Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh
Nama : Syifa’un Najibah
NIM : 201310801060
Kelompok : 10
Kelas : Kimia (G)
Asisten : Anisatul Afifah Safitri

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
I. Judul
Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran
II. Tujuan
 Mendemontrasikan pemisahan suatu campuran
 Menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-
masing komponen
 Memisahkan campuran homogen dengan teknik destilasi
III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Aquades (H2O)
Sifat fisik dan kimia dari akuades meliputi, keadaan fisik akuades
adalah cair dan akuades tidak berwarna dan juga tidak berbau sehingga
ambang baunya tidak tersedia. Power of Hydrogen (pH) dari akuades adalah
7. Akuades tidak memiliki titik lebur dan juga titik beku, tetapi memiliki titik
didih yaitu 100˚C. Akuades juga mempunyai temperature kritis dengan batas
374,1˚C dan mempunyai tekanan kritis sebesar 218,3 atm. Akuades tidak
memiliki titik nyala dan laju penguapan relative, tetapi memiliki tekanan uap
sebesar 17.535 mmHg dan massa jenis akuades seberat 0,99823 g/ml
(LabChem,2020).
Sifat kimia dalam akuades seperti sifat kelarutan yang bisa larut dalam
asetat, larut dalam aseton, larut dalam ammonia, larut dalam ammonium
klorida, larut dalam etanol, larut dalam gliserol, larut dalam asam klorida,
larut dalam methanol, larut dalam asam nitrat, larut dalam asam sulfat, larut
dalam larutan natrium hidroksida, dan larut dalam propilen glikol. Kondisi
yang harus dihindari pada akuades adalah temperature yang sangat tinggi atau
sangat rendah, dan produk penguraian yang berbahaya adalah hydrogen dan
oksigen. Akuades tidak memiliki sifat peledak atau bahan yang tidak mudah
terbakar, maka dari itu akuades adalah salah satu cairan yang aman digunakan
dalam praktikum (LabChem,2020).
3.1.2 Naphtalene (kapur barus)
Sifat fisik dan kimia dari naphthalene yaitu berbentuk padat, berwarna
putih, dan memiliki ambang bau sebesar 0,015 ppm. Naphthalene mempunyai
titik lebur sebesar 79-82˚C, titik didih sebesar 218 ˚C pada 1.013 hPa, dan
titik nyala sebesar 79 ˚C pada 1.010 hPa. Suhu menyala pada 540 ˚C dan
energi penyalaan api minimum pada < 1mJ. Naphthalene termasuk pada
padatan mudah menyala, berbahaya jika ditelan, menyebabkan kanker dan
sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka Panjang.
Pencegahan agar terhindar dari risiko berbahaya dengan menjauhkan dari
panas/ api terbuka, hindarkan pelepasan ke lingkungan, apabila terjadi
kebakaran gunakan pasir untuk memadamkan. (Merck, 2020).
Reaktifitas dari aphtalene yaitu membentuk campuran yang dapat
meledak dengan udara pada pemanasan terus menerus, sebuah kisaran kira-
kira 15 Kelvin di bawah titik nyala dapat dianggap sebagai kriti risiko ledakan
debu. Stabilitas kimia dari produk naphttalene stabil secara kimiawi di bawah
ruangan standar (suhu kamar). Naphthalene dapat bereaksi hebat dengan
oksidator, chromium(VI) oxide, benzoil klorida, aluminium chloride, dan
akan berisiko meledak denan nitrogen oxides (Merck, 2020).
Tindakan pertolongan pertama apabila terhirup segera hirup udara
segar dan panggil dokter, apabila terjadi kontak dengan kulit maka bilaslah
dengan air mengalir, apabila terkena kontak dengan mata makabilslah dengan
air yang banyak, dan apabila tertelan maka segera berikan minum air putih.
Efek terpenting baik akut maupun tertunda basanya yaitu, efek iritan, paralisa
pernapasan, kelainan perut/usus, sakit kepala, konvulsi/kejang-kejang dan
gemetar. Langkah-langkah pencegahan diri, hindari penghisapan debu, dan
jauhkan dari panas dan sumber api (Merck, 2020).
3.1.3 Timbal (II) Nitrat (Pb(NO3)2)
Sifat fisik dan kimia dari timbal nitrat yaitu, keadaan fisik berbentuk
cair, tidak berwarna, dan tidak memiliki ambang bau karakteristik. Reaktivitas
dari naphthalene yaitu dekomposisi termal akan menghasilkan uap korosif,
kestabilan kimia belum mapan, kondisi yang harus dihindari yaitu cahaya
matahari langsung dan temperature yang sangat tinggi atau rendah. Bahan
yang tidak cocok dengan timbal nitrat ini adalah amina, asam kuat, dan logam
(Labchem, 2020).
Klasifikasi bahan atau campuran dari timbal nitrat mungkin korosif
pada logam, menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan kerusakan mata
yang serius, menyebabkan kanker, dan dapat merusak kesuburan atau janin.
Maka dari itu harus berhati-hati dengan cara dapatkan intruksi khusus
sebelum digunakan, jangan menangani sampai peringatan keselamatan telah
dibaca dan dipahami, jangan menghirup kabut, semprotan, dan uap. Simpan
timbal nitrat dalam wadah tahan korosif dengan lapissan dalam tahan
(Labchem, 2020).
Efek-efek lain yang disebabkan timbal nitrat, diantaranya efek setelah
terhirup kemungkinan akan terjadi peradangan pada saluran pernafasan, kulit
kering, dan luka. Efek jika setelah kontak dengan kulit akan terjadi luka bakar
atau korosi pada kulit, dan jika kontak dengan mata akan terjadi kerusakan
mata yang serius. Efek jika tertelan akan terjadi iritasi pada mukosa lambung
atau usus, dapat menyebabkan sianosis, sakit kepala, pusing, muntah, dan
kejang. Rekomendasi pembuangan limbah dibuang dengan cara yang aman
sesuai dengan peraturan local/ nasional (Labchem, 2020).
3.1.4 Garam Dapur (NaCl)
Sifat fisik dan kimia dari NaCl yaitu, keadaan fisik berbentuk solid,
penampilan bubuk kristal, berwarna putih, tidak memiliki bau sehingga tidak
tersedia ambang bau. Power of Hydrogen (pH) dari NaCl yaitu 5-95% larutan
pada 20˚C. 801˚, dalam NaCl tidak ditemukan titik didih, titik beku, titik
lebur, titik nyala, dan tidak ada tekanan uap (Labchem, 2020).
Tindakan pencegahan untuk penanganan yang aman adalah dengan
cuci tangan dan area lain yang terbuka dengan sabun lembut dan air sebelum
makan, minum atau merokok dan ketika pulang kerja. Berikan ventilasi yang
baik di area proses untuk mencegah pembentukan uap. Kondisi penyimpanan
dijaga agar wadah tetap tertutup saat digunakan. Rekomendasi pembuangan
limbah buang dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan local/ nasional.
Garam dapur tidak memiliki sifat peledak atau bahan yang tidak mudah
terbakar, maka dari itu NaCl adalah salah satu padatan yang aman digunakan
dalam praktikum (Labchem, 2020).
3.1.5 Kapur/Kalsium Hidroksida (Ca(OH2))
Sifat fisik dan kimia dari kapur yaitu berbentuk bubuk, berwarna
krem, tidak memiliki ambang bau, Power of Hydrogen (pH) sekitar 12,4 –
12,6 pada 20˚C. kapur memiliki titik beku ≥ 450 ˚C, tidak memiliki titik didih,
titik nyala, dan memiliki massa jenis sebesar 2,24 g/cm3. Pernyataan bahaya
yaitu menyebabkan iritasi kulit, menyebabkan kerusakan mata, menyebabkan
iritasi pernafasan, dan berbahaya bagi kehidupan akuatik. Hindari menghirup
debu, jika terkena mata bilas secara air dengan berhati-hati selama beberapa
menit (Sigma-Aldrich, 2020).
Tindakan pertolongan pertama jika terhirup maka pindahkan ke udara
segar, dan jika susah untuk bernapas maka berikan pernapasan buatan lalu
konsultasikan ke dokter. Tindakan pencegahan pribadi yaitu gunakan alat
pelindung diri, hindari menghirup uap, kabut atau gas, pastikan ventilasi yang
memadai. Tindakan pencegahan lingkungan cegah kebocoran atau tumpahan
lebih lanjut, jangan biarkan produk masuk ke saluran pembuangan. Metode
bahan dan penanganan yaitu dengan angkat dan atur pembuangan tanpa
menimbulkan debu, sapulah dan sekop dan simpan di wadah tertutup yang
sesuai untuk dibuang (Sigma-Aldrich, 2020).

3.2 Tinjauan Pustaka


3.2.1 Pengertian Perubahan Materi
Materi merupakan segala sesuatu yang mempunyai massa dan
menempati ruang. Materi sebagai benda alam mempunyai sifat-sifat fisika
maupun kimia yang akan menyebabkan perbedaan karakteristik pada materi
tersebut. Materi atau zat yang ada di alam memiliki tiga macam wujud yaitu
wujud cair, padat, dan gas (Sulakhudin, 2019).
Perubahan materi atau wujud zat dapat terjadi jika dilakukan
pemanasan atau pendinginan. Pemanasan atau pendinginan akan
mengakibatkan perubahan suhu sehingga energi pada materi itu mengalami
perubahan. Selain energi yang berubah, materi juga dapat mengalami
pelepasan dan penyerapan energi. Misalnya pada proses air menjadi es, selain
terjadi penurunan suhu juga terjadi proses penyerapan energi atau yang biasa
disebut reaksi endoterm. Sedangkan pada proses pemanasan, misalnya proses
pembakaran kayu, selain terjadi penaikan suhu, juga terjadi pelepasan energi
yang disebut reaksi eksoterm (Wibowo, 2013).
Peristiwa perubahan materi sering kita jumpai pada kehidupan sehari-
hari baik muncul secara alami ataupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan
materi secara alami seperti peristiwa pembusukan makanan atau perkaratan
besi. Peristiwa perubahan materi secara disengaja seperti kertas atau lilin yang
dibakar (Hari, 2019).
1. Macam-macam Perubahan Materi
Perubahan materi melibatkan perubahan sifat dari materi tersebut.
Perubahan sifat ini dapat melibatkan perubahan sifat fisika dan kimianya.
Biasanya perubahan sifat kimia suatu materi melibatkan pula perubahan
fisikanya (Wibowo, 2013).

a. Perubahan fisika
Sifat-sifat fisika dapat diidentifikasi dari sifat-sifatnya dan dari
susunannya, seperti warna, titik didih, titik leleh , dan kerapatan. Sifat
fisika dapat diukur dan diamati tanpa mengubah suatu susunan zat.
Demikian pula, ketika kita mengatakan bahwa gas helium lebih ringan
dibandingkan udara, itu sebagai perbincangan tentang sifat fisika
(Chang, 2004).
Perubahan fisika merupakan perubahan wujud yang hanya
melibatkan atau hanya ditandai dengan tidak terbentuknya zat baru,
hanya terjadi perubahan wujud, perubahan bentuk, atau perubahan
ukuran (Muchson, 2016).
Perubahan bentuk dalam perubahan fisika contohnya, yaitu
beras diubah menjadi tepung beras, kayu diubah menjadi meja.
Pelarutan atau pengeringan contohnya, yaitu nasi menjadi bubur, gula
diolah menjadi sirop. Perubahan wujud dalam perubahan fisika, wujud
zat dapat kembali ke wujud asalnya, misalnya air membeku menjadi es
dan es dapat mencair lagi menjadi air (Muchson, 2016).
b. Perubahan kimia
Pernyataan yang menggambarkan salah satu sifat kimia, seperti
gas hidrogrn terbakar dalam oksigen menghasilkan air karena untuk
mengamati sifat ini, kita harus melakukan perubahan kimia. Setiap kali
kita merebus telur, kita melakukan perubahan kimia. Ketika dikenakan
suhu sekitar 100˚C putih dan kuning telur mengalami reaksi yang tidak
hanya mengubah tampilan fisiknya tetapi juga susunan kimianya.
Ketika dimakan, telur itu diubah lagi oleh zat dalam tubuh yang
disebut enzim (Chang, 2004).
Perubahan kimia merupakan perubahan zat yang menyebabkan
terjadinya atau adanya zat baru. Perubahan kimia juga bisa disebut
dengan reaksi kimia. Contoh dari perubahan kimia, seperti besi
berkarat, proses fotosintesis, pembuatan tempe, industri asam sulfat,
dan juga industri alkohol (Wibowo, 2013). Berikut proses-proses yan
menyebabkan terjadinya perubahan kimia, yaitu :
 Proses pembakaran
Pada proses pembakaran terjadi reaksi antara zat yang
terbakar dengan oksigen dan adanya api. Pada proses
pembakaran, zat asal akan berubah menjadi zat baru yang
berbeda sifatnya dari zat asal (Wibowo, 2013).
 Proses peragian
Pada proses peragian ini zat asal yang di dalamnya
mengandung karbohidrat dan protein dengan bantuan
mikroorganisme akan diubah menjadi zat-zat lain (Wibowo,
2013).
 Proses perusakan atau pelapukan
Pada proses pelapukan ini terjadi kerusakan atau
pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas mikroba, enzim, atau
rekasi kimia (Wibowo, 2013).
 Proses fotosintesis
Pada proses fotosintesis terjadi karena adanya klorofil
(zat hijau daun), di mana dengan bantuan sinar matahari
tumbuh-tumbuhan mengubah karbondioksida dan air menjadi
glukosa dan gas oksigen (Wibowo, 2013).
 Proses pencernaan makanan
Pada proses pencernaan makanan terjadi pengubahan
karbohidrat menjadi glukosa bantuan enzim (Wibowo, 2013).
 Proses pernapasan
Pada proses pernapasan terjadi proses pembakaran
dengan menggunakan oksigen glukos dari hasil pencernaan
untuk diubah menghasilkan karbondioksida, air, dan energi
(Wibowo, 2013).
3.2.2 Pengertian Pemisahan Campuran
Pemisahan campuran merupakan pemisahan antara dua jenis zat atau
lebih agar zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat-zat tersendiri dengan
melakukan Tindakan secara fisika dan kimia (Lutfi, 2007).
Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dlam skala
laboratorium maupun skala industry. Metode pemisahan bertujuan untuk
mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran (David,
2000).

1. Macam-macam Metode Pemisahan


Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai macam
metode. Metode- metode tersebut meliputi :
a. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pemisahan campuran yang heterogen
antara fluida dan partikel-partikel padatan oleh media penyaringan,
seperti kertas saring (Pinalia, 2011).
b. Dekantasi
Dekantasi merupakan pemisahan komponen-komponen
campuran dengan cara diendapkan (David, 2000).
c. Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan suatu Teknik pemisahan yang
digunakan untuk memisahkan suspense yang jumlahnya sedikit
(David, 2000).
d. Distilasi/Penyulingan
Distilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh
suatu bahan lai yang mempunyai titik didih yang berbeda(David,
2000).
e. Corong pisah
Corong pisah digunakan untuk memisahkan dua cairan yang
tidak dapat bercampur, seperti air dan minyak. Cara
memisahkannya yaitu campuran dimasukkan ke dalam corong dan
diamkan sebentar, lalu campuran akan membentuk dua lapisan.
Cairan yang paling bawah dapat diambil dengan membuka keran
corong pisah (Lutfi, 2007).
f. Kromatografi
Kromatogafi merupakan cara pemisahan berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat
tertentu (David, 2000).
g. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan
menguapkan zat padat tanpa melalui fase cair terlebih dahulu
sehingga kotoran yang tidak tersublim akan tertinggal (David,
2000).

h. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan
bahan campuran dalam pelarut yang sesuai (David, 2000).
i. Rekristalisasi
Rekristralisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat
yang jarang digunakan. Zat-zat tersebut akan dilarutkan dalam
suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara tersebut
bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu. Ketika suhu
dinaikkan, karena konsentrasi total pengotor biasanya lebih kecil
dalam konsentrasi zat yang dimurnikan. Dalam kondisi dingin,
pengotor yang berkonsentrasi rendah tetap larut, sedangkan yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Pinalia, 2011).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan perubahan materi dan
pemisahan campuran, sebagai berikut :
1. Timbangan kaki tiga
2. Beaker
3. Batang pengaduk
4. Corong
5. Set alat distilasi
6. Cawan porselen
7. Jaring kawat
8. Spatula
9. Pembakar spiritus
10. Clamps
11. Thermometer
4.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam percobaan perubahan materi dan
pemisahan campuran, sebagai berikut :
1. Naftalene (kapur barus)
2. Pb(NO3)2 0,5 M
3. Vaselin
4. Pasir
5. Serbuk kapur

4.2 Diagram Alir


4.2.1 Pemisahan Campuran

Campuran 0,5 gram


pasir, garam dapur,
dan naphtalene

 Gelas beaker berukuran volume 100 mL


ditimbang dalam keadaan kosong, bersih, dan
kering. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam
gelas beaker, gelas beaker ditimbang hingga
keluar nilai berat total timbangan tersebut.
 Cawan porselen disiapkan untuk ditutupkan ke
beaker yang berisi campuran. Beaker dan dish
diletakkan di atas jaring kawat dan kaki tiga.
Beberapa pecahan es ditambahkan di atas cawan
porselen.
 Beaker dipanaskan menggunakan pembakar
spirtus.
 Aquades sebanyak 25 mL ditambahkan ke dalam
sisa padatan dalam beaker dan diaduk selama 5
menit.
 Kertas saring disiapkan untuk proses
penyaringan.
 Campuran disaring dan filtratnya ditampung di
beaker lain. Padatan pada kertas saring dibilas
dengan aquades 10 mL.
 Kertas saring yang berisi padatan dikeringkan
dalam oven bersuhu 105˚C selama10 menit, lalu
ditentukan berapa berat padatan hasil
penyaringan.

4.2.2 Distilasi

SpirtusHasil
+ Aquades

 Set alat distilasi dipasang sesuai dengan instruksi


dari instruktur dan setiap sambungan alat gelas
diolesi dengan vaselin.
 Labu alas bulat berukuran volume 100 mL
digunakan untuk labu distilasi dan labu
penampung.
 Hasil temperature dicatat saat distilasi dan yang
tertampung volumenya sekitar 1 mL.distilasi
dilanjutkan hingga setengah volume air pada
labu penampung distilat. Pembakar spirtus
dimatikan dan labu distilat didinginkan.
 Larutan yang akan didistilasi (spirtus)
dimasukkan pada labu distilasi dan cairan pada
labu penampung distilat. Perubahan yang terjadi
diamati dan dicatat hasilnya.

Metanol
4.2.3 Sentrifugasi versus Filtrasi

Campuran serbuk
pasir dan air

 Dimasukkan ke dalam gelas kimia yang


berukuran volume 50 mL dan diaduk sampai
rata.
 Larutan sebanyak 10 mL diambil ke dalam
tabung sentrifugal. Sentrat dan endapan
dipisahkan dengan cara diputar dengan
pemusingan selama 2 menit, dan fitrat diambil
menggunakan pipet tetes.
 Campuran air dan kapur sebanyak 10 mL
diambil dan diaduk Kembali jika kapur telah
mengendap lalu disaring dengan kertas saring
dan filtratnya diambil.
 Sentrat dibandingkan dari proses sentrifugasi
dan filtrat dari proses penyaringan.

Hasil

4.2.4 Rekistralisasi

Campuran garam
dan air

 Filtrat disaring dan ditampung, lalu diuapkan


dalam cawan porselin di atas nyala pembakar
spirtus sampai air habis dan beruap.
 Keadaan fisik garam dapur dibandingkan
sebelum dan sesudah proses.
Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Pemisahan Campuran
1. Gelas beaker berukuran volume 100 mL ditimbang dalam
keadaan kosong, bersih, dan kering. Pasir, garam dapur, dan
naphthalene sebanyak masing-masing 0,5 gram dimasukkan ke
dalam gelas beaker, gelas beaker ditimbang hingga keluar nilai
berat total timbangan tersebut.
2. Cawan porselen yang diketahui beratnya disiapkan untuk
ditutupkan ke beaker yang berisi campuran. Beaker dan dish
diletakkan di atas jaring kawat dan kaki tiga. Beberapa pecahan
es ditambahkan di atas cawan porselen. Hati-hati jangan ada
tetesan air di bawah dish atau di dalam beaker.
3. Beaker dipanaskan menggunakan pembakar spirtus hingga uap di
dalam beaker dapat terbentuk dan padatan mulai tertempel di
bawah cawan porselen.
4. Aquades sebanyak 25 mL ditambahkan ke dalam sisa padatan
dalam beaker dan diaduk selama 5 menit.
5. Kertas saring yang sudah diketahui beratnya disiapkan untuk
proses penyaringan.
6. Campuran disaring dan filtratnya ditampung di beaker lain.
Padatan pada kertas saring dibilas dengan aquades 10 mL.
7. Kertas saring yang berisi padatan dikeringkan dalam oven
bersuhu 105˚C selama10 menit, lalu ditentukan berapa berat
padatan hasil penyaringan.
8. Sisa cairan (filtrat) digunakan sebagai sampel percobaan distilasi.
4.3.2 Distilasi
1. Set alat distilasi dipasang sesuai dengan instruksi dari instruktur
dan setiap sambungan alat gelas diolesi dengan vaselin.
2. Labu alas bulat berukuran volume 100 mL digunakan untuk labu
distilasi dan labu penampung.
3. Hasil temperature dicatat saat distilasi dan yang tertampung
volumenya sekitar 1 mL.distilasi dilanjutkan hingga setengah
volume air pada labu penampung distilat. Pembakar spirtus
dimatikan dan labu distilat didinginkan.
4. Larutan yang akan didistilasi (spirtus) dimasukkan pada labu
distilasi dan cairan pada labu penampung distilat. Perubahan yang
terjadi diamati dan dicatat hasilnya.
4.3.3 Sentrifugasi versus Filtrasi
1. Serbuk kapur sebanyak 2-3 sendok makan dimasukkan ke dalam
gelas kimia yang berukuran volume 50 mL, air sebanyak 30 mL
air ditambahkan , dan diaduk sampai rata.
2. Larutan sebanyak 10 mL diambil ke dalam tabung sentrifugal.
Sentrat dan endapan dipisahkan dengan cara diputar dengan
pemusingan selama 2 menit, dan fitrat diambil menggunakan
pipet tetes.
3. Campuran air dan kapur sebanyak 10 mL diambil dan diaduk
Kembali jika kapur telah mengendap lalu disaring dengan kertas
saring dan filtratnya diambil.
4. Sentrat dibandingkan dari proses sentrifugasi dan filtrat dari
proses penyaringan.
4.3.4 Rekristalisasi
1. Garam dapur kotor sebanyak 1 gram diambil dan dilarutkan
dalam gelas kimia berukuran volume 50 mL dengan air
secukupnya.
2. Filtrat disaring dan ditampung, lalu diuapkan dalam cawan
porselin di atas nyala pembakar spirtus sampai air habis dan
beruap.
3. Keadaan fisik garam dapur dibandingkan sebelum dan sesudah
proses.
V. Data dan Perhitungan
Data dan Perhitungan yang didapatkan dari percobaan praktikum perubahan
materi dan pemisahan campuran yaitu.
1. Massa gelas beaker = 62,891 gr
2. Massa pasir = 0,500 gr
3. Massa garam dapur = 0,503 gr
4. Massa naftalena = 0,505 gr
5. Massa gelas beaker + pasir + garam dapur + naftalena = 64,302 gr
6. Massa kaca arloji = 23,80 gr
7. Massa kaca arloji + padatan = 24,394 gr
8. Massa padatan = jumlah – massa kaca arloji = 24,394 – 23,80 =
0,592 gr
9. Massa gelas beaker + massa padatan= 63,551 gr
10. Massa sisa padatan = jumlah – massa gelas beaker = 63,551 –
62,891 = 0,66 gr
11. Massa kertas saring bersih = 1,138 gr
12. Massa kertas saring + padatan sisa = 1,668 gr
13. Massa sisa padatan = jumlah – massa kertas saring = 1,668 – 1,138
= 0,53 gr
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
Hasil yang didapat dari percobaan praktikum perubahan materi dan pemisahan
campuran yaitu.
6.1.1 Tabel Hasil Pemisahan Campuran
Perubahan Sisa
No. Perlakuan Hasil
Sebelum Sesudah Padatan
Pemanasan pada Pasir dan
1 1,508 gr 0,592 gr Naftalena
beaker Garam
2 Oven 0,66 gr 0,53 gr Padatan  

6.1.2 Tabel Hasil Distilasi

Perubahan Hasil
No. Sampel Warna
sebelum sesudah Distilat Warna
1 Spiritus Ungu 25˚C  64˚C Methanol Putih

6.1.3 Tabel Hasil Sentrifugasi Vs Filtrasi

Perubahan
No Sampel Sesudah
Sebelum Sesudah Filtrasi
Sentrifugasi
1 Akuades Putih Putih lebih
Putih jernih
2 Kapur Keruh jernih

6.1.4 Tabel Hasil Rekristalisasi


Perubahan Massa Perubahan Warna
No Sampel
sebelum sesudah sebelum sesudah
Garam Putih jernih
1 2,04 gr 0,9 gr Putih kotor
dapur dan Bersih

6.2 Pembahasan
Prinsip Pemisahan campuran adalah adanya perbedaan sifat fisika dan sifat
kimia yang dimiliki oleh komponen-komponen yang membentuk campuran atau
senyawa. Suatu campuran disusun oleh materi-materi yang memiliki sifat fisika
dan sifat kimia yang berbeda. Pemisahan campuran berdasarkan pada ukuran
partikel, titik uap, kelarutan, pengendapan, difusi, dan adsorbs. Pemisahan
campuran berdasarkan titik uap bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki
titik uap yang jauh berbeda dapat dipisahkan dengan metode distilasi. Apabila
titik uap zat hasil lebih rendah daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan
antara suhu uap zat hasil dan di bawah suhu uap zat pencampur. Zat hasil akan
lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan
sedikit mengup ketika titik uapnya terlewati. Proses pemisahan dengan dengan
dasar perbedaan titik uap ini jika dilakukan dengan pengontrolan suhu yang ketat
akan dapat memisahkan suatu zat dari campurannya yang baik, karena suhu
selalu dikontrol untuk tidak melewati titik uap campuran seperti titik uap air
yaitu 100˚C dan titik uap spiritus 64,7˚C. pemisahan campuran berdasarkan
kelarutan, suatu zat mempunyai ciri kelarutan yang berbeda,artinya suatu zat
mungkin larut dalam pelarut 1 tetapi tidak larut dalam pelarut 2. Secara umum
pelarut ada 2 macam, yaitu pelarut polar dan pelarut nonpolar. Pelarut polar
misalnya air dan pelarut nonpolar misalnya methanol. Dengan mengetahui
kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam cmpurannya, maka
kita dapat memisahkan zat yang diinginkan dengan menggunakan pelarut
tertentu.
Destilasi merupakan suatu proses pemisahan zat cair dari campurannya
berdasarkan pada titik didih atau berdasarkan kemampua zat tersebut menguap,
dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam
kondensor dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair. Pada
kondensor tersebut digunakan air yang mengalir sebagai pendinginan yang
sempurna. Saat suhu dipanaskan, cairan yang titik didihnya lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu. Uap ini akan dialirkan dan kemudian didinginkan
kembalimenjadi cairan yang ditampung pada wadah terpisah, zat yang titik
didihnya lebih tinggi akan tertinggal pada wadah semula. Prinsip dari destilasi
yaitu penguapan dan pengembunan kembali uapnya dari tekanan dan suhu
tertentu. Pada percobaan ini larutan ang akan didestilasi yaitu larutan spiritus. Air
dan spiritus ini keduanya merupakan senyawa polar. Hal ini dikarenakan
keduanya memiliki titik didih yang tinggi, titik didih air yaitu 100˚C sedangkan
titik didih spiritus yaitu 64.7˚C. Kandungan dalam spiritus yaitu metanol 10%,
isopropyl alcohol, aseton, metil etil keton, metil isobutyl keton, dan denotanium.
Pada percobaan ini dilakukan dengan memanaskan spiritus, karena titik didih
spiritus lebih rendah daripada air maka pada proses pemanasan spiritus akan
menguap terlebih dahulu dibandingkan air. Uap spiritus tersebut bergerak
menuju tekanan yang lebih rendah, pada ujung adapter penampung distilat
terdapat lubang sebagai pengurang tekanan sehingga uap spiritu akan mengarah
kea rah lubang tersebut menuju ke kondensor untuk kemudian ditampung dalam
erlenmeyer. Sehingga akan menghasilkan destilat yang diperoleh adalah
methanol dengan kandungan titik didih yang sama dengan spiritus yaitu 64.7˚C.
Prinsip pemisahan dekantasi adalah menggunakan perbedaan massa jenis zat
dari komponen komponen pembentuk campuran. Semakin besar perbedaannya,
maka semakin mudah pemisahannya. Metode dekantasi dengan didiamkan atau
diendapkan campuran kapur dan air yang berwarna putih keruh. Setelah
mengendap larutan dipisahkan secara perlahan agar endapan tidak terbawa
campuran larutan kembali dan menghasilkan hasil dekantasi dengan warna putih
tidak keruh. Prinsip pemisahan sentrifugasi adalah pemisahan campuran zat
padat dengan zat padat atau zat cair dengan zat padat dengan cara diputar.
Metode sentrifugasi ini dengan dimasukkan campuran kapur dan air yang
berwarna putih keruh ke dalam tabung sentrifugal kemudian diputar dengan
cepat menggunakan alat pemutar selama 2 menit. Akibatnya zat partikel yang
besar akan terkumpul di pusat (tengah-tengah) tempat itu sehingga terpisah dari
zat lainnya, dan larutan yang sudah jernih dipindahkan dengan menggunakan
pipet tetes. Prinsip pemisahan filtrasi adalah adanya beda ukuran antara zat yang
akan dipisahkan. Metode filtrasi ini membutuhkan penyaring seperti tisu, larutan
campuran air dan kapur disaring dan diambil filtratnta yang berwarna putih
jernih.
Rekristalisasi adalah pemurnia suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya dengan cara mengkristalkan Kembali zat tersebut setelah dilarutkan
dalam pelarut. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudia larutan zat yang diinginkan dikristalkan
dengan cara menjenuhkannya. Untuk merekristalisasi suatu senyawa harus
memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut
dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan sampai semua
senyawanya larut. Apabila pada temperature kamar, senyawa tersebut telah larut
sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan.
Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut
sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu factor penentu keberhasilan
proses rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut. Pada praktikum ini
menggunakan garam yang dilarutkan dalam aquades karena garam dapur mudah
larut dalam air. Perbandingan garam dapur sebelum dan sesudah rekristalisasi
adalah garam dapur yang belum direkristalisasi terbentuk kristal yang kasar,
bentuknya bongkahan dan berwarna putih keruh. Sedangkan garam dapur setelah
direkristalisasi berbentuk kristal yang halus, lebih lembut, warnanya putih bersih
dan massanya lebih berkurang.
VII. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran
adalah:
1. Dapat mendemontrasikan pemisahan suatu campuran
2. Dapat menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-
masing komponen
3. Dapat memisahkan campuran homogen dengan teknik destilasi
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

David, H. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York : Mc Graw-Hill Comp.

Hari, B. S. 2019. Materi dan Perubahannya. Bandung: Penerbit Duta.

Labchem. 2017. Lead AA Standard Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16130. Diakses pada 23
Oktober 2020.

Labchem. 2018. Sodium Chloride Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23510. Diakses pada 24
Oktober 2020.

Labchem. 2018. Water Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750. Diakses pada 23
Oktober 2020.

Lutfi. 2007. IPA Kimia. Jakarta. Erlangga.

Merck. 2006. Lembaran Data Keselamatan Bahan.


https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/Naphthalene,MDA_CHEM-
820846?ReferrerURL=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F. Diakses
pada 24 Oktober 2020.

Muchson, M., Y. N. Pratiwi, O. Sulistina, dan D. Sigit. 2016. Persepsi Mahasiswa


Baru Jurusan Kimia Fmipa UM Angkatan 2016 Tentang Fenomena Perubahan
Materi. Jurnal Pembelajaran Kimia. 1(2).

Pinalia, A. 2011. Kajian Metode Filtrasi Gravitasi dan Filtrasi Sistem Vakum untuk
Proses Penyempurnaan Rekristalisasi Amonium Perklorat. Majalah Sains dan
Teknologi Dirgantara. 6(3).

Sigma-Aldrich. 2014. Material Safety Data Sheet.


https://www.nwmissouri.edu/naturalsciences/sds/c/Calcium%20hydroxide.
Diakses pada 24 Oktober 2020.
Sulakhudin. 2019. Kimia Dasar:Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu Tanah.
Yogyakarta : Deepublish.

Wibowo, A. M. 2013. Peningkatan Pemahaman Konsep Perubahan Materi Melalui


Perbaikan Bahan Ajar. Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Dasar. 5(2).

LAMPIRAN

 LEMBAR PENGAMATAN
1. Pemisahan Campuran
 Massa beker awal = 62,891 gram
 Massa pasir = 0,500 gram
 Massa garam dapur = 0,503 gram
 Massa naftalena = 0,505 gram
 Massa Gelas beaker + pasir + garam dapur + naftalena = 64,302 gram
 Massa kaca arloji kosong = 23,80 gram
 Massa kaca arloji + padatan = 24,394 gram
 Massa padatan (setelah pemanasan ke-1) = Jumlah – massa kaca
arloji
= 24,392 – 23,80
= 0,592 gram
 Massa gelas beaker + sisa padatan = 63,551 gram
 Massa sisa padatan (setelah pemanasan ke-1) = Jumlah – massa gelas
beaker
= 63,551- 62,891
= 0,66 gram
 Massa kertas saring bersih = 1,138 gram
 Massa kertas saring + padatan sisa = 1,668 gram
 Massa sisa padatan =Jumlah – massa kertas saring
= 1,668 - 1,138
= 0,53

2. Distilasi
 Suhu larutan sampel awal = 25° C
 Suhu larutan sampel saat menetes = 60° C
 warna hasil sampel awal (aquades+spiritus) = Keunguan
 warna hasil distilat = bening

3. Sentrifugasi + filtrasi
 Warna sampel air + batu kapur = putih keruh
 warna sentrat hasil sentrifugasi = bening
 Warna filtrat hasil filtrasi = lebih bening

4. Rekistralisasi
 massa cawan porselen kosong = 45, 32 g.
 massa cawan porselen + filtrat = 47, 36 g.
 massa cawan porselen setelah dipanaskan = 46, 22 g
 warna kristal NaCl sampel = putih dan kotor
 warna kristal NaCl setelah rekristalisi = lebih putih dan bersih

Gambar 1: Proses Sublimasi

Gambar 2: Proses Distilasi


Gambar 3: Proses Sentrifugasi

Gambar 4: Proses Filtrasi

Gambar 5: Proses Rekristalisasi

Anda mungkin juga menyukai