Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KIMIA ORGANIK
Dibuat untuk memenuhi tugas perbaikan nilai

DOSEN PENGAMPU :
ELDYA MOSSFIKA, S.Si, M.Si

DISUSUN OLEH :
SILVIA MAHARANI
211048201009

PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS SUMATRA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah KIMIA ORGANIK dengan tepat waktu. Makalah
disusun untuk memenuhi tugas perbaikan nilai kimia organik. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan bagi para membaca dan juga bagi penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih semua pihak yang telah membantu menyelesaikannya makalah
ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuk Alung, 5 juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................
A. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................
C. TUJUAN MASALAH ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................
2.1 Teori-teori konsep dasar kimia organik,pembentukan dan klasifikasi ikatan kimia
2.2 Tata nama dan penggolongan senyawa organic.................................................
2.3 Bentuk-bentuk struktur kimia dalam ruang tiga dimensi (sterokimia) dan konformasi
senyawa organic.......................................................................................................
2.4 Sifat dan teori aromatisitas senyawa organic.....................................................
2.5 Jenis reaksi kimia organik...................................................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................................
A. KESIMPULAN ........................................................................................................
B. SARAN .....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

1. TEORI-TEORI KONSEP DASAR KIMIA ORGANIK,PEMBENTUKAN DAN


KLASIFIKASI IKATAN KIMIA

 Kimia Organik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat-sifat,
perubahan, komposisi, reaksi dan sintesis senyawa yang mengandung atom
karbon tidak hanya senyawa hidrokarbon, tetapi juga senyawa yang mengandung
unsur lain, seperti hidrogen, nitrogen, oksigen, halogen fosfor, silikon dan sulfur.
 Ikatan Kimia:
Gaya tarik yang menyebabkan atom-atom yang terikat satu sama lain dalam suatu
kombinasi untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks.
 Pembentukan ikatan kimia :
Ikatan kimia bisa terjadi dengan beberapa jenis ikatan. Cara terjadinya ikatan
kimia adalah dengan serah terima elektron atau penggunaan elektron bersama-
sama. Serah terima elektron adalah salah satu atom melepaskan elektron kepada
atom lain, dan atom yang lain tersebut menerima elektron.
Tujuan pembentukan ikatan kimia: agar terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur.
Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu
atom/unsur yang terlibat.

 Klasifikasi Ikatan Kimia :


 Ikatan ion :
Ikatan yang terjadi antara ion positif dan ion negatif dalam satu senyawa ionik.
 Ikatan Kovalen :
Ikatan yang terjadi antar atom dalam molekul yang melibatkan pemakaian
elektron bersama.

2. TATA NAMA DAN PENGGUNAAN SENYAWA ORGANIC.

Untuk menghadapi meledaknya jumlah-jumlah senyawa organik, padaabad 19


ahli kimia organik memutuskan untuk mensistematikkan tata namaorganik untuk
menghubungkan nama senyawa dan strukturnya. Sistem tatanama yang telah
dikembangkan disebutkan nama Jenewa atau sistemIUPAC yang merupakan inisial
dari International Union of Pure and Applied Chemistry.
Kebanyakan senyawa organik mempunyai bagian dari strukturnya,yang terdiri
dari atom karbon dan hidrogen. Senyawa yang terdiri darikarbon dan hidrogen ini
disebut senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon yangdisampaikan disini adalah yang
tergolong ke dalam alkana.
Pada umumnya, penamaan senyawa organik ditentukan pertama kali dengan
melihat gugus fungi yang menjadi prioritas utama. Selanjutnya melihat rantai dan
cabang dari senyawa tersebut. Penamaan senyawa organik menggunakan awalan,
sisipan, maupun akhiran, misalnya 1,2-dimetilpentana.
Dan penggunaannya selain memberikan nutrisi senyawa organik juga berfungsi
sebagai bahan tambahan makanan contohnya adalah bahan pengawet seperti asam
benzoate, asam propionate, natrium sorbat.

3. BENTUK-BENTUK STRUKTUR KIMIA DALAM RUANG TIGA DIMENSI


(STEROKIMIA) DAN KONFORMASI SENYAWA ORGANIC.

STEROKIMIA :
susunan ruang dari atom dan gugus fungsi dalam molekul umumnya molekul
organik dalam obyek tiga dimensi yang merupakan hasil hibridisasi dan ikatan secara
geometri dari atom dalam molekul. Artinya bagaimana atom-atom dalam sebuah
molekul diatur dalam ruang satu terhadap ruang yang lainnya.

KONFORMASI :
merupakan suatu keadaan dimana terjadi penataan berbeda-beda dalam ruang
yang diakibatkan oleh adanya rotasi gugus yang mengelilingi ikatan α. Atom-atom
dalam suatu molekul dalam membentuk suatu ruang dengan tatanan tertentu.
Penataan ruang inilah yang disebut dengan konformasi.

4. SIFAT DAN TEORI AROMATISITAS SENYAWA ORGANIC


Sifat senyawa organik yaitu mudah larut dalam pelarut organik (selain air), akan
tetapi tidak larut jika pelarutnya adalah air. Sedangkan sifat senyawa anorganik
adalah kebalikannya yaitu umumnya tidak larut dalam pelarut organik, tetapi mudah
larut dalam air.
Aromatisitas adalah sebuah sifat kimia di mana sebuah cincin terkonjugasi yang
ikatannya terdiri dari ikatan tidak jenuh, pasangan tunggal, atau orbit kosong
menunjukan stabilitas yang lebih kuat dibandingkan stabilitas sebuah sistem yang
hanya terdiri dari konjugasi. Aromatisitas juga bisa dianggap sebagai manifestasi dari
delokalisasi siklik dan resonansi. Senyawa Aromatik adalah senyawa organik yang
memiliki gugus fenil. Senyawa Aromatik bersifat karsinogenik genetoxic, yang tidak
ada batas aman untuk terkena risiko kanker. Contoh dari senyawa Aromatik adalah
Benzena.
Sedangkan senyawa Alifatik adalah senyawa organic yang tidak memiliki gugus
fenil. Senyawa alifatik umumnya udah terbakar sehingga sering digunakan sebagai
bahan bakar. Contoh dari Senyawa Alifatik adalah Metana dan Asetilen. Perbedaan
dari kedua senyawa tersebut terletak pada ada tidaknya gugus fenil. Dalam kimia,
gugus fenil adalah salah satu gugus fungsional pada suatu rumus kimia. Rumusnya
adalah CH Pada gugus ini, enam atom karbon disusun pada struktur cincin siklik.
Cincin ini bersifat sangat stabil, dan merupakan bagian dari kelompok senyawa
aromatik Cincin fenil bersifat hidrofobik menolak air dan hidrokarbon aromatik.
Gugus ini dapat ditemukan di banyak senyawa organic.

5. JENIS DAN KINETIK REAKSI KIMIA SENYAWA ORGANIK,SIFAT DAN


JENIS REAKSI-REAKSI KIMIA ORGANIK.
a. Kinetika kimia adalah ilmu yang mempelajari laju reaksi secara kuantitatif
termasuk di dalamnya mempelajari:
 pengukuran laju reaksi dan variabel-variabel pada laju reaksi yaitu
konsentrasi, suhu, dan tekanan terutama untuk reaksi yang lambat, dimana
waktu reaksi mempengaruhi besamya konversi
 mekanisme terjadinya reaksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diungkap permasalahan sebagai berikut :

1. Menyebutkan teori-teori konsep dasar kimia organik,pembentukan dan klasifikasi ikatan


kimia
2.menyebutkan tata nama dan penggunaan senyawa organik
3.menyebutkan bentuk-bentuk srtuktur kimia dalam ruang tiga dimensi (streokimia) dan
konformasi senyawa organic.
4.apa itu sifat dan teori aromatisitas senyawa organic
5.apa saja jenis dan kinetika reaksi kimia senyawa organik,sifat dan jenis reaksi-reaksi kimia
organik

1.3 TUJUAN
1.Mengetahui teori-teori konsep dasar kimia organik,pembentukan dan klasifikasi ikatan
kimia
2.mengetahui tata nama dan penggolongan senyawa organik
3.mengetahui bentuk-bentuk struktur kimia dalam ruang tiga dimensi (sterokimia) dan
konformasi senyawa organic
4.mengetahui sifat dan teori aromatisitas senyawa organic
5.mengetahui jenis dan kinetika reaksi kimia senyawa organik,sifat dan jenis reaksi-
reaksi kimia organik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TEORI-TEORI KONSEP DASAR KIMIA ORGANIK,PEMBENTUKAN
DAN KLASIFIKASI IKATAN KIMIA
A. DEFINISI
Kimia organik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari senyawa organik. Pada
awalnya (yaitu pada sekitar tahun 1700-an) senyawa organik didefinisikan sebagai
senyawa-senyawa yang berasal dari organisme hidup, sehingga mempunyai “daya hidup”
atau “vital force”. Karena memiliki “vital force” itulah, maka senyawa organik pada
waktu itu dianggap tidak mungkin disintesis di laboratorium seperti halnya senyawa
anorganik.
Pada tahun 1816, Chevrut menunjukkan bahwa lemak binatang (suatu senyawa
organik) dapat dibuat menjadi sabun (suatu senyawa anorganik), dan sebaliknya sabun
(suatu senyawa anorganik) dapat diubah menjadi asam lemak (suatu senyawa organik).
Hal serupa ditunjukkan pula oleh Wohler (1828) yang menunjukkan senyawa anorganik
garam ammonium sianat dapat diubah menjadi senyawa organik urea. Hal tersebut
mematahkan pendapat bahwa senyawa organik harus memiliki “vital force” sehingga
tidak dapat disintesis di laboratorium. Jadi apakah senyawa organik itu?
Selanjutnya diketahui bahwa asam laktat yang terdapat pada susu mengandung
karbon, hidrogen, dan oksigen. Begitu pula dengan berbagai senyawa organik lain,
ternyata selalu mengandung karbon, seringkali bersama dengan hidrogen, dan
kadangkadang ditemukan bersama-sama dengan unsur lain, seperti oksigen, nitrogen,
sulfur, dan halogen. Oleh karena itu, pada pertengahan abad ke-19 senyawa organik
didefinisi ulang sebagai senyawa berbasis karbon, atau didefinisikan sebagai senyawa
hidrokarbon dan turunannya. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang tersusun dari
hidrogen dan karbon. Sejak saat itu senyawa organik sering pula disebut senyawa
karbon. Berbeda dengan senyawa anorganik yang umumnya stabil pada pemanasan suhu
tinggi, senyawa organik pada umumnya mudah terurai. Walaupun demikian, dari sekitar
8,5 juta senyawa yang telah diketahui, lebih dari 80% di antaranya adalah senyawa
organik, sedangkan senyawa anorganik terdapat kurang dari 20%. Senyawa organik
ditemukan di berbagai sendi kehidupan, pada tanaman, binatang, mikroba, material
geologis (minyak bumi, gas alam), dan produk pabrikan (obat, plastik, cat, kertas,
benang, desinfektan, pupuk, pestisida, narkotika, pewarna, perasa, dll). Penyebab begitu
beragamnya senyawa organik yang dapat terbentuk adalah karena senyawa organik
berbasis karbon, suatu atom yang memiliki sifat khas, yaitu dapat membentuk berbagai
jenis ikatan (tunggal, rangkap dua, rangkap tiga) dan berbagai bentuk rantai ikatan
(linier, bercabang, atau siklis), baik dengan karbon lain, maupun dengan atom-atom lain,
seperti H,O,N,S dan halogen.

B. Ikatan kimia

adalah ikatan yang terjadi antar atom dalam suatu senyawa. ikatan kimia terjadi
karena pencapaian kestabilan suatu unsur. Elektron yang berperan pada pembentukan
ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom.
Dalam pembentukan ikatan kimia, atom-atom akan membentuk konfigurasi elektron
seperti pada unsur gas mulia.

Aturan oktet dan duplet :


Kecendrungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya
sama seperti gas mulia dikenal dengan istilah aturan oktet dan duet/duplet
(khusus mengikuti unsur helium).

Ikatan kimia ini dirumuskan dengan struktur Lewis. Ia merumuskan ikatan dengan
memberi tanda titik, silang, atau bulatan kecil untuk menggambarkan elektron valensi yang
berikatan.
Berdasarkan konfigurasi elektron yang terjadi pada pembentukan ikatan, maka ikatan
kimia dibedakan menjadi 4 macam:
1. Ikatan ion atau elektrovalen
Ikatan ini terjadi karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif dan
ion negatif dalam suatu senyawa kimia. Kedua ion tersebut berikatan dengan gaya
elektrostatis, sesuai dengan hukum Coulomb.
Umumnya, kedua atom adalah unsur nonlogam. Contoh ikatan ini adalah ion Na+
dengan Cl- berikatan menjadi ion NaCl.
2. Ikatan kovalen
Ikatan kovalen terjadi ketika pemakaian bersama pasangan elektron dari masing-masing
atom yang berikatan.
Contohnya pada ikatan ion H dengan H. Keduanya memerlukan 1 elektron tambahan
agar menjadi unsur yang stabil. Oleh karena itu, kedua atom H meminjamkan dan
menggunakan bersama-sama satu elektron.
3. Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang memakai pasangan elektron bersama,
namun elektronnya hanya berasal dari salah satu atom.
Contohnya adalah pembentukan ozon atau O3. Agar semua atom dapat memenuhi
aturan oktet, maka salah satu atom yang berada di tengah harus menyumbangkan dua
elektronnya untuk digunakan bersama.
4. Ikatan logam
Ikatan ini terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik dari inti atom logam dengan
lautan elektron. Elektron ini adalah elektron yang bebas bergerak. Mobilitas elektron ini
bergerak bebas sehingga elektron valensi tidak tetap pada posisinya pada 1 atom, namun terus
berpindah-pindah ke atom yang lain.
Semua ikatan kimia tersebut memiliki keunikan sendiri-sendiri demi menciptakan
kestabilan unsur yang ada.

2.2 TATA NAMA DAN PENGGOLONGAN SENYAWA ORGANIK


Tatanama organik atau kompletnya tatanama IUPAC untuk kimia organik adalah suatu
pokok isi kerangan sistematik untuk memberi nama senyawa organik yang direkomendasikan
oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Idealnya, setiap senyawa
organik harus memiliki nama yang dari sana dapat digambarkan suatu formula struktural
dengan jelas.
Untuk komunikasi umum dan menghindari deskripsi yang panjang, rekomendasi
penamaan resmi IUPAC tidak selalu didampingi dalam prakteknya kecuali jika diperlukan
untuk memberikan definisi ringkas terhadap suatu senyawa atau jika nama IUPAC semakin
sederhana (bandingkan etanol dengan etil alkohol). Jika tidak, maka nama umum atau nama
trivial yang kebanyakan diturunkan dari sumber senyawa tersebutlah yang dipakai.
A. Tata nama alkana rantai lurus
Sistem tata nama IUPAC didasarkan pada gagasan bahwa struktur sebuah senyawa
organik dapat digunakan untuk menurunkan namanya dan sebaliknya, bahwa suatu struktur
yang unik dapat digambar untuk tiap nama. Dasar sistem IUPAC ialah nama alkana rantai
lurus.

B. Tata nama sikloalkana


Sikloalkana diberi nama menurut banyaknya atom karbon dalam cincin dengan
penambahan siklo-.

C. Tata nama rantai samping


Bila gugus alkil atau gugus fungsional dilekatkan pada suatu rantai alkana, rantai lurus
utu disebut akar atau induk. Gugus-gugus itu ditandai dalam nama senyawa oleh awalan dan
akhiran pada nama induknya.

Suatu rantai samping atau cabang ialah suatu gugus alkil sebagai cabang dari suatu
rantai induk. Sutau gugus alkil rantai lurus dinamaimenurut induk alkananya sendiri, dengan
mengubah akhiran – ana menjadi – il. (CH4 adalah metana, maka gugus – CH3 ialah gugus
metil).
Prosedur umum dalam menamai alkana bercabang, antara lain:
1.Carilah rantai lurus yang terpanjang (rantai induk), yangditunjukkan lurus maupun tidak,
dan namailah rantai ini;
2. Nomori rantai induk itu, dimulai dari ujung yang paling dekatdengan percabangan;
3.Kenali cabang itu dan posisinya;
4.Lekatkan nomor dan nama cabang pada nama induknya

D.Cabang ganda
Jika dua cabang atau lebih terikat pada suatu rantai induk,ditambahkan lebih banyak
awalan pad anama induk. Awalan-awalan itudiurutkan secara alphabet (untu mengurutkan
nama-nama harusdiingriskan dulu), masing-masing dnegan nomor yang menyatakan posisi
letakannya.
Jika dua substituen atau lebih pada suatu induk itu sama (misalnyadua gugur metil atau
3 gugus etil), maka gugus-gugus itu digabungdalam nama itu dengan awalan d-, tri-, dan
seterusnya.
E.Substituen awalan lain
Seperti cabang-cabang alkil, beberapa gugus fungsional diberinama sebagai awalan
pada nama induk. Aturan penggunaan awalan iniidentik dengan aturan untuk gugus alkil,
kecuali bahwa di sini indukialah rantai lurus terpanjang yang mengandung gugus fungsional
itu.

F. Alkena dan Alkuna


Dalam tata nama IUPAC, ketidakjenuhan karbon-karbon selaluditandai oleh suatu
perubahan dalam akhiran nama induknya. Jikaterdapat ikatan rangkap, akhiran – ana diubah
menjadi – ena; nama umum bagi hidrokarbon dengan sebuha ikatan rangkap ialah alkena.
Sedangkansebuah ikatan ganda tiga dinyatakan oleh akhiran-una; hidrokarbon
yangmengandung ikatan ganda tiga ialah alkuna.
Bila induk itu mengandung empat karbon atau lebih, harusdigunakan sebuah nomor
awalan untuk menunjukkan posisi ikatanrangkap atau ganda tiga itu. Rantai dinomori
sedemikian rupa sehinggaikatan rangkap atau ganda tiga itu memperoleh nomor sendah
mungkin.

G. Alkohol
Dalam sistem IUPAC, nama sebuah alcohol (ROH) ialah namahidrokarbon induk
dengan huruf – a akhir diubah menjadi – ol. Nomor awalan digunakan bila diperlukan: gugus
hidroksil itu (-OH) memperoleh nomor serendah mungkin.

H.Amina
Amina sederhana (RNH2, R2NH atau R3N) biasanya dinamai dengan nama gugus alkil
itu yang diikuti dengan akhiran – amina.
I. Aldehida dan Keton
Karena sebuah aldehida (RCHO) mengandung suatu guguskarbonil yang terikat pada
sebuah atom hydrogen, maka gugus aldehidaharuslah menjadi ujung suatu rantai karbon.
Karbon aldehida itudianggap karbon 1; jadi tak diperlukan nomor untuk menyatakan
posisinya. Akhiran nama aldehida ialah – al.

Sebuah gugus keton menurut definisinya, tak dapat berada padaawal sebuah rantai
karbon. Karena itu diperlukan nomor awalan, kecualiuntuk propanon dan beberapa keton
sederhana lainnya. Rantai dinomorisedemikian rupa sehingga gugus karbonil itu memperoleh
nomorserendah mungkin. Akhiran untuk nama keton ialah – on.

J. Asam Karboksilat
Suatu gugus karboksil seperti suatu gugus aldehida, harus berada pada awal sebuah
rantai karbon, dan juga mengandung atom karbon pertama (karbon-1). Juga tidak diperlukan
nomor untuk gugus ini dalamnama senyawa. Imbuhan untuk nama asam karboksilat ialah
asam – oat.

K. Ester
Suatu ester serupa dengan asam karboksilat, hanya saja hidrogenasamnya telah
digantikan oleh sebuah gugus alkil. Nama sebuah esterterdiri atas dua kata: (1) nama gugus
alkil ester itu, dan (2) nama asamkarboksilat dengan imbuhan asam telah dihapuskan.

L. Senyawa Benzena
Cincin benzena dianggap sebagai induk sama seperti alkana rantailurus. Gugus alkil,
halogen dan gugus nitro dinamai dalam bentukawalan pada benzena itu.
Bila sebuah cincin benzena terikat pada suatu rantai alkana yangmemiliki suatu gugus
fungsional atau pada suatu rantai alkana yangterdiri dari 7 atom karbon atau lebih, maka
benzena itu dianggap sebagaisubstituen, bukan sebagai induk. Nama substituen benzena
adalah fenil.

gugus fenil
M. Pertentangan dalam penomoran
Suatu struktur yang mempunyai lebih dari satu substituen dinamaidengan menggunakan
suatu sistem prioritas untuk nomor awalan.Substituen berprioritas lebih tinggi memperoleh
nomor lebih rendah.
Prioritas tata nama gugus fungsional pilihan

2.3 BENTUK-BENTUK STRUKTUR KIMIA DALAM RUANG TIGA


DIMENSI (STEROKIMIA) DAN KONFORMASI SENYAWA ORGANIC
Stereokimia : studi mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga dimensi, yakni bagaimana
atom-atom dalam sebuah molekul ditata dalam ruangan satu relatif terhadap yang lain.
Stereoisomer : senyawa berlainan yang mempunyai struktur sama, berbeda hanya dalam hal
penataan atom-atom dalam ruangan
Isomer geometrik atau isomer cis-trans : stereoisomer yang berbeda karena gugus-gugus
berada pada satu sisi atau pada sisi-sisi yang berlawanan terhadap letak ketegaran molekul.
Konformasi : penataan atom atau gugus-gugus yang terikat oleh ikatan sigma dalam ruang
secara berlainan akibat rotasi atom/ gugus tersebut mengelilingi ikatan tersebut.

• Obyek apa saja yang tak dapat diimpitkan pada bayangan cerminnya dikatakan kiral,
sebaliknya obyek yang dapat diimpitkan pada bayangan cerminnya disebut akiral.
• Sebuah molekul akiral dan molekul bayangan cerminnya yang dapat diimpitkan adalah
yang sama, tetapi sebuah molekul kiral tidak dapat diimpitkan pada bayangannya cerminnya,
merupakan dua senyawa berlainan yang disebut enantiomer.
• Atom karbon kiral atau atom karbon asimetrik : atom karbon yang mengikat empat gugus
yang berlainan.

Proyeksi Fischer : rumus proyeksi untuk menunjukkan penataan ruang dari gugus-gugus
disekitar atom kiral.

Penetapan konfigurasi : sistem (R) dan (S)


(R)-1-bromo-1-kloroetana
Urutan penataan keempat gugus di sekitar suatu atom karbon kiral disebut konfigurasi mutlak
disekitar atom itu. Sepasang enantiomer mempunyai konfigurasi yang berlawanan. Sistem
yang digunakan adalah sistem (R) dan (S) atau sistem Chan-Ingold-Prelog. R = rectus =
kanan, S = sinister = kiri.
Cara menentukan konfigurasi R/S
1. Urutkan ke empat gugus atau atom yang terikat pada atom C kiral, sesuaiurutan prioritas
aturan deret Chan-Ingold-Prelog
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas rendahberarah ke
belakang
3. Pilih gugus dengan prioritas tertinggi dan tariklah suatu anak panah bengkokke gugus
dengan prioritas tertinggi berikutnya
4. Jika panah ini se arah jarum jam, maka konfigurasinya adalah R, jikaberlawanan arah
konfigurasi S
Tentukan konfigurasinya R atau S dari :

2.4 SIFAT DAN TEORI AROMATISITAS SENYAWA ORGANIK


Dalam kimia organik, senyawa aromatik adalah suatu jenis senyawa hidrokarbon yang
berbentuk siklik, Planar, Memiliki elektron pada orbital p terkonjugasi dan Memenuhi Aturan
Hückel. Olehkarena itu, senyawa ini sering juga disebut sebagai hidrokarbon aromatik atau
Arena (Arene).
Senyawa benzena mempunyai rumus molekul C6H6, dan termasuk dalam golongan
senyawa hidrokarbon. Bila dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon lain yang
mengandung 6 buah atom karbon, misalnya heksana (C6H14) dan sikloheksana (C6H12),
maka dapat diduga bahwa benzena mempunyai derajat ketidakjenuhan yang tinggi. Dengan
dasar dugaan tersebut maka dapat diperkirakan bahwa benzena memiliki ciri-ciri khas seperti
yang dimiliki oleh alkena. Perkiraan tersebut ternyata jauh berbeda dengan kenyataannya,
karena benzena tidak dapat bereaksi seperti alkena (adisi, oksidasi, dan reduksi). Lebih
khusus lagi benzena tidak dapat bereaksi dengan HBr, dan pereaksi-pereaksi lain yang
lazimnya dapat bereaksi dengan alkena. Sifat-sifat kimia yang diperlihatkan oleh benzena
memberi petunjuk bahwa senyawa tersebut memang tidak segolongan dengan alkena ataupun
sikloalkena. Senyawa benzena dan sejumlah turunannya digolongkan dalam senyawa
aromatik, Penggolongan ini dahulu semata mata dilandasi oleh aroma yang dimiliki sebagian
dari senyawa-senyawa tersebut. Perkembangan kimia pada tahap berikutnya menyadarkan
para kimiawan bahwa klasifikasi senyawa kimia haruslah berdasarkan struktur dan
kereaktifannya, dan bukan atas dasar sifat fisikanya. Saat ini istilah aromatik masih
dipertahankan, tetapi mengacu pada fakta bahwa semua senyawa aromatik derajat
ketidakjenuhannya tinggi dan stabil bila berhadapan dengan pereaksi yang menyerang ikatan
pi (x).
1. SENYAWA AROMATIK
Benzena merupakan suatu anggota dari kelompok besar senyawa aromatik, yakni
senyawa yang cukup distabilkan oleh delokalisasi elektron-pi. Energi resonansi suatu
senyawa aromatik merupakan uluran diperolehnya kestabilan. Cara paling mudah untuk
menentukan apakah suatu senyawa itu aromatik ialah dengan menentukan posisi absorpsi
dalam mspektrum nomor oleh proton yang terikat pada atom-atom cincin Proton yang terikat
ke arah luar cincin aromatik sangat kuat terperisai dan menyerap jauh ke bawahmedan
dibandingkan kebanyakan proton, biasanya lebih dari 7 ppm.
2. SENYAWA AROMATIS DAN STRUKTURNYA
Yang termasuk senyawa aromatis adalah:
 Senyawa benzena
 Senyawa kimia dengan sifat kimia seperti benzena
BENZENA
Benzena dan Turunannya Senyawa benzena pertama kali disintesis oleh Michael
Faraday pada tahun 1825, dari gas yang dipakai sebagai bahan bakar lampu penerang
Sepuluh tahun kemudian diketahui bahwa benzena memiliki rumus molekul C6H6 sehingga
disimpulkan bahwa benzena memiliki ikatan rangkap yang lebih banyak daripada alkena.
Dari residu berminyak yang tertimbun dalam pipa induk gas di London. Saat ini sumber
utama benzena, benzena tersubtitusi dan senyawa aromatic adalah petroleum: sebelumnya
dari ter batubara hamper 90% senyawa aktif bahan obat adalah senyawa aromatik: rumus
struktur mempunyai inti benzena
a. Struktur Benzena
Ikatan rangkap pada benzena berbeda dengan ikatan rangkap pada alkena. Ikatan rangkap
pada alkena dapat mengalami reaksi adisi, sedangkan ikatan rangkap pada benzena tidak
dapat diadisi, tetapi benzena dapat bereaksi secara substitusi. Contoh:
Reaksi adisi: C2H4-C12 --> C2H4C12
Reaksi substitusi: C6H6+ C12 --> C6H5CI + HCI
Menurut Friedrich August Kekule, keenam atom karbon pada benzena tersusun secara
siklik membentuk segienam beraturan dengan sudut ikatan masing-masing 120°. Ikatan
antaratom karbon adalah ikatan rangkap dua dan tunggal bergantian (terkonjugasi).
Analisis sinar-X terhadap struktur benzena menunjukkan bahwa panjang ikatan
antaratom karbon dalam benzena sama, yaitu 0,139 nm. Adapun panjang ikatan rangkap dua
C-C adalah 0,134 nm dan panjang ikatan tunggal C-C adalah 0,154 nm. Jadi, ikatan karbon
karbon pada molekul benzena berada di antara ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal. Hal ini
menggugurkan struktur dari Kekule. Kekulé menggambarkan struktur benzena dengan atom-
atom karbon dihubungkan satu dengan yang lain membentuk suatu cincin
•August Kekulé pada tahun 1865: Struktur tersebut menggambarkan bahwa struktur benzena
tersusun 3 ikatan rangkap di dalam cincin 6 anggota.
• Ketiga ikatan rangkap tersebut dapat bergeser dan kembali dengan cepat sedemikian
sehingga 2 bentuk yang mungkin tersebut tidak dapat dipisahkan.
b. Orbital benzena
Setiap karbon pada benzena mengikat 3 atom lain menggunakan orbital hibridisasi sp2
membentuk molekul yang planar. Benzena merupakan molekul simetris, berbentuk
heksagonal dengan sudut ikatan 1200 Setiap atom C mempunyai orbital ke empat yaitu
orbital p. Orbital p akan mengalami tumpang suh (overlapping) membentuk awan elektron
sebagai sumber elektron.
c. Senyawa Aromatik Heterosiklik
Menurut Erich Huckel, suatu senyawa yang mengandung cincin beranggota lima atau
enam bersifat aromatik jika:
 semua atom penyusunnya terletak dalam bidang datar (planar)
 setiap atom yang membentuk cincin memiliki satu orbital 2p
 memiliki elektron pi dalam susunun siklik dari orbital-orbital 2p sebanyak 4n+2 (n=
0, 1, 2, 3,...)
Di samping benzena dan turunannya, ada beberapa jenis senyawa lain yang
menunjukkan sifat aromatik, yaitu mempunyai ketidakjenuhan tinggi dan tidak menunjukkan
reaksi-reaksi seperti alkena. Senyawa benzena termasuk dalam golongan senyawa
homosiklik, yaitu senyawa yang memiliki hanya satu jenis atom dalam sistem cincinnya.
Terdapat senyawa heterosiklik, yaitu senyawa yang memiliki lebih dari satu jenis atom dalam
sistem cincinnya, yaitu cincin yang tersusun dari satu atau lebih atom yang bukan atom
karbon. Sebagai contoh, piridina dan pirimidina adalah senyawa aromatik seperti benzena.
Dalam piridina satu unit CH dari benzena digantikan oleh atom nitrogen yang terhibridisasi
sp2, dan dalam pirimidina dua unit CH digantikan oleh atom-atom nitrogen yang
terhibridisasi sp2. Senyawa-senyawa heterosiklik beranggota lima seperti furan, tiofena,
pirol, dan imidazol juga termasuk senyawa aromatik.
3. SYARAT SENYAWA AROMATIK
Persyaratan Senyawa Aromatik:
1. Molekul harus siklik dan datar
2. memiliki orbital p yang tegak lurus pada bidang cincin (memungkinkan terjadinya
delokalisasi elektron pi).
3. memiliki orbital p yang tegak lurus pada bidang cincin (memungkinkan terjadinya
delokalisasi elektron pi)
4. SENYAWA TURUNAN BENZENA
Kemudahan benzena mengalami reaksi substitusi elektrofilik menyebabkan benzena
memiliki banyak senyawa turunan. Semua senyawa karbon yang mengandung cincin benzena
digolongkan sebagai turunan benzena
5. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Sifat Fisik :
 Zat cair tidak berwarna
 Memiliki bau yang khas
 Mudah menguap
 Benzena digunakan sebagai pelarut.
 Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam pelarut yang kurang
polar atau nonpolar, seperti eter dan tetraklorometana
 Larut dalam berbagai pelarut organik.
 Benzena dapat membentuk campuran azeotrop dengan air.
 Densitas: 0,88
Sifat Kimia:
 Bersifat bersifat toksik-karsinogenik (hati-hati menggunakan benzena sebagai
pelarut, hanya gunakan apabila tidak ada alternatif lain misalnya toluena)
 Merupakan senyawa nonpolar
 Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga
 Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi
 Titik didih dan leleh lihat tabel

2.5 JENIS DAN KINETIKA REAKSI KIMIA SENYAWA ORGANIK,SIFAT DAN JENIS
REAKSI-REAKSI KIMIA ORGANIK

Suatu reaksi terjadi karena satu molekul atau lebih Memiliki energi yang cukup (energi
aktivasi) untuk memutuskan Ikatan.
Suatu ikatan kovalen bisa diputus dengan 2 cara :
• Pemutusan heterolitik : suatu pemutusan yang menghasilkan ion-ion. Contoh :
A:B A+ + : B- atau
A :B :A + B+

•Pemutusan homolitik : suatu pemutusan yang


menghasilkan radikal bebas.
Contoh :
A:B A . + B.
PEREAKSI

2 hal yang diperhatikan pada suatu reaksi :


• Apa yang terjadi pada gugus fungsional
• Sifat pereaksi yang menyerang

3 JENIS PEREAKSI, YAITU :


a. Pereaksi elektrofil : pereaksi yang bermuatan positif, asam Lewis dan sebagai
oksidator (penerima elektron). Contoh : H2O, HNO3/H2SO4
b. Pereaksi nukleofil : pereaksi yang bermuatan negatif, basa Lewis dan reduktor
(melepaskan elektron). Contoh : H2O, NH3
c. Pereaksi radikal bebas : pereaksi yang memiliki satu elektron tak berpasangan.
Contoh : cl. Dan br.

JENIS REAKSI DAN PEREAKSI DALAM KIMIA ORGANIK


A. Reaksi Substitusi
1. Substitusi Nukleofil : reaksi penggantian suatu gugus dengan gugus lain, dimana
gugus pengganti merupakan pereaksi nukleofil.
Contoh : RX + H2O R-OH + HX
X : unsur halogen.
2. Substitusi elektrofil : gugus pengganti merupakan pereaksi elektrofil.
Contoh : H Ar + E+ - Y- E Ar + HY
3. Substitusi radikal bebas gugus pengganti berupa radikal bebas
Contoh : R-H + CL RCL + H.

B. Reaksi adisi
1. Adisi nukleofil : reaksi penambahan suatu gugus ke suatu ikatan rangkap dan
hasilkan ikatan tunggal dimana gugus yang menyerang pertama kali berupa
pereaksi nukleofil.

2. Adisi Elektrofil gugus penyerang berupa pereaksi elektrofil.

Contoh : AB + C = C A–C–C–B
H H + CH2 = CH2 CH3– CH3

3. Adisi Radikal Bebas gugus penyerang merupakan radikal bebas.


Contoh : CH4 + Cl. .CH3 + HCl

C.Reaksi eliminasi : reaksi penggantian ikatan, dari ikatan tunggal menjadi rangkap.

Pengertian : reaksi pengeluaran dua buah gugus dari ikatan tunggal membentuk
ikatan rangkap. Contoh : dehidrasi alkohol

Contoh : X – C – C – Y C=C+X–Y
D. Reaksi Oksidasi
E. Reaksi Reduksi
F. Reaksi Polimerasi : Perubahan monomer menjadi polimer oleh cahaya, radikal bebas,
kation atau anion.
Contoh : n CH2 = CH2– Cl (-CH2- CH - )n
Cl

G. Reaksi Esterifikasi
reaksi substitusi antara
gugus - OH dari asam karboksilat dengan
gugus - O – CH2– CH3 dari etanol.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai
struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintetis senyawa organik. Senyawa organik
dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur lain.
Kesimpulan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa benzena yang
mempunyai enam atom karbon (C) dan mempunyai derajat ketidak jenuhan yang
tinggi. Senyawa benzena memiliki tiga buah ikatan tunggal dan rangkap dan
membentuk cincin yang ikatannya berselang-seling. Senyawa benzena dan
turunannya termasuk senyawa aromatik yang dulu dikarenakan aromanya dan
sekarang dapat ditentukan oleh struktur dan sifat fisika kimianya, Ikatan rangkap pada
benzena berbeda dengan ikatan rangkap pada alkena, karena ikaan rangkap pada
benzena tidak mengalami reaksi adisi. Menurut Friedrich August Kekule, keenam
atom karbon pada benzena tersusun secara siklik membentuk segienam beraturan
dengan sudut ikatan masing-masing 120 Ikatan karbon-karbon pada molekul benzena
berada di antara ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal karena terkonjugasi, Di
samping benzena dan turunannya, ada beberapa jenis senyawa lain yang menunjukkan
sifat aromatik, yaitu mempunyai ketidakjenuhan tinggi dan tidak menunjukkan reaksi-
reaksi seperti alkena. Pada umumnya benzena digunakan sebagai pelarut dan namun
ada juga yang berfungsi sebagai obat, pengawet makanan dan sebagainya. Sedangkan
dampak senyawa benzena karena sangat beracun dapat menyebabkan kanker bahkan
kematian apabila terhirup dengan konsentrasi tinggi

3.2 SARAN
Semoga malakah ini menambah wawasan kita bersama dan menjadi pedoman
pelajaran ini.
Sekian terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, A., Ilyas, A., & Suriani, S. (2018). Modul Pembelajaran STILES: Kimia
Organik
Fisika untuk Semester III Program Studi SI Kimia.
Rachmatiah, T. Nilai dan RPS mata kuliah Kimia Organik 1/A semester ganjil 20-21.
CAHYONO, B., SUZERY, M., & NGADIWIYANA, N. (2004), ANALISIS
STRUKTUR CINCIN DALAM TRANSFORMASI SENYAWA ALKALOID
ALAMI
Afrissa, Z. R. (2019), Karakterisasi Natural Organic Matter (NOM) Pada Pdam
Kabupaten Sleman Unit Sleman, Yogyakarta.
Alam. K. O. B. (2018). Kimia Organik Bahan Alam.
Aslan, R. (2019). GELENEKTEN GÜNÜMÜZE TIBBİ VE AROMATİK
BİTKİLER. Ayrıntı Dergisi, 7(73).
Allinger, Norman L. et.al. 1976. Organic Chemistry. Second edition. New
York:Worth
Publishers Inc.
Fessenden, Fessenden. 1992. Kimia Organik. (Terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka). Edisi ketiga. Jakarta:Penerbit Erlangga
Pine, Stanley H. et. Al. 1980. Organic Chemistry. Fourth edition. McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai