KIMIA
IODOMETRI
Oleh
NIM : 201810301013
Kelas/Kelompok : A/1
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Tujuan
Tujuan dari percobaan iodometri adalah sebagai berikut:
- Untuk menentukan konsentrasi asam askorbat dalam vitacimin
2.1.2 KI
Kalium iodida merupakan senyawa kimia berupa padatan tanpa warna dan
memiliki karakteristik bau. Kalium iodida memiliki pH 5, titik leleh 680˚C, dan
titik didih 1330˚C. Kalium iodida dapat larut dalam air dengan nilai kelarutan
sebesar 145 g/100 mL. Kondisi yang harus dihindari adalah sinar matahari
langsung, suhu yang terlalu tinggi atau rendah, kontak udara, dan kelembaban.
Material yang tidak cocok adalah logam dan bahan pereduksi kuat. Produk
berbahaya yang dihasilkan adalah kalium oksida dan uap iodine. Kalium iodida
dapat menyebabkan cedera ringan atau sementara. Kalium iodida dapat
menyebabkan iritasi pada kulit dan mata serta berbahaya bagi kehidupan air.
Penanganan apabila terjadi iritasi pada mata dan kulit adalah dengan membasuh
dengan air mengalir. Kalium iodida tidak boleh dibuang secara sembarangan. Alat
perlindungan diri yang dapat digunakan yaitu kacamata keselamatan, sarung
tangan, dan masker (Labchem, 2021).
2.1.3 H2SO4
Asam sulfat merupakan senyawa kimia dengan wujud cairan bening agak
kekuningan dan hampir tidak berbau. Ambang bau asam sulfat yaitu >1 mg/m3.
Asam sulfat bersifat asam dengan pH <1. Rumus kimia asam sulfat yaitu H 2SO4.
Titik didih asam sulfat yaitu 288°C dan titik bekunya 10°C. Tekanan uap air asam
sulfat yaitu <1 hPa (20°C). Kepadatan relatifnya yaitu 1.8 dan massa jenisnya 1840
kg/m3. Massa molekulnya 98.08 g/mol. Asam sulfat tidak stabil saat terkena
kelembapan. Asam sulfat tidak cocok apabila bereaksi dengan senyawa organik,
logam, halogen, sianida, dan bahan yang mudah terbakar, serta dapat meledak
apabila bereaksi dengan air. Produk pengurai berbahayanya yaitu senyawa
belerang. Asam sulfat bersifat korosif, berbahaya bagi kulit dan mata. Asam sulfat
mudah mengalami perubahan kimiawi pada suhu dan tekanan yang tinggi. Peralatan
perlindungan diri yang dapat digunakan yaitu sarung tangan, face shield, kacamata
pengaman, kacamata goggle, serta masker gas dengan tipe filter E (Labchem,
2021).
2.1.4 Na2S2O3
2.1.5 KIO3
Kalium iodat adalah senyawa kimia berupa padatan kristal atau bubuk
berwarna putih dan tidak berbau. Kalium iodat memiliki pH 6,07, titik leleh 560˚C,
dan titik didih 735˚C. Kalium iodat memiliki massa molekul 214,02 g/mol. Kalium
iodat dapat larut dalam air dengan kelarutan 7 g/100 mL pada suhu 25˚C dan tidak
dapat larut pada etanol. Kalium iodat bereaksi eksotermik kasar dengan bahan
organik dan bahan yang mudah terbakar memiliki resiko pengapian spontan.
Kalium iodat bereaksi eksotermik kasar dengan bahan pereduksi kuat akan
meningkatkan resiko kebakaran/ledakan. Kalium iodat bereaksi keras hingga
eksplosif dengan beberapa bubuk logam. Kalium iodat stabil dalam kondisi normal
dengan kondisi yang harus dihindari adalah suhu yang terlalu tinggi dan bahan yang
tidak cocok. Bahan yang tidak cocok adalah bahan pereduksi kuat dan produk
berbahaya yang dihasilkan yaitu uap iodine. Kalium iodat berbahaya jika ditelan
serta dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan iritasi serius pada mata. Penangana
jika terjadi iritasi adalah membasuh dengan air mengalir dan penanganan jika
tertelan adalah dengan penanganan medis. Kalium iodat memiliki sifat oksidasi.
Alat perlindungan diri yang dapat digunakan adalah kacamata keselamatan, sarung
tangan, apron sintetis, dan masker (Labchem, 2021).
2.1.7 Akuades
Titrasi Redoks adalah titrasi yang melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi
antara titran dan analit. Substansi yang menyebabkan terjadinya oksidasi substan
lain disebut oksidator atau agen pengoksidasi dan substansi yang menyebabkan
reduksi disebut reduktor atau agen pereduksi (Alauhdin, 2020). Titrasi ini banyak
digunakan dalam penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat oksidator atau
reduktor. Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,
diantaranya adalah sebagai berikut: permanganometri, serimetri, iodimetri,
iodometri, iodatometri, dikromatometri, bromometri, bromatometri, serta nitrimetri
(Yusuf, 2019).
Indikator redoks adalah zat tertentu yang dicampurkan dalam larutan yang
akan dititrasi. Warna indikator dalam bentuk teroksidasi dan bentuk tereduksinya
harus berbeda, sehingga perbedaan warna dapat dipakai untuk penentuan titik akhir
titrasi. Reaksi indikator dapat dituliskan sebagai berikut.
Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titran sebagai indikator titik akhir
titrasi. Indikator yang sering digunakan pada titrasi redoks adalah amilum. Amilum
sering digunakan khususnya pada titrasi redoks yang melibatkan iodin (I 2). Amilum
akan membentuk kompleks biru dengan iodin (Alauhdin, 2020). Amilum memiliki
penampakan warna yang sangat spesifik pada titrasi redoks dan dapat terjadi walau
iodin yang ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Indikator pada titrasi
redoks harus memenuhi syarat yaitu indikator harus bisa mengalami reaksi reduksi
atau oksidasi dengan cepat, serta indikator harus dapat mengalami reaksi redoks
reversible dengan cepat. (Yusuf, 2019).
2.2.4 Pemanfaatan Iodometri
Hasil
3.2.2 Menganalisis Vitamin C
Vitamin C
- ditimbang sejumlah besar tablet vitamin sehingga kira-kira 500 mg
asam askorbat
- dihaluskan tablet dengan lumping dan alu
- ditransfer massa bubuk yang diketahui ke labu volumetric 250 mL
- ditambahkan 100 mL asam sulfat 0,3 M
- distirer selama sekitar 10 menit, lalu dibiarkan selama beberapa menit
- distirer lagi, lalu diencerkan dengan tanda 0,3 M asam sulfat sampai
tanda batas
- dimasukkan 25,00 mL larutan vitamin C ke labu Erlenmeyer
- ditambahkan 1 g KI padat dan 25,00 mL KIO3 standar ke dalam labu
- dititrasi triiodide yang tersisa dengan larutan tiosulfat standar,
ditambahkan dengan hati-hati larutan kanji sesaat sebelum titik akhir
- diulangi titrasi dua kali untuk total tiga penentuan yang tepat
- dihitung massa rata-rata vitamin C setiap tablet
Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Standarisasi KIO3
n KIO3 n I3- (mol) Vrata-rata n Na2S2O3 M Na2S2O3
(mol) Na2S2O3 (L) (mol) (M)
2,5 x 10-4 7,5 x 10-4 38,36 x 10-3 1,5 x 10-3 0,0391
4.2 Pembahasan
Perubahan yang terjadi adalah larutan menjadi berwarna coklat. Larutan berubah
menjadi berwarna coklat karena reaksi antara ion iodat, iodida, dan hidrogen,
sehingga akan membentuk larutan iodin berwarna coklat. Larutan tersebut
kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga terjadi perubahan warna menjadi
kuning pucat dan dicatat volume titran yang dibutuhkan. Reaksi yang terjadi pada
saat titrasi adalah sebagai berikut.
Warna kuning pucat diperoleh karena reaksi tiosulfat dengan iodin menyebabkan
iodin tereduksi menjadi iodida yang memiliki warna lebih bening jika dibandingkan
dengan iodin, sehingga iodin merupakan oksidator. Natrium tiosulfat akan menjadi
reduktor ketika larutan berubah menjadi kuning dan lebih encer (Yusuf, 2019).
Warna kuning pucat menunjukkan jika larutan mendekati titik akhir titrasinya.
Langkah berikutnya yaitu larutan ditambahkan 2 mL indikator amilum dan diamati
perubahan warna yang terjadi. Amilum berfungsi sebagai indikator yang berperan
untuk mengetahui titik akhir titrasi. Penambahan amilum dilakukan pada saat
mendekati titik akhir titrasi agar tidak membentuk kompleks biru iod-amilum yang
sulit dititrasi oleh natrium tiosulfat. Perubahan warna yang terjadi yaitu larutan
menjadi violet. Warna tersebut disebabkan karena amilum memiliki unit-unit
glukosa yang membentuk rantai heliks dan menyebabkan amilum dapat membentuk
kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk dalam bentuk spiralnya,
sehingga terbentuk warna violet kompleks (Fitriana dan Fitri, 2020). Larutan
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat kembali sehingga terjadi perubahan
warna. Perubahan warna yang dihasilkan adalah larutan menjadi bening atau tidak
berwarna. Warna bening tersebut menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah
tercapai dan titrasi dapat dihentikan. Titrasi ini dilakukan secara duplo, yaitu titrasi
yang dilakukan dua kali agar data pengamatan yang diperoleh dapat dibandingkan.
Hasil perhitungan massa asam askorbat yang diperoleh adalah sebanyak 0,228
gram. Literatur menyebutkan jika massa asam askorbat sebesar 0,2275 gram
(Sudarma, 2016), sehingga massa yang diperoleh mendekati dengan massa pada
literatur.
V. Kesimpulan
Alauhdin, M. 2020. Buku Ajar Kimia Analitik Dasar. Semarang: UNNES PRESS.
Fitriana, Y. A. N. dan A. S. Fitri. 2020. Analisis Kadar Vitamin C pada Buah Jeruk
Menggunakan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal SAINTEKS. 17(1): 27-
32.
Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Ascorbic Acid. [Serial Online].
www.labchem.com diakses pada 3 Oktober 2021.
Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Potassium Iodat. [Serial Online].
www.labchem.com diakses pada 3 Oktober 2021.
Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Potassium Iodide. [Serial Online].
www.labchem.com diakses pada 3 Oktober 2021.
Labchem, 2021. Material Safety Data Sheet of Sulfuric Acid. [Serial Online].
www.labchem.com diakses pada 18 September 2021.
Pubchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium thiosulfate. [Serial Online].
pubchem.ncbi.nlm.nih.gov diakses pada 3 Oktober 2021.
Rohmah, J. dan C. S. Rini. 2020. Buku Ajar Kimia Analisis. Sidoarjo: UMSIDDA
Press.
Rosita, D. 2016. Analisis Kandungan Klorin pada Beras yang Beredar di Pasar
Besar Kota Malang sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia. 2 (1): 88-93.
Smartlab. 2021. Material Safety Data Sheet of Starch. [Serial Online].
www.smartlab.co.id diakses pada 3 Oktober 2021.
LEMBAR PENGAMATAN
No Perlakuan Perubahan Warna Volume
Tiosulfat
1. Standarisasi KIO3
Pengulangan 1 Coklat → Kuning Pucat 37,1 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,2 mL
Pengulangan 2 Coklat → Kuning Pucat 37,0 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,4 mL
Pengulangan 3 Coklat → Kuning Pucat 37,2 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,2 mL
2. Analisis Vitamin C
Pengulangan 1 Coklat → Kuning Pucat 31,9 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,2 mL
Pengulangan 2 Coklat → Kuning Pucat 31,7 mL
Violet → Tidak Berwarna 1,4 mL
LEMBAR PERHITUNGAN
Standarisasi KIO3
- Mol KIO3
n=MxV
n = 0,01 M x 0,025 L
n = 0,00025 mol
n = 2,5 x 10-4 mol
- Mol I3-
IO3-(aq) + 8I-(aq) + 6H+(aq) ⇋ 3I3-(aq) + 3H2O(l)
n I3- = 3 x n KIO3-
n I3- = 3 x 2,5 x 10-4 mol
n I3- = 7,5 x 10-4 mol
- Mol Tiosulfat
I3-(aq) + 2S2O32-(aq) ⇋ 3I-(aq) + S4O62-(aq)
n S2O3 = 2 x n I3-
n S2O3 = 2 x 7,5 x 10-4 mol
n S2O3 = 1,5 x 10-3 mol
- M Tiosulfat
𝑉1 +𝑉2 +𝑉3
𝑉= 3
0,0383 𝐿+0,0384 𝐿+0,0384 𝐿
𝑉= 3
0,1151 𝐿
𝑉= 3
M = 0,0391 M
Mencari M vitamin C
- Volume Tiosulfat
𝑉1 +𝑉2
𝑉= 2
0,0331 𝐿+0,0331 𝐿
𝑉= 2
0,0662 𝐿
𝑉= 2
- Molaritas Vitamin C
M tiosulfat x V tiosulfat = M vit C x V vit C
0,0391 M x 0,0331 L = M vit C x 0,025 L
1,29421 x 10-3 M x L = M vit C x 0,025 L
1,29421 𝑥 10−3 𝑀 𝑥 𝐿
M vit C = 25 𝑥 10−3 𝐿
= 0,05177 M
228 g = 1000 x m
m = 0,228 gram