Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU BUDAYA DASAR


PERKEMBANGAN ISLAM DI SURABAYA

Dosen Pembimbing : Menur Kusumaningtyas, SS, MM

DISUSUN OLEH :

1. Dommy Alpha Ramadhan (16210580) 6. Akhiria Ningsih (16210922)

2. Kholikurrahman (16210614) 7. Diajeng Ari Ari (16210553)

3. Septian Agung Prasetyo (16210627) 8. Krisna Rumayanti (16210565)

4. Erma Dwi Maryuni (16210570) 9. Ayu Rohman Laeli (16210608)

5. 10. Yanita Sulistyaningrum (16210684)

STIE MAHARDIKA SURABAYA

MANAJEMEN A REG PAGI


KATA PENGANTAR

Bissmillahhirahmanirahim

Dengan menyebut nama tuhan yang maha kuasa kami panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya. Yang telah melimpahkan rahmat dan semangat kepada kami (kelompok 4)
sehingga dapat mengerjakan tugas makalah tentang “SUNAN AMPEL” dengan maksimal.

Makalah ini kami susun sesuai kemampuan kami dan atas kerjasama dan semangat
sesama individu dalam kelompok ini. Sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah Sunan
Ampel ini.

Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat atau tata bahasanya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun dari ibu dosen dan teman - teman sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga pembahasan tentang kewirausahaan dalam makalah ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi untuk kita semua.

Surabaya, 18 Oktober 2016

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………… i

Daftar isi ………………………………………………………………………. ii

Bab I 1.1 Latar Belakang

Sunan Ampel…………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Pembahasan Materi

A. Sejarah Sunan Ampel ke Surabaya………………… 3


B.
1.1 Latar Belakang

SUNAN AMPEL

Sunan Ampel adalah salah satu wali diantara walisongo yang menyebarkan ajaran Islam
di Pulau Jawa. Beliau lahir tahun 1401 masehi di Champa, Vietnam Selatan. Ada dua pendapat
mengenai lokasi Champa ini, Encyclopedia Van Enderlandesh Indie mengatakan Champa adalah
satu negara kecil yang terletak di Kamboja. Dan menurut Rafless, Champa terletak di Aceh yang
kini bernama Jeumpa. Negeri Champa adalah negeri disepanjang Vietnam yang berdiri sejak
tahun 192 masehi.

Nama ayah dari Sunan Ampel yaitu


Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi yang
merupakan keturunan dari Syekh Jamalludin
Jumadil Kubro alias Haji Bong Tak Keng (
seorang Ahlussunah bermahzabab syafi’i.
Ayah dari Sunan Ampel merupakan ulama
yang berasal dari Samarqand, Uzbekistan.
Dan ibunya adalah Dewi Chandrawulan.
Nama Sunan Ampel pada masa kecil adalah
Sayyid Muhammad Ali Rahmatullah / Raden
Rahmat, setelah pindah ke Jawa Timur sekitar tahun 1443, beliau dipanggil oleh masyarakat
dengan sebutan Sunan Ampel / Raden Rahmat. Nama Ampel sendiri diidentikkan dengan nama
tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel ( Ampel Denta), wilayah yang kini menjadi
bagian dari Surabaya (Kota Wonokromo sekarang).

Menurut Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmat yang merupakan
keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya dan beliau adalah seorang muslimah.
Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin ( Hikayat Banjar Resensi 1 ), nama asli Sunan Ampel
adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai.
Berikut nama nasab Sunan Ampel yaitu Sunan Ampel bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar
bin Jamalludin Al-Husan bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin
Alwi bin Ubidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Al-Uraidhi bin Ja’far
Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fatimah Az-
Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.

Berikut adalah biodata istri dan anak dari Sunan Ampel :

1. Istri pertama : Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Arjo Tejo Al-Abbasyi.
Dari istri pertama beliau dikarunia’i 5 putera yaitu Maulana Mahmud Ibrahim / Raden
Mahmud Ibrahim ( Sunan Bonang ), Syarifuddin / raden Qasim ( Sunan Drajat ), Siti
Syari’ah / Nyai Ageng Maloka ( Nyai Ageng Manyuran ), Siti Muthmaninnah dan Siti
Hafsah.
2. Istri kedua : Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Dari Istri keduanya beliau
dikarunia’i 6 putera yaitu Dewi Murtasiyah ( Istri Sunan Giri ), Dewi Murtasimmah /
Asyiqah ( Istri Raden Fattah ), Raden Husammudin ( Sunan Lamongan ), Raden Zainal
Abidin ( Sunan Demak ), Pangeran Tummapel dan yang terakhir Raden Faqih ( Sunan
Ampel 2 )

Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa, dan dilihat dari nasab Sunan
Ampel, ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari Ahmad Al-Muhajir, Hadramaut
yang bermakna bahwa mereka adalah sebuah keluarga besar Saadah Baalwi
1.2 Rumusan Dan Pembahasan Teori

A. Sejarah Sunan Ampel ke Surabaya

Kedatangan Sunan Ampel di Pulau Jawa berawal dari niat Sunan Ampel untuk
mengunjungi bibinya yang bernama Dewi Dwarawati yang saat itu menjadi permaisuri Raja
Brawijaya ( Raja Majapahit saat itu ), kerajaan terbesar di Pulau Jawa pada saat itu adalah
Kerajaan Majapahit. Kondisi Kerajaan Majapahit sangat memprihatinkan akibat terpecah
belanya Mahapatih Gajah Mada dengan Prabu Hayam Wuruk yang menyebabkan perang
saudara.

Kehancuraan yang terjadi di Kerajaan Majapahit mengakibatkan kesengsaraan bagi


rakyat - rakyat kecil di masa itu. Perjudian, Perampokan, Korupsi, dan Pemerkosaan menjadi
derita bagi rakyat kecil yang tidak ada hentinya. Prabu Brawijaya dan istrinya merasakan
kepedihan dan kesengsaraan yang dirasakan oleh rakyat-rakyatnya. Bahkan para bangsawan ikut
hanyut ke dalam hal-hal negatif.

Kekacauan, kesengsaraan, dan peperangan tiada hentinya melanda Kerajaan Majapahit.


Sang Prabu Brawijaya termenung saat melihat dan merasakan kejadian-kejadian yang dialami
Kerajaan Majapahit tak kunjung usai. Sang istripun ikut seih dan kasihan melihat sang raja yang
tidak dapat menyelesaikan permasalahan ini. Sang Ratu mengusulkan keponakannya agar kesini
untuk menyelesaikan masalah ini. Prabu Brawijaya menyetujuinya dan mengajukan permohonan
kepada Raja Champa untuk mengirim cucunya ke Kerajaan Majapahit, Raja Champa pun tidak
keberatan untuk mengirim cucunya ke Jawa ( Kerajaan Majapahit ).

Keberangkatan Sayyid Muhammad Ali Rahmatulloh ke Jawa ditemani oleh Ayah dan
kakaknya. Sebelum menginjak ke tanah Jawa, mereka beristirahat di Palembang, setelah itu
mereka melanjutkan perjalanannya ke Tanah Jawa. Sesampainya di Daerah Tuban mereka
mendapatkan musibah, ayah mereka jatuh sakit dan tidak lama kemudian ayahnya wafat dan
dimakamkan di desa Gesik Harja kecamatan Palang kabupaten Tuban, Jawa Timur. Setelah
kepergian ayahnya mereka melanjutkan perjalanan setiba di daerah Gresik kakak Sayyid
Muhammad Ali Rahmatulloh berpisah dengan adiknya dan memutuskan untuk menyebarkan
ajaran Islam.
Sayyid Muhammad Ali Rahmatulloh melanjutkan perjalanannya menemui bibinya di Kerajaan
Majapahit. Beliau cukup lama tinggal di kediaman raja, hingga beliau menikah dengan putri
seorang adipati Tuban yang bernama Condrowati. Ajaran yang diajarkan kepada rakyat-rakyat
kecil yaitu Moh Limo yaitu moh main, moh mabuk, moh maling, moh madat dan moh madon.
Dakwah yang diajarkan Raden Rahmat pun menarik hati sang raja, karena dapat memperbaiki
budi pekerti pada bangsawan, adipati dan rakyat-rakyat kecil di Kerajaan Majapahit.

Ketika Raden Rahmat mengajak Prabu Brawijaya untuk masuk Islam, namun sang Prabu
menolaknya. Akan tetapi memberi kebebasan kepada siapa saja yang ingin masuk Islam. Sikap
ini membuat sang Prabu takjub, Beliau diutus untuk mengajarkan dakwahnya kepada rakyat
kecil disebelah utara dan diberi sebidang tanah di daerah Surabaya. Sesampai disana Raden
Rahmat melanjutkan dakwahnya. Di Kembang Kuning beliau beristirahat dan membangun
musholah dengan bambu hanya dalam satu malam. Orang - orang disekitar pun terkejut melihat
bangunan itu sudah jadi.

Raden Rahmat saat akan mengambil air wudhu ia menemukan buah delima terapung-
apung, diambilnya dan dimakan beliau. Setelah tinggal setengah, beliau menyesal karena
terlanjur memakan buah delima tersebut tanpa meminta izin ke pemiliknya. Beliau menyusuri
sungai untuk mencari tau pemilik buah tersebut. Tak lama kemudian beliau bertemu dengan Ki
Ageng Supa ( Sunan Bungkul ).

Raden Rahmat bertanya kepada Ki Ageng Supa pemilik buah delima ini. Ki Ageng Supa
mengetahui pemilik buah delima itu adalah putrinya. Raden Rahmat memohon agar buah itu
halal dimakan olehnya, bila tidak beliau akan menggantinya dengan buah yang lebih besar dan
bagus. Akan tetapi Ki Ageng Supa tetap tidak memaafkannya karena itu buah kesayangan
putrinya.

Ki Ageng Supa adalah murid Raden Rahmat, hanya karena sebuah delima masalahnya
semakin besar. Ki Ageng Supa akan memaafkannya bila Raden Rahmat mau menikahi putrinya
yang bernama Siti Karimah. Dia adalah gadis yang bisu, tuli, dan lumpuh. Raden Rahmat kaget,
hanya karena masalah buah yang beliau makan kini beliau harus menikahi putrid dari Ki Ageng
Supa yang cacat.
Raden Rahmat pasrah demi keikhlasan buah yang tidak sengaja beliau makan tanpa seizin
pemiliknya. Ki Ageng Supa senang mendengar keputusan yang diambil Raden Rahmat. Dan
dipertemukanlah raden Rahmat dengan Siti Karimah. Ternyata yang dilihatnya berbeda dengan
apa yang didengarnya, Ki Ageng Supa pun tersenyum dan menjelaskan, maksudnya tuli yaitu dia
tidak pernah mendengar kata kemaksiatan, maksudnya buta yaitu dia tidak pernah melihat hal
maksiat, serta maksudnya lumpuh yaitu tidak satupun langkah kakinya menuju kemaksiatan.
Pernikahan pun terjadi antara Raden Rahmat dengan Siti Karimah, Siti Karimah menjadi istri
kedua Raden Rahmat dan dikarunia 6 orang anak.

Raden Rahmat melanjutkan lagi perjalanannya dalam menyebarkan ajaran islam dan
berdakwah. Raden Rahmat menelurusi Kali Brantas menuju Ujung Galuh. Dalam perjalanannya
Raden Rahmat berhenti di Kali Mas, beliau melihat segerombolan orang yyang bermain judi adu
ayam. Raden Rahmat pun terenyut hatinya dan mulai berdakwah di daerah Penele, dan
membangun sebuah masjid. Bangunan masjid itu mirip seperti kapal terbalik. Raden Rahmat
mempunyai ayam jago, ayam jago itu diadu dan selalu menang, orang-orang pun heran dengan
ayam jago beliau. Lalu Raden Rahmat menjelaskannya dan mereka terheran-heran dengan itu.
Orang-orang yang suka adu ayam berhenti dan mengikuti saran dari Raden Rahmat.

Setelah membangun masjid dan mengajak orang untuk bertobat dan berhenti judi ayam,
beliau melanjutkan perjalanan dakwahnya dan menuju Ampel Denta, beliau membangun masjid
dan pesantren dan memiliki santri-santri yang menikahi putri-putrinya. Di Ampel Denta beliau
mendapatkan gelar Sunan Ampel.
B. Dakwah Sunan Ampel

Sebagai seorang ulama yang giat berdakwah, Sunan Ampel mempunyai ajaran yang
terkenal dengan sebutan “molimo”. “Mo” yang berarti tidak mau dan “Limo” yaitu 5 perkara.
Jadi, molimo adalah tidak mau melakukan 5 perkara yang terlarang. Kelima ajaran Sunan Ampel
itu adalah :

1. Moh Main, artinya tidak mau main judi


2. Moh Mabuk, artinya tidak mau minum minuman yang memabukkan
3. Moh Madat, artinya tidak mau menghisap ganja atau narkoba
4. Moh Maling, artinya tidak mau mencuri atau kolusi
5. Moh Madon, artinya tidak mau main perempuan yang bukan istrinya (zina)
Menurut Babad Diponegoro, Sunan Ampelsangat berpengaruh dikalangan istana
Majapahit. Kedekatan beliau tersebut membuat penyebaran islam di daerah kekuasaan Majapahit
khususnya di pantai utara Pulau Jawa, tidak mendapatkan hambatan yang berarti, bahkan
mendapatkan izin dari penguasa kerajaan.
Sunan Ampel tercatat sebagai perancang kerajaan islam pertama di Pulau Jawa dengan
ibukota Bintoro, Demak. Beliaulah yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama
Demak, yang dipandang punya jasa paling besar dalam meletakkan peran politik umat islam di
Nusantara. Disamping itu beliau juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun 1479
masehi.

Sunan Ampel selama perjalanan dari Majapahit ke Surabaya, Raden rahmat atau Sunan
Ampel menyempatkan diri berdakwah dibeberapa tempat yang disinggahinya. Dakwahnya
tergolong unik, Sunan Ampel menjual kipas akar tumbuhan yang bisa didapatkan oleh orang
yang membaca dua kalimat syahadat. “ Untuk mendapatkan kipas Raden Rahmat itu, syaratnya
mudah. Hanya menggantinya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda masuk
islam”. Sebelum sampai di Ampel Denta, pengikut Sunan Ampel semakin hari, semakin banyak.
C. Masjid Agung Sunan Ampel

Masjid Agung Sunan Ampel merupakan masjid tertua nomor 3 di Indonesia. Didirikan
oleh Raden Rahmat pada tahun 1420 masehi didalam wilayah Kerajaan Majapahit. Masjid ini
dibangun dengan arsitektur jawa kuno dengan nuansa arab yang kental. Di kompleks masjid ini
terdapat Makam Sunan Ampel beserta istri dan kerabatnya. Selain itu juga terdapat makam
Shaleh yang merupakan pembantu dan santri pertama Sunan Ampel, serta makam Mbah Shon
Haji ( Mbah Bolong ) yang merupakan santrinya dan sekaligus penunjuk arah kiblat Masjid
Agung Sunan Ampel. Disana juga terdapat ratusan makam syuhada lain, serta kerabat dan
pengikut Sunan Ampel. Didalam Kompleks makam tersebut juga terdapat makam pahlawan
nasional KH. Mas Mansyur.

Masjid Agung Sunan Ampel luasnya 562,840 m2 dibagian barat masjid terdapat makam
Sunan Ampel beserta santri dan pengikutnya. Dibagian selatan terdapat bangunan berlantai 2,
lantai satu digunakan untuk musholah wanita sedangkan di lantai dua digunakan untuk kegiatan
belajar.

Ruang utama masjid memiliki 12 pintu terdiri dari 3 pintu penghubung ruang utama
dengan serambi masjid, 3 pintu berada di sebelah selatan, 3 pintu berada di sebelah utara, dan 3
pintu berada di sebelah timur. Di dalam ruangan masjid terdapat 34 tiang penyangga, 16 tiang
penyangga utama dan 18 tiang penyangga lainnya.

D. Letak Masjid dan Gapura disekeliling Masjid

Masjid ini dibangun oleh Raden Rahmat pada hatun 1420 masehi terletak dijalan KH.
Mas Mansyur di kelurahan Ampel kecamatan Semampir, Surabaya. Dahulunya adalah kawasan
Ampel Denta dan masih termasuk dalam wilayah Majapahit. Masjid ini dibangun dengan
arsitektur jawa kuno yang dipadukan dengan nuansa arab yang kental. Pada zaman dahulu masjid
ini digunakan sebagai tempat pertemuan para ulama dan wali untuk membahas mengenai
penyebaran agama islam di Pulau Jawa.
Gapura disekeliling Masjid Sunan Ampel ada 5 yaitu gapura munggah, gapura poso,
gapura ngamal, gapura ngadep, dan gapura penaksen.

 Dari arah selatan, tepatnya di jalan sasak terdapat pintu gerbang pertama yang bernama
Gapuro munggah. Gapuro munggah merupakan symbol dari rukun islam yang ke 5 yaitu
naik haji. Suasana pasar disekitar Masjidil Haram dapat dijumpai disekitar gapura ini.
 Setelah melewati gapura munggah, pengunjung akan melewati gapura poso ( puasa )
yang terletak diselatan masjid. Gapura ini menyimbolkan rukun islam yang ke 4 yaitu
puasa.
 Gapura berikutnya adalah gapura ngamal ( beramal ), gapura ini menyimbolkan rukun
islam yang ke 3 yaitu zakat. Disini pengunjung dapat beramal dan hasilnya untuk
perawatan dan biaya kebersihan masjid
 Gapura berikutnya adalah gapura madep yang letaknya persis disebelah barat bangunan
induk masjid. Gapura ini menyimbolkan rukun islam yang ke 2 yaitu sholat, dengan
menghadap kiblat.
 Gapura yang terakhir adalah gapura penaksen yang merupakan simbol dari rukun islam
yang pertama yaitu syahadat. Penaksen berarti kesaksian, gapura ini merupakan pintu
masuk ke makam.

E. Makna 16 Tiang Penyangga

Terdapat 16 tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati bermakna 16 huruf dalam
kalimat syahadat, dan makna tinggi tiang 17 meter adalah jumlah raka’at sholat fardhu dalam
sehari semalam.
F. Air Sumur Masjid Sunan Ampel

Di dalam Masjid Sunan Ampel ini terdapat sebuah sumur yang dulunya sumur ini dibuka
untuk umum dan setiap pagi, takmir masjid akan menimbah air dari sumur tersebut untuk
diisikan pada gentong-gentong dan kendi-kendi yang tersedia diarea masjid. Setiap pengunjung
dapat meminum air dari sumur tersebut. Namun seiring perkembangan zaman takmir masjid
tidak lagi menimbah dari sumur melainkan menggunakan pompa untuk mengisikan air langsung
ke tempat penampung air.

G. Keberadaan Makam Sunan Ampel

Makam Sunan Ampel berada di sebelah barat Masjid Agung Sunan Ampel dan
berdampingan dengan makam istrinya Nyai Condrowati, berserta ke 5 kerabatnya. Didekat
makam keduanya juga terdapat makam Shaleh yang merupakan pembantu dan santri pertama
Sunan Ampel, serta makam Mbah Shon Haji ( Mbah Bolong ) yang merupakan santrinya dan
sekaligus penunjuk arah kiblat Masjid Agung Sunan Ampel. Disana juga terdapat ratusan makam
syuhada lain, serta kerabat dan pengikut Sunan Ampel. Didalam Kompleks makam tersebut juga
terdapat makam pahlawan nasional KH. Mas Mansyur yang terletak di sisi timur masjid, itu
berada didalam kompleks makam keluarga besar Sagipoddin atau dikenal dengan Gipo.

H. Petilasan Sunan Ampel dan Makam disekitarnya

I. Aturan Pengunjung Wisata Sunan Ampel

Jika ingin mengunjungi wisata religi Sunan Ampel, maka perhatikan terlebih dahulu hal-
hal berikut :

 Berpakaian Sopan
Penjaga di muka gerbang Masjid Agung Sunan Ampel tidak segan mengingatkan
pengunjung perempuan agar mengenakan kerudung dan berpakaian sopan saat memasuki
area Masjid Agung Sunan Ampel. Mereka juga menyiapkan kain kerudung untuk
dipinjamkan kepada pengunjung secara gratis.
 Pengunjung laki dan perempuan dipisah
Dipelataaran makam Sunan Ampel yang ditutup oleh pembatas dibagi menjadi
dua, satu untuk peziarah laki-laki dan satunya lagi untuk peziarah perempuan.
 Pengunjung dilarang memotret Makam Sunan Ampel
Pengunjung dilarang memotret Makam Sunan Ampel, pengunjung hanya
diperbolehkan memotret di area depan gapura yang bertuliskan “ MAKAM SUNAN
AMPEL”
 Pengunjung harus membuka alas kaki ketika memasuki makam Sunan Ampel
 Tidak diperkenankan shalat di area pemakaman

J. Dampak Positif Adanya Wisata Sunan Ampel

Masjid Agung Sunan Ampel adalah masjid tua yang sangat terkenal bagi umat muslim di
Indonesia. Wisata ini mampu menyedot hingga ribuan pengunjung terutama pada bulan
ramadhan. Banyak umat muslim di Indonesia yang ingin berkunjung / berziarah ke wisata religi
ini, tidak hanya umat muslim dari Indonesia saja yang berkunjung ke tempat tersebut, bahkan
wisatawan dari berbagai negara juga datang bahkan sejumlah wisatawan non muslim pun juga
ikut berkunjung ke Wisata religi Masjid Sunan Ampel ini.
Terlepas dari pro dan kontra hukumnya orang berziarah ke makam, Pemerintah daerah
memberikan fasilitas dan infrastruktur. Karena begitu banyaknya pengunjung dari berbagai
penjuru daerah memberi dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, terutama dari sisi ekonomi,
karena tidak sedikit peziarah yang membelanjakan uangnya untuk membeli dagangan yang
ditawarkan untuk buah tangan. Dan dampak positif lainnya sebagai berikut :
 Dapat mengetahui tentang sejarah islam dan peninggalan ajaran Sunan Ampel
 Dapat mengetahui wujud Masjid Suci yang dibangun oleh Sunan Ampel
 Semua orang bisa menjalin kebersamaan dan tali silahturahmi tanpa pandang status
 Masyarakat dapat menikmati suasana seperti di Negeri Arab dengan berwisata ke masjid
Sunan Ampel ini.
K. Sejarah, Peran dan Perkembangan Pesantren

Sejarah Indonesia tidak bisa terlepas darin peran dan perjuangan berdirinya pesantren.
Sejak awal kedatangan islam, terutama pada masa walisongo hingga mas penjajahan Belanda,
masa kemerdekaan, hingga kini, pesantren menyumbang sejuta jasa yang tak ternilai harganya
bagi Indonesia terutama bagi perkembangan agama islam.

Pesantren atau Pondok Pesantren adalah sekolah islam berasrama ( zaman sekarang ).
Para pelajar pesantren disebut santri. Tujuan didirikannya pesantren adalah untuk memperdalam
pengetahuan tentang Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa arab dan kaidah-
kaidah tata bahasa Arab. Hal tersebut memang benar adanya, namun disamping itu menurut
kami, tujuan didiriannya pesantren adalah sebagai dakwah islamiyah dalam rangka memperluas
ajaran agama islam, meningkatkan iman, dan ketaqwaan kaum muslim.

Raden Fatah adalah raja pertama Kerajaan Demak, beliau adalah santri dari pesantren
Sunan Ampel. Dahulu, masjid menjadi pusat pendidikan islam dan kedudukan ulama menjadi
pewaris para nabi menuntut mereka untuk mewarisi sunnah nabi tersebut. Kemudian ketika
santri sudah cukup banyak sehingga memerlukan tempat penginapan, barulah dibangun pondok,
seperti pesantren tebu ireng, pesantren al-anwar, dan lain-lain. Namun hal yang kami sayangkan,
di Sunan Ampel kami tidak menemukan adanyan pondok pesantren. Beliau hanya mendirikan
masjid. Jadi tidak ada pondok pesantren di area Masjid Sunan Ampel.
BAB II

PENUTUP

2. 1 Kesimpulan

Sunan Ampel merupakan slah satu walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau
Jawa. Sunan Ampel lahir tahun 1401 masehi di Champa, dengan nama kecilnya yaitu Raden
Rahmat. Nama ayah beliau adalah Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi dan nama ibunya
adalah Dewi Chandrawulan. Sunan Ampel memiliki 5 orang anak dari istri pertamanya dan 6
orang anak dari istri kedua. Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan di
makamkan di sebelah Masjid Ampel, Surabaya. Kedatangan Sunan Ampel di Pulau Jawa
berawal dari niat Sunan Ampel untuk mengunjungi bibinya yang bernama Dewi Dwarawati yang
saat itu menjadi permaisuri Raja Brawijaya ( Raja Majapahit saat itu ). Kemudian, sebagai ipar
dari Raja Majapahit, Sunan Ampel meminta izin menetap dengan meminta tanah di wilayah
pesisir Pulau Jawa yang dinamakan Ampel Gading. Moh Limo adalah falsafah dakwah Sunan
Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak ditengah masyarakat pada zaman itu. Falsafah Moh
Limo yaitu moh main, moh mabuk, moh maling, moh madat dan moh madon.

Masjid Sunan Ampel yang bernuansa arsitektur Arab dan Jawa di bangun diatas tanah
seluas 120 x 180 meter oleh Sunan Ampel dan Mbah Sholeh serta para santrinya pada tahun
1420 masehi. Terdapat 16 tiang penyangga yang bermakna 16 huruf dalam kalimat syahadat, dan
makna tinggi tiang 17 meter adalah jumlah raka’at sholat fardhu dalam sehari semalam. Letak
Masjid Ampel terletak dijalan KH. Mas Mansyur di kelurahan Ampel kecamatan Semampir,
Surabaya. Gapura disekeliling Masjid Sunan Ampel ada 5 yaitu gapura munggah, gapura poso,
gapura ngamal, gapura ngadep, dan gapura penaksen. Di dalam masjid terdapat sumur yang
airnya tidak surut meski kemarau dan diminum oleh jutaan pengunjung. Makam Sunan Ampel
dijadikan 1 dengan makam istri dan kerabatnya yang dipagari dengan baja tahan karat. Dan
makam para petilasan Sunan Ampel, yaitu Mbah Bolong dan Mbah Shaleh juga dimakamkan di
sekitar masjid tersebut. Masjid Sunan Ampel adalah tempat ibadah yang bersejarah sekaligus
tempat wisata religi. Dengan ini, masyarakat disekitar Masjid Sunan Ampel memiliki dampak
positif yakni dapat menambah penghasilan dengan berjualan disekitar kawasan masjid.
2.2 Kritik dan Saran

Masjid Sunan Ampel merupakan tempat ibadah yang memiliki nilai sejaarah yang dapat
dijadikan sebagai tempat pembelajaran secara langsung tentang peninggalan sejarah yang ada di
kecamatan Semampir, Surabaya. Kita dapat menjalin sebuah kerjasama dan silahturahmi tanpa
memandang status. Dan kita sebagai generasi muda harus dapat melestarikan Masjid Sunan
Ampel secara bersama-sama dengan tetap menjaga keindahan dan kebersihan kawasan Masjid
Sunan Ampel agar semua masyarakat tetap tertarik berkunjung ke wisata Masjid Sunan Ampel.
Tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu masih banyaknya pengunjung yang melanggar
tata tertib di kawasan makam seperti memotret didalam kawasan makam Sunan Ampel, bahkan
sholat di dalam kawasan makam. Seharusnya lebih ditekankan dan didisiplinkan oleh pengawas /
penjaga wisata Makam Sunan Ampel agar masyarakat yang melanggar dapat mematuhi
peraturannya. Dan seharusnya pihak pemerintahan kota dapat menyediakan lahan / tempat parkir
yang lebih memadai agar para pengunjung / peziarah tidak kesusahan dalam meletakkan
kendaraan mereka. Demikian saran dan kritikan dari kelompok 4 ( Kelompok Sunan Ampel )
terkait hasil penelitian dan kunjungan di kompleks Masjid Sunan Ampel.

Anda mungkin juga menyukai