Di daerah perkotaan, sampah menjadi masalah yang cukup pelik.
Lingkungan perkotaan sangat berpotensi menimbulkan permasalahan sampah. Penumpukan sampah di beberapa tempat dengan mudah dapat terjadi. Jenis sampah yang terdapat di daerah perkotaan lebih beragam dan umumnya terdiri dari sampah anorganik yang sulit diuraikan secara alami. Kaleng, botol, plastic dan bekas kemasan makanan mendominasi tumpukan sampah di daerah perkotaan. Sementara, sampah organik ini biasanya berupa serasah daun di halaman, sisa makanan, dan sampah dapur lainnya (Mutawakil, 2006). Jumlah sampah organik setiap hari terus bertambah. Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah organik (baik secara langsung atau tidak langsung) sekitar setengah kilogram per orang per hari. Jika jumlah penduduk Indonesia sebanyak 220 juta, produk sampah organik setiap harinya sebanyak 110.000 ton atau 40.150.00 ton per tahun (Sofian, 2006). Penggunaan pupuk organik makin digalakkan karena mempunyai banyak keuntungan, antara lain keuntungan bagi lingkungan, bagi tanah, dan bagi tanaman kompos sangat membantu dalam penyelesaian masalah lingkungan, terutama sampah. Karena bahan baku pembuatan kompos adalah sampah maka permasalahan sampah rumah tangga dan sampah kota dapat diatasi. Bagi tanah kompos memberi atau menambah unsur hara, dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, dan menyimpan air. Dengan demikian membaiknya kualitas tanah dan didukung dengan unsur hara yang mencukupi, tanaman yang tumbuh di atasnya jelas akan memberikan produksi yang optimal (Murbandono, 2007). Sampah organik (kompos) merupakan hasil perombahakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N ,20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung (Nisak dkk, 2019). Salah satu penyumbang sampah terbesar di perkotaan adalah daerah kampus, dimana terdapat banyak jenis sampah mulai dari plastik, botol, dan daun- daun kering. Unhas sendiri merupakan salah satu kampus yang menjadi penghasil sampah daun, sebagaimana diketahui terdapat banyak pohon dan juga tanaman yang tumbuh di lingkungan Unhas. Potensi sampah inilah yang bisa dimanfaatkan delam pembuatan kompos, sehingga permasalah sampah dapat dikurangi. Sampah daun sendiri termasuk sampah organik yang mudah terurai di tanah sehingga sangat baik untuk dimanfaatkan untuk lingkungan, serta memberikan nilai ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Murbandono, L.HS. 2007. Membuat Kompos: edisi revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mutawakil. 2006. Pengolahan Limbah Got sebagai Peluang Usaha. Penerbit
Swadaya. Jakarta.
Nisak, F., Yeni, I. K., dan Bambang, G. 2019. Pemanfaatan Biomas Sampah
Organik. Uwais Inspirasi Indonesia. Jakarta.
Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. PT AgroMedia Pustaka.