Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI
DI BIDANG PERTERNAKAN, DI BIDANG INDUSTRI, DAN
LINGKUNGAN

Disusun oleh

Guru Pembimbing

Elira Wati, S.pd

SMA NEGERI 4 KERINCI

TAHUN AJARAN 2023/2024 SEMESTER GANJIL


KATA PENGANTAR

 
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah,
rahmat dan karunianya serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga saya dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah dengan judul “PEMANFAATAN
BIOTEKNOLOGI”.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan
tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan
bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman
untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan
dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu
dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin. Selain itu
beberapa hal yang penting lainnya yang berkaitan dengan Bioteknologi akan kita
bahas disini.
Penulis menyadari bahwa materi dan teknik yang saya sampaikan dalam
makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Atas
kritik dan sarannya saya mengucapkan terimakasih.
Akhir kata pengantar kami mengucapkan terima kasih karena telah
berkenan membaca makalah ini. Semoga memberikan manfaat kepada kita
semua.  

Siulak , 18 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Hlm
COVER -----------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------- Ii
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------- Iii

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1

BAB II: PEMBAHASAN


2.1 Dasar dasar Bioteknologi....................................................................... 2
2.2 Pengertian Bioteknologi......................................................................... 4
2.3 Jenis Jenis Bioteknologi......................................................................... 6
2.4 Penerapan Atau Pemanfaatan Bioteknologi........................................... 7

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 10
3.2 Saran ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Anda tentu pernah memakan tempe, roti, atau keju, bukan? Bagaimana
dengan yoghurt, apakah Anda mengenalnya? Jika jawaban Anda adalah ''ya'',
berarti Anda telah menggunakan beberapa produk hasil bioteknologi.

Bioteknologi menggunakan makhluk hidup, pada umumnya berupa


mikroorganisme (bakteri dan jamur), untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat bagi manusia. Walaupun terdengar sebagai sesuatu yang sangat baru,
bioteknologi sebenarnya sudah digunakan dalam berbagai proses pada zaman
dahulu. Misalnya, penggunaan ragi untuk mengembangkan dan membuat adonan
roti serta pembuatan keju dan minuman beralkohol adalah merupakan salah satu
contoh penerapan bioteknologi. Akan tetapi, bioteknologi yang digunakan masih
bioteknologi sederhana atau konvensional. Bioteknologi terus berkembang seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah bioteknologi
modern pun muncul sebagai respons dari cepatnya perkembangan bioteknologi.
Kloning dan tanaman transgenik merupakan contoh produk bioteknologi modern.
Bioteknologi tercipta karena dorongan kebutuhan manusia yang semakin
meningkat. Berbagai usaha telah dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hal ini tidak hanya terjadi pada bidang pertanian dalam memenuhi
kebutuhan pangan saja, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya.

A.    Rumusan Masalah


1.      Bagaimana dasar-dasar bioteknologi?
2.      Bagaimana perkembangan bioteknologi?
3.      Apa saja peranan bioteknologi dalam kehidupan?
4. Pemanfaatan dibidang peternakan ?
5. Pemanfaatan dibidang industri ?
6. Pemanfaatan dibidang Lingkungan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dasar-dasar Bioteknologi


1.      Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi dari asal katanya sendiri, yaitu bio artinya hidup atau
organisme hidup dan kata teknologi artinya suatu cara atau teknik. Kata
bioteknologi mulai muncul pada tahun 1917 dari seorang ilmuan asal Hungaria
yang bernama Karl Ereky untuk menjelaskan penggunaan gula bit hasil fermentasi
sebagai pakan ternak babi. Pemberian gula bit dapat meningkatkan produksi
ternak babi. Cara ini, disebut bioteknologi karena menggunakan gula bit dari hasil
fermentasi. Namun pada saat itu, orang belum tertarik untuk memahami istilah
bioteknologi. (Fahruddin, 2010: Hal 13)
Baru pada tahun 1961 Carl Goran Heden ahli mikrobiologi menerbitkan
jurnal ilmiah Biotechnology and Bioengineering, banyak mempublikasikan hasil-
hasil penelitiannya dalam jurnal tersebut yaitu mengenai pemenfaatan jazad hidup
dalam mengahasilkan berbagai bahan untuk kebutuhan manusia, kemudian
muncul definisi bioteknologi yang diartikan sebagai pemanfaatan jazad hidup
dalam industri untuk menghasilkan barang dan jasa. (Bioteknologi Lingkungan
Fahruddin, 2010: Hal 13)
Pada prinsipnya definisi tentang bioteknologi pada umumnya mengkaitkan
pada kegiatan mikroba, sistem dan proses biologi, dengan produksi barang dan
jasa atau yang mengkaitkan aktivitas biologis dengan proses tehnik dan produksi
dalam industri. Untuk lebih ringkasnya bioteknologi adalah ilmu terapan biologi
yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika
untuk menghasilkan produk dan jasa. Organisme yang digunakan dalam
bioteknologi paling sering adalah mikroba seperti bakteri, kapang dan yeast (ragi).
(Fahruddin, 2010: Hal 13)
2.      Jenis-jenis Bioteknologi
Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi konvesional dan
bioteknologi modern.
a.      Bioteknologi Tradisional dan Konvesional
Aplikasi bioteknologi secara tradisonil, yaitu bioteknologi yang belum
mengenal adanya istilah genetika dan kloning. Bioteknologi ini seperti yang telah
dicontohkan di atas, adalah berupa pemanfaatan mikroba dalam fermentasi,
seleksi atau persilangan tradisional dibidang pertanian dan peternakan untuk
mencari bibit unggul. Selain pemanfaatan mikroba dengan menghasilkan produk,
bioteknologi tradisinal juga termasuk dalam tehnik seleksi di bidang pertanian dan
peternakan : yaitu pemilihan sifat yang sesuai dengan keinginan manusia melalui
hibridisasi dengan tujuan memperbaiki keturunan (Fahruddin, 2010: Hal 14).
Prinsip bioteknologi konvensional pada dasarnya untuk pemenuhan
kebutuhan dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan metode tebaru untuk
mengembangkan produk (Fahruddin, 2010: Hal 14).
b.      Bioteknologi Modern
Prinsip bioteknologi modern lebih banyak menggunakan sumber genetik
yakni DNA organism yang telah dimanipulasi dan disebut rekayasa genitika.
Bioteknologi modern juga disebut bioteknologi generasi kedua, berkembang
setelah perang Dunia Kedua dengan memanfaatkan organisme hasil rekayasa
genetika, agar proses pengubahan dapat berlangsung secara lebih efiesien dan
efekti. Secara sederhana rekayasa genetika dapat diterangkan sebagai tehnik untuk
menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru sesuai yang diinginkan dengan
mengubah atau menambah molekul DNA pada gen (Fahruddin, 2010: Hal 15).
Prinsip dasar rekayasa genitika sebagai berikut.
1)      DNA Rekombinan
Teknik DNA rrekombinan dilakukan dengan pengubahan susunan DNA
sehingga diperoleh susunan DNA baru yang mampu mengekspresikan sifat-sifat
yang diinginkan. Teknik ini digunakan untuk menghasilkan organism transgenik.
Proses DNA rekombinan ini meliputi isolasi DNA, transplantasi gen atau DNA,
dan memasukkan DNA ke dalam sel hidup (Kusumawati, 2012: 171).
2)      Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma disebut juga teknologi hibrodoma yang dilakukan
dengan menggabungkan dua sel dari jaringan yang sama atau dua sel dari
organism yang berbeda dalam suatu medan listrik. Teknik ini diguakan untuk
menghasilkan organisme transgenik. Prinsip dari fusi protoplasma adalah
menggabungkan kedua isi sel dengan terlebih dahulu menghilangkan dinding sel
atau membrane sel dari kedua sel yang akan digabungkan dalam suatu medan
listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada sel tumbuhan maupun hewan
(Kusumawati, 2012: 173).
3)      Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secra vegetative
buatan yang didasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan. Prinsip kultur jaringan
dalah menumbuhkan jaringan maupun sel tumbuhan dalam suatu media buatan
secara antiseptic. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa setiap sel tumbuhan
mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru apabila sitempatkan
pada lingkungan yang sesuai. Sifat individu baru yang dihasilkan sama persis
dengan sifat induknya (Kusumawati, 2012: 173).
Bagian tumbuhan yang ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan.
Eksplan yang sering digunakan merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel-
sel yang aktif membelah seperti ujung akar dann ujung batang. Potongan bagian
tumbuhan yang ditanam pada media kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus
merupakan massa sel yang belum terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang
menjadi tanaman lengkap uyang disebut plantlet (Kusumawati, 2012: 173).
Media kultur jaringan yang digunakan biasanya berupa gar-agar yang
ditambah dengan unsur hara dan vitamin yang dibutuhankan oleh tumbuhan
media tersebut juga dapat ditambah dengan hormon pertumbuhan, misalnya
auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu pertumbuhan akar, sedang sitokinin
akan memicu pertumbuhan tunas. Komposisi kultur jaringan tergantung pada
spesies tumbuhan yang akan diperbanyak (Kusumawati, 2012: 173).
4)      Kloning
Kloning atau transplantasi atau pencangkokan nukleus digunakan untuk
menghasilkan individu yang secara genetic identik dengan induknya. Proses
kloning dilakukan dengan cara memasukkan inti sel donor ke dalam sel telur yang
telah dihilangkan inti selnya. Selanjutnya, sel telur tersebut diberi kejutan listrik
atau zat kimia untuk memacu pembelahan sel. Ketika klon embrio telah mencapai
tahap yang sesuai, embrio dimasukkan ke dalam rahim hewan betina lainnya yang
sejenis. Hewan tersebut selanjunya akan mengandung embrio yang ditanam dan
melahirkan anak hasil kloning. Contoh hewan hasil kloning adalah domba Dolly
(Kusumawati, 2012: 174).
5)      Teknik Bayi Tabung
Teknik bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang
sulit memperoleh keturunan. Pasangan suami istri tersebut sebenarnya mampu
menghasilkan sel kelamin secara normal. Namun, karena adanya faktor-faktor
tertentu mengakibatkan proses pembuahan tidak dapat menjadi misal
tersumbatnya saluran telur (Kusumawati, 2012: 175).
Pembuahan yang dilakukan pada teknik bayi tabung (fertilisasi in vitro)
berada di luar tubuh induk betina. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk
embrio. Embrio kemudian ditanam (diimplantasi) pada rahim pendonor. Embrio
tersebut selanjutnya tumbuh menjadi anak yang siap dilahirkan (Kusumawati,
2012: 175).

B.     Perkembangan Bioteknologi


Bioteknologi, dari awal penerapannya sampai dengan tahun 1857, disebut
era bioteknologi non-mikrobiol. Karena pada masa itu belum diketahui kalau
fermentasi dilakukan oleh makhluk hidup. Produk lain dari bioteknologi non-
mikrobiol antara lain: anggur, bir, roti, keju, yoghurt, susu masam, sake, dan
sebagainya (Sutarno, 2000: 7.6).
Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobiol dimulai sejak tahun
1957 setelah Louis Pasteur mengetahui kalau fermentasi, merupakan proses yang
dilakukan oleh makhluk hidup (Lee, 1983). Produk hasil fermentasi bioteknologi
era mikrobiol antara lain: tembakau, teh dan coklat yang difermentasikan
(Sutarno, 2000: 7.5).
Pada tahun 1920, proses fermentasi yang ditimbulkan oleh
mikroorganisme mulai digunakan untuk memproduksi zat-zat seperti aseton,
butanol, etanol dan gliserin. Feremtasi juga digunakan untuk memproduksi asam
laktat dan asam asetat (Apeldoorn,1981).
Setelah Perang Dunia II, dihasilkan produk bioteknologi lain yaitu
penisilin, dan diikuti oleh peningkatan penelitian mikroorganisme lain yang juga
dapat menghasilkan antibiotik dan zat-zat lain seperti vitamin, steroid, enzim, dan
asam amino (Sutarno, 2000: 7.5).
Produksi antibiotik membawa serta perbaikan di bidang teknologi
fermentasi, karena dapat menciptakan kondisi suci hama, dalam arti mampu
mengendalikan lingkungan fermentasi sedemikian rupa, sehingga dalam
lingkungan fermentasi tidak ada jenis mikroba lain selain mikroba yang
digunakan untuk fermentasi itu. Dengan demikian, mikroba tersebut dapat tumbuh
subur dan menghasilkan antibiotik secara optimum (Rehm, 1981).
Perkembangan yang pesat di bidang biologi molekuler dan biologi seluler
dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, sepenuhnya menjadi dasar ilmiah utama
untuk perkembangan teknologi mutakhir. Teknologi enzim dan rekayasa genetic
mengantarkan ke suatu bioteknologi dimensi baru, yang berkembang dengan
sangat pesat. Era ini kemudian disebut era bioteknologi modern, sedangkan dua
era sebelumnya sering disebut sebagai era bioteknologi tradisional (Apeldoorn,
1981).
Penemuaan rekayasa genetika melalui teknologi rekombinan DNA
(deoxyribose nucleic acid = asam deoksiribonukleat/ADN, yang terjadi pada
tahun 1973 bertanggung jawab atas terjdinya perkembangan bioteknologi yang
demikian pesat. Teknik ini tidak hanya memberikan harapan dapat
disempurnakannya proses proses dan produk saat ini, tetapi diharapkan juga
mampu mengembangkan produk baru yang sebelumnya (dalam bioteknologi
tradisional) diperkirakan tidak mungkin dibuat dan memudahkan realisasi proses-
proses lain yang baru pula (Sutarno, 2000: 7.6).
Tidak perlu diragukan bahwa teknologi rekombinan ADN merupakan
penyebab utama ketenaran bioteknologi pada saat ini. selain itu, harus ditekankan
bahwa teknologi rekombinan juga merupakan hal yang sangat penting untuk
perkembangan aktivitas dalam bidang lain yang esensial dan juga untuk
perkembangan bioteknologi. Subjek paling penting yang dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi rekombinan ADN dalam bidang bokatalisator meliputi
isolasi, imobilisasi dan stabilisasi enzim, serta mobilisasi dan stabilisasi mikro
organism sebagai makhluk dan sebagai sel individual. Teknologi rekombinan
ADN juga berpengaruh dalam bidang imunologi, terutama dalam pembuatan
antibodi monoklonal, dalam teknologi fermentasi, dalam produksi, pengolahan
limbah dan bioelektrokimia (Sutarno,2000: 7.6).

C.    Penerapan atau pemanfaatan Bioteknologi dalam Kehidupan


1.      Pangan
Beberapa contoh bioteknologi tradisional di bidang pangan misalnya, tempe
dibuat dari kedelai menggunakan jamur Rhizopus, tape dibuat dari ketela pohon
dengan menggunakan Khamir Saccharomyces cereviceae, keju dan yoghurt dibuat
dari susu sapi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus. (Rachmawati, 2009:
Hal 154)
2.     Perternakan
Adapun contoh pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan di
antaranya sebagai berikut.
a.       Sapi Perah dengan Hormon Manusia
Teknologi DNA rekombinan mampu menyisipkan gen laktoferin pada
manusia yang memproduksi HLF (Human Lactoferin) pada sapi perah. Dengan
penyisipan ini akan dihasilkan sapi yang mampu memproduksi susu yang
mengandung laktoferin. Contohnya sapi Herman (Kusumawati, 2012: 180).
b.      Bovin Somatotropin (BST)
Teknologi ini dilakukan dengan menyisipkan gen somatotropin sapi pada
plasmid. Escherichia coli untuk menghasilkan BST. BST yang ditambahkan pada
makanan ternak dapat meningkatkan produksi daging dan susu ternak
(Kusumawati, 2012: 180).
3.      Bidang Kedokteran
a.       Antibiotik
Pembuatan antibiotik termaksud penerapan bioteknologi konvensional.
Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
dimanfaatkan sebagai penghasil antibiotik di antaranya sebagai berikut.
1)   Jamur Cephalosporium sp. Menghasilkan antibiotik sefalosporin untuk membunuh
bakteri yang kebal terhadap antibiotik penisilin.
2)   Bakteri Streptomyces griseus menghasilkan antibiotik streptomisin untuk
membunuh bakteri yang kebal terhadap antibiotik penisilin dan sefalosporin.
3)   Bakteri Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum menghasilkan
antibiotik penisilin untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus (Kusumawati, 2012: 180).
b.      Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pancreas dan
berfungsi mengatur kadar gula dalam darah. Melalui teknik rekayasa genitika,
insulin dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Produksi insulin dibuat dengan
mencangkokkan gen yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Bakteri
dengan DNA rekombinan ini kemudian membelah diri. Bakteri ini selanjutnya
akan memproduksi insulin yang dibutuhkan. Penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan insulin disebut diabetes mellitus. Penyakit ini dapat diatasi dengan
memberikan insulin ke dalam tubuh. Oleh karena itu, insulin diperoleh dengan
mengambil kelenjar pancreas dari hewan untuk keperluan pengobatan diabetes
melitus (Kusumawati, 2012: 180).
c.       Vaksin Transgenik
Vaksin adalah siapan antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk
memicu terbentuknya sistem kekebalan tubuh. Pembuatan vaksin dilakukan
melalui teknik DNA rekombinan dengan mengisolasi gen yang mengkode
senyawa penyebab penyakit (antigen) dari mikrobia yang bersangkutan. Gen
tersebut kemudian disisipkan pada plasmid mikrobia yang telah dilemahkan
sehingga mikrobia ini menjadi tidak berbahaya karena telah dihilangkan bagian
yang menimbulkan penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang disisipi gen
tersebut akan membentuk antigen murni. Mikrobia ini dapat dibiakkan dalam
media kultur sehingga terbentuk antigen murni dalam jumlah yang banyak.
Apabila antigen ini disuntikkan kepada manusia, sistem kekebalan tubuh akan
membentuk antibody yang berfungasi melawan antigen yang masuk ke dalam
tubuh (Kusumawati, 2012: 181).
d.      Antibodi Monoklonal
Bioteknologi pembuatan antibody monoclonal menggunkan prinsip fusi
protoplasma. Fusi protoplasma dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari
jaringan yang sama atau dari dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu
medan listrik. Fusi tersebut menghasilkan sel-sel yang dapat menghasilkan
antibodi sekaligus memperbanyak diri secara terus-menerus seperti sel kanker
yang dinamakan antibodi monoklonal (Kusumawati, 2012: 182).
Pembuatan antibodi monoklonal dapat dijelaskan sebgai berikut. Kelinci
atau tikus terlebih dahulu disuntik dengan antigen kemudian diambil limpanya
(temat pembuatan limposit B). Sel-sel limfosit B inin kemudian didifusikan
dengan sel myeloma (sel kanker) melalui elektrofusi. Elektofusi adalah fusi secara
elektris dengan frekuensi tinggi yang mengakibatkan sel-sel tertarik satu sama lain
dan akhirnya bergabung. Sel-sel hasil fusi kemudian diseleksi untuk diidentifikasi.
Sel-sel yang telah diseleksi kemudian diinjeksi ke tubuh hewan. Dalam tubuh
hewan, sel-sel gabungan tersebut akan membentuk antibodi. Sel gabungan
tersebut juga dapat dibiakkan di dalam media kultur sehingga menghasilkan
antibodi dalam jumlah banyak (Kusumawati, 2012: 182).
Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan
hormon korionik gonadotropin dalam urine wanita hamil. Dengan demikian,
antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mengetahui adanya kehamilan.
Antibodi monoklonal juga dimanfaatkan untuk deteksi dini dan membunuh sel
kanker (Kusumawati, 2012: 182).
e.       Terapi Gen pada Penderita Fibrosis Sistik
Penderita fibrosis sistik mengalami kesulitan bernafas karena paru-paru
terisi lender. Hal ini disebabkan mutasi gen yang mengakibatkan tidak
terbentuknya alfa-1-antitripsin (ATT). Untuk mengatasi masalah tersebut
dilakukan terapi gen untuk memperbaiki atau mengganti gen-gen penyebab
penyakit. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengisolasi gen yang
mengkode ATT dari orang sehat untuk dimasukkan ke dalam DNA virus.
Selanjutnya, virus tersebut diidentifikasi pada paru-paru pasien. Virus akan
mentransfer gen pengode ATT yang dibawa dalam sel paru-paru pasien. Dengan
demikia, sel paru-paru pasien dapat membuat protein ATT dan pasien dapat
bernapas dengan lebih normal (Kusumawati, 2012: 183)

4. Dibidang Industri

Bioteknologi industri adalah aplikasi bioteknologi untuk memenuhi tujuan


aktivitas industri, termasuk manufaktur, bioenergi, dan biomaterial. Juga
mencakup penggunaan sel dan komponen sel seperti organel dan enzim untuk
menghasilkan produk. Bioteknologi mampu mempengaruhi berbagai industri
kimia karena banyak produknya mampu dihasilkan secara efisien dengan
bioteknologi. Selain itu, bioteknologi juga menjadikan banyak industri terkait
secara signifikan menjadi kurang bergantung pada bahan bakar fosil.
Produksi penisilin dapat menjadi contoh bagaimana bioteknologi tumpang tindih
dengan industri lain seperti farmasi.

Berdasarkan klasifikasi yang diberikan Biotechnology Industry


Organization, terdapat tiga tahap industrialisasi bioteknologi. Tahap pertama
adalah bioteknologi hijau yang pertama kali berkembang dalam bentuk industri
pertanian. Tahap kedua yaitu industri farmasi dan bioteknologi kedokteran. Dan
tahap ketiga adalah bioteknologi industri di mana bioteknologi
diindustrialisasikan secara besar-besaran di semua sektor industri, terutama di
bidang energi (bioenergi) dan bioproses.

Bioteknologi industri sangat terkait dengan perubahan iklim, terutama


dalam kemampuannya menggunakan material biologis dalam menangkap karbon
di udara selama proses produksi berlangsung dan produksi bioenergi untuk bahan
bakar industri. Bioenergi juga menghasilkan emisi seperti bahan bakar pada
umumnya, namun dikategorikan ramah lingkungan karena selama proses produksi
berlangsung sejumlah karbon dioksida diserap dari udara.

Bioteknologi industri juga mampu mengurangi penggunaan lahan yang


biasanya digunakan untuk menanam bahan pangan. Bioteknologi industri mampu
menghasilkan bahan pangan bernutrisi lengkap di dalam laboratorium
menggunakan alga. Selain itu, aplikasi produk bioteknologi industri juga bisa
digunakan di lahan pertanian, misal pupuk hayati untuk diaplikasikan ke tanaman
pertanian sehingga produksi bahan pangan meningkat. Bioteknologi industri juga
mampu mengurangi persaingan antara kebutuhan bahan bakar dan kebutuhan
bahan pangan karena mampu mengolah bahan non-pangan (seperti selulosa dan
lemak nabati non-pangan (minyak jarak, minyak nyamplung)) menjadi bahan
bakar. Persaingan ini terutama terjadi pada produksi tebu sebagai bahan baku
industri etanol dan gula, dan produksi kelapa sawit untuk
industri biodiesel dan minyak goreng.

Bioteknologi industri juga mampu mengolah sampah pertanian menjadi


bahan baku industri, bahan siap pakai, dan energi; serta menggantikan
penggunaan bahan baku industri yang tidak ramah lingkungan, misal
menggantikan plastik dengan bioplastik.

      5. Bidang Lingkungan


Aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan digunakan untuk mengani
pencemaran lingkungan. Pada proses pemurnian logam. Bahan-bahan tambang
yang diperoleh umumnya masih terikat dengan bijihnya (kotoran). Untuk itu
diperlukan bahan kimia untuk memurnikannya. Namun, bahan-bahan kimia
tersebut ternyata kurang efektif dalam memisahkan logam dari bijihnya sehingga
banyak sisa bahan tambang yang kemudian dibuang sebagai limbah. Dengan
menggunkan bakteri Thlobacillus ferrooxidans, berbagai jenis logam dapat
diambi dari cairan sisa penambangan. Bakteri ini mampu mengoksidasi belerang
yang mengikat berbagai logam seperti tembaga, seng, dan uranium membentuk
logam sulfida. Bakteri tidak memanfaatkan logam-logam tersebut sehingga
natinya logam akan dilepas ke air dan dimanfaatkan oleh manusia. Dengan
demikian, pencemaran lingkungan akibat limbah penambangan dapat dikurangi
dengan memanfaatkan peran mikroorganisme (Kusumawati, 2012: 183).
Biotenologi juga diterapkan untuk mengatasi pencemaran akibat tumpahan
minyak di laut. Tumpahan minyak tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan
bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut mampu menguraikan ikatan
hidrokarbon pada minyak bumi (Kusumawati, 2012: 183).
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu
mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika untuk menghasilkan produk
dan jasa.
2.      Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi konvesional dan bioteknologi
modern.
        Bioteknologi Tradisional dan Konvesional
        Bioteknologi Modern
3. Perkembangan bioteknologi
4. Penerapan atau pemanfaatan bioteknologi
        Pangan
        Bidang Pertanian dan Perternakan
        Bidang Kedokteran
        Bidang Lingkungan
B.     Saran
Bioteknologi memiliki dampak positif dan negatif. Akan lebih baik jika
penggunaan bioteknologi digunakan secara bijaksana dan semanfaat mungkin
tanpa harus memberikan dampak negatif dilingkungan sekitar. Dan diharapkan
dengan semakin berkembangnya bioteknologi dapat meningkatkan kesejahteraan
umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

 Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V.
Minorski & R.B. Jackson. 2010. Biologi (Edisi Kedelapan-Jilid 1).
Jakarta : Erlangga.
 Faidah Rachmawati, Nurul Urifah, dan Ari Wijayati. 2009. Jakarta:
Ricardo Publishing and Printing
 Fahruddin. 2010. Bioteknologi Lingkungan. Bandung: Alfabeta.
 Rohana Kusumawati, Muhammad Luthfi Hidayat. 2012. Klaten: Intan
Pariwara.
 Sutarno, Nono. 2000. Biologi Lanjutan Umum II. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai