun”. Makna Widya
Mwat Yasa disini lebih dimaknai dengan membangun jiwa
raga sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa dan
negara secara lahir batin adil dan merata. Implementasi
semboyan ini berupa proses belajar mengajar semata-

1
mata untuk kepentingan bangsa dan negara, diwujudkan
dalam manusia –manusia individu yang unggul, cerdas
intelektual (IQ), cerdas emosional (EQ) dan cerdas
spiritual (SQ), berwawasan kebangsaan agar mampu
menjadi kader pembangunan atau kader perubahan.
Makna tersebut diatas merupakan amanah atau pesan
dari para pendiri UPN “Veteran” yang tidak lepas dari
keikhlasan, pengorbanan serta pengalaman mereka pada
waktu berjuang merebut kemerdekaan kemudian
mempertahankan kemerdekaan itu.
Pesan para pejuang :
1). Motto pejuang :
- Tiada kehidupan tanpa perjuangan.
- Tiada perjuangan tanpa pengorbanan.
- Tiada pengorbanan tanpa keihklasan.
- Tiada keikhlasan tanpa keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Kuasa.
2). Hayati dan amalkan nilai-nilai kejuangan bangsa,
utamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan
pribadi/golongan.
3). Ingat amanat penderitaan rakyat.
4).Jadilah pelaku penentu, pelopor, pionir pembangunan.
5). Berikanlah yang terbaik untuk rakyat, bangsa dan
negara

2
Dibentuknya Widya Mwat Yasa bagi lembaga kita
dimaksudkan sebagai upaya untuk menjamin
kelangsungan hidup, keutuhan/kekompakan, sebagai jati
diri UPN Veteran Yogyakarta memiliki sifat-sifat
keunggulan yang spesifik dibandingkan lulusan dari
perguruan tinggi yang lainnya.

B. Sejarah UPN “Veteran” Yogyakarta


Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"
Yogyakarta(UPNVY) pada awalnya adalah sebuah
lembaga pendidikan tinggi yang didirikan atas prakarsa
para pejuang kemerdekaan R.I di Yogyakarta. Pendirian
lembaga ini
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Veteran
nomor:139/Kpts/1965, tanggal 2 Oktober 1958 dengan
nama Akademi Pembangunan Nasional (APN) "Veteran"
Kemudian pada tahun 1965 berubah nama menjadi
Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN)
"Veteran". Perubahan nama ini dilandasi Surat Keputusan
Menteri Urusan Veteran dan Demobilisasi nomor:
140/Kpts/1965, tanggal 30 Juli 1965.
Pada tahun 1965 atas usul beberapa anggota veteran
yangberdomisili di luar Yogyakarta terjadi pengintegrasian
dari beberapaPerguruan Tinggi, yaitu Uníversitas Veteran

3
Nasional Surakarta menjadi PTPN "Veteran" cabang
Surakarta, akademi Perusahaan Veteran
Surabayamenjadi PTPN "Veteran" cabang Surabaya.
Kemudian pada tahun 1967menyusul Akademi Tekstil,
Akademi Bank dan Akademi TatalaksanaPelayaran Niaga
"Jos Soedarso" menjadi PTPN "Veteran' cabang
Jakarta,dengan Surat Keputusan Menteri Urusan Veteran
dan Demobillisasinomor: 09/Kpts/Menvet/1967 tanggal 21
Februari 1967. Ketiga akademi tersebut merupakan
institusi yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan
Kader Pembangunan (LPKP) yaitu lembaga pendidikan
yang didirikan oleh para anggota Veteran di Jakarta.
Dengan penggabungan tersebut PTPN "Veteran" tersebar
di empatvkota besar di Indonesia yaitu Yogyakarta
sebagai pusatnya, sedangkan Surakarta, Surabaya dan
Jakarta merupakan cabang.
Perkembangan selanjutnya PTPN "Veteran"
Surakarta yang terdiri dari 2 (dua) Fakultas yaitu Fakultas
Geografi dan Fakultas Kedokteran, akhirnya bergabung
dengan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
Surakarta pada tahun 1975. Penggabungan ini
berdasarkan Surat Keputusan Menhankam/ Pangab
nomor: Skep/B/503/V/1973 tanggal 22 Mei 1973. Isi surat
keputusan ini selain menggabungkan PTPN "Veteran"

4
Yogyakarta juga menghapuskan Fakultas Geografi,
penghapusan Departemen Transmigrasi Veteran dan
Demobilisasi yang semula adalah Departemen Urusan
Veteran dan Demobilisasi, ikut mengubah pengelolaan
PTPN "Veteran yang selanjutnya bernaung di bawah
Departemen Pertahanan Keamanan/ABRI.
Dalam rangka pengembangan PTPN "Veteran",
melalui Surat Keputusan Menhankam/Pangab nomor:
Skep/1555/X1/1977 tanggal 5 November 1977, PTPN
"Veteran" berubah namanya menjadi Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran". Pada tanggal 1 April
1995 terjadi perubahan status institusi yang semula
merupakan Perguruan Tinggi kedinasan menjadi
Perguruan Tinggi Swasta. Perubahan ini berdasarkan
Surat Keputusan bersama (SKB) antara Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Pertahanan
Keamanan Nomor :0307/0/1994, Kep/10/X1/1994 tanggal
29 November 1994. Dengan perubahan tersebut UPN
"Veteran yang semula pembinaannya bernaung di bawah
Departemen Hankam, beralih tanggung jawab
pembinaannya ke Yayasan Kejuangan Panglima Besar
Sudirman (YKPBS) sesuai dengan Surat Keputusan
Menhankam nomor: Kep/03/11/1993 tanggal 27 Februari
1993

5
Setelah 21 tahun menjadi Perguruan Tinggi Swasta
Universitas Pembangunan Nasional Veteran' Yogyakarta
kembali menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di bawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang
diresmikan pada 6 Oktober 2014 oleh Presiden Republik
Indonesia ke-6, Bapak Prof Dr Susilo Bambang
Yudhoyono di Surabaya.

C. Lambang UPN “Veteran” Yogyakarta

UPN “Veteran” Yogyakarta memiliki lambang


berbentuk segi 5 (lima) berwarna dasar kuning dengan 2
(dua) garis tepi berwarna hitam dan di dalamnya terdapat
bunga melati berwarna putih dengan 5 (lima) kelopak
yang masih kuncup dan 2 (dua) kelopak yang sudah
mekar, api berwarna merah yang sedang berkobar di
kanan dan kiri bunga melati, tumpuan nyala api berteras 3
(tiga) berwarna hitam, pita berwarna putih yang di
dalamnya terdapat sesanti WIDYA MWAT YASA, topi

6
baja berwarna hijau dengan garis tepi hitam dan di
dalamnya terdapatbintang berwarna kuning pada bagian
atas bunga melati, tulisan UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" pada bagian
atas dan tulisan YOGYAKARTA pada bagian bawah
berwarna hitam membentuk lingkaran.

Makna dari tiap-tiap komponen lambang UPN “Veteran”


Yogyakarta dijabarkan sebagai berikut:
a) segi 5 (lima) berwarna dasar kuning memiliki makna
senantiasa dapat mengikuti perkembangan tuntunan
zaman dalam kiprahnya di dunia pendidikan
sekaligus sebagai pengawal, pendukung dan
pengikat seluruh makna yang dalam logo UPN
“Veteran” Yogyakarta;
b) bunga melati berwarna putih memiliki makna
kepribadian Bangsa Indonesia yang suci, bersih,dan
agung serta harum semerbak sepanjang masa;
c) 5 (lima) kelopak yang masih kuncup memiliki makna
kejiwaan Pancasila;
d) 2 (dua) kelopak yang sudah mekar memiliki makna
penuntutan ilmu serta membaktikan diri kepada
masyarakat;

7
e) api yang sedang berkobar memiliki makna semangat
yang tinggi dan pantang menyerah serta kemauan
yang menyala-nyala guna mencapai tujuan;
f) tumpuan nyala api berteras 3 (tiga) berwarna hitam
memiliki makna tridharma perguruan tinggi;
g) pita berwarna putih yang di dalamnya terdapat
sesanti WIDYA MWAT YASA memiliki makna
menuntut ilmu guna diabdikan untuk pembangunan
bangsa dan negara;
h) topi baja berwarna hijau dengan bintang berwarna
kuning emas memiliki makna perwujudan dari UPN
“Veteran” Yogyakarta sebagai suatu monumen aktif
Veteran Republik Indonesia serta upaya pewarisan
nilai-nilai juang 45 (empat lima) kepada generasi
muda; dan
i) tulisan UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
"VETERAN" YOGYAKARTA memiliki makna sebagai
tempat pendadaran kader-kader bangsa agar
dikemudian hari mengamalbaktikan ilmunya demi
kepentingan kemajuan bangsa dan Negara
Indonesia.
D. Mars UPN “Veteran” Yogyakarta
MARS UPN “VETERAN”
Lagu / Syair : Kusbini Dianto S.

8
Arr. : Ign. Budiyono

Mahasiswa UPN VETERAN


Bersatu padu bernaung dibawah panji,
Menjunjung tinggi sumpah mulia patuh setia pada negara,
Semangat tetap menyala berjuang gigih demi cita
Menunaikan bakti Negara
Bagi Nusa dan Bangsa

MARS BELANEGARA
Cipt : Drs. Dharma Oratmangun
Hak Cipta Kementerian Pertahanan

Bangunlah s’luruh bangsa Indonesia


Hadapi tantangan dan cobaan
Raihlah cita-cita yang mulia
Indonesia makmur dan sentausa

Walau berbagai suku dan agama


Ragam budaya serta golongan
Satu untuk semua, semua untuk satu
Jayalah Indonesiaku tercinta

Reff:

9
Persatuan dan kesatuan
Negara republik indonesia
Undang undang dasar empat lima
Pancasila dasar negara
S’luruh rakyat wajib bela negara
Songsong hari esok
Makmur sejahtera……..

E. Panca Prasetya sarjana UPNVY


Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kami sarjana
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
dengan ini menyatakan Panca Prasetya:
1. Kami pionir pembangunan nasional Indonesia adalah
pendukung, penegak, serta pembela ideologi negara
proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan
Pancasila dan UUD1945.
2. Kami pionir pembangunan nasional Indonesia
senantiasa siap sedia untuk menjadi pelopor serta
pelaksana pembangunan nasional dalam mewujudkan
masyarakat adil dan makmur baik spirituil maupun
materiil.
3. Kami pionir pembangunan nasional Indonesia
mengutamakan kerja keras dengan penuh kesadaran,
kejujuran dan penuh rasa tanggung jawab dalam

10
melaksankan tugas pembangunan negara dan bangsa
Indonesia.
4. Kami pionir pembangunan nasional Indonesia
mengutamakan kepentingan negara dan bangsa
Indonesia di atas kepentingan sendiri, daerah aliran
maupun golongan di dalam melaksakan setiap tugas
bagi kepentingan tanah air dan bangsa Indonesia.
5. Kami pionir pembangunan nasional Indonesia akan
berjuang terus untuk memelihara, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan mengamalkan dengan segala daya
mampu demi terciptanya kemerdekaan bangsa dan
negara Indonesia dengan sesanti “WIDYA MWAT
YASA” dan akan tetap akan menjunjung tinggi
almamater dimanapun berada.

F. Visi Widya Mwat Yasa


Visi dari widya mwat yasa adalah menjadikan
mahasiswa yang cerdas intelektual dan cerdas
emosional, mampu bermasyarakat, bangsa dan
bernegara. Mahasiswa perlu dibekali Wimaya sebab :
 Pengaruh globalisasi yang sangat cepat yang dapat
membawa perubahan
 Merebaknya kapitalisme

11
 Indonesia sudah meratifikasi GATT/WTO (pasar
bebas)/Bisnis
 Banyaknya penyalahgunaan obat keras/narkoba
 Merebaknya gerakan separatisme

G. Kompetensi Widya Mwat Yasa


a) Mahasiswa mampu menempatkan kepentingan
bangsa diatas kepentingan pribadi, golongan,
suku,/daerah, ras, agama dan kelompok.
b) Mahasiswa mampu menempatkan dirinya sebagai
insan perekat bangsa.
c) Mahasiswa mampu/terampil belajar schingga menjadi
individu yang cepat menguasai bidang ilmunya.
d) Mahasiswa mampu peduli lingkungan sosíal.
e) Mahasiswa mampu menyelesaikan permasalahan
dalam dirinya maupun berpartisipasi dalam upaya
penyelesaian konflik dalam mayarakat, bangsa, dan
negara.
f) Mahasiswa mampu mengikuti perkembangan
zaman/globalisasi tanpa mengorbangkan keutuhan
bangsa dan negara.

H. Tujuan Widya Mwat Yasa

12
a) Mahasiswa bangga menjadi bangsa indonesia,
maupun mampu membela negara.
b) Mahasiswa mau mengamalkan ilmu untuk
kepentingan bangsa/negara dengan hati yang tulus.
c) Mahasiswa percaya kita hanya bisa dipersatukan
sebagai bangsa indonesia.
d) Mahasiswa menyadari pentinganya hidup
bermasyarakat, bangsa dan bernegara
e) Mahasiswa menyadari pentingnya Wimaya.
f) Mahasiswa mau dan mampu mempertahankan
kebersamaan, persatuan, ketertiban, kedisiplinan dan
keharmonisan.
g) Mahasiswa mampu bergaul, interaksi antar etnis,
agama, golongan, dengan tetap menghargai
kemejemukan/pluraritas dalam rangka persatuan dan
kesatuan.
h) Mahasiswa melestarikan, mengaplikasikan dan
memiliki komitmen, cita2, nilai dalam prinsip-prinsip
pendirian UPN " sebagai monumen hidup veteran
pejuang kemerdekaan.

13
BAB 2 IDENTITAS DAN JATI DIRI

A. Pengertian Identitas Dan Jati Diri

Identitas atau jati diri perlu dikaji agar kita mampu


mengenal ciri-ciri atau gambaran pengertian diri kita
sendiri yang kita yakini kebenarannya sehingga menjadi
kepribadian yang harus dipertahankan dalam upaya
mencapai visi dan ini dapat digunakan untuk
membadakan dengan pihak lain.

Jati diri adalah suatu manifestasi ideologi hidup


seseorang. Jati diri sendiri merupakan bagian dari sifat
seseorang yang muncul dengan sendirinya mulai dari
kecil, kemudian sifat bawaan kadang juga terpengaruh
dengan faktor lingkungan tempat seseorang hidup dan
dibesarkan. Kita tentu sudah tidak asing mendengar
istilah seorang anak yang sedang mencari jati diri, hal ini
sering terungkap karena dalam proses pembentukan
karakter yang sebenarnya pada diri seseorang adalah
pada masa pancaroba, yaitu masa peralihan dari anak-
anak menuju dewasa.

14
Ketika seseorang yang telah dapat memahami akan
kemampuan dan kekuatan pada dirinya yang didasari
dengan iman dan taqwa pada Tuhan, maka saat itulah
seseorang sudah dapat dikatakan menemukan jati dirinya
sendiri. Pada pengembangannya, jati diri merupakan
totalitas penampilan atau kepribadian seseorang yang
akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap dan
perilakunya. Dengan kata lain orang yang berjati diri akan
mampu memadukan antara cipta, karsa dan rasanya.

Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam


dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian
kepribadiannya. Karakter merupakan nilai-nilai yang
terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman,
percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan,
menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku
kita.

Jadi, karena karakter harus diwujudkan melalui nilai-


nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai
intrinsik dalam diri kita, yang akan melandasi sikap dan
perilaku kita, tentu karakter tidak datang dengan
sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh
kembangkan dan kita bangun.

15
Keterkaitan antara jati diri, karakter dan perilaku
sebagai suatu proses dapat digambarkan sebagai berikut;
berawal dari jati diri yang merupakan fitrah manusia yang
mengandung sifat-sifat dasar yang diberikan oleh Tuhan
dan merupakan potensi yang dapat memancar dan
ditumbuhkembangkan.

Sedangkan Identitas adalah suatu ciri ciri atau tanda-


tanda yang melekat pada diri seorang individu yang
menjadi ciri khasnya. Identitas sering dihubungkan
dengan atribut yang disematkan kepada individu yang
sebenarnya memiliki sifat majemuk serta bisa juga
bersifat non kodrati karena berasal dari hasil usaha
seseorang.

Secara teoretis, Hakikat identitas adalah sesuatu


yang dinamis dan beragam ekspresi : individu maupun
kelompok yang terlibat dalam prosesnya hanyalah bersi-
fat parsial dan tidak lengkap. Identitas sangat sering
dibentuk oleh praktik-praktik yang khas dan kejadian-
kejadian yang saling terkait satu dengan lainnya. Dalam
kenyataan sehari-hari identitas dapat berupa pengakuan
subjektif yang dijelaskan oleh seseorang atau kelompok
untuk dikenali oleh pihak luar atau pernyataan orang luar
yang disematkan kepada kelompok tersebut. Penyematan

16
pihak luar terhadap suatu kelompok seringkali tidak
sesuai dengan kenyataannya. Penyematan bisa saja
terbentuk atas reduksi hakikat seseorang atau kelompok
yang sesungguhnya majemuk.

B. Jati Diri Lembaga


sebuah lembaga harus mempunyai jati diri guna
membedakan suatu lembaga terhadap lembaga lain agar
mantap dalam berpola pikir, bersikap, bertindak
menghadapi perubahan zaman.
Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan suatu
paradigma yang berfungsi:
a) sebagai pedoman atau acuan dalam proses belajar
mengajar.
b) wahana berinteraksi dalam lembaga guna
tercapainya kesamaan persepsi secara dinamis yang
mampu menyatukan derap langkah bersama dalam
menghadapi tantangan. sehingga terbentuk lembaga
yang unggul, maju dan harmoni.

Jati diri lembaga dapat dilihat dari sejarah berdirinya


suatu lembaga tersebut. Sebagai contoh, UPN sebagai
kampus perjuangan, kampus perekat bangsa, kampus
pionir pembangunan dan monument hidup para veteran
dan pejuang kemerdekaan.

17
C. Identitas Nasional
Identitas nasional terbentuk karena adanya sense of
belonging antar setiap individu yang kemudian
menciptakan suatu kekuatan bersama dan memberi
warna tersendiri.
Identitas nasional sangat diperlukan dalam interaksi
terutama dalam hubungan internasional. Seperti halnya
identitas individu, identitas nasional juga berfungsi
sebagai position guide yang membantu bangsa dalam
menjalankan peranannya dalam hubungan internasional.
Tentu bukan hal yang mudah dalam menentukan identitas
suatu bangsa. Satu bangsa belum tentu terdiri dari satu
ras dan suku yang sama. Oleh karena itu, ada hal yang
sangat mempengaruhi identitas bangsa, yakni pluralitas
bangsa. Pluralitas bangsa ini menunjukkab bahwa dalam
sebuah bangsa memiliki keberagama suku bangsa,
bahasa, agama, kebudayaan, bahasa serta kasta dan
kelas. Tingkat heterogen atau pluralitas yang ada dalam
suatu bangsa turt menyumbang tantangan dalam
menjamin suatu keutuhan bangsa dan “membumbui”
identitas bangsa. Bangsa yang besar dan plural
diharapkan mampu mengambil esensi dari kebersamaan
yang ada sehingga keutuhan bangsa tetap terjaga.

18
Salah satu factor yang mampu menjadi basis
kebersamaan sebuah bangsa dalam menentukan
identitas nasionalnya adalah ideology. Ideologi
merupakan suatu pandangan atau sistem yang dipegang
teguh oleh suatu masyarakat dan berasal dari consensus
bersama dari berbagai kelompok atau kepentingan.
Ideologi ini juga merupakan gambaran yang nantinya
akan membangun harapan masyarakat untuk menjelang
kehidupan yang sesuai dengan identitas nasional mereka.
Dalam hal ini, Pancasila-lah yang menjadi identitas
utama Bangsa Indonesia terlepas dari segala perbedaan
yang ada di dalamnya. Oleh karena itulah, Pancasila
senantiasa dijunjung tinggi dan senatiasa
diimplemetasikan dalam kehidupan untuk mengurangi
benturan-benturan yang mungkin terjadi akibat
heterogennya masyarakat di Indonesia.
Menghadapi tantangan umum yang mungkin terjadi
dalam globalisasi, Pancasila memiliki kekuatan yang
dahsyat untuk mempertahankan eksistensinya sebagai
ideology negara. Pancasila tidak lekang oleh jaman yang
semakin menuju ke arah modern. Nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya merupakan hal fundamental
yang mampu sesuai dengan perkembangan peradaban
dan menyaring unsur-unsur baru dalam sejarah dunia.

19
BAB 3 BELA NEGARA

A. Sejarah Bela Negara


Sejarah Bela negara dimulai di Kota Bukittinggi yang
semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam
Tuo. Kemudian setelah kedatangan Belanda, kota ini
menjadi kubu pertahanan mereka untuk melawan Kaum
Padri. Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di
salah satu bukit yang dikenal sebagai benteng Fort de
Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir
Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa
pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan ini selalu
ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang
kemudian berkembang menjadi sebuah stadsgemeente
(kota) dan berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling
Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud
Agam.
Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi
dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan
militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke
Singapura dan Thailand. Kota ini menjadi tempat
kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah
pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji. Pada masa itu,

20
kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de Kock
menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya
diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya
seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang
Gadang, Batu Taba, dan Bukit Batabuah. Setelah
kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan
Gubernur Provinsi Sumatera Nomor 391 tanggal 9 Juni
1947, Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi
Sumatera dengan gubernurnya Mr. Teuku Muhammad
Hasan.
Pada masa mempertahankan kemerdekaan
Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai kota
perjuangan dan ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara
Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda
atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19 Desember 1948
di Bukittingi, Sumatera Barat oleh Syafruddin
Prawiranegara. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai
Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006. Untuk
mengenang sejarah perjuangan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI), pemerintah Republik
Indonesia membangun Monumen Nasional Bela Negara
di salah satu kawasan yang pernah menjadi basis PDRI

21
dengan area seluas 40 hektare, tepatnya di Jorong
Sungai Siriah, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung
Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Bela negara
Ke 65, pada tanggal 21 Desember 2013 Menteri
Pertahanan saat itu (Purnomo Yusgiantoro) didampingi
oleh Kabadiklat Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin dan Plt
Dirjen Pothan Timbul Siahaan serta Muspida Provinsi
Sumatera Barat meninjau pembangunan Monumen
Nasional Bela Negara.

B. Pengertian Bela Negara

Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat


dalam pasal 27 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berbunyi “setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Artinya secara konstitusional bela negara mengikat
seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban
setiap warga negara. Bela Negara terkait etar dengan
terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujidnya cita-cita
bangsa sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 yakni : Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

22
Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.

Menurut Ahli (Darji Darmodiharjo), Bela Negara yaitu


dilaksanakan doktrin keamanan yang nasional guna
berusaha menciptakan sistem pertahanan keamanan
nasional yang mampu mengamankan dan menyukseskan
perjuangan nasional. Upaya bela negara adalah kegiatan
yang dilakukan oleh setiap warga negara sebagai penunaian
hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
pertahanan keamanan negara. Upaya bela Negara
merupakan kehormatan yang dilakukan oleh setiap warga
negara secara adil dan merata.

C. Dasar Hukum Bela Negara


Ketentuan tentang hak dan kewajiban bela negara
termuat dalam :
a) Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 : 7
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”
b) Pasal 30 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar
1945 : “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut

23
serta dalam usaha pertahanan negara dan usaha
pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan
negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung”
c) Pasal 68 Undang-Undang R.I. No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia : “Setiap warga negara
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”
d) Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang R.I. No.3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara :“Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan
negara “
e) Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang R.I. No. 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara : warga
negara juga dapat diwajibkan/secara sukarela menjadi
anggota komponen cadangan dan anggota komponen
pendukung, sebagai salah satu wujud bela negara.

24
D. Nilai dasar bela Negara
1) Cinta tanah air
Mengenal dan mencintai tanah air agar selalu
waspada dan siap membela tanah air Indonesia
terhadap segala bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Indikator cinta tanah air meliputi:bangga
sebagai bangsa Indonesia, memberi kontribusi
kemajuan negara , mencitai produk dalam negri,
budaya,dan kesenian yang ada di Indonesia
2) Kesadaran berbangsa dan bernegara
Sadar sebagai warna bangsa negara
Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap, dan
kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai
dengan kepribadian bangsa.
Indikator nilai kesadaran berbangsa dan
bernegara meliputi:
a) memiliki kesadaran keragaman budaya, suku,
agama, bahasa dan adat istiadat kemudian
mengenal keragaman individu dirumah dan
dilingkungan
b) melaksanakan hak dan kewajiban sebagai
warga negara sesuai dengan peraturan dan

25
perundang-undangan yang berlaku.berbuat,
berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa
serta berfikir dan bersikap bagaimana yang
terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.
3) Yakin akan Pancasila
Pancasila sebagai pedoman pandangan
hidup bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna
mencapai tujuan nasional.
Rasa yakin akan Pancasila sebagai ideologi
negara dicapai dengan menumbuhkan
kesadaran:bahwa hanya kebenaran negara
kesatuan republic indonesia dan dengan
mengamalkan nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, negara bangsa Indonesia akan tetap
jaya setiap perbedaan pendapat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat diselesaikan
dengan cara musyawarah dan mufakat, Pancasila
juga dapat membentengi mental dan karakter
bangsa dalam menghadapi ancaman baik dari
dalam maupun luar negeri.
4) Rela berkorbanRela berkorban untuk bangsa dan
negara. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga,
pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum

26
sehingga pada saatnya nanti siap mengorbankan
jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan
Negara.Indikator rela berkorban bagi bangsa dan
negara meliputi:siap membela bangsa dan negara
dari berbagai macam ancaman.memiliki kepedulian
terhadap keselamatan bangsa dan negara.memiliki
jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya
dan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Kemampuan awal bela negara di bagi menjadi 2:


1) Secara psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet,
mentaati segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku, percaya akan kemampuan diri
sendiri, tahan uji, pantang menyerah dalam
menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan
nasional.
2) Secara fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan
dan keterampilan jasmani yang dapat mendukung
kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.

Nilai memiliki kemampuan awal bela negara meliputi:

27
1) memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan
spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
dalam bertahan hidup atau mengatasi kesulitan,
2) senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan
raganya.,
3) ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi
tantangan,
4) memiliki bentuk ketrampilan dari Bela Negara.

28
BAB 4 ETIKA

B. Pengertian Etika
Etika (dalam bahasa Yunani Kuno: “ethikos”,
berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah
sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-
unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara
lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan
etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai
perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis

29
dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia.
Etika sendiri terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi
penggunaan nilai-nilai etika).Jadi, bisa disimpulkan bahwa
pengertian etika secara umum adalah suatu peraturan
atau norma yang bisa digunakan sebagai acuan bagi
perilaku seseorang yang berkaitan dengan sifat yang baik
dan buruk yang dilakukan oleh seseorang serta
merupakan suatu kewajiban dan tanggungan jawab
moral.
Makna mudahnya, etika adalah ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut
aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan
tingkah laku yang benar. Etika dalam perkembangannya
sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Etika
memberi orientasi kepada manusia tentang bagaimana ia
menjalani hidupnya melalui serangkaian tindakan sehari-
hari. Secara tidak langsung, etika membantu manusia

30
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani kehidupn.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu dan tidak
perlu untuk dilakukan. Mana yang baik serta mana yang
tidak baik. Dengan begitu, etika ini dapat diterapkan
dalam segala aspek kehidupan kita.
C. Pentingnya Etika
Etika merupakan kebiasaan yang benar dalam
pergaulan dan dapat dirumuskan sebagai suatu batasan
yang menilai tentang salah atau benar serta baik atau
buruk suatu tindakan.Kunci utama penerapan etika
adalah memperlihatkan sikap sopan santun, rasa hormat
terhadap keberadaan orang lain dan mematuhi peraturan
serta tatakrama yang berlaku pada lingkungan tempat kita
berada.
Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia tidak dapat hidup sendiri, artinya manusia mutlak
membutuhkan orang lain dalam menjalani hidupnya. Di
sinilah, manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
bertetangga dan bermasyarakat. Etika sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari – hari. Etika merupakan “pagar”
yang mengatur pergaulan manusia dalam suatu
masyarakat. Seseorang yang beretika mampu mengontrol

31
sikap dan tutur katanya terhadap orang lain. Tanpa etika,
kita akan dicap sebagai orang yang tidak tahu
bertatakrama.
Dalam bersosialisasi di masyarakat, manusia
memerlukan etika sebagai pedoman dalam berkata,
berpikir dan melakukan suatu kebiasaan yang baik untuk
dianut sehingga dapat diwariskan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya.
Maka dari itu, pemahaman akan etika dalam
kehidupan bertetangga dan bermasyarakat sangat
penting untuk dalam mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Manfaat Etika Dalam Kehidupan Bertetangga dan
Bermasyarakat
a) Adanya rasa saling menghargai antar tetangga dalam
kehidupan bermasyarakat
b) Kehidupan bertetangga akan lebih hangat dan
harmonis
c) Terciptanya kerukunan, rasa saling tolong menolong
dan rasa gotong royong antar sesame
d) Timbulnya rasa empati kepada sesama tetangga
e) Timbulnya keorganisasian yang memiliki manfaat
bagi kehidupan masyarakat
f) Terhindar dari berbagai konflik yang berarti

32
g) Etika membuat seorang manusia memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya dan menghargai kehidupannya
h) Etika memberikan self control bagi manusia agar
dapat menyadari apa yang sedang ia lakukan dan
tahu apa yang seharusnya dilakukan
i) Etika mengajarkan agar manusia dapat mawas diri
artinya manusia memperhitungkan apa yang akan
dilakukannya dan bagaimana pandangan orang lain
terhadap perilakunya.

Sebagai suatu teori, etika juga diperkaya oleh praktek


nyata dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian
antara teori dan praktek,dapat saling menyokong dalam
pembinaan moral masyarakat.Tugas utama dari etika itu
adalah untuk menentukan kebenaran tentang masalah
moral dan bagaimana pandangan atau tanggapan umum
terhadap norma-norma moral yang telah digariskan
dalam kehidupan masyarakat.

Etika menuntut setiap orang untuk bersikap rasional


terhadap semua norma yang pada akhirnya membentuk
manusia menjadi lebih otonom dan memberi
kemungkinan kepada kita untuk mengambil sikap serta
ikut menentukan arah perkembangan masyarakat. Etika
menyelidiki pernyataan-pernyataan moral yang

33
merupakan perwujudan dari pandangan dan persoalan
dalam bidang moral.

Etika menjadi tolak ukur dalam menghadapi berbagai


perbedaan moral yang ada di masyarakat. Sehingga
masyarakat dapat berargumentasi secara rasional dan
kritis serta dapat mengambil sikap wajar dalam
menghadapi sesamanya.

34
BAB 5 KREATIVITAS

A. Pengertian Kreativitas
Secara umum, pengertian kreatif adalah suatu
kemampuan yang ada pada individu atau kelompok yang
memungkinkan mereka untuk melakukan terobosan atau
pendekatan-pendekatan tertentu dalam memecahkan
masalah dengan cara yang berbeda. Arti kreatif juga
dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan dalam
menciptakan hal-hal baru atau cara-cara baru yang
berbeda dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Secara etimologis, kata “Kreatif” berasal dari bahasa
Inggri yaitu “to create” yang artinya membuat atau
menciptakan. Sehingga arti kreatif adalah kemampuan
dalam menciptakan suatu ide dan konsep dalam
memecahkan suatu masalah.
Menurut Conny R Semiawan (2009: 44) kreativitas
adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi
konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama
yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru.
Sedangkan menurut Utami Munandar (2009: 12), bahwa
kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan

35
lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi
baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unur yang
sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua
pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh
seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan
sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.
Menurut Barron yang dikutip dari Ngalimun dkk
(2013: 44) kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Guilford yang
dikutip dari Ngalimun dkk (2013: 44) menyatakan
bahwa kreativitas mengacu pada kemamampuan
yang menandai seorang kreatif.
Rogers (Utami Munandar, 1992: 51)
mendifiniskan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-
hasil baru ke dalam tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul
dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan
individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya.
Demikian juga dreavdahl (Hurlock, 1978: 325) yang
dikutip dari Ngalimun dkk (2013: 45) mende-
finsikan kreativitas sebagai kemampuan untuk mem-
produksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang
dapat berwujud kreativitas imanjenatif atau sintesis yang
mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan
kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan

36
dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
Kreativitas juga tidak selalu menghasilkan sesuatu yang
dapat diamati dan dinilai.
Kreativitas sebagai proses berpikir yang membawa
seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru
di dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia
menemukan bahwa kreativitas yang penting bukan apa
yang dihasilkan dari proses tersebut tetapi yang pokok
adalah kesenangan dan keasyikan yang terlihat dalam
melakukan aktivitas kreatif. Berdasarkan uraian
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas
merupakan suatu proses berpikir yang lancar, lentur dan
orisinal dalam menciptakan suatu gagasan yang bersifat
unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, dan
bermakna, serta membawa seseorang berusaha
menemukan metode dan cara baru di dalam
memecahkan suatu masalah. Beberapa uraian di atas
dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya
nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi
dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

37
Beberapa teknik untuk memacu timbulnya kreativitas
menurut Nursito (1999: 34) :
a) aktif membaca,
b) gemar melakukan telaah,
c) giat berapresiasif,
d) mencintai nilai seni,
e) resprektif terhadap perkembangan,
f) menghasilkan sejumlah karya,
g) dapat memberikan contoh dari hal-hal yang
dibutuhkan orang lain.
Dalam bidang olahraga kreativitas dapat diartikan
dengan kemampuan berpikir secara lancar, lentur, dan
orisinal dalam menciptakan suatu gagasan yang bersifat
unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, dan bermakna
baik pada olah raga tari, olah raga musik, olah raga rupa
sehingga mampu menemukan suatu cara baru dalam
memecahkan masalah yang ditemui pada bidang olah
raga yang ditekuni. Selanjutnya Gowan (2011: 51)
menjelaskan kreativitas kaitannya dengan keberbakatan
menyatakan bahwa keberbakatan adalah hasil dari
berfungsinya secara total otak manusia, sehingga
kreativitas pun adalah pernyataan tertinggi keberbakatan
bisa di teliti dari dasar biologis otak.

38
Dalam diri seorang dan lingkunganya terdapat faktor-
faktor yang menghambat dan menunjang perkembangan
kreativitas itu. Faktor-faktor tersebut dapat
diindentifikasikan persamaan dan perbedaanya pada
kelompok individu atau antara individu yang satu denga
yang lain.
Kreativitas seseorang tidak berlangasung dalam
bervakuman, melainkan didahului oleh dan merupakan
pengembangan dari hasil-hasil kreativitas orang-orang
yang berkaya sebelumnya. Jadi kreativitas merupaka
kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya
sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Karya kreatif
tidak hanya lahir karena kebetulan, melainkan melalui
serangkaian proses kreatif yang menuntut kecapakan,
ketrampilan.
Karya kreatif tidak hanya lahir karena kebetulan,
melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang
menuntut kecakapan, ketrampilan dan motivasi yang
kuat. Ada tiga faktor yang menentukam prestasi
seseorang, yaitu motivasi atau komitmen yang tinggi,
ketrampilan dalam bidang yang ditekuninya dan
kecakapan kreatif.

39
B. Konsep tentang kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi suatu gagasan (Utami Munandar 1992 :
47).
Definisi Kreativitas dari Clark berdasarkan hasil
berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak,
mengemukakan kreativitas merupakan ekspresi tertinggi
keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa
dari semua fungsi dasar manusia yaitu: berfikir, merasa,
menginderakan dan intuisi (basic function of thingking,
feelings, sensing and intuiting).
Konsep kreativitas, pengertian kreativitas dapat di tinjau
dari empat segi (3P dari kreativitas) yaitu:
1. Kreativitas sebagai Proses
Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan
sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu
objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru
Proses kreatif sebagai munculnya dalam tindakan suatu
produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu
pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan
hidupnya dilain pihak. Jadi Kreativitas sebagai proses:
Bersibuk diri secara kreatif yang menunjukan kelancaran

40
fleksibilitas (keluwesan) dan orisinalitas dalam berfikir dan
berperilaku.
Penekanan pada aspek baru dari produk kreatif yang
dihasilkan dan aspek interaksi antara individu dan
lingkungannya / kebudayaannya. Kreativitas adalah suatu
proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun
dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan
pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas
kehidupan yang semakin baik. Kreativitas adalah suatu
proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan
(fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir.
Guilford (1986) menekankan perbedaan berfikir
divergen (disebut juga berfikir kreatif) dan berfikir
konvergen. Berfikir Divergen: bentuk pemikiran terbuka,
yang menjajagi macam-macam kemungkinan jawaban
terhadap suatu persoalan/ masalah. Berfikir Konvergen:
sebaliknya berfokus pada tercapainya satu jawaban yang
paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah.
Dalam pendidikan formal pada umumnya
menekankan berfikir konvergen dan kurang memikirkan
berfikir divergen. Torrance (1979) menekankan adanya
ketekunan, keuletan, kerja keras, jadi jangan tergantung
timbulnya inspirasi.

41
2. Kreativitas sebagai Produk
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk
atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang
baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang
inovatif. “Creativity is the ability to bring something new
into existence”(Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi
dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif
menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan
oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas
adalah kemampuan untuk menghasilkan atau
menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut
Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna
sosial.
Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya
membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja
kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas dikatakan suatu produk artinya suatu karya
dapat di katakan kreatif jika merupakan suatu ciptaan
yang baru atau orisinil dan bermakna dari individu atau

42
bagi lingkungannya Kreativitas sebagai kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Kecuali unsur baru, juga terkandung peran faktor
lingkungan dan waktu (masa). Produk baru dapat disebut
karya kreatif jika mendapatkan pengakuan (penghargaan)
oleh masyarakat pada waktu tertentu. Namun menurut
ahli lain pertama- tama bukan suatu karya kreatif
bermakna bagi umum, tetapi terutama bagi si pencipta
sendiri.
Kreativitas atau daya kreasi itu dalam masyarakat
yang progresif dihargai sedemikian tingginya dan
dianggap begitu penting sehinnga untuk memupuk dan
mengembangkannya dibentuk laboratorium atau bengkel-
bengkel khusus tang tersedia tempat, waktu dan fasilitas
yang diperlukan.

3. Kreativitas ditinjau dari segi Pribadi


Kreativitas merupakan ungkapan unik dari seluruh
pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap
dan perilakunya. Sebagai pribadi: Kreativitas
mencerminkan keunikan individu dalam pikiran-pikiran
dan ungkapan-ungkapannya. Kreativitas mulai dengan
kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat

43
yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan
norma- norma umum yang berlaku dalam bidang
keahliannya. Ia memiliki sistem nilai dan sistem apresiasi
hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh
masyarakat ramai. Dengan perkataan lain: kreativitas
merupakan sifat pribadi seorang individu (bukan
merupakan sifat sosial yang dihayati oleh masyarakat)
yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan
sesuatu yang baru.
Kreativitas pada dimensi person adalah upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu
atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan
kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri
seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.
Dalam mendefinisikan pribadai kreatif anak usia dini,
perlu diperhatikan 4 kriteria dasar menurut Guilford (1957)
dan Jackson&Messick (1965) yang dikutipdari
Kemendikbud (2011: 37) sebagai berikut:
a) Orisinal (original), perilaku yang tidak biasa dan di luar
dugaan (mengejutkan) daripada hal yang khas dan
dapat diprediksi. Sesuai dan berkaitan (appropriate
and relevant), perilaku kreatif memiliki kesesuaian dan

44
berkaitan dengan tujuan dari seseorang ketika ia
membuat sesuatu
b) Kelancaran (fuent) yang menghasilkan sesuatu yang
baru dalam bentuk yang berarti, perilaku kreatif
menunjukkan kelancaran yang berkaitan dengan
kreativitas dan dapat disamakan dengan kelancaran
dalam berbahasa, hal ini dimaksudkan bahwa
seorang anak dapat menghasilkan sebuah ide dengan
mudah setelah menghasilkan ide sebelumnya.
c) Fleksibel (flexible) dalam mengembangkan dan
menggunakan pendekatan yang tidak biasanya dalam
memecahkan masalah.

C. Bentuk kreatif
Dalam kehidupan manusia, hal-hal kreatif dapat
diwujudkan ke dalam berbagai bentuk, diantaranya:
1. Ide
Pemikiran yang kreatif akan menghasilkan ide yang unik
dan tidak terpikirkan sebelumnya. Ide merupakan suatu
pemikiran yang menciptakan solusi atas masalah yang
ada di masyarakat.
2. Produk (Barang/ Jasa)
Produk yang dihasilkan juga merupakan salah satu wujud
dari kreatif. Tanpa adanya proses kreatif tentunya produk

45
yang dihasilkan tidak dapat memenuhi harapan
konsumen.
3. Gagasan
Kreatif dapat juga diwujudkan dalam bentuk gagasan-
gagasan dalam mengatasi masalah yang ada. Gagasan
dapat dikemukakan secara langsung maupun melalui
tulisan pendek, buku, dan lain-lain.

46
BAB 6 KEJUANGAN

A. Arti dan Rumusan Kejuangan


Dalam kehidupan di dunia yang sudah
semakin modern dan canggih banyak kemudahan
yang telah tersedia sehingga membuat manusia
terbantudalam menyelesaikan permasalahannya. Na-
mun disamping itu, akan selalu ada masalah –
masalah serta tantangan yang muncul dan harus
dihadapi setiap manusia. Sehingga terkadang
masalah dan tantangan yang berat dan selalu
dihadapi manusia seringkali menjauhkan keinginan
yang harus ingin manusia capai. Sikap kejuangan
dan memperjuangkan sesuatu harus ada dalam jiwa
seorang manusia.
Kejuangan adalah dorongan dan manifestasi
dinamis dari jiwa seseorang yang mempunyai
kemauan keras, ulet, tangguh, dan rela berkorban
untuk mencapai tujuan. Walaupun harus menghadapi
ancaman, tantangan , hambatan dan gangguan.
Kejuangan adalah Ketahan malangan dalam
menghadapi realita hidup. Semakin tinggi ketahan

47
malangan seseorang semakin berpeluang untuk
mencapai sukses dalam hidupnya.
Nilai kejuangan ini harus ditanamkan sejak
dini mulai dari tingkat tamankanak-kanak hingga
perguruan tinggi, karena nilai kejuangan tidak serta
mertadidapatkan begitu saja, tujuan penerapan nilai
kejuangan ini sangat bermanfaat,jika ilia perjuangan
sudaah diterapkan, generasi muda tidak akan
mendapatkan masalah dan tidak akan mungkin
melakukan hal-hal negatif.
Nilai kejuangan mengandung unsur-unsur
kata pendukung yang berartiperbaikan yang harus
kita miliki, seperti :
a) Usaha tanpa pamrih, kecuali hanya ingin
mengharapkan ridha ilahi
b) Tidak putus asa, maju terus pantang mundur,
tidak berhenti bekerja sebelumcita-citanya
berhasil. Semangat yang berkobar-kobar bagai
api yang tak pernah padam.
c) Memiliki daya sosial yang tinggi sebagai rasa
cipta dalam menuai keberhasilan

48
B. Maksud dan tujuan Kejuangan
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
nilai kejuangan dimaksudkan untuk menggambarkan
daya pendorong, pelawan, dan pendobrak yang
mampu membawa bangsa ini untuk membebaskan
dirinya dan penjajahan dan bebas merdeka. Nilai
kejuangan diletakkan pada upaya selama
bergenerasi-generasi untuk mencapai kemerdekaan.
Nilai kejuangan seperti ini dimiliki oleh generasi pra
45 dan generasi 45. Nilai kejuangan ini mewaris terus
menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Suhady dan Sinaga, 2006).
Semangat juang 45, adalah semangat untuk
berjuang bersama tanpa pamrih mengusir penjajah.
Setelah merdeka semangat kejuangan itu tetap
relevan guna membangun segala sesuatu yang
dicita-citakan, yaitu memberantas kemiskinan,
kebodohan, menegakkan kehidupan bersama yang
jujur, melawan korupsi dan ketidakadilan merupakan
sebuah “maha karya” dalam upaya membangun
karakter bangsa (nation and character building).
Nilai-nilai kejuangan Angkatan 45 di
tengahtengah kehidupan yang semakin kompleks
dewasa ini memang dirasakan kian kehilangan

49
makna. Peringatan untuk mengenang perjuangan
mereka yang telah menyerahkan jiwa-raga demi
kejayaan bangsa, nyaris tidak lagi menarik minat
generasi muda.
Generasi penerus bangsa sekarang ini
sebagai pelaksana cita-cita pahlawan agar bentuk
NKRI tetap utuh dibawah panji Pancasila dan UUD
1945 harus mewarisi semangat juang para leluhur
yang dengan segala daya upaya rela berkorban demi
masa depan bangsa. Sebagai generasi penerus
bangsa harus memiliki tekad dan semangat nilai-nilai
juang 45 agar tidak gampang terbawa arus yang
sudah mulai memasuki sendi-sendi kehidupan
generasi muda.

C. Tahapan-tahapan kejuangan
Para pendiri Republik Indonesia bercita-cita
Indonesia menjadi bangsa yang besar, berdaulat,
terhormat dan berperan dalam percaturan antar
bangsa. Perjalanan sebagai bangsa mengalami
pasang surut yang disertai gejolak politik, berbagai
pemberontakan bersenjata dan subversi serta
pikiran-pikiran untuk mengganti Pancasila sebagai
Dasar Negara dengan dasar lain. Dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, bangsa dan negara Indonesia
menyatakan berlakunya kembali UUD 1945.

50
Berakhirnya Perang Dunia II pada tahun
1945, pada masa Perang dingin antara tahun 1945
hingga tahun 1985, Indonesia dapat mengatasi
pemberontakan komunis Madiun (1948) yang
didukung Moskow, Gerakan Darul Islam yang
didukung oleh Kolonialisme Belanda. Indonesia
memperoleh pengakuan Dunia Internasional,
membebaskan Irian Barat, memprakarsai Konferensi
Asia-Afrika dan Gerakan Non-Blok serta
meningkatkan Ketahanan Nasional di segala bidang.
Pemberontakan Gerakan 30 September/PKI tahun
1965 dapat diatasi dan Indonesia melaksanakan
pembangunan industri serta memperkokoh basis
pertanian. Pada tahun 1985 sampai sekarang,
perkembangan Internasional mencatat runtuhnya
Komunisme dan tumbuhnya proses globalisasi yang
digerakkan oleh Kapitalisme Amerika, Eropa, Jepang
dan Cina.
Indonesia menghadapi transisi dan
transformasi ganda. Di tingkat nasional-domestik,
terjadi transisi dan transformasi dari masyarakat
agraris ke masyarakat industri. Di tingkat global-
internasional, terjadi transisi dan tranformasi dari
komunisme ke arah kapitalisme yang menyadari
perlunya keadilan sosial. Akibat dari transisi dan
transformasi ganda itu, masyarakat Indonesia
mengalami berbagai persentuhan, pertentangan dan
konflik dan tantangan baru yang tidak kurang
beratnya dibanding tantangan yang dihadapi
generasi pendahulu.

51
Konflik kepentingan meningkat karena
kepemimpinan nasional pada saat itu menjalankan
berbagai kebijaksanaan politik, ekonomi, hankam
dan hukum yang menyimpang dari ketentuan
konstitusi dan Pancasila. Penyimpangan terhadap
idealisme perjuangan bangsa telah terjadi, tiga butir
penting dalam UUD 1945 yaitu ide Negara Kesatuan,
Nilai Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat kini
menghadapi tantangan. Dampak globalisasi,
timbulnya konflik berbagai kepentingan, kemiskinan,
keterpurukan ekonomi, ketergantungan pada pihak
asing telah menyebabkan rasa kebersamaan sebagai
suatu bangsa mengalami erosi,
Nilai Kejuangan dan Orientasi perjuangan
bangsa mengalami perubahan. Munculnya gejala-
gejala ke arah disintegrasi merupakan hal yang
memprihatinkan. Kecenderungan sentralisasi
kekuasaan dengan mengabaikan pembagian hak,
tanggung jawab dan kewajiban telah menimbulkan
rasa ketidakadilan dan rasa tidak sejahtera.
Kekuasaan yang memusat dan tidak dapat dikontrol
telah membuahkan aneka penyalahgunaan
kekuasaan. Keadaan ini telah mengantarkan bangsa
Indonesia ke era reformasi menegakkan demokrasi,
namun para elit politik kemudian cenderung
bersebrangan pendapat dan kepentingannya dalam
turut serta menggulirkan semangat reformasi
sehingga memicu ketegangan dan pertentangan,
baik secara vertikal (antara Pemerintah dan
Masyarakat) maupun secara horizontal (antar
kelompok kepentingan di dalam masyarakat).

52
Aparatur negara cenderung reaktif terhadap
perkembangan keadaan, bahkan larut oleh isu-isu
politik yang dilemparkan oleh pihak-pihak yang
kurang bertanggung jawab. Masyarakat yang
terhimpit oleh berbagai masalah sosial ekonomi
menjadi sangat peka terhadap aneka ketimpangan
informasi ataupun isu, sehingga mudah bertindak
secara anarkis dan massal. Nilai-nilai yang
mendukung ketertiban dan persatuan cenderung
tidak dihiraukan lagi. Seluruh bidang kehidupan
mengalami distorsi berat dan tatanan yang ada
cenderung tidak berfungsi.
Krisis kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang sedang dihadapi bangsa
Indonesia dewasa ini antara lain disebabkan pula
oleh persoalan etika dan perilaku kekuasaan. Pada
lapisan pemimpin nasional terjadi silang pendapat,
perdebatan, konflik upaya saling menjatuhkan,
melecehkan dan saling merendahkan tanpa
mempedulikan penderitaan rakyat. Sebagian elit
politik dan aktivis gerakan sosial terperangkap dalam
suasana saling menghujat dan saling menikam
terhadap sesama pemimpin. Benturan nilai, tradisi
dan etika dengan intensitas tinggi terjadi disebabkan
heterogenitas etnis, agama, bahasa, tradisi dan
ideologi serta kesenjangan tingkat pendidikan dan
ekonomi yang tidak merata. Sentimen etnis, agama,
partai menguat dan muncul secara bersamaan
dengan kondisi pemerintah yang lemah serta
agresivitas globalisasi. Konfigurasi nilai dan struktur

53
sosial menjadi rapuh, moralitas dan harga diri bangsa
terpuruk.

D. Kejuangan Sebagai Watak dan Budaya


Kejuangan merupakan watak yang melekat
pada diri manusia dan mewarnai aktivitas
kehidupannya. Watak ini mendorong atau mewarnai
budaya seseorang. Akar dari budaya terletak pada
cara berpikir. Dari pemikiran pemikiran seseorang
akan diimplementasikan dalam bentuk perbuatan.
Kalau perbuatan itu sering dilakukan berulang-ulang
secara terus-menerus akan menjadi kebudayaan.
Menjadikan kejuang sebagai kebudayaan, mendarah
daging dalam kehidupan adalah suatu kondisi idealis
yang ingin dicapai. Keinginan tersebut dapat terwujud
kalau kita mampu memposisikan kejuang sebagai
suatu wawasan hidup atau pemikiran manusia. Hal
ini dibutuhkan kemampuan bagaimana berparadigma
kejuangan agar merupakan suatu kebutuhan hidup
bukan sebagai kewajiban. Komunikasi yang baik
diperlukan untuk mengupayakan sosialisasinya.
Dengan adanya kejuangan sebagai wawasan
hidup seseorang, maka orang tersebut akan
ccenderung mengimpletasikannya dalam kehidupan
yang mengarah menjadi kebiasaan. Bila demikian
maka, selanjutnya akan menjadi budaya, jati diri atau
ciri utamanya; yani cinta tanah air, mengutamakan
kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan
pribadi atau golongan.

54
E. Menguatkan Kejuangan Sebagai Jatidiri
Jati diri merupakan sesuatu yang penting bagi
keberhasilan pribadi maupun intitusi. Seseorang
yang mempunyai kecerdasan lebih tapi tidak punya
jatidiri, maka orang tersebut akan mudah terombang
ambing dalam memenghadapi tantangan zaman.
Institusi maupun bangsa yang tidak memiliki jatidiri
yang kuat dirinya akan terombang ambing. Terlebih
dizaman peralihan atau transisi seperti sekarang,
tanpa jatidiri yang kuat seorang individu dapat
menuai kegagalan dalam hidupnya. Untuk itu kita
tidak boleh setengah-setengah dalam berupaya
menguatkan jatidiri kita. Sebagai bangsa yang
memperoleh kemerdekaan dengan perjuangan yang
amat berat, maka bangsa Indonesia harus mengakui
bahwa kejuang tersebut adalah salah satu dari jatidiri
Negara Indonesia. Kejuangan harus diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.

55
Bab 7 Implementasi Bela Negara

A. Implementasi nilai-nilai bela dalam kehidupan

Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN


memuat serangkaian kebijakan untuk mengantisipasi masa
depan yang lebih mengandalkan kemampuan dan kekuatan
sendiri. Betapapun baiknya persiapan dan penyelenggaraan
PPBN dilakukan, semua itu tidak akan memberikan hasil
optimal kalau tidak didukung oleh kondisi yang
memungkinkan masyarakat dapat mengembangkan
kreativitas secara leluasa. Kenyataan menunjukkan betapa
masyarakat Indonesia mampu mngembangkan ketahanan
nasional melawan agresi Belanda pada masa perang
kemerdekaan. Akan tetapi, kini masyarakat mengalami
kelumpuhan sungguhpun didukung dengan penerapan
teknologi canggih.

Dalam kondisi seperti itu, pembangunan pertahanan


dan keamanan negara yang merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional membutuhkan perencanaan
strategik yang relatif akurat dan cerdas. Hail ini tentu
membutuhkan adanya dukungan analisis yang bersifat
antisipatif dan proaktif guna mentransformasikan potensi

56
ancaman menjadi tantangan tugas dan sekaligus menjadi
peluang bagi setiap upaya pembangunan kekuatan
pertahanan dan keamanan negara.

Implementasi bela negara harus tercermin pada pola


pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara kesatuan RI
daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata
lain, bela negara menjadi pola yang mendasari cara berpikir,
bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi,
menyikapi, atau menangani berbagai permasalahan
menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dengan senantiasa berorientasi pada kepentingan
rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.

Untuk mengetuk hati nurani setiap warga negara


agar sadar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
diperlukan pendekatan melalui sosialisasi/pemasyarakatan
bela negara dengan program yang teratur, terjadwal dan
terarah sehingga akan terwujud keberhasilan implementasi
yang dapat menumbuhkan kesadaran bela Negara.

Berdasarkan pasal 27 ayat (3) amandemen keempat


UUD 1945, usaha bela Negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara. Hal ini mengandung makna

57
adanya demokratisasi dalam pembelaan negara yang
mencakup dua arti. Pertama, setiap warga negara turut serta
dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara
melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD
1945 dan perundang-undangan lain yang berlaku. Kedua,
setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha
pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan
profesinya masing-masing.

Pasal tersebut tidak memberikan tafsiran tentang


istilah pembelaan negara yang terkait dengan penunaian
hak dan kewajiban warga negara. Oleh karena itu, makna
bela negara selalu dipersepsikan terkait dengan upaya
perjuangan bangsa Indonesia menghadapi ancaman
terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia pada
periode-periode berikut

1. Periode pertama (Perang Kemerdakaan 1945-1949)


Bela negara dipersepsikan dengan perang kemerdekaan.
Artinya, keikutsertaan warga negara dalam bela negara
diwujudkan ikut serta berperang dalam perang
kemerdekaan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata.

2. Periode kedua (1950-1965)

58
Dalam menghadapi berbagai pemberontakan dan
gangguan-gangguan keamanan dalam negeri, bela
Negara dipersepsikan identik dengan upaya pertahanan
keamanan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata.

3. Periode ketiga (Orde Baru 1966-1998)


Dalam upaya menghadapi TAHG, dikembangkan dan
diterapkan konsepsi ketahanan nasional. Oleh karena itu,
bela Negara dipersepsikan identik dengan ketahanan
nasional. Pada periode ini keikutsertaan warga Negara
dalam bela Negara diselenggarakan melalui segenap
aspek kehidupan nasional.

4. Periode keempat (Orde Reformasi 1998-sekarang)


Bela Negara dipersepsikan sebagai upaya untuk
mengatasi berbagai krisis yang sedang dihadapi oleh
segenap bangsa Indonesia. Pada periode ini
keikutsertaan setiap warga Negara dalam upaya bela
negara disesuaikan dengan kemampuan dan profesi
masing-masing.

Sejalan dengan perkembangan persepsi bela negara


itu, upaya bela negara juga berkembang, baik
sasaran/tujuan maupun kegiatannya. Pada periode pertama
dan kedua, upaya bela negara diarahkan pada keikutsertaan

59
warga negara dalam upaya keamanan melalui kegiatan
pertahanan dan keamanan. Pada periode ketiga dan
keempat, upaya bela Negara di samping diarahkan pada
upaya keamanan melalui jalur pertahanan dan keamanan
juga diarahkan pada upaya kesejahteraan melalui jalur di
luar pertahanan dan keamanan. Upaya bela negara ini
diselenggarakan secara bertahap dan berlanjut, yaitu tahap
pertama melalui jalur pendidikan dan berlanjut melalui jalur
permukiman dan/atau pekerjaan.

Upaya bela negara melalui jalur pendidikan pada


hakekatnya masih terbatas pada upaya menanamkan dan
menumbuhkan kesadaran bela Negara. Pada tahun 1954
melalui UU No. 29 tahun 1954, upaya bela negara telah
dirumuskan dalam bentuk pendidikan pendahuluan
perlawanan rakyat (PPPR). Kemudian dengan lahirnya UU
No. 20 1982 yang disempurnakan dengan UU No. 1 tahun
1988, PPPR disempurnakan dan dikembangkan menjadi
pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN).

Di dalam lingkungan pendidikan, PPBN dilakukan


secara bertahap, yaitu tahap awal yang diberikan pada
pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas, dan dalam
Gerakan Pramuka. Untuk tahap lanjutan PPBN diberikan
dalam bentuk pendidikan kewiraan pada tingkat pendidikan

60
tinggi. Berdasarkan Undang Undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 39 ayat (2)
dinyatakan bahwa setiap jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah tentang hubungan
antara warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara (PPBN).

Sebelum lahir UU No. 20 Tahun 1982, sistem


pengikutsertaan warga negara dalam mempertahankan
keamanan negara meliputi komponen rakyat dan komponen
angkatan bersenjata.

1. Komponen rakyat terdiri atas:


a. Kelaskaran, dan bagi yang memenuhi syarat diterima
menjadi TNI maupun barisan cadangan;
b. Pasukan gerilya desa (Pager desa) termasuk mobilasi
pelajar sebagai bentuk perlambang barisan cadangan;
c. Organisasi keamanan desa (OKD) dan organisasi
perlawanan rakyat (OPR) sebagai bentuk kelanjutan
dari Pager desa;
d. Pertahanan sipil, perlawanan dan keamanan rakyat
termasuk resimen mahasiswa sebagai bentuk
kelanjutan dan penyempurnaan OKD maupun OPR;

61
e. Perwira cadangan yang merupakan implementasi dari
wajib militer di lingkungan Depdiknas dan Depdagri.
2. Komponen angkatan bersenjata yang terdiri atas:
a. TNI sebagai hasil pengembangan dan penyempurnaan
secara berangkai dan berturut-turut sejak dari Badan
Keamanan rakyat (BKR) pada Agustus 1945, Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945
selanjutnya diubah menjadi Tentara Keselamatan
Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) pada
Januari 1946 dan akhirnya pada Juli 1947 menjadi
Tentara Nasional Indonesia (TNI).
b. Kepolisian Republik Indonesia
Sebelum lahir UU No. 20 tahun 1982, pengikutsertaan
warga negara dalam upaya pertahanan keamanan
negara dibina untuk mewujudkan daya dan kekuatan
tangkal dengan membangun, memelihara, dan
mengembangkan secara terpadu dan terarah segenap
komponen kekuatan pertahanan keamanan negara
yang terdiri atas:

1) Rakyat terlatih (Ratih) sebagai komponen dasar;


2) TNI dan Polri serta cadangan TNI sebagai
komponen utama;

62
3) Perlindungan masyarakat sebagai komponen
khusus;
4) Sumber daya alam, sumber daya buatan, dan
prasarana nasional sebagai komponen pendukung.

B. Cita cita di masa depan


Saya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dosen.
Saya pikir saya tidak memiliki alasan khusus mengapa
saya ingin jadi dosen. Mungkin karena saya suka belajar
hal-hal baru, saya ingin menuntut ilmu lebih banyak lagi
sehingga saya bisa membagi ilmu yang telah saya
dapatkan itu.
Untuk mengejar cita-cita saya, saya membuat
semacam planner untuk kegiatan yang saya lakukan.
Mulai dari kuliah, main, dan menjalankan hobi ataupun
mencoba hal baru. Selain itu, saya juga memulai belajar
bahasa asing sendiri. Saya menyadari bahwa pesatnya
globalisasi dan perkembangan teknologi mengakibatkan
bahasa asing semakin penting untuk dipelajari. Selain itu
saya juga memiliki mimpi untuk dapat studi diluar negeri.
Setelah dari sana, saya akan kembali ke Indonesia untuk
membagikan ilmu saya.
Saya harap keadaan Indonesia dalam memerangi
kebodohan dapat segera selesai, dan saya ingin terus
berpartisipasi dalam memerangi kebodohan.

63
Daftar Pustaka

Abidin, Zainal dkk. 2014. Buku Ajar Bela Negara. UPN


Veteran Jawa Timur
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Banten. 2020.
E-Book Bela Negara
Kemhan. 2017. Sejarah Bela Negara.
https://www.kemhan.go.id/belanegara/sejarah-bela-
negara diakses pada 1 Januari 2021
Mahreni. 2019. Bela Negara dan Widya Mwat Yasa.
Putra,A. 2019. Wimaya Buku Bgsd.
https://id.scribd.com/document/425983725/Wimaya-
Buku-Bgsd diakses pada Desember 2020
Subayo,Agus. 2014. Bela Negara: Tantangan dan Peluang
di era Globalisasi. Yogyakarta:Graha Ilmu

64

Anda mungkin juga menyukai