Anda di halaman 1dari 14

IKATAN KIMIA

Dosen Penganpuh: Ade Rezki Fauziah,S.Si.,M.Ling

Disusun Oleh:
Sardina
(23376MAT0095)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENGETAHUAN (STKIP) PELITA NUSANTARA BUTON
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaiakan karya tulis ilmiah dengan judul IKATAN KIMIA. Karya tulis
ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliahan
Kimia.
Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman maka
disusunlah karya tulis ilmiah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini
diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat
tugas kami di perkuliahan. Karya tulis ini diharapkan bisa bermanfaat dengan
efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terkait. Dalam menyusun karya tulis ini penulis telah berusaha dengan segenap
kemampuan untuk membuat karya tulis yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini
bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga
karya ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.

Bau-Bau, 28 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. Latar belakang…………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
C. Tujuan……………………………………………………………………………
BAB II: PEMBAHASAN…………………………………………………………
A. Terbentuknya Ikatan Kimia……………………………………………………...
B. Jenis-Jenis Ikatan Kimia…………………………………………………………
BAB III: PENUTUP……………………………………………………………….
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya unsur-unsur dijumpai tidak dalam keadaan bebas (kecuali
pada suhu tinggi), melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok atom yang
disebut sebagai molekul. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa secara energi,
kelompok-kelompok atom atau molekul merupakan keadaan yang lebih stabil
dibanding unsur-unsur dalam keadaan bebas.
Selain gas mulia di alam unsur-unsur tidak selalu berada sebagai unsur
bebas (sebagai atom tunggal), tetapi kebanyakan bergabung dengan atom unsur
lain. Tahun 1916 G.N. Lewis dan W. Kossel menjelaskan hubungan kestabilan
gas mulia dengan konfigurasi elektron. Kecuali He; mempunyai 2 elektron
valensi; unsur-unsur gas mulia mempunyai 8 elektron valensi sehingga gas mulia
bersifat stabil. Atom-atom unsur cenderung mengikuti gas mulia untuk mencapai
kestabilan.
Jika atom berusaha memiliki 8 elektron valensi, atom disebut mengikuti
aturan oktet. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil (seperti H dan Li) berusaha
mempunyai elektron valensi 2 seperti He disebut mengikuti aturan duplet. Cara
yang diambil unsur supaya dapat mengikuti gas mulia, yaitu:
1. Melepas atau menerima elektron;
2. Pemakaian bersama pasangan elektron.
Pada bab struktur atom dan sistem periodik unsur, Anda sudah
mempelajari bahwa sampai saat ini jumlah unsur yang dikenal manusia, baik
unsur alam maupun unsur sintetis telah mencapai sebanyak 118 unsur. Tahukah
Anda bahwa di alam semesta ini sangat jarang sekali ditemukan atom berdiri
sendirian, tapi hampir semuanya berikatan dengan dengan atom lain dalam bentuk
senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ionik. Pernahkah Anda
membayangkan berapa banyak senyawa yang dapat terbentuk di alam semesta
ini? Mengapa atom-atom tersebut dapat saling berikatan satu dengan yang lain?
Apakah setiap atom pasti dapat berikatan dengan atom-atom lain? Apakah ikatan
antaratom dalam senyawa – senyawa di alam ini semuanya sama? Untuk
mengetahui jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut, Anda harus
mempelajari bab Ikatan kimia ini.
Pada bab ini Anda akan mempelajari apakah ikatan kimia itu, mengapa
atom-atom dapat saling berikatan, apa saja jenis-jenis ikatan kimia, dan lain-lain.
Gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap
senyawa disebut ikatan kimia. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun
1916 oleh Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albrecht
Kossel (1853-1927) dari Jerman.
Konsep tersebut adalah:
1. Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar
membentuk senyawa merupakan bukti bahwa gas-gas mulia memiliki
susunan elektron yang stabil.
2. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron
yang stabil seperti gas mulia. Caranya dengan melepaskan elektron atau
menangkap elektron.
3. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai
dengan cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan
elektron, menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara
bersama-sama.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah terbentuknya ikatan kimia?
2. Apa-apa sajakah jenis dari ikatan kimia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kimia.
2. Menambah wawasan tentang ikatan kimia.
3. Mengetahui lebih mendalam tentang ikatan kimia yang kita temukan
dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terbentuknya Ikatan Kimia
Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi bergabung
dengan atom lain membentuk senyawa. Dari 90 buah unsur alami ditambah
dengan belasan unsur buatan, dapat dibentuk senyawa dalam jumlah tak hingga.
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk
molekul. Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya-
gaya yang menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang
dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin
memiliki struktur elektron stabil. Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu
struktur elektron gas mulia (Golongan VIII A).
Sebuah atom cenderung melepaskan elektron apabila memiliki elektron
terluar 1, 2, atau 3 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang
terdekat.
Contoh:
11Na : 2 8 1 ; Gas mulia terdekat ialah 10Ne : 2 8
Jika dibandingkan dengan atom Ne, maka atom Na kelebihan satu
elektron. Untuk memperoleh kestabilan, dapat dicapai dengan cara melepaskan
satu elektron.
Na (2 8 1) à Na+ (2 8) + e–
Sebuah atom cenderung menerima elektron apabila memiliki elektron
terluar 4, 5, 6, atau 7 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang
terdekat.
Contoh:
9F : 2 7 ; Gas mulia yang terdekat ialah 10Ne : 2 8.
Konfigurasi Ne dapat dicapai dengan cara menerima satu elektron.
F (2 7) + e– à F- (2 8)
Jika masing-masing atom sukar untuk melepaskan elektron (memiliki
keelektronegatifan tinggi), maka atom-atom tersebut cenderung menggunakan
elektron secara bersama dalam membentuk suatu senyawa. Cara Ini merupakan
peristiwa yang terjadi pada pembentukan ikatan kovalen. Misalnya atom fluorin
dan fluorin, keduanya sama-sama kekurangan elektron, sehingga lebih cenderung
memakai bersama elektron terluarnya.
Jika suatu atom melepaskan elektron, berarti atom tersebut memberikan
elektron kepada atom lain. Sebaliknya, jika suatu atom menangkap elektron,
berarti atom itu menerima elektron dari atom lain. Jadi, susunan elektron yang
stabil dapat dicapai dengan berikatan dengan atom lain.
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi
elektron seperti gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar disebut ”kaidah oktet”.
Sementara itu atom-atom yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki
konfigurasi elektron seperti gas helium disebut ”kaidah duplet”.
Agar dapat mencapai struktur elektron seperti gas mulia, antarunsur
mengadakan hal-hal berikut.
1. Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima elektron).
Atom yang melepaskan elektron akan membentuk ion positif,
sedangkan atom yang menerima elektron akan berubah menjadi ion
negatif, sehingga terjadilah gaya elektrostatik atau tarik-menarik antara
kedua ion yang berbeda muatan. Ikatan ini disebut ikatan ion.
2. Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga terbentuk
ikatan kovalen.
3. Selain itu, dikenal juga adanya ikatan lain yaitu:
a. Ikatan logam,
b. Ikatan hidrogen,
c. Ikatan Van der Waals.
B. Jenis-Jenis Ikatan Kimia
1. Ikatan Ion
Atom-atom yang melepas elektron menjadi ion positif (kation) sedang
atom-atom yang menerima elektron menjadi ion negatif (anion). Ikatan ion
biasanya disebut ikatan elektrovalen. Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut
senyawa ionik. Senyawa ionik biasanya terbentuk antara atom-atom unsur logam
dan nonlogam.
Ikatan ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik-
menarik antara ion positif dan ion negatif, ini terjadi karena kedua ion tersebut
memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar. Ion positif terbentuk karena
unsur logam melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena
unsur nonlogam menerima elektron. Ikatan ion terjadi karena adanya serah terima
elektron. Contoh: NaCl, MgO, CaF2, Li2O, AlF3, dan lain-lain.
Ikatan ion merupakan ikatan yang relatif kuat. Pada suhu kamar, semua
senyawa ion berupa zat padat kristal dengan struktur tertentu. NaCl mempunyai
struktur yang berbentuk kubus, di mana tiap ion Na+ dikelilingi
oleh 6 ion Cl– dan tiap ion Cl– dikelilingi oleh 6 ion Na+.
Atom-atom membentuk ikatan ion karena masing-masing atom ingin
mencapai keseimbangan/kestabilan seperti struktur elektron gas mulia. Ikatan ion
terbentuk antara:
a. ion positif dengan ion negatif,
b. atom-atom berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-atom berafinitas
elektron besar (Atom-atom unsur golongan IA, IIA dengan atom-atom
unsur golongan VIA, VIIA),
c. atom-atom dengan keelektronegatifan kecil dengan atom-atom yang
mempunyai keelektronegatifan besar.
Sifat-sifat senyawa ion sebagai berikut.
a. Dalam bentuk padatan tidak menghantar listrik karena partikel-partikel
ionnya terikat kuat pada kisi, sehingga tidak ada elektron yang bebas
bergerak.
b. Leburan dan larutannya menghantarkan listrik.
c. Umumnya berupa zat padat kristal yang permukaannya keras dan sukar
digores.
d. Titik leleh dan titik didihnya tinggi.
e. Larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar.
Lambang titik elektron Lewis terdiri atas lambang unsur dan titik-titik
yang setiap titiknya menggambarkan satu elektron valensi dari atom-atom unsur.
Titik-titik elektron adalah elektron terluarnya.
Untuk membedakan asal elektron valensi penggunaan tanda (O) boleh
diganti dengan tanda (x), tetapi pada dasarnya elektron mempunyai lambang titik
Lewis yang mirip.
Lambang titik Lewis untuk logam transisi, lantanida, dan aktinida tidak
dapat dituliskan secara sederhana, karena mempunyai kulit dalam yang tidak terisi
penuh. Lambang Lewis juga membantu untuk menentukan bentuk suatu ikatan
atom. Berikut bentuk-bentuk molekul .
2. Ikatan Kovalen
Bila atom-atom yang memiliki keelektronegatifan sama bergabung, maka
tidak akan terjadi perpindahan elektron, tetapi kedua elektron itu digunakan
bersama oleh kedua atom yang berikatan. Ikatan kovalen adalah ikatan yang
terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam yang lain dengan cara
pemakaian bersama pasangan elektron. Adakalanya dua atom dapat menggunakan
lebih dari satu pasang elektron. Ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom yang
sama-sama ingin menangkap elektron (sesama atom bukan logam). Apabila yang
digunakan bersama dua pasang atau tiga pasang maka akan terbentuk ikatan
kovalen rangkap dua atau rangkap tiga. Jumlah elektron valensi yang digunakan
untuk berikatan tergantung pada kebutuhan tiap atom untuk mencapai konfigurasi
elektron seperti gas mulia (kaidah duplet atau oktet).
Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron oleh
atom-atom yang berikatan. Pasangan elektron yang dipakai bersama disebut
pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron valensi yang tidak terlibat
dalam pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron bebas (PEB).
Ikatan kovalen umumnya terjadi antara atom-atom unsur nonlogam, bisa sejenis
(contoh: H2, N2, O2, Cl2, F2, Br2, I2) dan berbeda jenis (contoh: H2O, CO2, dan
lain-lain). Senyawa yang hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa
kovalen.
Penggunaan bersama pasangan elektron digambarkan oleh Lewis
menggunakan titik elektron. Rumus Lewis merupakan tanda atom yang di
sekelilingnya terdapat titik, silang atau bulatan kecil yang menggambarkan
elektron valensi atom yang bersangkutan. Struktur Lewis adalah penggambaran
ikatan kovalen yang menggunakan lambang titik Lewis di mana PEI dinyatakan
dengan satu garis atau sepasang titik yang diletakkan di antara kedua atom dan
PEB dinyatakan dengan titik-titik pada masing-masing atom.
Apabila dua atom hidrogen membentuk ikatan maka masing-masing atom
menyumbangkan sebuah elektron dan membentuk sepasang elektron yang
digunakan bersama. Sepasang elektron bisa digantikan dengan sebuah garis yang
disebut tangan ikatan. Jumlah tangan dapat menggambarkan jumlah ikatan dalam
suatu senyawa kovalen.
Sifat-sifat senyawa kovalen sebagai berikut:
a. Pada suhu kamar umumnya berupa gas (misal H2, O2, N2, Cl2, CO2), cair
(misalnya: H2O dan HCl), ataupun berupa padatan.
b. Titik didih dan titik lelehnya rendah, karena gaya tarik-menarik
antarmolekulnya lemah meskipun ikatan antaratomnya kuat.
c. Larut dalam pelarut nonpolar dan beberapa di antaranya dapat berinteraksi
dengan pelarut polar.
d. Larutannya dalam air ada yang menghantar arus listrik (misal HCl) tetapi
sebagian besar tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik padatan, leburan,
atau larutannya.
Anda dapat memprediksi ikatan kimia apabila mengetahui konfigurasi
elektron dari atom unsur tersebut (elektron valensinya). Dari situ akan
diketahui jumlah kekurangan elektron masing-masing unsur untuk mencapai
kaidah oktet dan dupet (kestabilan struktur seperti struktur elektron gas mulia).
Jarak antara dua inti atom yang berikatan disebut panjang ikatan. Sedangkan
energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan disebut energi ikatan. Pada
pasangan unsur yang sama, ikatan tunggal merupakan ikatan yang paling lemah
dan paling panjang. Semakin banyak pasangan elektron milik bersama, semakin
kuat ikatan dan panjang ikatannya semakin kecil/pendek.
Adapun macam-macam ikatan kovalen berdasarkan jumlah PEI-nya yaitu
ikatan kovalen tunggal yaitu ikatan kovalen yang memiliki 1 pasang PEI. Contoh:
H2, H2O (konfigurasi elektron H = 1; O = 2, 6) atau H – H , H-O-H , ikatan
kovalen rangkap 2 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 2 pasang PEI. Contoh: O2,
CO2 (konfigurasi elektron O = 2, 6; C = 2, 4) atau O = O , O = C = O, dan ikatan
kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3 pasang PEI. Contoh: N2
(Konfigurasi elektron N = 2, 5) atau N ≡ N.
Ikatan kovalen yang hanya melibatkan sepasang elektron disebut ikatan
tunggal (dilambangkan dengan satu garis), sedangkan ikatan kovalen yang
melibatkan lebih dari sepasang elektron disebut ikatan rangkap. Ikatan yang
melibatkan dua pasang elektron disebut ikatan rangkap dua (dilambangkan
dengan dua garis), sedangkan ikatan yang melibatkan tiga pasang elektron
disebut ikatan rangkap tiga (dilambangkan dengan tiga garis).
a. Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang terjadi
karena pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu
atom yang berikatan. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen
yang PEI-nya berasal dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan kovalen
koordinasi adalah ikatan kovalen di mana pasangan elektron yang dipakai
bersama hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang satu
lagi tidak menyumbangkan elektron.
Ikatan kovalen koordinat dapat terjadi antara suatu atom yang
mempunyai pasangan elektron bebas dan sudah mencapai konfigurasi
oktet dengan atom lain yang membutuhkan dua elektron dan belum
mencapai konfigurasi oktet.
Ketika membuat rumus Lewis dari asam-asam oksi (misalnya asam
sulfat/H2SO4) lebih dahulu dituliskan bayangan strukturnya kemudian
membuat rumus Lewisnya yang dimulai dari atom hidrogen. Hal ini untuk
mengetahui jenis-jenis ikatan yang ada, antara ikatan kovalen atau ikatan
kovalen koordinat.
Pada ikatan kovalen biasa, pasangan elektron yang digunakan
bersama dengan atom lain berasal dari masing-masing atom unsur yang
berikatan. Namun apabila pasangan elektron tersebut hanya berasal dari
salah satu atom yang berikatan, maka disebut ikatan kovalen koordinasi.
b. Polarisasi Ikatan Kovalen
Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran
senyawa. Adanya perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan
pasangan elektron ikatan lebih tertarik ke salah satu unsur sehingga
membentuk dipol. Adanya dipol inilah yang menyebabkan senyawa
menjadi polar.
Pada senyawa HCl, pasangan elektron milik bersama akan lebih
dekat pada Cl karena daya tarik terhadap elektronnya lebih besar
dibandingkan H. Hal itu menyebabkan terjadinya polarisasi pada ikatan H
– Cl. Atom Cl lebih negatif daripada atom H, hal tersebut menyebabkan
terjadinya ikatan kovalen polar.
Contoh:
1) Senyawa kovalen polar: HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3.
2) Senyawa kovalen nonpolar: H2, O2, Cl2, N2, CH4, C6H6, BF3.
Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran
senyawanya ditentukan oleh hal-hal berikut.
1) Jumlah momen dipol, jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya
bersifat nonpolar. Jika momen dipol tidak sama dengan 0 maka
senyawanya bersifat polar.
2) Bentuk molekul, jika bentuk molekulnya simetris maka
senyawanya bersifat nonpolar, sedangkan jika bentuk molekulnya
tidak simetris maka senyawanya bersifat polar.
Kedudukan pasangan elektron ikatan tidak selalu simetris terhadap
kedua atom yang berikatan. Hal ini disebabkan karena setiap unsur
mempunyai daya tarik elektron (keelektronegatifan) yang berbeda-beda.
Salah satu akibat dari keelektronegatifan adalah terjadinya polarisasi pada
ikatan kovalen.
Kepolaran dinyatakan dengan momen dipol (μ), yaitu hasil kali
antara muatan (Q) dengan satuan Coloumb dengan jarak (r) satuan meter.
μ=Q×r
Satuan momen dipol adalah debye (D), di mana
.
Berikut adalah sajian beberapa momen dipol dari senyawa kovalen.

c. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat
penggunaan bersama elektron-elektron valensi antar atom-atom
logam. Ikatan logam terjadi akibat interaksi antara elektron valensi yang
bebas bergerak dengan inti atau kation-kation logam yang menghasilkan
gaya tarik. Contoh: logam besi, seng, dan perak. Ikatan logam bukanlah
ikatan ion atau ikatan kovalen. Salah satu teori yang dikemukakan untuk
menjelaskan ikatan logam adalah teori lautan elektron. Menurut teori ini,
atom logam harus berikatan dengan atom-atom logam yang lain untuk
mencapai konfigurasi elektron gas mulia. Dalam model ini, setiap elektron
valensi mampu bergerak bebas di dalam tumpukan bangun logam atau
bahkan meninggalkannya sehingga menghasilkan ion positif. Elektron
valensi inilah yang membawa dan menyampaikan arus listrik. Gerakan
elektron valensi ini jugalah yang dapat memindahkan panas dalam logam.
Contoh terjadinya ikatan logam. Tempat kedudukan elektron
valensi dari suatu atom besi (Fe) dapat saling tumpang tindih dengan
tempat kedudukan elektron valensi dari atom-atom Fe yang lain. Tumpang
tindih antarelektron valensi ini memungkinkan elektron valensi dari setiap
atom Fe bergerak bebas dalam ruang di antara ion-ion Fe+ membentuk
lautan elektron. Karena muatannya berlawanan (Fe2+ dan 2 e–), maka
terjadi gaya tarik-menarik antara ion-ion Fe+ dan elektron-elektron bebas
ini. Akibatnya terbentuk ikatan yang disebut ikatan logam. Logam
mempunyai sifat-sifat antara lain:
a. pada suhu kamar umumnya padat,
b. mengilap,
c. menghantarkan panas dan listrik dengan baik,
d. dapat ditempa dan dibentuk.
Dalam bentuk padat, atom-atom logam tersusun dalam susunan
yang sangat rapat (closely packed). Susunan logam terdiri atas ion-ion
logam dalam lautan elektron. Dalam susunan seperti ini elektron
valensinya relatif bebas bergerak dan tidak terpaku pada salah satu inti
atom, sehingga elektron-elektron ini tidak terus-menerus digunakan
bersama oleh dua ion yang sama. Bila diberikan energi, elektron-elektron
ini mudah dioperkan dari atom ke atom. Telah kita ketahui bahwa unsur
logam memiliki sedikit elektron valensi. Berarti, pada kulit luar atom
logam terdapat banyak orbital kosong. Hal ini menyebabkan elektron
valensi unsur logam dapat bergerak bebas dan dapat berpindah dari satu
orbital ke orbital lain dalam satu atom atau antar atom.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
atom-atom saling mengikatkan diri satu sama lain karena ingin menyetarakan
kestabilan mereka, sesuai dengan kaidah oktet atau seperti halnya golongan gas
mulia yang telah memiliki kestabilan yang tidak dapat terelakkan lagi (hukum
alam). Adapun jenis-jenis ikatan kimia terdiri atas 3 macam, yang pertama
adalah ikatan ion yang merupakan ikatan antara unsur-unsur logam dan non-
logam, kedua adalah ikatan kovalen yaitu pemakaian elektron secara bersama-
sama oleh unsur non-logam dan unsur non-logam, serta ikatan logam yang
merupakan pemakaian elektron secara bersama-sama oleh atom-atom logam.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah
ini yaitu :
1. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan
materi penulisan karya ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih
termotivasi dalam menemukan bahan atau materi lewat beberapa buku di
perpustakaan dan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca buuk.
2. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi ikatan
kimia karena materi ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah
umum yang perlu diluluskan untuk pengambilan SKS berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI
SMA dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X
SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah
dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah
dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu
Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai