Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Disusun Oleh

Sephia Salsabilah Firdaus

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU  PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2021
I. JUDUL

Redok dan Elektrokimia

II. TUJUAN
- Menentukan reaksi redok dari fenomena yang terjadi pada reaksi kimia
- Merakit sel volta
- Mempelajari elektrolisis air dan larutan NaNO3
III. Pendahuluan
3.1 Material Safety of Data Sheets (MSDS)
3.1.1 Aquades (H2O)
Aquades (H2O) adalah senyawa kimia yang berbentuk cairan, tidak
bewarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, memiliki pH 7, titik lebur 0oC, titik
didih 100oC, temperatur kritis 374,1oC, tekanan kritis 218,3 atm, tekanan uap
17,535 mmHg, tekanan pada 50 C adalah 92,51 mmHg, kepadatan relatif 1,
grafitasi/kepadatan spesifik 0,99823 g/ml, massa molekul 18 g/ml, viskositas
kinematis 1,004 mm2/dtk, viskositas dinamis 1,002 cP. Kelarutan : larut
dalam asam asetat, larut dalam aseton, larut dalm amonia, larut dalam amonium
klorida, larut dalam etanol, larut dalam gliserol, larut dalam asam klorida, larut
dalam metanol, larut dalam asam nitrat, larut dalam asam sulfat, larut dalm
larutan natrium hidroksida. Stabilitas kimia dalam kondisi normal yaitu stabil,
produk penguraian yang berbahaya adalah hidrogen dan oksigen. Akuades tidak
diklarifikasi sebagai bahan kimia berbahaya. Diperkirakan tidak menimbulkan
bahaya yang signifikan dalam kondisi penggunaan normal yang diantisipasi.
(LabChem. 2021)
3.1.2 Asam klorida (HCl)
Cairan yang tidak berwarna atau kekuningan tergantung pada
kemurniannya, mudah menguap . Uapnya tajam dan beracun, sangat korosif,
mudah larut dalam air, alkohol dan eter. Uapnya berbahaya terhadap sistem
saluran pernapasan. Asam klorida (HCI) pekat bila mengenai kulit akan
merusaknya dengan sempurna, sedang larutannya menyebabkan gatal-gatal (iritasi
kulit) dan lain – lain.
Penanganan pertama yang dilakukan yaitu Ruangan bekerja berventilasi
baik, jika memindahkan bahan kimia pekat atau mengencerkan sebaiknya
dikerjakan dalam lemari asam . Bila terjadi tumpahan asam pekat hendaklah
dinetralkan dulu dengan basa (soda, kapur) baru diencerkan dengan air, bila
tumpahan dalam jumlah besar disiapkan pemadam kebakaran (Labchem. 2021)
3.1.3 Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat (H2SO4) berbentuk cairan dengan warna tidak berwarna,
kekuningan atau coklat, cairannya tidak berbau. Memiliki pH < 1. Titik lebur
10oC. titik didih 288oC. tekanan uap < 1 hPa (20°C), massa jenis uap relatif pada
20°C. kepadatan relatif 1,8, massa jenis 1840 kg/m³, massa molekul 98.08 g/mol.
Larut secara eksotermis dalam air selain itu dapat pula larut dalam etanol,
memiliki suhu dekomposisi sebesar > 340°C. Bereaksi hebat dengan beberapa
basa. Pelepasan panas yang mengakibatkan peningkatan resiko kebakaran atau
ledakan. Bereaksi dengan banyak senyawa misalnya dengan pereduksi kuat, bahan
organik, dan dengan bahan yang mudah terbakar.
Efek yang diakibatkan dari paparan senyawa ini adalah jika terhirup
tenggorokan kering atau sakit jika dihirup bahkan dapat mengiritasi saluran
pernapasan yaitu pada selaput lendir hidung penyakit yang mungkin muncul
adalah edema laring, dan pneumonia. Efek samping jika terkena kulit yaitu dapat
menyebabkan luka bakar kaustik atau korosi pada kulit. Efek yang ditimbulkan
jika tertelan adalah mual, sakit parut, darah pada tinja dan muntahan
Penanganan dari bahaya yang timbul sebagai berikut: jika bahan kimia
mengenai mata basuh mata dengan air yang banyak, sesekali mengangkat kelopak
mata bagian bawah dan atas. Segera dapatkan pertolongan medis, jika mengenai
kulit, segera basuh kulit yang terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat
menembus pakaian yang sedang dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit
dengan air. Segera dapatkan pertolongan medis jika bahan kimia ini terhirup
dalam jumlah yang cukup besar, pindahkan korban ke udara segar. Pernapasan
terhenti, lakukan resusitasi dari mulut ke mulut, jaga orang yang terkena agar
tetap hangat dan istirahat, jika tertelan, dapatkan pertolongan medis sesegera
mungkin. (LabChem, 2021)
3.1.4 Logam Zinc (Zn)
Logam zink berbentuk serbuk berwarna metalik atau abu – abu dan tidak
berbau. Titik lebur pada suhu 420 °C atau rentang 908 °C pada 1.013 hPa. Tidak
mudah terbakar dan meledak tetapi bisa saja menyebabkan ledakan debu. Tekanan
uap 1,33 hPa pada 487 °C dengan densitas sebesar 7,14 g/cm3 pada 20 °C.
Kelarutan dalam air pada 20 °C tidak larut. Ukuran partikel < 63 µm. Produk ini
stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar (suhu kamar). Reaksi
berbahaya yang mungkin di bawah kondisi spesifik/khusus yaitu reaksi
eksotermik dengan : alkali hydroxides, Fluorin, carbon disulfide, senyawa
halogen, asam - basa. Beresiko meledak dengan: senyawa ammonium, azides,
chlorates, katalisator metal, Asam nitrat, hydroxylamine, hydrazine dan
turunannya, Hidrokarbon halogen, Hidrogen, nitrate, Peroksida, Cadmium,
chromium(VI) oxide, senyawa peroxi, Senyawa nitro, performic acid, Oksidator,
sulfur, iodine, dengan, Air Resiko ignisi dan pembentukan gas atau uap yang tidak
menyala dengan : Arsenik oksida, Sodium hydroxide, Telurium, selenium
Beberapa efek yang dapat dirasakan jika terkenan antara lain iritasi, nyeri,
demam, mual, muntah, gangguan kardiovaskuler, dan gejala otot. Penanganan dari
bahaya yang timbul sebagai berikut: jika bahan kimia mengenai mata basuh mata
dengan air yang banyak, sesekali mengangkat kelopak mata bagian bawah dan
atas, segera dapatkan pertolongan medis. Mengenai kulit, segera basuh kulit yang
terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat menembus pakaian yang sedang
dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit dengan air, segera dapatkan
pertolongan medis. Terhirup dalam jumlah yang cukup besar, pindahkan korban
ke udara segar jika pernapasan terhenti, lakukan resusitasi dari mulut ke mulut,
jaga orang yang terkena agar tetap hangat dan istirahat. Tertelan, dapatkan
pertolongan medis sesegera mungkin (Smartlab. 2021)
3.1.5 Logam Cu (tembaga)
Logam tembaga memiliki sifat fisik dan sifat kimia diantaranya
penampilan logam kemerahan, tidak berbau, keadaan fisik kokoh, pH tidak
berlaku, tekanan uap 1 mm pada 1083℃, gravitasi spesifik 8,94, laju penguapan
tidak berlaku, dan bersifat tidak larut dalam air.
Tembaga bisa menjadi racun saat terhirup atau tertelan dalam dosis besar.
Individu dengan langka gangguan yang disebut “penyakit Wilson” (perkiraan
prevalensi 0,003% dari populasi) cenderung menumpuk tembaga dan tidak boleh
diekspos ditempat kerja. Namun, dalam bentuk penjualan produk ini relatif tidak
beracun. Rute utama paparan akan melalui pembentukkan dan pehirupan asap
oksida tembaga. Kontak mata/kulit dengan debu atau asap dapat menyebabkan
iritasi lokal tetapi tidak menyebabkan kerusakan jaringan. Menghirup asap yang
intens dalam jangka pendek dari pemotongan atau pengelasan, dapat
menyebabkan kondisi yang disebut dengan demam asap logam.
Terkena mata sangat dianjurkan agar tidak menggosok mata. Biarkan mata
berair secara alami selama beberapa menit. Jika partikel / debu tidak keluar, basuh
dengan air hangat yang mengalir dengan lembut selama lima menit atau sampai
partikel / debu hilang, jika terjadi iritasi, segera dapatkan pertolongan medis.
Jangan mencoba memaksa mengeluarkan partikel secara manual apapun yang
menempel di file mata. Kontak kulit diperkiraan tidak menimbulkan efek
kesehatan. Tutupi luka bakar dan segera dapatkan bantuan medis. Penghirupan
menghilangkan sumber kontaminasi atau memindahkan korban dari area paparan
ke udara segar.  (LabChem, 2021)
3.1.6 Amonium Hidroksida (NH4OH)
Amonium Hidroksida (NH4OH) berbentuk cairan tidak berwarna, berbau
menyengat dan berpotensi mengiritasi dengan ambang bau sebesar 5 – 50 ppm,
pH 11,7. Titik nyala 27°C, bahan tidak mudah terbakar, kepadatan relatif 0,88 –
0,91 dan kepadatan spesifik sebesar 0,89. Massa molekul 35,05 g/mol. Reaktivitas
saat pemanasan, pelepasan gas uap beracun dan korosif, khusus bereaksi hebat
dengan oksidator dan asam kuat. Kondisi yang harus dihindari yaitu suhu tinggi,
bahan yang tidak cocok dan cahaya matahari langsung.
Penanganan dari bahaya yang timbul sebagai berikut: jika bahan kimia
mengenai mata basuh mata dengan air yang banyak, sesekali mengangkat kelopak
mata bagian bawah dan atas kemudian segera dapatkan pertolongan medis.
Terkena kulit, segera basuh kulit yang terkontaminasi dengan air, jika bahan ini
dapat menembus pakaian yang sedang dipakai, segera lepas pakaian dan basuh
kulit dengan air.dan segera dapatkan pertolongan medis. Terhirup dalam jumlah
yang cukup besar, pindahkan korban ke udara segar. jika pernapasan terhenti,
lakukan resusitasi dari mulut ke mulut, jaga orang yang terkena agar tetap hangat
dan istirahat. Tertelan, dapatkan pertolongan medis sesegera mungkin. (LabChem,
2021)
3.1.7 Padatan Kapur (CaCO3)
Sifat fisik dari CaCO3 adalah dalam keadaan solid, penampilan bubuk atau
gumpalan putih, memiliki warna putih, tidak berbau. Sifat kimianya seperti, tidak
mudah terbakar, setelah pembakaran CO dan CO2 terbentuk. Kuat untuk reaksi
eksplosif dengan beberapa asam, stabilitas kimianya stabil dalam kondisi normal,
bereaksi hebat dengan asam. Efek yang ditimbulkan iritasi pada saluran
pernapasan, kulit, mata. Penanganannya dengan pertolongan pertama umum:
jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
Terhirup: pindahkan korban ke tempat berudara segar dan baringkan dengan
posisi yang nyaman untuk bernapas, segera menghubungi dokter. 
Penanganan dari bahaya yang timbul sebagai berikut: jika bahan kimia
mengenai mata basuh mata dengan air yang banyak, sesekali mengangkat kelopak
mata bagian bawah dan atas kemudian segera dapatkan pertolongan medis.
Terkena kulit, segera basuh kulit yang terkontaminasi dengan air, jika bahan ini
dapat menembus pakaian yang sedang dipakai, segera lepas pakaian dan basuh
kulit dengan air.dan segera dapatkan pertolongan medis. Terhirup dalam jumlah
yang cukup besar, pindahkan korban ke udara segar. jika pernapasan terhenti,
lakukan resusitasi dari mulut ke mulut, jaga orang yang terkena agar tetap hangat
dan istirahat. Tertelan, dapatkan pertolongan medis sesegera mungkin. (LabChem,
2021)
3.1.8 Natrium nitrat (NaNO3)
Natrium nitrat (NaNO3) berbentuk liiquid tidak berwarna dengan bau
yang khas atau memiliki karakteristik tersendiri. Bahan yang tergolong tidak
mudah terbakar. Massa jenis natrium nitrat sebesar 1,26 g/ml dan dapat larut
dalam air. Viskositas kinematis sebesar 1,44 mm2/s. Kondisi yang harus dihindari
natrium nitrate yaitu paparan langsung cahaya matahari, dan temperatur yang
sangat tinggi atau rendah. Bahan yang tidak cocok digabungkan dengan natrium
nitrate diantaranya pereduksi yang kuat. pengoksidasi kuat. dan bahan yang
mudah terbakar, sedangkan produk penguraian yang berbahaya yaitu oksigen dan
nitrogen oksida.
Penanganan dari bahaya yang timbul sebagai berikut: jika bahan kimia
mengenai mata basuh mata dengan air yang banyak, sesekali mengangkat kelopak
mata bagian bawah dan atas kemudian segera dapatkan pertolongan medis.
Terkena kulit, segera basuh kulit yang terkontaminasi dengan air, jika bahan ini
dapat menembus pakaian yang sedang dipakai, segera lepas pakaian dan basuh
kulit dengan air.dan segera dapatkan pertolongan medis. Terhirup dalam jumlah
yang cukup besar, pindahkan korban ke udara segar. jika pernapasan terhenti,
lakukan resusitasi dari mulut ke mulut, jaga orang yang terkena agar tetap hangat
dan istirahat. Tertelan, dapatkan pertolongan medis sesegera mungkin. (LabChem,
2021)
3.1.9 Serbuk Besi (Fe)
Serbuk besi berbentuk padatan dengan warna keabu – abuan dan tidak
berbau dengan pH 7 – 9. Titik lebur 1535°C, titik didih pada rentang 1013 hPa
sebesar 3000°C, Bahan yang mudah terbakar dengan kategori 1, jika mengalami
peningkatan suhu akan menyebabkan kebakaran tetapi tidak dikategorikan sebagai
bahan yang mudah meledak. Densitas 7,87 g/cm3 pada 20°C. larut dalam air tetapi
pada suhu 20°C tidak larut. Suhu menyala > 100 °C dengan densitas curah 3.000 -
4.000 kg/m3, dan ukuran partikel < 10 µm.
Penanganan dari bahaya yang timbul sebagai berikut: jika bahan kimia
mengenai mata basuh mata dengan air yang banyak, sesekali mengangkat kelopak
mata bagian bawah dan atas kemudian segera dapatkan pertolongan medis.
Terkena kulit, segera basuh kulit yang terkontaminasi dengan air, jika bahan ini
dapat menembus pakaian yang sedang dipakai, segera lepas pakaian dan basuh
kulit dengan air.dan segera dapatkan pertolongan medis. Terhirup dalam jumlah
yang cukup besar, pindahkan korban ke udara segar. jika pernapasan terhenti,
lakukan resusitasi dari mulut ke mulut, jaga orang yang terkena agar tetap hangat
dan istirahat. Tertelan, dapatkan pertolongan medis sesegera mungkin. (Merck,
2021)
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan jenis dari reaksi kimia yang menyebabkan
perubahan bilangan oksidasi baik dalam suatu molekul ataupun unsur juga
menyebabkan terjadinya perubahan (dapat berupa penambahan maupun
pengurangan) senyawa oksigen di dalam suatu molekul. Reaksi redoks adalah
gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi dalam proses elektrokimia. Konsep ini
berdasarkan pada pelepasan dan pengikatan oksigen, perpindahan elektron, dan
perubahan bilangan oksidasi (Bukhari, 2017).

Reaksi redoks, memiliki dua jenis reaksi yang bersamaan yaitu reaksi
reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi reduksi sendiri merupakan reaksi yang
menyebabkan penurunan bilangan oksidasi dari sebuah ion, atom, atau molekul
yang dapat disebabkan baik karena penangkapan elektron dan atau pelepasan
oksigen. Spesi yang mengalami reduksi disebut juga sebagai oksidator karena
menyebabkan oksidasi pada pasangan senyawanya (Hastuti, 2014).

Reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi sehingga kemudian menyebabkan


meningkatnya bilangan oksidasi dari suatu ion, atom karena pelepasan elektron.
Reaksi pksidasi juga dapat dikatakan bahwa dimana reaksi suatu zat mengikat
oksigen. Spesi yang mengalami oksidasi disebut juga sebagai reduktor karena
menyebabkan reduksi pada pasangan senyawanya (Sukmawati, 2019).

3.2.2 Elektrokimia
Elektro kimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan
interkonvensi energi listrik  dan energi kimia. Sel elektrokimia adalah sebuah
tempat atau sel dimana aliran elektron terjadi. Aliran elektron dapat terjadi karena
adanya perubahan energi listrik menjadi energi kimia atau energi kimia menjadi
energi listrik. Proses elektrokimia adalah reaksi redaksi (oksidasi-reduksi) di mana
dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh  reaksi spontan diubah menjadi listik
atau dimana energi listrik yang di lepas oleh  reaksi non spontan bisa terjadi.
Elektron yang dilepas oleh suatu unsur selama oksidasi  di tandai dengan
meningkatnya bilangan oksidasi unsur tersebut. Reaksi reduksi, terjadi saat
penurunan bilangan oksidasi karena diperolehnya oleh unsur tersebut (Chang,
2004).

3.2.3 Reaksi Autoredoks


Reaksi autoredoks (disproporsionasi) adalah reaksi redoks yang oksidator
dan reduktornya merupakan zat yang sama. Reaksi sebagian dari zat itu
mengalami oksidasi, dan sebagian zat mengalami reduksi. Contoh :

Gambar 3.2.1 reaksi autoredoks

Sumber : Fajarianingtyas, 2015

gas Cl2 sebagian (bilangan oksidasi = 0), mengalami reduksi menjadi KCl
(bilangan oksidasi Cl = -1) dan sebagian mengalami oksidasi menjadi KClO
(bilangan oksidasi Cl = +1) (Fajarianingtyas, 2015).

3.2.4 Reaksi Elektrokimia


Sel elektrokimia dapat diklasifikasikan sebagai sel galvanic bila sel
digunakan untuk menghassilkan energi listrik (potensial sel positif) dan sel
elektrolisasi bila sel memerlukan energi listrik dari suatu sumber. Katoda ialah
suatu elektroda dimana reduksi terjadi. Anoda  ialah suatu elektroda dimana
oksidasi terjadi (Hendayana, 1998).
Pereaksi akan bersifat pengoksidasi bila mempunyai  kecenderungan 
menarik elektron. Partikel lain, yaitu unsur elektronegatif (seperti oksigen,
halogen, dan H+) dan senyawa yang  mengandung unsur elektro negatif (seperti
HNO3). Partikel akan bersifat preduksi bila mempunyai elektron yang terikat
lemah, sehingga mudah melepas dan menarik oleh partikel lain (Syukri,1999).
Reaksi oksidasi reduksi disebut katoda. Listrik mengalir melalui satu sircuit
dipengaruh  beda potensial atau Valtase. Suatu gaya yang menggerakkan
perpindahan muatan. Dua jenis intraksi antara lain listrik dan materi. Elektrolisis
adalah kejadian dimana reaksi kimia menyebabkan arus listrik, seperti pada
pemakaian baterai (Goldberg,2004).

3.2.5 Persamaan Sel Volta dan Sel Elektrolisis


Menurut Achmad (2001), Sel volta dan sel elektrolisis memiliki persamaan
yakni:
1. Menggunakan reaksi redoks
2. Terjadi oksidasi di anoda
3. Terjadi reduksi di katoda
4. Elektron akan mengalir (berpindah) dari anoda ke arah katoda
5. Potensial reduksi sel dapat dihitung dengan mengurangkan potensial reduksi
spesi yang mengalami reduksi dengan potensial reduksi spesi yang
mengalami oksidasi.

3.2.6 Perbedaan Sel Volta dengan Sel Elektrolisis


Menurut Soleha (2011), Perbedaan dari sel volta (sel galvanik) dengan sel
elektrolisis adalah:
1. Anoda yang ada pada sel volta (sel galvanik) memiliki muatan negatif karena
anoda pada sel volta merupakan sumber elektron sedangkan katodanya
memiliki muatan positif
2. Anoda pada sel elektrolisis memiliki muatan positif karena menarik ion
negatif (anion) yang terdapat di dalam larutan sedangkan katodanya
bermuatan negatif
3. Pada sel volta, reaksi redoksyang terlibat adalah reaksi spontan
sedangkan reaksi redoks pada sel elektrolisis merupakan reaksi nonspontan.
4. Pada sel volta, potensial reduksi sel bernilai positif (Ered>Eoks) sedangkan pada
elektrolisis potensial reduksi sel bernilai negatif (Eoks>Ered)
IV. Metodologi Percobaan

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

- Tabung Reaksi
- Pipet Tetes
- Kabel
- Lampu LED
- Gelas Piala 50 mL
- Pipa U
- Gabus
- Elektroda Karbon
- Korek Api Batang/Kayu
- Botol Bening 25 mL

4.1.2 Bahan

- Lempeng Tembaga
- Larutan HCl
- Lempeng zinc
- Padatan CaCO3
- Larutan H2SO4 3 M
- Larutan NH4OH 0,1 M
- Serbuk Besi
- Larutan NaNO3 0,1 M
- Buah Jeruk /Apel
4.2 Diagram Alir

4.2.1 Redoks

Serbuk Zn

- Diambil 2 tabung reaksi


- Diisi tabung 1 dengan serbuk Zn sebanyak sepucuk spatula
- Diisi tabung 2 dengan 1 butir padatan CaCO3
- Ditambahkan ke dalam tabung 1 dan tabung 2 larutan HCl pekat
sebanyak 10 tetes
- Diamati apa yang terjadi dan ditulis pada lembar pengamatan
- Diambil tabung reaksi ketiga dan diisi dengan larutan H2SO4 1 M
setinggi 1 cm
- Ditambahkan dengan jumlah yang sama larutan NH4OH 2 M
- Diamati apa yang terjadi dan dicatat dalam lembar pengamatan
- Diambil 2 tabung reaksi kemudian diberi nomor 4 dan 5 masing –
masing diisi dengan serbuk besi sebanyak sepucuk spatula
- Ditambhakan ke dalam tabung nomor 4 larutan H2SO4 3 M dan
larutan NH4OH 2 M ke dalam tabung 5 masing – masing 1 cm
kemudian dikocok dan didiamkan beberapa lama
- Diamati apa yang terjadi dan dituliskan dalam lembar pengamatan

Hasil

Jeruk Nipis

4.2.2 Sel Volta Sederhana

- Diambil 5 buah jeruk nipis / belimbing wuluh (praktikan bawa


sendiri)
- Ditancapkan masing – masing 1 lempeng zinc dan 1 lempeng
tembega
- Dihubungkan antara lempeng tembaga dari jeruk 1 dengan
lempeng zinc dari jeruk 2 menggunakan kabel dan seterusnya
sampai 5 buah jeruk terhubung secara seri
- Dihubungkan lampu LED pada lempeng zinc jeruk 1 dan lempeng
tembaga jeruk 5
- Diamati apa yang terjadi dan ditulis hasilnya pada hasil
Hasil
pengamatan

4.2.3 Sel Volta Sederhana 2


Jeruk Nipis

- Diambil 5 buah jeruk/belimbing wuluh yang lain (praktikan bawa


sendiri)
- Diiris bagian tengah sehingga masing – masing menjadi 2 bagian
- Diperas dan diambil airnya kemudian dimasukkan dalam 5 botol
bening (vial) 25 ml
- Dibuatlah rangkaian seri menggunakan lempeng tembaga, zinc,
dan satu lampu LED
- Diperhatikan apa yang terjadi
- Dibandingkan myala lampu LED antara sel air jeruk dengan sel
buah jeruk

Hasil

Jeruk Nipis

4.2.4 Sel Volta Sederhana

- Digunakan sel air jeruk untuk percobaan ini


- Diganti air jeruk dengan cuka masing – masing 10 ml
- Dibuatlah hubungan seri antar gelas menggunakan elektroda
tembaga, zinc dan lampu LED
- Diamati apa yang terjadi dan ditulis pada hasil pengamatan

Hasil
4.2.5 Elektrolisis Aquades

Aquades

- Diambil sebuah pipa U


- Diisi dengan aquades hingga 1 cm dari ujung pipa U
- Diletakkan elektroda pada kedua mulut pipa U
- Dihubungkan elektroda dengan baterai 3 volt atau power supply 3
volt setelah 10 menit arus listrik diputus
- Diuji dengan sebatang korek api yang membara pada kedua mulut
pipa U
- Diamati apa yang terjadi dan diberikan penjelasan mengapa
demikian
- Diukur panjang kolom udara pada kedua mulut pipa U
- Diulangi percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20 menit

Hasil

Larutan NaNO3

4.2.6 Elektrolisis Larutan NaNO3

- Diambil sebuah pipa U yang lain


- Diisi dengan larutan NaNO3 0,1 M hingga 1 cm dari ujung pipa U
- Diletakkan elektroda pada kedua mulut pipa U
- Dihubungkan elektroda dengan baterai 3 volt atay power supply 3
volt setelah 10 meenit arus listrik diputus
- Diuji dengan sebatang korek api yang membara pada kedua mulut
pipa U
- Diamati apa yang terjadi dan diberikan penjelasan mengapa
demikian
- Diukur panjang kolom udara pada kedua mulut pipa U
- Diulangi percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20 menit
Hasil

4.3 Prosedur Kerja

4.3.1 Redoks

2 tabung reaksi diambil kemudian tabung 1 diisi dengan serbuk Zn


sebanyak sepucuk spatula sedangkan tabung 2 diisi dengan 1 butir padatan CaCO3.
Larutan HCl pekat sebanyak 10 tetes ditambahkan pada kedua tabung reaksi
kemudian diamati apa yang terjadi dan ditulis pada lembar pengamatan. Tabung
reaksi ketiga diambil dan diisi dengan larutan H2SO4 1 M serta larutan NH4OH 2
M setinggi 1 cm, diamati apa yang terjadi dan dicatat dalam lembar pengamatan. 2
tabung reaksi diambil serta diberi nomer 4 dan 5 masing – masing diisi dengan
serbuk besi sebanyak sepucuk spatula. Tabung nomer 4 diisi dengan larutan
H2SO4 3 M sedangkan tabung nomer 5 diisi dengan NH4OH 2 M masing – masing
setinggi 1 cm. Tabung reaksi 4 dan 5 dikocok dan didiamkan beberapa lama,
setelah itu diamati apa yang terjadi dan dituliskan dalam lembar pengamatan.

4.3.2 Elektrolisis (Sel Volta Sederhana)

5 buah jeruk nipis/belimbing wuluh diambil (praktikan membawa sendiri)


kemudian ditancapkan masing - masing 1 lempeng Zn dan tembaga. Lempeng
tembaga dari jeruk 1 dihubungkan dengan lempeng zinc dari jeruk 2
menggunakan kabel dan seterusnya sampai 5 buah jeruk terhubung secara seri.
Lempeng zinc jeruk 1 dan lempeng tembaga jeruk 5 dihubungkan dengan lampu
LED kemudian diamati apa yang terjadi dan ditulis hasilnya pada hasil
pengamatan.

4.3.3 Elektrolisis (Sel Volta Sederhana 2)

5 buah jeruk/belimbing wuluh yang lain diambil kemudian diiris bagian


tengah sehingga masing – masing menjadi 2 bagian setelah itu diperas diambil
airnya dan dimasukkan dalam 5 botol bening (vial) 25 ml. Rangkain seri dibuat
mengguunakan lempeng tembaga, zinc, dan satu lampu LED diperhatikkan apa
yang terjadi. Nyala lampu LED dibandingkan antara air jeruk dengan sel buah
jeruk.

4.3.4 Elektrolisis (Sel Volta Sederhana 3)

Sel air jeruk untuk percobaan ini digunakan kemudian diganti dengan cuka
masing – masing 10 mL dan dibuat hubungan seri antar gelas menggunakan
elektroda tembaga, zinc, dan lampu LED. Apa yang terjadi diamati dan ditulis
pada hasil pengamatan.

4.3.5 Elektrolisis Aquades

Pipa U diambil dan diisi dengan aquades hingga 1 cm dari ujung pipa U
kemudian diletakkan elektroda pada kedua mulut pipa U. Elektroda dihubungkan
dengan baterai 3 volt atau power supply 3 volt setelah 10 menit arus listrik
diputus lemudian diuji dengan sebatang korek api yang membara pada kedua
mulut pipa U. Apa yang terjadi diamati dan diberikan penjelasan mengapa
demikian. Panjang kolom udara pada kedua mulut pipa U diukur dan diulangi
percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20 menit.

4.3.6 Elektrolisis Larutan NaNO3

Pipa U yang lain diambil dan diisi dengan larutan NaNO3 0,1 M hingga 1
cm dari ujung pipa U kemudian diletakkan elektroda pada kedua mulut pipa U.
Elektroda dihubungkan dengan baterai 3 volt atau power supply 3 volt setelah 10
menit arus listrik diputus lemudian diuji dengan sebatang korek api yang
membara pada kedua mulut pipa U. Apa yang terjadi diamati dan diberikan
penjelasan mengapa demikian. Panjang kolom udara pada kedua mulut pipa U
diukur dan diulangi percobaan dengan waktu elektrolisis selama 20 menit.
V. Data dan Perhitungan

5.1 Data

5.1.1 Redoks

Tabung 1 Zn + HCl = Gelembung, perubahan suhu, terdapat endapan,

kecepatan (+)

Tabung 2 CaCO3 + HCl = Gelembung, perubahan suhu, terdapat endapan,

kecepatan (++)

Tabung 3 H2SO4 + NH4OH = Tidak ada perubahan

Tabung 4 Fe + H2SO4 = Gelembung, perubahan suhu, terdapat endapan

Tabung 5 Fe + NH4OH = Terdapat endapan

5.1.2 Elektrokoimia

Jeruk + Zn + Cu = Lampu menyala (+)

Air jeruk + Zn + Cu = Lampu menyala (++)

Air cuka + Zn + Cu = Lampu mati (-)

5.1.3 Elektrolisis

Elektrolisis Aquades selama 10 menit

Katoda = Muncul gelembung (+), uji nyala (-)

Anoda = Muncul gelembung (+), uji nyala (+)

Elektrolisis Aquades selama 20 menit

Katoda = Muncul gelembung (++), uji nyala (-)

Anoda = Muncul gelembung (++), uji nyala (+)

Elektrolisis NaNO3 selama 10 menit

Katoda = Muncul gelembung (+), uji nyala (-)

Anoda = Muncul gelembung (+),uji nyala (+)

Elektrolisis NaNO3 selama 20 menit

Katoda = Muncul gelembung (++), uji nyala (-)


Anoda = Muncul gelembung (++),uji nyala (+)
VI. Hasil dan Pembahasan

6.1 Hasil

6.1.1 Hasil Percobaan Redoks

No Reaksi Fenomena yang terjadi


1 Tabung 1 Zn + HCl Gelembung, Perubahan Suhu, Terdapat
Endapan, Kecepatan (+).
2 Tabung 2 CaCO3 + HCl Gelembung, Perubahan Suhu, Terdapat
Endapan, Kecepatan (++).
3 Tabung 3 H2SO4 + Tidak Ada Perubahan
NH4OH
4 Tabung 4 Fe + H2SO4 Gelembung, Perubahan Suhu, Terdapat
Endapan.
5 Tabung 5 Fe + NH4OH Terdapat Endapan.
6.1.2 Hasil Percobaan Elektrokimia

No Perlakuan Fenomena yang terjadi


1 Jeruk + Zn + Cu Lampu menyala (+)
2 Air jeruk + Zn + Cu Lampu menyala (++)
3 Air Cuka + Zn + Cu Lampu mati (-)
6.1.3 Hasil Percobaan Elektrolisis

No Waktu Larutan Katoda Anoda


1 10 menit Muncul gelembung Muncul gelembung
(+), uji nyala (-) (+), uji nyala (+)
Akuades
2 20 menit Muncul gelembung Muncul gelembung (+
(++), uji nyala (-) +), uji nyala (+)
3 10 menit Muncul gelembung Muncul gelembung
(+), uji nyala (-) (+),uji nyala (+)
NaNO3
4 20 menit Muncul gelembung Muncul gelembung (+
(++), uji nyala (-) +),uji nyala (+)

6.2 Pembahasan

Praktikum yang dilakukan kali ini mengenai reaksi redoks dan


elektrokimia dimana akan menguji tentang redoks, elektrokimia, dan elektrolisis.
Praktikum redoks akan menggunakan bahan – bahan seperti serbuk besi, serbuk
zinc, padatan CaCO3, dengan larutan NH4OH, H2SO4, dan HCl. Praktikum
elektrokimia akan membuat sel volta sederhana dengan menggunakan jeruk,
dimana jeruk tersebut diperlakukan dalam dua perlakuan berbeda yaitu dengan
menguji langsung dari buah jeruknya dan dari perasan air jeruknya. Praktikum
elektrolisis dilakukan menggunakan 2 larutan yaitu aquades dan NaNO 3 dengan
menggunakan 2 variasi waktu yang berbeda yaitu selama 10 menit dan 20 menit.

Percobaan pertama yaitu tentang reaksi redoks, pada percobaan ini


dilakukan 5 perlakuan berbeda. Perlakuan pertama yaitu mencampurkan serbuk
Zn dengan HCl pekat sebanyak 10 tetes. Perlakuan kedua mencampurkan CaCO3
dengan HCl 10 tetes. Perlakuan ketiga mencampurkan larutan H2SO4 1 M dengan
larutan NH4OH 2 M. Perlakuan keempat mencampurkan serbuk besi dengan
larutan H2SO4 3M. Perlakuan kelima mencampurkan serbuk besi dengan larutan
NH4OH 2M. Perlakuan yang berbeda – beda tersebut dilakukan untuk mengetahui
reaksi mana yang berlangsung spontan (termasuk reaksi redoks) dan untuk
membandingkan kecepatan reaksi mana yang lebih cepat. Reaksi yang
menggunakan larutan yang sama tetapi dengan logam yang berbeda atau larutan
yang berbeda dengan logam yang sama. Hasil yang diperoleh dari perlakuan satu
dan dua yaitu sama – sama menghasilkan gelembung, terjadi perubahan suhu, dan
terdapat endapan. Perbedaan yang terjadi hanya dari kecepatan reaksi tersebut
berlangsung. Reaksi antara padatan CaCO3 dengan larutan HCl berlangsung lebih
cepat daripada reaksi yang terjadi antara serbuk Zn dengan larutan HCl. Menurut
sudiya (2020) Perbedaan reaksi tersebut terjadi karena pada deret volta letak Ca
berada pada sebelah kiri Zn. berdasarkan deret volta, semakin ke kiri letak suatu
logam maka logam tersebut semakin reaktif. Reaksi redoks logam Zn + HCl
adalah sebagai berikut.

Zn(s) + 2HCl(aq) →ZnCl2(aq) + H2(g)


0 +1 +2 0

Menurut sudiya (2020) suatu reaksi dikatakan mengalami reaksi redoks


jika memiliki ciri - ciri yaitu terdapat unsur bebas, terjadi perubahan biloks,
terdapat reduktor dan oksidator. Reaksi Zn + HCl merupakan reaksi redoks.
Logam Zn berperan sebagai reduktor karena biloksnya berubah dari 0 menjadi +2,
HCl berperan sebagai oksidator karena atom H biloksnya berubah dari +1 menjadi
0, ZnCl2 sebagai hasil oksidasi dan H2 sebagai hasil reduksi. Biloks atom Zn dan
H2 adalah 0, karena unsur bebas. Atom H dalam HCl memiliki biloks +1 dan Cl
nya -1. Atom Zn dalam ZnCl2 memiliki biloks +2 dan Cl -1. Reaksi CaCO3 adalah
sebagai berikut

CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(s) + CO2(g) + H2O(l)


+2+4 -2 +1 -1 +2 -1 +4 -2 +1 -2

Reaksi CaCO3 + HCl bukan reaksi redoks, karena biloks H sebelum dan
sesudah reaksi adalah +1, biloks Ca sebelum dan sesudah reaksi +2, biloks C
sebelum dan sesudah reaksi +4, biloks O sebelum dan sesudah reaksi -2 dan
biloks Cl sebelum dan sesudah reaksi -1. Biloks pada reaksi tersebut tetap,
sehingga tidak ada yang mengalami reduksi maupun oksidasi

Gambat 6.2.1 perbandingan reaksi antara tabung 1 dan tabung 2

Perlakuan ketiga yaitu mereaksikan H2SO4 + NH4OH, ketika direaksikan


tidak terjadi perubahan. Perlakuan ini tidak terjadi perubahan apapun karena
penambahan larutan NH4OH pada larutan H2SO4 akan membentuk larutan
penyangga berupa (NH₄)₂SO₄ . Reaksi H2SO4 + NH4OH sebagai berikut.

H2SO4(aq) + 2NH4OH(aq) → (NH₄)₂SO₄(aq) + 2H₂O(l)


+1+6 -2 -3+1 -2 +1 -3 +2 +6 -2 +1 -2

Perlakuan ini sesuai dengan literatur menurut Sudiya (2020), Reaksi


H2SO4 + NH4OH merupakan bukan reaksi redoks karena tidak terjadi reaksi
reduksi dan oksidasi sekaligus. Bilangan oksidasi tersebut bernilai sama, baik
pada sisi reaktan maupun sisi produk. Larutan H2SO4 + NH4OH direaksikan tidak
mengalami perubahan karena, adanya campuran elektrolit kuat + elektrolit lemah
dengan fasa yang sama.
Gambar 6.2.2 tabung 3 H2SO4 + NH4OH

Perlakuan keempat yaitu mereaksiakan serbuk besi dengan larutan H2SO4..


sedangkan perlakuan kelima yaitu mereaksikan serbuk besi dengan larutan
NH4OH Hasil yang pada perlakuan keempat yaitu terdapat gelembung, terjadi
perubahan suhu dan terdapat endapan sedangkan pada perlakuan kelima hasilnya
hanya terdapat endapan . Letak Fe pada deret volta berada di sebelah kiri,
berdasarkan deret volta, semakin ke kiri letak suatu logam maka logam tersebut
semakin reaktif. Selain itu, suatu logam ketika direaksikan dengan logam yang
lebih lemah (terletak di sebelah kanan dari logam tersebut) akan terbentuk suatu
endapan dan gelembung udara. Reaksi redoks Fe + H2SO4 adalah sebagai berikut.

2Fe(s) + H2SO4(aq)  →  Fe2(SO4)3(s)  + SO2(aq) + H2O(l)


0 +6 +3 +4

Perlakuan ini sesuai dengan literatur menurut sudiya (2020). Reaksi Fe +


H2SO4 merupakan reaksi redoks. Logam Fe berperan menjadi reduktor karena
biloksnya berubah dari 0 menjadi +3, H2SO4 berperan sebagai oksidator karena
biloksnya berubah dari +6 menjadi +4. Larutan Fe2(SO4)3 sebagai hasil oksidasi
dan SO2 sebagai hasil reduksi.

Perlakuan kelima yaitu mereaksikan Fe + NH4OH, ketika direaksikan


hanya mengalami perubahan endapan. Perlakuan ini hanya mengalami perubahan
endapan karena NH4OH merupakan salah satu basa lemah yang sulit terionisasi.
Reaksi NH4OH + Fe adalah sebagai berikut.

2Fe(s) + 6NH4OHaq) → Fe(OH)3(s) + 6NH3(aq) + 2H2(g)
0 +1 +3 0

Perlakuan ini sesuai dengan literatur menurut sudiya (2020), reaksi redoks
Logam Fe berperan sebagai reduktor karena biloksnya berubah dari 0 menjadi +3,
NH4OH berperan sebagai oksidator karena atom H biloksnya berubah dari +1
menjadi 0. Biloks atom Fe dan H2 adalah 0, karena unsur bebas.
Gambar 6.2.3 perbandingan tabung reaksi 4 dan 5

Percobaan kedua yaitu elektrokimia dengan membuat sel volta sederhana


dari buah jeruk, dimana jeruk tersebut diperlakukan dengan 2 perlakuan berbeda
yaitu menguji dari buahnya langsung dan dari perasan airnya. Perlakuan tersebut
dilakukan untuk menguji reaksi mana yang dapat menghasilkan arus listrik paling
besar untuk menyalakan lampu LED yang telah disediakan. Menurut Atina (2015)
pada dasarnya, energi listrik dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya
buah dan sayur. Energi listrik akan tercipta dari buah-buahan yang mengandung
banyak asam sitrat. Keasaman pada beberapa jenis buah dapat menghasilkan
energi listrik karena bersifat elektrolit. Buah yang mengandung asam mineral
berupa asam klorida dan asam sitrat merupakan elektrolit kuat yang terurai
sempurna menjadi ion dalam air. Buah juga mengandung banyak air sehingga
apabila dua logam yang berbeda dicelupkan, maka larutan buah tersebut akan
menimbulkan beda potensial antara logam dan air sehingga terjadi potensial
elektroda yang dapat menghasilkan arus listrik. Beberapa buah dan sayur yang
dapat menghasilkan energi listrik diantaranya adalah tomat, nanas, apel,
belimbing wuluh, dan jeruk. Perlakuan pertama dan kedua yaitu sama - sama
membuat sel volta sederhana dari tembaga dan seng yang telah dihubungkan
dengan lampu LED yang membedakan hanya dari sumber listrik yang diperoleh.
Perlakuan pertama menancapkan langsung lempeng tembaga dan zinc pada buah
jeruknya sedangkan perlakuan kedua memasukkan lempengannya langsung
kedalam perasan air jeruk . Hasil yang diperoleh dari kedua perlakuan tersebut
yaitu nyala lampu yang dihasilkan oleh perasan jeruk lebiih terang daripada nyala
lampu yang dihasilkan dari buah jeruknya langsung. Menurut Anugrahaini (2015)
air jeruk merupakan elektrolit sehingga dapat menghasilkan arus listrik. larutan
yang semakin asam atau semakin rendah pH nya akan semakin banyak
menghasilkan arus listrik. Buah jeruk termasuk buah yang mengandung asam,
sehingga jika terjadi reaksi antara air jeruk dengan lempengan-lempengan logam
maka akan menyebabkan suatu energi listrik. Lempengan Zn memiliki ionisasi

yang lebih tinggi daripada lempengan Cu,

Gambar 6.2.4 sel volta sederhana dengan buah jeruk


Gambar 6.2.5 sel volta sederhana dengan perasan air jeruk

Perlakuan ketiga yaitu membuat sel volta sederhana dengan


menghubungkan secara seri lempeng tembaga, zinc, lampu LED dan cuka. Hasil
yang diperoleh dari perlakuan tersebut yaitu tidak terjadi hantaran arus listrik pada
lampu LED sehingga menyebabkan lampu LED tidak menyala. Menurut
Anugrahaini (2015) Sel volta yang dihububungkan dengan larutan elektrolit
lemah seperti cuka, akan menghasilkan arus listrik yang kecil, tidak sebesar arus
listrik yang dihasilkan oleh elektrolit kuat. Arus listrik yang dihasilkan sedikit
karena ion-ion yang terlarut dalam air juga sangat sedikit. hal ini menyebabkan
nyala lampu LED akan kurang terang dibandingkan sel volta yang menggunakan

larutan elektrolit.

Gambar 6.2.6 sel volta sederhana dengan cuka

Percobaan ketiga yaitu mengenai elektrolisis aquades yang dilakukan dengan


menghubungkan pipa U yang berisi aquades dengan baterai sebesar 3 volt
menggunakan dua variasi waktu yang berbeda yaitu 10 dan 20 menit. Perlakuan
waktu yang berbeda tersebut bertujuan untuk membandingkan hasil yang
diperoleh kemudian mengujinya dengan korek api yang membara dengan tujuan
menguji nyala api setelah dilakukannya elektrolisis. Hasil yang diperoleh dari
perlakuan pertama menggunakan waktu 10 menit adalah pada katoda dan anoda
muncul gelembung yang sama banyak tetapi pada katoda tidak terdapat nyala api
sedangkan pada anoda terdapat nyala api. Hasil dari perlakuan kedua dengan
waktu 20 menit adalah pada katoda dan anoda muncul gelembung yang lebih
banyak daripada saat elektrolisis menggunakan waktu 10 menit. Nyala api yang
dihasilkan sama seperti pada nyala api yang dihasilkan pada elektrolisis 10 menit
yaitu pada katoda tidak muncul nyala api sedangkan pada anoda muncul nyala api.
Menurut Sudirman (2008) elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air
(H2O) menjadi gas oksigen (O2) dan gas hidrogen (H2) dengan menggunakan arus
listrik yang melalui air tersebut. Pristiwa yang terjadi pada katode yaitu, dua
molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2
dan ion hidrokida (OH- ). Pristiwa pada anode yaitu, dua molekul air lain terurai
menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke
katode. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali
beberapa molekul air. Faktor yang memperngaruhi elektrolisis air yaitu kualitas
elektrolit, suhu, tekanan, resistansi elektrolit, material dari elektroda dan material
pemisah. Menurut Hudha, (2014) bahwa semakin lama waktu elektrolisis hasil
dari suatu reaksi kimia yang dikehendaki juga akan semakin bertambah. Dalam
proses elektrolisis aquades semakin lama waktu elektrolisis akan menyebabkan
semakin banyak jumlah gelembung-gelembung udara atau gas yang terbentuk.
Gelembung gas hidrogen dan oksigen yang terbentuk pada katoda dan anoda, hal
ini seperti ditunjukkan pada persamaan berikut :

-
Anoda 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e

-
Katoda 2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH-(aq)

Reaksi Total : 2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)

Persamaan reaksi total diatas menunjukkan bahwa jumlah gas hidrogen


yang dihasilkan dua kali lebih banyak dari gas oksigen. Menurut mukimin (2006)
kuantitas gelembung gas hidrogen dan oksigen tergantung pada tegangan listrik
yang diberikan, semakin meningkat tegangan listrik maka semakin banyak gas
hidrogen oksigen yang dihasilkan. Menurut Sari dan Kawano (2018) terjadinya
percikan api pada saat elektrolisis dikarenakan adanya gas H2 yang memiliki sifat
mudah terbakar. Hidrogen atau H2 mempunyai kandungan energi per satuan berat
tertinggi, dibandingkan dengan bahan bakar manapun. Pembakaran hidrogen
dapat menghasilkan kalor sebanyak 286 kJ per mol hidrogen. Menurut Putra
(2010) gas hidrogen adalah gas yang mudah dibakar, sedangkan gas oksigen
adalah gas yang membantu pembakaran. Api akan hidup jika berada di dalam
ruangan yang memiliki oksigen, demikian sebaliknya bahwa api tidak akan bisa
hidup jika berada di ruang hampa.
Gambar 6.2.7 Elektrolisis aquades

Percobaan terakhir dari praktikum ini yaitu elektrolisis NaNO 3, perlakuan


yang dilakukan sama seperti percobaan elektrolisis aquades yaitu menghubungkan
pipa U yang berisi NaNO3 dengan baterai sebesar 3 volt menggunakan dua variasi
waktu yyang berbeda yaitu 10 dan 20 menit. Perlakuan waktu yang berbeda
tersebut bertujuan untuk membandingkan hasil yang diperoleh kemudian
mengujinya dengan korek api yang membara dengan tujuan menguji nyala api
setelah dilakukannya elektrolisis. Hasil yang diperoleh dari perlakuan pertama
menggunakan waktu 10 menit adalah pada katoda dan anoda muncul gelembung
yang sama banyak tetapi pada katoda tidak terdapat nyala api sedangkan pada
anoda terdapat nyala api. Hasil dari perlakuan kedua dengan waktu 20 menit
adalah pada katoda dan anoda muncul gelembung yang lebih banyak daripada saat
elektrolisis menggunakan waktu 10 menit. Nyala api yang dihasilkan sama seperti
pada nyala api yang dihasilkan pada elektrolisis 10 menit yaitu pada katoda tidak
muncul nyala api sedangkan pada anoda muncul nyala api. Elektrolisis dapat
dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu elektrolisis lelehan dan larutan pada
percobaan ini NaNO3 termasuk ke dalam elektrolisis larutan. Menurut Widodo
(2013) reaksi elektrolisis pada larutan jika kationnya merupakan salah satu dari
logam aktif seperti golongan IA, IIA, Al, dan Mn serta anionnya merupakan salah
satu sisa asam oksi maka reaksi elektrolisis pada katoda dan anodanya adalah
reaksi elektrolisis air. Elektrolisis larutan NaNO3 jika diamati kationnya
merupakan Na+ yang tergolong logam aktif golongan IA sedangkan anionnya

adalah NO3- dan termasuk dalam sisa asam oksi yang sukar teroksidasi maka
reaksi elektrolisisnya adalah elektrolisis air sebagai berikut :

Katoda 2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)

Anoda 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-


Menurut Sari dan Kawano (2018) terjadinya percikan api pada saat
elektrolisis dikarenakan adanya gas H2 yang memiliki sifat mudah terbakar.
Hidrogen atau H2 mempunyai kandungan energi per satuan berat tertinggi,
dibandingkan dengan bahan bakar manapun. Pembakaran hidrogen dapat
menghasilkan kalor sebanyak 286 kJ per mol hidrogen. Menurut Putra (2010) gas
hidrogen adalah gas yang mudah dibakar, sedangkan gas oksigen adalah gas yang
membantu pembakaran. Api akan hidup jika berada di dalam ruangan yang
memiliki oksigen, demikian sebaliknya bahwa api tidak akan bisa hidup jika
berada di ruang hampa.

Gambar 6.2.8 Elektrolisis NaNO3


VII. Penutup

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan dalam praktikum redoks dan elektrokimia adaah sebagai


berikut :

- Reaksi redoks dikatakan spontan jika terjadi perubahan seperti adanya


gelembung, perubahan suhu suhu, terdapat endapan dan perubahan warna.
Reaksi redoks terjadi jika memiliki ciri – ciri yaitu terdapat unsur bebas,
terjadi perubahan biloks, serta terdapat reduktor dan oksidator.
- Sel volta adalah sel yang menghasilkan energi listrik karena adanya redoks
spontan, dengan kata lain, sel volta akan mengubah energi kimia menjadi
energi listrik. Jeruk merupakan salah satu buah yang mengandung asam
mineral berupa asam klorida dan asam sitrat sehingga dapat digolongkan
sebagai elektrolit kuat yang dapat menghantarkan listrik sangant baik.
Lampu LED yang dihubungkan dengan air jeruk nyala lampunya lebih
terang daripada nyala lampu LED yang langsung dihubungkan dengan
buahnya. Lampu LED yang dihubungkan dengan cuka tidak dapat
menyala karena cuka adalah salah satu elektrolit lemah yang kurang baik
dalam menghantarkan listrik bahkan sulit untuk menghantarka listrik.
- Elektrolisis adalah proses penguraian suatu elektrolit dengan arus listrik,
dimana energi listrik (arus listrik) akan diubah menjadi energi kimia
(reaksi oksidasi-reduksi) melalui elektroda-elektrodanya. Elektrolisis
aquades dan larutan NaNO3 sama – sama mengalami elektrolisis air karena
anion NaNO3 merupakan sisa asam oksi dan kationnya adalah logam aktif
golongan IA. Reaksi katodanya adalah 2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
sedangkan reaksi anodanya adalah 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan setelah menonton praktikum redoks dan


elektrokimia melalui video adalah sebelum menonton video sebaiknya
mempelajari materi yang akan dipraktikan agar nantinya saat menonton video
praktikum memahami setiap perlakuan yang dilakukan dalam video. Praktikan
sebaiknya menanyakan apa yang tidak jelas dalam video kepada asisten praktikum
agar tidak bingung dalam menyusun laporan nantinya
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 2001. Elektrokimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Bukhari, 2017. Pendekatan Ilmu Fisika dan Matematika dalam Memahami
Konsep Reaksi Oksidasi - Reduksi (Redoks). Jurnal Dedikasi. 1(2) : 78.
Chang, R.2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Fajarianingtyas, D. 2015. Kimia. Jakarta : Erlangga.
Goldberg, D. 2004. Kimia. Jakarta : Erlangga.
Hastuti, W. 2014. Reduksi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks
Melalui Model ECIRR. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(1) : 23-40.
Hendayana, S. 1998. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Hudha, M. 2014. Studi Penurunan COD dan TSS Limbah Cair Industri Tahu
menggunakan Proses Elektrokimia (A study of COD and TSS Removal on
Industrial Tofu Wastewater using Electrochemical Process). J. Teknik
Kimia, 1(3), 185-191.
LabChem. 2012. Material SafetyData Sheet Amonium Ammonium hydroxide.
[serial online]. www.scinelab,com. Diakses pada 1 Mei 2021.
LabChem. 2012. Material SafetyData Sheet Aquades. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 1 Mei 2021.
LabChem. 2012. Material SafetyData Sheet Calsium carbonate. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 1 Mei 2021.
LabChem. 2012. Material SafetyData Sheet Copper. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 1 Mei 2021.
LabChem. 2012. Material Safety Data Sheet Hydrochloric acid. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 1 Mei 2021
Labchem. 2012. Material Safety Data Sheet Sodium nitrate. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 1 Mei 2021.
LabChem. 2012. Material Safety Data Sheet Sulfuric acid. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 1 Mei 2021.
Merck. 2017. Material SafetyData Sheet Besi. [serial online]. www.scinelab,com.
Diakses pada 1 Mei 2021
Mukimin, A. (2006). Pengolahan limbah industri berbasis logam dengan teknologi
elektrokoagulasi flotasi. Doctoral dissertation, Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro
Putra, A. M. (2010). Analisis produktifitas gas hidrogen dan gas oksigen pada
elektrolisis larutan KOH. Jurnal Neutrino: Jurnal Fisika dan Aplikasinya.
Sari, H. N., & D. S Kawano,. 2018. STUDI EKSPERIMEN PENGARUH
PENAMBAHAN GAS HHO TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR
NYALA API KOMPOR TEKAN (BLOW-TORCH BURNER)
BERBAHAN BAKAR KEROSENE. In Prosiding SENTRA (Seminar
Teknologi dan Rekayasa) (No. 1).
SmartLab. 2019. Material Safety Data Sheet Zinc. [serial online].
www.scinelab,com. Diakses pada 1 Mei 2021.
Soleha, M. 2012. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.
Sudirman. U. 2008. Hemat BBM Dengan Air. Jakarta. PT Kawan Pustaka
Sudiya, I. W. (2020). Penentuan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
dalam penyetaraan persamaan reaksi redoks. Indonesian Journal of
Educational Development, 1(1), 69-74.
Sukmawati. 2019. Redoks dan Elektrokimia. Yogyakarta : Bintang Pustaka
Madani.
Syukri. S. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung:ITB Press.
Widodo, G. 2013. PEMUNGUTAN SERBUK U3Si2 DARI GAGALAN
PRODUKSI PEB DISPERSI BERISI U3Si2-Al SECARA
ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ELEKTRODA TEMBAGA. Jurnal
Teknologi Bahan Nuklir, 2(2).
LAMPIRAN
LEMBAR PENGAMAYAN
N Perlakuan Hasil Pengamatan
o Sebelum Sesudah

1. Redoks

2HCl(aq) + Zn(s) → ZnCl2(aq) + H2(g) Belum terjadi Gelembung, Perubahan


reaksi Suhu, Terdapat Endapan,
Kecepatan (+).

CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + CO2(g) Belum ada Gelembung, Perubahan


+ H2O(l) perubahan Suhu, Terdapat Endapan,
Kecepatan (++).
H2SO4(aq) + 2NH4OH(aq) → Belum ada
(NH₄)₂SO₄(aq) + 2H₂O(l) Tidak Ada Perubahan
perubahan

2Fe(s) + 6H2SO4(aq) → Fe2(SO4)3(aq) Belum ada Gelembung, Perubahan


+3SO2(s) + 6H2O(l) reaksi Suhu, Terdapat Endapan

Fe(s) + NH4H(aq) → 2Fe(OH)3(s) + NH3(aq) Belum ada


Terdapat Endapan.
+ 3H2(g) reaksi

2. Elektrokimia

a. Sel Volta Sederhana Belum ada Lampu menyala (+)

Jeruk + Zn + Cu reaksi

b. Sel Volta sederhana 2 Belum ada Lampu menyala (++)

Air jeruk + Zn + Cu reaksi

c. Sel Volta Sederhana 3 Belum ada Lampu mati (-)

Air Cuka + Zn + Cu reaksi

d. Elektrolisis Aquades

10 menit Belum ada Katoda : Muncul


reaksi gelembung (+), uji nyala
(-)
Reaksi 2H2O(l) + 2e- →
H2(g) + 2OH-(aq)
20 menit Belum ada Anoda : Muncul
reaksi gelembung (+), uji nyala
(+)
Reaksi 2H2O(l) → 4H+(aq)
+ O2(g) + 4e-

Katoda : Muncul
gelembung (++), uji nyala
(-)
Reaksi 2H2O(l) + 2e- →
H2(g) + 2OH-(aq)

Anoda : Muncul
gelembung (++), uji nyala
(+)
Reaksi 2H2O(l) → 4H+(aq)
+ O2(g) + 4e-

e. Elektrolisis Larutan NaNO3

10 menit Belum ada Katoda : Muncul


reaksi gelembung (+), uji nyala
(-)
Reaksi 2H2O(l) + 2e- →
H2(g) + 2OH-(aq)
Belum ada
20 menit Anoda : Muncul
reaksi gelembung (+),uji nyala
(+)
Reaksi 2H2O(l) → 4H+(aq)
+ O2(g) + 4e-

Katoda : Muncul
gelembung (++), uji nyala
(-)
Reaksi 2H2O(l) + 2e- →
H2(g) + 2OH-(aq)

Anoda : Muncul
gelembung (++),uji nyala
(+)
Reaksi 2H2O(l) → 4H+(aq)
+ O2(g) + 4e-

Anda mungkin juga menyukai