Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR ANALISIS DAN PEMISAHAN

KIMIA

IODOMETRI

Oleh

Nama : Cahyaningtyas Tetta Riandy

NIM : 201810301013

Kelas/Kelompok : A/1

Nama Asisten : Ainun Nihayah

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2021
I. Tujuan
Tujuan dari percobaan iodometri adalah sebagai berikut:
- Untuk menentukan konsentrasi asam askorbat dalam vitacimin

II. Tinjauan Pustaka


2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
2.1.1 Indikator amilum

Amilum mempunyai wujud padatan berwarna putih yang memiliki titik


leleh 256-258˚C dan tidak dapat larut dalam air. Bahan yang tidak cocok dengan
amilum adalah oksidator kuat. Produk berbahaya yang dihasilkan yaitu karbon
oksida. Amilum dapat menyebabkan iritasi kulit ringan. Penanganannya yaitu
dengan membasuh dengan air mengalir. Alat perlindungan diri yang dapat
digunakan yaitu masker dan sarung tangan (Smartlab, 2021).

2.1.2 KI

Kalium iodida merupakan senyawa kimia berupa padatan tanpa warna dan
memiliki karakteristik bau. Kalium iodida memiliki pH 5, titik leleh 680˚C, dan
titik didih 1330˚C. Kalium iodida dapat larut dalam air dengan nilai kelarutan
sebesar 145 g/100 mL. Kondisi yang harus dihindari adalah sinar matahari
langsung, suhu yang terlalu tinggi atau rendah, kontak udara, dan kelembaban.
Material yang tidak cocok adalah logam dan bahan pereduksi kuat. Produk
berbahaya yang dihasilkan adalah kalium oksida dan uap iodine. Kalium iodida
dapat menyebabkan cedera ringan atau sementara. Kalium iodida dapat
menyebabkan iritasi pada kulit dan mata serta berbahaya bagi kehidupan air.
Penanganan apabila terjadi iritasi pada mata dan kulit adalah dengan membasuh
dengan air mengalir. Kalium iodida tidak boleh dibuang secara sembarangan. Alat
perlindungan diri yang dapat digunakan yaitu kacamata keselamatan, sarung
tangan, dan masker (Labchem, 2021).
2.1.3 H2SO4

Asam sulfat merupakan senyawa kimia dengan wujud cairan bening agak
kekuningan dan hampir tidak berbau. Ambang bau asam sulfat yaitu >1 mg/m3.
Asam sulfat bersifat asam dengan pH <1. Rumus kimia asam sulfat yaitu H 2SO4.
Titik didih asam sulfat yaitu 288°C dan titik bekunya 10°C. Tekanan uap air asam
sulfat yaitu <1 hPa (20°C). Kepadatan relatifnya yaitu 1.8 dan massa jenisnya 1840
kg/m3. Massa molekulnya 98.08 g/mol. Asam sulfat tidak stabil saat terkena
kelembapan. Asam sulfat tidak cocok apabila bereaksi dengan senyawa organik,
logam, halogen, sianida, dan bahan yang mudah terbakar, serta dapat meledak
apabila bereaksi dengan air. Produk pengurai berbahayanya yaitu senyawa
belerang. Asam sulfat bersifat korosif, berbahaya bagi kulit dan mata. Asam sulfat
mudah mengalami perubahan kimiawi pada suhu dan tekanan yang tinggi. Peralatan
perlindungan diri yang dapat digunakan yaitu sarung tangan, face shield, kacamata
pengaman, kacamata goggle, serta masker gas dengan tipe filter E (Labchem,
2021).

2.1.4 Na2S2O3

Natrium thiosulfate merupakan senyawa kimia berbentuk padatan kristal


atau bubuk tidak berwarna. Natrium thiosulfate memiliki titik leleh 48,5˚C. natrium
thiosulfate larut dalam air dengan kelarutan 20,9 g/100 mL pada suhu 20˚C dan
tidak larut dalam alcohol. Natrium thiosulfate dapat menyebabkan iritasi serius
pada kulit dan mata. Penanganannya yaitu dengan membasuh dengan air mengalir.
Natrium thiosulfate juga akan menyebabkan iritasi organ dan saluran pernafasan,
penanganannya yaitu dengan perawatan medis. Natrium thiosulfate tidak mudah
terbakar dan akan mengeluarkan asap beracun dalam api dengan resiko ledakan jika
terjadi kontak dengan bahan pengoksidasi. Alat perlindungan diri yang dapat
digunakan yaitu kacamat goggle, masker, dan sarung tangan (Pubchem, 2021).

2.1.5 KIO3

Kalium iodat adalah senyawa kimia berupa padatan kristal atau bubuk
berwarna putih dan tidak berbau. Kalium iodat memiliki pH 6,07, titik leleh 560˚C,
dan titik didih 735˚C. Kalium iodat memiliki massa molekul 214,02 g/mol. Kalium
iodat dapat larut dalam air dengan kelarutan 7 g/100 mL pada suhu 25˚C dan tidak
dapat larut pada etanol. Kalium iodat bereaksi eksotermik kasar dengan bahan
organik dan bahan yang mudah terbakar memiliki resiko pengapian spontan.
Kalium iodat bereaksi eksotermik kasar dengan bahan pereduksi kuat akan
meningkatkan resiko kebakaran/ledakan. Kalium iodat bereaksi keras hingga
eksplosif dengan beberapa bubuk logam. Kalium iodat stabil dalam kondisi normal
dengan kondisi yang harus dihindari adalah suhu yang terlalu tinggi dan bahan yang
tidak cocok. Bahan yang tidak cocok adalah bahan pereduksi kuat dan produk
berbahaya yang dihasilkan yaitu uap iodine. Kalium iodat berbahaya jika ditelan
serta dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan iritasi serius pada mata. Penangana
jika terjadi iritasi adalah membasuh dengan air mengalir dan penanganan jika
tertelan adalah dengan penanganan medis. Kalium iodat memiliki sifat oksidasi.
Alat perlindungan diri yang dapat digunakan adalah kacamata keselamatan, sarung
tangan, apron sintetis, dan masker (Labchem, 2021).

2.1.6 Asam askorbat (Vitamin C)

Asam askorbat atau vitamin C memiliki rumus molekul C6H8O6. Asam


askorbat berupa padatan tidak berwarna dan memiliki bauk has. Asam askorbat
memiliki pH 2,1-2,6 dan titik leleh 190˚C. Asam askorbat dapat larut dalam air.
Asam askorbat stabil dalam kondisi normal. Kondisi yang harus dihindari adalah
sinar matahari langsung dan suhu yang terlalu tinggi atau rendah. Bahan yang tidak
cocok yaitu oksidator kuat dan basa kuat. Produk berbahaya yang dihasilkan yaitu
asap, karbon dioksida, dan karbon monoksida. Alat perlindungan diri yang dapat
digunakan yaitu kacamata keselamatan (Labchem, 2021).

2.1.7 Akuades

Akuades merupakan senyawa kimia yang mempunyai bentuk berupa cairan


bening, tidak berwarna, dan tidak berbau. Akuades bersifat netral dengan pH=7.
Akuades memiliki titik didih 100°C dan titik beku 0°C. Massa jenis akuades yaitu
0.99823 g/ml dan massa molekulnya 18g/mol. Viskositas kinematis yaitu 1.004
mm2/s dan viskositas dinamis yaitu 1.002 cP. Akuades tidak berbahaya apabila
tertelan, tidak berbahaya bagi kulit serta mata, dan tidak mudah terbakar. Akuades
tidak cocok jika bereaksi dengan logam natrium. Akuades bersifat stabil dalam
kondisi normal, tetapi harus dihindari dalam kondisi yang terlalu rendah atau terlalu
dingin. Produk penguraian yang berbahaya yaitu hidrogen dan oksigen. Peralatan
perlindungan diri yang dapat digunakan yaitu kacamata pengaman atau kacamata
goggle (Labchem, 2021).

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Titrasi Redoks

Titrasi Redoks adalah titrasi yang melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi
antara titran dan analit. Substansi yang menyebabkan terjadinya oksidasi substan
lain disebut oksidator atau agen pengoksidasi dan substansi yang menyebabkan
reduksi disebut reduktor atau agen pereduksi (Alauhdin, 2020). Titrasi ini banyak
digunakan dalam penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat oksidator atau
reduktor. Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,
diantaranya adalah sebagai berikut: permanganometri, serimetri, iodimetri,
iodometri, iodatometri, dikromatometri, bromometri, bromatometri, serta nitrimetri
(Yusuf, 2019).

2.2.2 Titrasi Iodometri

Iodometri merupakan Analisa titrimetrik secara tidak langsung untuk zat


yang bersifat oksidator, dimana zat tersebut akan mengoksidasi iodide yang
ditambahkan dan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk tersebut akan ditentukan
dengan menggunakan larutan baku tiosulfat (Yusuf, 2019). Contoh reaksi pada
titrasi ini adalah sebagai berikut.

Oksidator + 2I- → I2 + Reduktor ………………………………………………... (1)

I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62- + 2e ………………………………………………… (2)


Banyaknya oksidator kuat pada titrasi iodometri yang dianalisis dengan
menambahkan kalium iodide berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan dengan
larutan standar natrium tiosulfat. Titik akhir titrasi ditentukan dengan indikator
amilum yang ditambahkan sesaat sebelum titik akhir titrasi tercapai. Titik akhir
titrasi yang tercapai ditunjukkan dengan hilangnya warna biru gelap dari kompleks
iodin-amilum yang dapat bertindak sebagai uji yang sensitif untuk iodin (Rohmah
dan Rini, 2020). Hal tersebut disebabkan karena pada larutan amilum, terdapat unit-
unit glukosa yang membentuk rantai heliks, karena adanya ikatan konfigurasi di
setiap unit glukosanya. Bentuk tersebut menyebabkan amilum dapat membentuk
kompleks dengan molekul iodium dan menyebabkan warna biru kompleks (Fitriana
dan Fitri, 2020).

2.2.3 Indikator Titrasi Redoks

Indikator redoks adalah zat tertentu yang dicampurkan dalam larutan yang
akan dititrasi. Warna indikator dalam bentuk teroksidasi dan bentuk tereduksinya
harus berbeda, sehingga perbedaan warna dapat dipakai untuk penentuan titik akhir
titrasi. Reaksi indikator dapat dituliskan sebagai berikut.

Inoks + ne- ⇌ Inred ……………………………………………….………………. (2)

Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titran sebagai indikator titik akhir
titrasi. Indikator yang sering digunakan pada titrasi redoks adalah amilum. Amilum
sering digunakan khususnya pada titrasi redoks yang melibatkan iodin (I 2). Amilum
akan membentuk kompleks biru dengan iodin (Alauhdin, 2020). Amilum memiliki
penampakan warna yang sangat spesifik pada titrasi redoks dan dapat terjadi walau
iodin yang ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Indikator pada titrasi
redoks harus memenuhi syarat yaitu indikator harus bisa mengalami reaksi reduksi
atau oksidasi dengan cepat, serta indikator harus dapat mengalami reaksi redoks
reversible dengan cepat. (Yusuf, 2019).
2.2.4 Pemanfaatan Iodometri

Titrasi iodometri dalam kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat dalam


beberapa bidang ilmu seperti kedokteran, sains, serta farmasi. Pengetahuan tentang
kadar suatu zat dapat digunakan untuk mengetahui mutu dan kualitas suatu zat.
Pemanfaatan iodometri dalam bidang farmasi dapat digunakan dalam penentuan
kadar zat yang mengandung oksidator. Iodometri pada farmasi sering digunakan
untuk penetapan kadar asam askorbat, natrium askorbat, metampiron (antalgin),
natrium tiosulfat, dam lain sebagainya (Rosita, 2016).
III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Buret
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Pemanas
- Lumping dan alu
3.1.2 Bahan
- Indikator amilum
- KI padat
- H2SO4 3 M
- Na2S2O3 0,04 M
- KIO3 0,01 M
- Asam askorbat
- Vitamin C
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Standarisasi KIO3
KIO3
- dipipet 25,00 mL ke dalam masing-masing 3 tabung Erlenmeyer
- ditambahkan 1 g KI dan 20 mL larutan asam sulfat 0,3 M ke setiap
labu
- dititrasi triiodide dengan larutan tiosulfat dari larutan coklat menjadi
kuning pucat.
- ditambahkan 2 mL larutan indicator pati dan dititrasi sampai warna
violet kompleks pati-iodin menghilang
- diulangi prosedur untuk total tiga titrasi
- dihitung konsentrasi KIO3

Hasil
3.2.2 Menganalisis Vitamin C
Vitamin C
- ditimbang sejumlah besar tablet vitamin sehingga kira-kira 500 mg
asam askorbat
- dihaluskan tablet dengan lumping dan alu
- ditransfer massa bubuk yang diketahui ke labu volumetric 250 mL
- ditambahkan 100 mL asam sulfat 0,3 M
- distirer selama sekitar 10 menit, lalu dibiarkan selama beberapa menit
- distirer lagi, lalu diencerkan dengan tanda 0,3 M asam sulfat sampai
tanda batas
- dimasukkan 25,00 mL larutan vitamin C ke labu Erlenmeyer
- ditambahkan 1 g KI padat dan 25,00 mL KIO3 standar ke dalam labu
- dititrasi triiodide yang tersisa dengan larutan tiosulfat standar,
ditambahkan dengan hati-hati larutan kanji sesaat sebelum titik akhir
- diulangi titrasi dua kali untuk total tiga penentuan yang tepat
- dihitung massa rata-rata vitamin C setiap tablet

Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Standarisasi KIO3
n KIO3 n I3- (mol) Vrata-rata n Na2S2O3 M Na2S2O3
(mol) Na2S2O3 (L) (mol) (M)
2,5 x 10-4 7,5 x 10-4 38,36 x 10-3 1,5 x 10-3 0,0391

4.1.2 Tabel Hasil Menganalisis Vitamin C


M Na2S2O3 Vrata-rata V Vitamin C M Vitamin m Asam
(M) Na2S2O3 (L) (L) C (M) askorbat
(gram)
0,0391 38,36 x 10-3 0,025 0,05177 0,228

4.2 Pembahasan

Titrasi redoks merupakan titrasi yang melibatkan reaksi oksidasi dan


reduksi antara titran dengan analit. Salah satu jenis dari titrasi redoks adalah titrasi
iodometri. Iodometri adalah Analisa titrimetrik secara tidak langsung untuk zat
yang bersifat oksidator. Prinsip kerja iodometri yaitu titrasi redoks yang bekerja
berdasarkan proses pemindahan dari elektron analit dan titran. Oksidator akan
mengoksidasi iodide yang ditambahkan dan membentuk iodin. Iodin yang
terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat. Dalam
menggunakan metode iodometri, digunakan indikator kanji dimana warna larutan
iodin cukup intens, sehingga iodin dapat bertindak menjadi indikator bagi dirinya
sendiri. Pada beberapa proses tidak langsung, banyak agen pengoksid kuat dapat
dianalisis dengan menambahkan kalium iodide berlebih dan akan mentitrasi iodin
yang dibebaskan. Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titran karena
banyak agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan
iodin. Natrium tiosulfat akan menjadi reduktor ketika larutan berubah menjadi
kuning dan lebih encer. Amilum selanjutnya ditambahkan hingga warna larutan
berubah menjadi bening atau tidak berrwarna (Yusuf, 2019).
Praktikum iodometri ini memiliki 3 percobaan yaitu preparasi, standarisasi
natrium tiosulfat menggunakan KIO3, dan menganalisis vitamin C. Percobaan yang
pertama adalah preparasi. Preparasi ini terbagi menjadi preparasi indikator amilum
dan preparasi sampel vitamin C. Preparasi yang pertama yaitu preparasi indikator
kanji atau amilum. Langkah pertama yaitu ditimbang amilum sebanyak 0,5 gram,
kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker dan dilarutkan ke dalam 50 mL
akuades. Amilum yang masih tersisa pada kaca arloji dibilas dengan akuades agar
0,5 gram amilum terlarut seluruhnya dan tidak terdapat sisa. Larutan amilum
tersebut kemudian dihomogenkan, sehingga bercampur dengan akuades. Langkah
berikutnya amilum dipanaskan sampai berubah menjadi bening atau tidak
berwarna. Preparasi yang kedua adalah preparasi sampel vitamin C. Langkah
pertama yaitu ditimbang vitamin C sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam
gelas beaker. Vitamin C kemudian dilarutkan dengan H2SO4 0,3 M. Sampel
Vitamin C yang masih tersisa, dibilas dengan H2SO4 0,3 M kemudian diaduk.
Fungsi pembilasan dengan asam sulfat yaitu melarutkan sampel vitamin C yang
masih tersisa. Larutan selanjutnya dihomogenkan, sehingga bercampur dengan
asam sulfat. Langkah berikutnya yaitu larutan diencerkan dalam labu ukur 100 mL
hingga tanda batas agar konsentrasinya tidak terlalu tinggi. Larutan yang telah
diencerkan lalu dikocok perlahan dan dipindahkan ke dalam gelas kimia, kemudian
didiamkan beberapa saat.

Percobaan yang kedua adalah standarisasi natrium tiosulfat menggunakan


KIO3. Standarisasi natrium sulfat dilakukan untuk mengetahui secara pasti
konsentrasi dari natrium tiosulfat, karena konsentrasinya belum diketahui. Larutan
yang berperan sebagai standar primer adalah KIO3 dan larutan yang berperan
sebagai standar sekunder adalah natrium tiosulfat. Langkah pertama adalah diukur
larutan KIO3 sebanyak 25 mL dan ditambahkan KI sebanyak 2 gram dalam
erlenmeyer, kemudian dihomogenkan sehingga larutan tercampur. Fungsi
penambahan KI yaitu untuk memperbesar kelarutan iodium yang sulit larut dalam
air dan membebaskan iodium. Langkah selanjutnya setelah larutan homogen, yaitu
ditambahkan larutan H2SO4 0,3 M sebanyak 20 mL dan diamati perubahan yang
terjadi. Fungsi penambahan H2SO4 adalah untuk memberikan suasana asam pada
larutan, karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati jika reaksi dalam suasana
asam. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

IO3-(aq) + 5I-(aq) + 6H+(aq) ⇋ 3I2 (aq) + 3H2O(l) ……………………………. (1)

Perubahan yang terjadi adalah larutan menjadi berwarna coklat. Larutan berubah
menjadi berwarna coklat karena reaksi antara ion iodat, iodida, dan hidrogen,
sehingga akan membentuk larutan iodin berwarna coklat. Larutan tersebut
kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga terjadi perubahan warna menjadi
kuning pucat dan dicatat volume titran yang dibutuhkan. Reaksi yang terjadi pada
saat titrasi adalah sebagai berikut.

I2(aq) + 2S2O32-(aq) ⇋ 2I-(aq) + S4O62-(aq) ………………………………… (2)

Warna kuning pucat tersebut diperoleh karena penambahan tiosulfat yang


menyebabkan iodin tereduksi menjadi iodida yang memiliki warna lebih bening
dibandingkan dengan iodin. Natrium tiosulfat akan menjadi reduktor ketika larutan
berubah menjadi kuning dan lebih encer (Yusuf, 2019). Warna kuning pucat
menunjukkan jika larutan mendekati titik akhir titrasinya. Larutan tersebut
kemudian ditambahkan 2 mL indikator amilum yang sudah disiapkan dan diamati
perubahan yang terjadi. Amilum berperan sebagai indikator titrasi, sehingga titik
akhir titrasi nantinya dapat diketahui. Amilum dipilih sebagai indikator karena
amilum dapat membentuk senyawa absorpsi dengan iodium yang dititrasi dengan
natrium tiosulfat. Penambahan amilum dilakukan pada saat mendekati titik akhir
titrasi, karena jika ditambahkan pada awal titrasi akan membentuk kompleks biru
iod-amilum yang sulit dititrasi oleh natrium tiosulfat (Devianti dan Yulianti, 2018).
Perubahan warna yang terjadi setelah penambahan amilum yaitu larutan menjadi
violet. Warna tersebut disebabkan karena amilum memiliki unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks, karena adanya ikatan konfigurasi di tiap unit glukosanya.
Bentuk tersebut menyebabkan amilum dapat membentuk kompleks dengan
molekul iodium yang dapat masuk ke dalam bentuk spiralnya, sehingga
menyebabkan warna violet kompleks (Fitriana dan Fitri, 2020). Titrasi kemudian
dilakukan kembali hingga terjadi perubahan warna dan dicatat volume titran yang
dibutuhkan. Perubahan warna yang dihasilkan setelah proses titrasi kedua yaitu
larutan menjadi bening atau tidak berwarna. Warna bening yang dihasilkan tersebut
menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.

Percobaan ketiga adalah analisis vitamin C. Langkah pertama yaitu larutan


sampel vitamin C sebanyak 25 mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 2 gram kalium iodida, kemudian dihomogenkan. Fungsi penambahan
KI adalah memperbesar kelarutan iodium dan mengurangi penguapan iodium.
Larutan KI merupakan garam pengoksida iodida yang akan membebaskan iodium
ketika bereaksi dengan larutan asam. Larutan yang sudah homogen kemudian
ditambahkan 25 mL KIO3 dan diamati perubahan warna yang terjadi. Penambahan
KIO3 berfungsi agar terbentuk senyawa iodin, karena KIO3 berperan sebagai
oksidator dan akan tereduksi menjadi iodin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut.

IO3-(aq) + 5I-(aq) + 6H+(aq) ⇋ 3I2 (aq) + 3H2O(l) …………………………… (3)

Perubahan warna larutan setelah penambahan KIO3 adalah menjadi coklat.


Warna tersebut berasal dari reaksi antara ion iodat, iodida, dan hidrogen yang
menyebabkan warna menjadi coklat dan menghasilkan iodin. Larutan tersebut
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,4 M hingga berubah warna dari coklat
menjadi kuning pucat dan dicatat volume titran yang dibutuhkan. Natrium tiosulfat
berperan sebagai titran. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
I2(aq) + 2S2O32-(aq) ⇋ 2I-(aq) + S4O62-(aq) ………………………………… (4)

Warna kuning pucat diperoleh karena reaksi tiosulfat dengan iodin menyebabkan
iodin tereduksi menjadi iodida yang memiliki warna lebih bening jika dibandingkan
dengan iodin, sehingga iodin merupakan oksidator. Natrium tiosulfat akan menjadi
reduktor ketika larutan berubah menjadi kuning dan lebih encer (Yusuf, 2019).
Warna kuning pucat menunjukkan jika larutan mendekati titik akhir titrasinya.
Langkah berikutnya yaitu larutan ditambahkan 2 mL indikator amilum dan diamati
perubahan warna yang terjadi. Amilum berfungsi sebagai indikator yang berperan
untuk mengetahui titik akhir titrasi. Penambahan amilum dilakukan pada saat
mendekati titik akhir titrasi agar tidak membentuk kompleks biru iod-amilum yang
sulit dititrasi oleh natrium tiosulfat. Perubahan warna yang terjadi yaitu larutan
menjadi violet. Warna tersebut disebabkan karena amilum memiliki unit-unit
glukosa yang membentuk rantai heliks dan menyebabkan amilum dapat membentuk
kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk dalam bentuk spiralnya,
sehingga terbentuk warna violet kompleks (Fitriana dan Fitri, 2020). Larutan
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat kembali sehingga terjadi perubahan
warna. Perubahan warna yang dihasilkan adalah larutan menjadi bening atau tidak
berwarna. Warna bening tersebut menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah
tercapai dan titrasi dapat dihentikan. Titrasi ini dilakukan secara duplo, yaitu titrasi
yang dilakukan dua kali agar data pengamatan yang diperoleh dapat dibandingkan.
Hasil perhitungan massa asam askorbat yang diperoleh adalah sebanyak 0,228
gram. Literatur menyebutkan jika massa asam askorbat sebesar 0,2275 gram
(Sudarma, 2016), sehingga massa yang diperoleh mendekati dengan massa pada
literatur.
V. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktium Iodometri ini adalah


konsentrasi asam askorbat dalam vitacimin dapat ditentukan melalui titrasi
iodometri. Titrasi iodometri merupakan jenis titrasi redoks yang memiliki nilai
ketepatan cukup tinggi, sehingga hasil percobaan menunjukkan nilai yang hampir
mendekati hasil literatur. Prinsip kerja iodometri yaitu titrasi redoks yang bekerja
berdasar proses pemindahan dari elektron analit dan titran. Oksidator (iodat) akan
mengoksidasi iodida yang ditambahkan dan membentuk iodin. Iodin akan tereduksi
membentuk iodida ketika tiosulfat ditambahkan. Indikator yang digunakan adalah
amilum, karena amilum dapat membentuk senyawa violet kompleks dengan
iodium.
DAFTAR PUSTAKA

Alauhdin, M. 2020. Buku Ajar Kimia Analitik Dasar. Semarang: UNNES PRESS.

Fitriana, Y. A. N. dan A. S. Fitri. 2020. Analisis Kadar Vitamin C pada Buah Jeruk
Menggunakan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal SAINTEKS. 17(1): 27-
32.

Deviant, V. A. dan C. H. Yulianti. 2018. Buah Kiwi Hijau (Actinidia deliciosa)


Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. Journal of Pharmacy and
Science. 3 (1): 9-12.

Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Ascorbic Acid. [Serial Online].
www.labchem.com diakses pada 3 Oktober 2021.

Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Potassium Iodat. [Serial Online].
www.labchem.com diakses pada 3 Oktober 2021.

Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Potassium Iodide. [Serial Online].
www.labchem.com diakses pada 3 Oktober 2021.

Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Sulfuric Acid. [Serial Online].
www.labchem.com diakses pada 18 September 2021.

Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Water. [Serial Online].


www.labchem.com diakses pada 3 Oktober 2021.

Pubchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium thiosulfate. [Serial Online].
pubchem.ncbi.nlm.nih.gov diakses pada 3 Oktober 2021.

Rohmah, J. dan C. S. Rini. 2020. Buku Ajar Kimia Analisis. Sidoarjo: UMSIDDA
Press.

Rosita, D. 2016. Analisis Kandungan Klorin pada Beras yang Beredar di Pasar
Besar Kota Malang sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia. 2 (1): 88-93.
Smartlab. 2021. Material Safety Data Sheet of Starch. [Serial Online].
www.smartlab.co.id diakses pada 3 Oktober 2021.

Sudarma, I. D. G. A. 2016. Penentuan Kadar Vitamin C pada Vitacimin dan UC-


1000 dengan Titrasi Iodimetri.

Yusuf, Y. 2019. Belajar Mudah Kimia Analitis. Jakarta: EduCenter Indonesia.


LAMPIRAN

LEMBAR PENGAMATAN
No Perlakuan Perubahan Warna Volume
Tiosulfat
1. Standarisasi KIO3
Pengulangan 1 Coklat → Kuning Pucat 37,1 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,2 mL
Pengulangan 2 Coklat → Kuning Pucat 37,0 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,4 mL
Pengulangan 3 Coklat → Kuning Pucat 37,2 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,2 mL
2. Analisis Vitamin C
Pengulangan 1 Coklat → Kuning Pucat 31,9 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,2 mL
Pengulangan 2 Coklat → Kuning Pucat 31,7 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,4 mL

LEMBAR PERHITUNGAN
Standarisasi KIO3
- Mol KIO3
n=MxV
n = 0,01 M x 0,025 L
n = 0,00025 mol
n = 2,5 x 10-4 mol

- Mol I3-
IO3-(aq) + 8I-(aq) + 6H+(aq) ⇋ 3I3-(aq) + 3H2O(l)

n I3- = 3 x n KIO3-
n I3- = 3 x 2,5 x 10-4 mol
n I3- = 7,5 x 10-4 mol
- Mol Tiosulfat
I3-(aq) + 2S2O32-(aq) ⇋ 3I-(aq) + S4O62-(aq)

n S2O3 = 2 x n I3-
n S2O3 = 2 x 7,5 x 10-4 mol
n S2O3 = 1,5 x 10-3 mol

- M Tiosulfat
𝑉1 +𝑉2 +𝑉3
𝑉= 3
0,0383 𝐿+0,0384 𝐿+0,0384 𝐿
𝑉= 3
0,1151 𝐿
𝑉= 3

𝑉 = 0,03836 L = 38,36 x 10-3 L


𝑛
M=𝑉
1,5 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
M= 38,36 𝑥 10−3 𝐿

M = 0,0391 M

Mencari M vitamin C
- Volume Tiosulfat
𝑉1 +𝑉2
𝑉= 2
0,0331 𝐿+0,0331 𝐿
𝑉= 2
0,0662 𝐿
𝑉= 2

𝑉 = 0,0331 L = 33,1 x 10-3 L

- Molaritas Vitamin C
M tiosulfat x V tiosulfat = M vit C x V vit C
0,0391 M x 0,0331 L = M vit C x 0,025 L
1,29421 x 10-3 M x L = M vit C x 0,025 L
1,29421 𝑥 10−3 𝑀 𝑥 𝐿
M vit C = 25 𝑥 10−3 𝐿

= 0,05177 M

- Massa asam askorbat


𝑚 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑣
𝑚 1000 𝑚𝐿/𝐿
0,05177 M = 176 𝑔/𝑚𝑜𝑙 𝑥 25 𝑚𝐿
1000 𝑥 𝑚
0,05177 mol/L = 𝑔
4400 𝑥𝐿
𝑚𝑜𝑙

228 g = 1000 x m
m = 0,228 gram

Anda mungkin juga menyukai