Anda di halaman 1dari 16

IKATAN KIMIA

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Kimia Dasar

Oleh:

Kelompok I

1. Muhammad Arif (23180018)


2. Elsa Wahyuni (23180015)
3. Zulfia Yasirun (23180006)
4. Elsa Aulia (23180010)

Kelompok II

1. Hadameansyah Dongoran (23180001)


2. Asiyah Syahrani (23180014)
3. Siti Khadijah (23180008)

Dosen Pengampu:

Rahmi Arfina,S.Pd.,Gr.,M.Pd

PROGRAM STUDI TADRIS IPA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi kehidupan akhirat kelak. Sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih baik mudah dan
penuh manfaat.
Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa. Rasa terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah selaku pembimbing
yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam
proses penyelesaian karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya dalam bentuk kritik, saran dan masukan demi
kesempurnaan makalah ini nantinya.
Mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta pembaca lainnya yang ingin mengambil hikmah dari judul ini
“Ikatan Kimia” sebagai tambahan dalam referensi yang telah ada.

Panyabungan, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ikatan Kimia ..................................................................... 2


B. Jenis-Jenis Ikatan Kimia .................................................................... 3
C. Terbentuknya Ikatan Kimia................................................................ 8
D. Hibridisasi .......................................................................................... 9
E. Teori Orbital Molekul ........................................................................ 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 12
B. Saran .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu ilmu yang masih dianggap sulit oleh siswa. Hal
ini karena sifat ilmu kimia yang abstrak meliputi konsep struktural, bahasa
simbolik, dan karakter matematik, sehingga menyebabkan kesulitan bagi banyak
siswa untuk memahami pelajaran kimia. Siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami konsep kimia terkadang memiliki pemikiran atau akan membuat
penafsiran sendiri terhadap konsep materi yang mereka pelajari sebagai upaya dari
mereka untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Akan tetapi hasil tafsiran konsep
yang dimiliki oleh siswa terkadang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau
pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu.
Sehingga sering terjadi kesalahan dalam memahami suatu konsep atau
sering terjadi miskonsepsi, Miskonsepsi dapat terjadi karena siswa membangun
pemahaman mereka berdasarkan pengetahuan awal yang kurang memadai,
sehingga cara membangun pemahaman mereka berbeda dengan yang dimiliki guru.
Fowler memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan
konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,
kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep
yang tidak benar. Miskonsepsi masih menjadi sesuatu yang menakutkan dan selalu
membayangi proses dalam pembelajaran konsep kimia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ikatan kimia?
2. Apa saja jenis-jenis ikatan kimia?
3. Bagaimana terbentuknya ikatan kimia?
4. Bagaimana hibridisasi?
5. Bagaimana teori orbital molekul?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ikatan kimia.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis ikatan kimia.
3. Untuk mengetahui terbentuknya ikatan kimia.
4. Untuk mengetahui hibridisasi.
5. Untuk mengetahui teori orbital molekul.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ikatan Kimia


Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam
interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan
suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.1 Penjelasan mengenai gaya
tarik menarik ini sangatlah rumit dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum.
Dalam prakteknya, para kimiawan biasanya bergantung pada teori kuantum atau
penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih mudah untuk dijelaskan)
dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang kuat
diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi.
Ikatan kimia menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk
tetap bersama. Selain itu ikatan kimia juga menentukan struktur suatu zat.
Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya ikatan kovalen
dan ikatan ion dianggap sebagai ikatan kuat, sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan
van der Waals dianggap sebagai ikatan lemah. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa ikatan lemah yang paling kuat dapat lebih kuat daripada ikatan “kuat” yang
paling lemah. Ikatan kimia yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara
sebagai berikut:
1. Atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima
elektron (serah terima elektron).
2. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom
yang berikatan.
3. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang
berikatan.
Adapun pengertian ikatan kimia menurut ahli antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Kossel
Ikatan kimia adalah gaya tarik-menarik antara atom-atom sehingga atom-
atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan.
Dalam pembentukan ikatan kimia, golongan gas mulia (VIII A) sangat sulit
membentuk ikatan kimia.

1
Agustina. Pembelajaran Konsep Ikatan Kimia. Medan: Media Persada, hlm. 6. 2003.

2
2. Menurut Gilbert Newton Lewis
Ikatan kimia adalah gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul atau
gabungan ion dalam setiap senyawa.
Pembentukan ikatan kimia mungkin terjadi dengan 2 cara:
1. Karena adanya satu atau lebih elektron dari satu atom ke atom yang lain
sedemikian rupa sehingga terdapat ion positif dan ion negatif yang keduanya
saling tarik-menarik karena muatannya berlawanan, membentuk ikatan ion.
2. Karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron di antara atom-atom
yang berikatan. Jenis ikatan yang terbentuk disebut ikatan kovalen.
Perpindahan elektron atau pemakaian bersama pasangan elektron
berlangsung sedemikian rupa sehingga setiap atom yang diberikan mempunyai
suatu konfigurasi elektron mantap, yaitu konfigurasi dengan 8 elektron valensi.
Melalui ikatan kimia unsur-unsur kemudian membentuk molekul ataupun benda-
benda yang selanjutnya menyusun dan menjadi bagian dari alam semesta. Ikatan
kimia dapat terjadi karena adanya interaksi elektronik, dalam berbagai wujud dan
mekanisme.
B. Jenis-Jenis Ikatan Kimia
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab
dalam gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara
umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:2
1. Ikatan Antar Atom
a. Ikatan ion = heteropolar
Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan
ion-ion dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia
ini terdiri dari ka2tion dan juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur
yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam
alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari
unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-
unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan
dari atom-atom pembentuk senyawa tersebut.

2
R. Chang. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga, hlm. 11. 2005.

3
Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang
dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal
ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan
keelektronegatifan ion penyusunnya. Pembentukan ikatan ionik dilakukan
dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan
melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang
disyaratkan dalam aturan Lewis.
Adapun terdapat beberapa sifat-Sifat ikatan ionik adalah:
1) Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar.
2) Memiliki titik leleh yang tinggi.
3) Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit.
b. Ikatan kovalen = homopolar
Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari
pemakaian elektron bersama oleh atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan
kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non logam. Dalam ikatan
kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua
atom. Tarik menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat
bersama. Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan
tidak mampu memenuhi aturan oktet, dengan pemakaian elektron bersama
dalam ikatan kovalen, masing-masing atom memenuhi jumlah oktetnya.
Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang menyesuaikan
diri dengan konfigurasi atom dari yang tidak terlibat dalam ikatan kovalen
disebut elektron bebas. Elektron bebas ini berpengaruh dalam menentukan
bentuk dan geometri molekul. Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi
senyawa kovalen polar dan non polar. Pada senyawa kovalen polar, atom-
atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap
elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda
keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Akibatnya terjadi
pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa kovalen
non-polar titik muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda
keelektronegatifan yang kecil atau tidak ada.

4
c. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar
Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi
apabila pasangan elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom
disumbangkan oleh sala satu atom saja. Sementara itu atom yang lain hanya
berfungsi sebagai penerima elektron berpasangan saja. Adapun syarat
terbentuknya ikatan kovalen koordinat, yaitu:
1) Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas.
2) Atom yang lainnya memiliki orbital kosong.
Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion,
namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang
kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga menghasilkan ikatan yang
cenderung mirip kovalen.
d. Ikatan kovalen tunggal
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama satu pasang elektron. Ikatan yang terbentuk
digambarkan menggunakan satu garis lurus. Misalnya molekul
pembentukan molekul H2 dan HF. Pada pembentukan molekul H2 setiap
atom H memiliki 1 elektron valensi.
Untuk memenuhi kaidah duplet, setiap atom H yang berikatan
masing-masing atom menyumbangkan 1 elektronnya. Pada pembentukan
molekul HF, atom H memiliki 1 elektron sedangkan F memiliki 7 elektron
valensi. H untuk memenuhi kaidah duplet memerlukan 1 elektron
sedangkan F untuk memenuhi kaidah oktet memerlukan 1 elektron. Untuk
memenuhi kekurangan elektron masing-masing atom menyumbangkan 1
elektron untuk digunakan secara bersama.
e. Ikatan kovalen rangkap dua
Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi
karena penggunaan bersama dua pasang elektron. Ikatan yang terbentuk
digambarkan menggunakan dua garis lurus. Misalnya molekul O2 dan
CO2. Pada molekul O2, Atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar
diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom O memerlukan
tambahan 2 elektron.

5
Untuk memenuhi kekurangan elektron tersebut masing-masing atom
O menyumbang 2 elektron sehingga terdapat 2 pasang elektron yang
digunakan secara bersama. Pada molekul CO2, atom C sebagai atom pusat
yang mengikat 2 atom O. Atom O memerlukan 2 elektron mencapai kaidah
oktet sedangkan atom C memiliki 4 elektron valensi, untuk memenuhi
kaidah oktet maka atom C memerlukan 4 elektron. Untuk mengatasi
kekurangan elektron tersebut maka setiap atom perlu menyumbangkan
elektronnya untuk membentuk ikatan. Atom C sebagai atom pusat
menumbang semua elektron valensinya sedangkan atom O masing-masing
menyumbang 2 elektron.
f. Ikatan kovalen rangkap tiga
Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi
karena penggunaan bersama tiga pasang elektron. Ikatan yang terbentuk
digambarkan menggunakan tiga garis lurus. Misalnya pembentukan
molekul nitrogen (N2) dan molekul asetilen (C2H2). Pada molekul
N2 setiap atom N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh
konfigurasi elektron yang stabil, setiap atom N memerlukan tambahan
elektron sebanyak 3.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut kedua atom N yang akan
berikatan masing-masing menyumbangkan 3 buah elektron, sehingga
terdapat 3 pasang elektron yang digunakan bersama. Pada molekul etuna
atau asetilen (C2H2) terdiri dari dua atom C dan 2 atom H. Atom C
mempunyai 4 elektron valensi sedangkan atom H mempunyai 1 elektron.
Setiap atom C untuk memenuhi kaidah oktet memerlukan 4 elektron
tambahan.
g. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada
ikatan logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom
saja, melainkan menjadi milik dari semua atom yang ada dalam ikatan
logam tersebut. Elektron-elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat
bergerak bebas dalam awan elektron yang mengelilingi atom-atom logam.
Akibat dari elektron yang dapat bergerak bebas ini adalah sifat logam yang
dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam ini hanya ditemui
pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam semata

6
2. Ikatan Antara Molekul
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H
dengan atom lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu
molekul dari senyawa yang sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang
paling kuat dibandingkan dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan
ini masih lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan
ion. Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N,
O, dan F yang memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul
lain akan bereaksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu
ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi.
Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda
keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar
perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa
tersebut. Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan
semakin besar titik didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat
pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap
molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa
dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang memiliki
beda keelektronegatifan terbesar.
b. Ikatan van der walls
Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis
gaya tarik menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya
yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini
merupakan jenis ikatan antar molekul yang terlemah, namun sering
dijumpai diantara semua zat kimia terutama gas. Pada saat tertentu,
molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika salah satu
muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol ini, molekul
dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain
menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya
Van der Walls.

7
C. Terbentuknya Ikatan Kimia
Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi bergabung
dengan atom lain membentuk senyawa. Dari 90 buah unsur alami ditambah dengan
belasan unsur buatan, dapat dibentuk senyawa dalam jumlah tak hingga. Antara
dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi ini
selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya-gaya yang menahan atom-
atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan
kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki struktur elektron stabil.3
Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur elektron gas mulia
(Golongan VIII A). Sebuah atom cenderung melepaskan elektron apabila memiliki
elektron terluar 1, 2, atau 3 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia
yang terdekat. Contoh:
11Na: 2 8 1, Gas mulia terdekat ialah 10Ne: 2 8
Jika dibandingkan dengan atom Ne, maka atom Na kelebihan satu elektron.
Untuk memperoleh kestabilan, dapat dicapai dengan cara melepaskan satu elektron.
Na (2 8 1) a Na+ (2 8) + e–
Sebuah atom cenderung menerima elektron apabila memiliki elektron
terluar 4, 5, 6, atau 7 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang
terdekat. Contoh:
9F : 2 7 ; Gas mulia yang terdekat ialah 10Ne : 2 8.
Konfigurasi Ne dapat dicapai dengan cara menerima satu elektron.
F (2 7) + e– à F- (2 8)
Jika masing-masing atom sukar untuk melepaskan elektron (memiliki
keelektronegatifan tinggi), maka atom-atom tersebut cenderung menggunakan
elektron secara bersama dalam membentuk suatu senyawa. Cara Ini merupakan
peristiwa yang terjadi pada pembentukan ikatan kovalen. Misalnya atom fluorin
dan fluorin, keduanya sama-sama kekurangan elektron, sehingga lebih cenderung
memakai bersama elektron terluarnya. Jika suatu atom melepaskan elektron, berarti
atom tersebut memberikan elektron kepada atom lain. Sebaliknya, jika suatu atom
menangkap elektron, berarti atom itu menerima elektron dari atom lain. Jadi,
susunan elektron yang stabil dapat dicapai dengan berikatan dengan atom lain.

3
Ari Harnanto. Ikatan Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 9. 2009.

8
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi
elektron seperti gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar disebut ”kaidah oktet”.
Sementara itu atom-atom yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki
konfigurasi elektron seperti gas helium disebut “kaidah duplet.” Agar dapat
mencapai struktur elektron seperti gas mulia, antar unsur mengadakan hal-hal
berikut:
1. Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima elektron)
Atom yang melepaskan elektron akan membentuk ion positif,
sedangkan atom yang menerima elektron akan berubah menjadi ion negatif,
sehingga terjadilah gaya elektrostatik atau tarik-menarik antara kedua ion yang
berbeda muatan. Ikatan ini disebut ikatan ion.
2. Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga terbentuk ikatan
kovalen.
3. Selain itu, dikenal juga adanya ikatan lain yaitu:
a. Ikatan logam.
b. Ikatan hidrogen.
c. Ikatan Van der Waals.
D. Hibridisasi
1. Sejarah Perkembangan Hibridisasi
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-
orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan
penjelasan kualitatif sifat ikatan atom.4 Konsep orbital-orbital yang
terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari
sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan
valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR,
teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada hubungannya sama
sekali dengan teori VSEPR.
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam
menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini
dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan
ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai
sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.

4
Kurniawan. “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia.” Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 1(1), hlm. 34-36.
2007.

9
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal
perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada
ikatan yang melibatkan orbital, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan
kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat
digunakan, ia umumnya tidak akurat. Sangatlah penting untuk dicatat bahwa
orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron-elektron
dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini
didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen.
Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan
dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan
proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar
skema hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang
persamaan Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui.
Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom
yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi
ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan.
Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk
menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon,
nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih
mudah. Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya
digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O
(kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah
ikatan terorganisasikan dalam metana. Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang
berikatan dari sudut pandang sebuah atom.
2. Teori hibridisasi vs. Teori orbital molekul
Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik
dan secara umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam
buku pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih
digunakan secara luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah
ditinggalkan pada kebanyakan cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori
hibridisasi ini adalah kegagalan teori ini dalam memprediksikan spektra
fotoelektron dari kebanyakan molekul, meliputi senyawa yang paling dasar
seperti air dan metana.

10
E. Teori Orbital Molekul
Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan
kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep
hibridisasi pun dapat .sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak
dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang tramati secara memuaskan. Sifat
magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik dengan
menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut sebagai teori
orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital
molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang
berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.5
Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah
pada pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu orbital
molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih rendah dan
kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya.
Orbital molekul anti ikatan memiliki energi yang lebih besar dan kestabilan yang
lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Penempatan
elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil,
sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan
ikatan kovalen yang tidak stabil.
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebh besar di antara inti
atom yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan
elektron mendekati nol diantara inti. Perbedaa ini dapat dipahami bila kita
mengingat sifat gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi
sedemikian rupa dengan gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang
memperbesar amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang meniadakan
amplitudo. Pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi
konstruktif, sementara pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan dengan
interferensi destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan interaksi destruktif antara dua
orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (σ1s) dan
pembentukan antiikatan sigma (σ*1s).

5
Sentot Budi Rahardjo. Kimia Berbasis Eksperimen. Jawa Tengah: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, hlm.
19. 2008.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab
dalam gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara
umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Ikatan antar atom.
2. Ikatan antara molekul.
Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi bergabung
dengan atom lain membentuk senyawa. Dari 90 buah unsur alami ditambah dengan
belasan unsur buatan, dapat dibentuk senyawa dalam jumlah tak hingga. Antara
dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi ini
selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya-gaya yang menahan atom-
atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan
kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki struktur elektron stabil.
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebh besar di antara inti
atom yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan
elektron mendekati nol diantara inti. Perbedaa ini dapat dipahami bila kita
mengingat sifat gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi
sedemikian rupa dengan gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang
memperbesar amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang meniadakan
amplitudo.
B. Saran
Demikian hasil makalah kami, pemakalah sadar masih banyak kekurangan
dalam makalah untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami berikutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2003. Pembelajaran Konsep Ikatan Kimia. Medan: Media Persada.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Harnanto, Ari. 2009. Ikatan Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Kurniawan. 2007. “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia.” Jurnal Edukasi


Elektro, Vol. 1(1).

Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen. Jawa Tengah: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai