Anda di halaman 1dari 27

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

LANJUTAN

LAJU REAKSI

Oleh
Nama : Rosa Mutiara Yuliani
Kelompok/ Kelas : 3/Teknik Pertambangan
Nama Asisten : Fira Tri Wulandari

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Laju Reaksi
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum laju reaksi ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi.
III.Pendahuluan Pustaka
III.1 MSDS ( Material Safety Data Sheet )
III.1.1 Aquades
Aquades adalah air hasil penyulingan distilasi sehingga terbebas dari zat
mineral. Air adalah zat cair yang bewarna bening. Air tidak berbau dan tidak berasa.
Air memiliki rumus kimia H20 yang terdiri dari satu ikatan hydrogen dan 2 atom
oksigen. Air tidak beracun dan tidak berbahaya. Air sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Air sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kelangsungan hidup.
Air yang berkontak fisik dengan manusia tidak membutuhkan tindakan penanganan
khusus (LabChem, 2004).
III.1.2 CH3COOH
CH3COOH atau asam asetat merupakan bahan kimia berupa cairan tidak
bewarna dan berbau menyengat. Asam asetat memiliki kadar pH sekitar 2.4 (0.1
mol/l). asam asetat memiliki titik didih pada suhu 118 °C (1013 hPa). Titik leleh yang
dimiliki asam asetat berada pada suhu 17 °C (1013 hPa). Asam asetat mudah larut
dalam air, etanol, bahkan gliserol. Asam asetat memiliki titik nyala pada suhu 39 °C
(1013 hPa), maka dari itu asam asetat termasuk ke dalam golongan bahan kimia yang
mudah terbakar. Asam asetat memiliki indikasi bahaya berupa iritasi terhadap kulit,
mata, dan selaput lender. Asam asetat yang terhirup akan menyebabkan batuk,
tenggorokan kering, sampai kesulitan bernapas. Asam asetat yang mengenai kulit
akan menimbulkan luka bakar tergolong sedang. Asam asetat yang tertelan akan
menimbulkan gejala/efek terbakar pada mukosa lambung / usus, kemungkinan
perforasi esophagus, muntah darah, diare, syok, tekanan arteri rendah, dan
pembesaran / penyakit hati, serta gagal ginjal. Penanganan yang bisa diberikan ketika
asam asetat terdapat kontak dengan kulit dan mata adalah basuh mata dan kulit
dengan air yang banyak. Kelopak mata sesekali diangkat ketika membasuh mata dan
segera minta pertolongan medis. Asam asetat yang tertelan dapat ditangani dengan
minum dengan air yang banyak sampai penderita memuntahkan bahan tersebut. Asam
asetat yang terhirup segera bawa penderita ke tempat terbuka, jika tidak dapat
bernafas dapat dilakukan resusitasi dari mulut ke mulut dan minta pertolongan medis
segera (LabChem, 2020).
III.1.3 H2O2
Hydrogen peroksida adalah bahan kimia berbentuk cairan tidak bewarna dan
berbau khas. Hydrogen peroksida memiliki titik leleh pada suhu -0.41 °C dan titik
didih pada suhu 150,2 °C. Hydrogen peroksida merupakan bahan kimia yang mudah
larut di dalam air maupun ethanol. Massa jenis zat ini sebesar 1.41 g/cm³. hydrogen
peroksida tergolong bahan kimia yang sangat beracun. Hydrogen peroksida yang
terdapat kontak dengan kulit akan menimbulkan iritasi. Mata yang kontak dengan
asam klorida akan menyebabkan kerusakan mata yang serius. Mata yang
terkontaminasi dengan hydrogen peroksida dapat diberi penanganan dengan mencuci
mata dengan air bersih dan mengalir. Kulit yang terkontaminasi dengan hydrogen
peroksida dapat ditangani dengan mencuci kulit dengan air yang banyak dan sabun.
Penderita yang terindikasi berbagai bahaya hydrogen peroksida dapat diberikan
penanganan lanjutan dengan segera membawa korban ke pihak medis (LabCham,
2017).
III.1.4 H2SO4 Pekat
Asam sulfat memiliki sifat fisik berupa cairan, tidak berbau, dan tidak
bewarna. Asam sulfat memiliki pH (nilai) < 1 (20 derajat C). Asam sulfat memiliki
titik cair/titik beku -15 °C, dan titik didih awal serta rentang didih 295 – 315 °C.
Asam sulfat tidak mudah menyala sehingga tidak menimbulkan kebakaran. asam
sulfat memiliki identifikasi bahaya berupa korosif pada logam. Asam sulfat dapat
menimbulkan iritasi jika terkena kulit. Asam sulfat dapat menimbulkan kerusakan
mata serius/ iritasi mata. Asam sulfat juga bahaya terhadap lingkungan akuatik atau
dengan kata lain dapat mencemari perairan. Asam sulfat yang terkontaminasi dengan
tubuh dapat diatasi dengan melepas pakaian yang telah terlontaminasi dengan zat
asam sulfat. Asam sulfat yang terhirup dapat diatasi mecarilah udara segar. Asam
sulfat yang terdapat kontak dengan kulit segera cuci kulit dengan air yang mengalir,
dan cepat temui dokter, karena iritasi yang ditimbulkan dapat menyebabkan luka
parah. Mata yang terdapat kontak dengan asam sulfat segera cuci mata dengan air
mengalir selama 10- 15 menit dengan kondisi membuka kelopak mata, dan segera
temui medis untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan. Asam sulfat yang
tertelan, dapat diatasi dengan bilas mulut dan segera minum air yang banyak.
(LabCham, 2018).
III.1.5 HCl Pekat
Asam klorida adalah bahan kimia berbentuk cairan tidak bewarna dan tidak
berbau. Asam klorida memiliki pH pada suhu 20ºC sebesar 1,2. Massa jenis yang
dimiliki asam klorida 1 g/cm3. Asam klorida larut dalam air. Asam korida memiliki
titik leleh pada suhu -25°C dan titik didih pada 50 °C. Asam klorida merupakan
bahan yang tidak mudah meledak. Asam klorida diklasifikasikan sebagai bahan yang
berbahaya dengan tingkatan sedang. Asam klorida yang terdapat kontak dengan kulit
akan menimbulkan iritasi. Mata yang kontak dengan asam klorida akan menyebabkan
kerusakan mata yang serius. Mata yang terkontaminasi dengan asam klorida dapat
diberi penanganan dengan mencuci mata dengan air bersih dan mengalir. Kulit yang
terkontaminasi dengan asam klorida dapat ditangani dengan mencuci kulit dengan air
yang banyak dan sabun. Penderita yang terindikasi berbagai bahaya asam klorida
dapat diberikan penanganan lanjutan dengan segera membawa korban ke pihak medis
(LabChem, 2020).
III.1.6 HNO3 Pekat
Asam nitrat atau HNO3 memiliki sifat fisis berupa cairan tidak bewarna, dan
atau bewarna kuning, serta ada juga yang bewarna merah. Cairan asam nitrat ini
menimbulkan asap kemerah merahan. Asam nitrat berasap merupakan asam nitrat
pekat yang mengandung nitrogen dioksida terlarut. Asam nitrat berbau
menyengat dan sangat tajam. Asam nitrat memiliki titik didih sebesar 181°F pada 760
mm atau 121ºc. Titik lebur dari asam nitrat berada pada -44 ° F atau berada pada
-41°C. Asam nitrat mudah larut di dalam air. Massa jenis yang dimiliki asam nitrat
adalah sebesar 1,5129 g / cu cm pada 20 ° C. Tekanan uap yang dimiliki oleh asam
nitrat sebesar 48 mm Hg. Asam nitrat merupakan bahan yang termasuk di dalam
kategori zat berbahaya. Asam nitrat dapat menggangu janin bagi wanita hamil. Asam
nitrat menimbulkan inhalasi pada paru dan menyebabkan nafas terputus putus.
Asam nitrat juga menimbulkan gangguan pada organ dalam lainnya seperti ginjal,
hati, dan jantung. Asam nitrat juga menimbulkan rasa terbakar dan kemerah merahan
pada saat kontak dengan kulit dan mata. Beberapa tindakan pertolongan yang
dapat dilakukan ketika kontak dengan asam nitrat. Kulit yang terdapat kontak
dengan asam nitrat di siram dengan air yang mengalir dalam beberapa menit,
lalu rujuk penderita pada pihak medis agar tidak menimbulkan luka bakar. Mata
dibilas dengan air dengan keadaan kelopak mata atas dan bawah membuka. Penderita
yang menelan asam nitrat segera dibawa menemui medis. Penderita yang menghirup
zat ini dibawa ke tempat terbuka, jika tidak dapat bernafas dapat dilakukan resistusi
dari mulut ke mulut (LabChem, 2018).
III.1.7 KIO3
Kalium iodat merupakan bahan kimia berupa padatan bewarna putih dan tidak
berbau. Bentuk lain dari kalium iodat ini ada yang berupa kristal padatan dan kristal
bubuk. Kalium iodat memiliki kadar pH sebesar : 6.07 (1 %, 26 °C). Kalium iodat
memeiliki titik didih pada suhu kira kira 735 °C. titik lebur dari kalium iodat berada
pada suhu 560 °C (975 hPa). Massa jenis dari kalium iodat sebesar 3520 kg/m³ (25
°C). kalium iodat diketahui cukup larut dalam air namun tidak larut dalam etanol.
Kalium iobat berbahaya jika dihirup, tertelan, dan kontak dengan mata. Kalium iobat
jika terhirup akan menyebabkan iritasi saluran pernafaasan dan iritasi pada mukosa
hidung membrane. Kalium iodat jika kontak dengan mata akan menyebabkan
gangguan mata yang serius. Kalium iodat yang tertelan akan baracun di dalam tubuh.
Penanganan yang bisa diberikan ketika kalium iodat terdapat kontak dengan mata
adalah basuh mata dengan air yang banyak. Kelopak mata sesekali diangkat ketika
membasuh mata dan segera minta pertolongan medis. Kalium iodat yang tertelan
dapat ditangani dengan minum dengan air yang banyak sampai penderita
memuntahkan bahan tersebut. Kalium iodat yang terhirup segera bawa penderita ke
tempat terbuka, jika tidak dapat bernafas dapat dilakukan resusitasi dari mulut ke
mulut dan minta pertolongan medis segera (LabChem, 2020).
III.1.8 Logam Mg
Logam magnesium merupakan materi kimia yang berada dalam kerak bumi.
Materi ini berbentuk padatan yang keras dan bewarna putih keperakan. Logam
magnesium merupakan mineral yang tidak berbau. Logam magnesium cepat bereaksi
dengan air panas namun juga dapat bereaksi dengan air dingin. Logam magnesium
memiliki titik didih pada suhu 1100°C. Titik lebur dari logam magnesium berada
pada suhu 651°C. Logam magnesium sangat berbahaya jika tertelan, terhirup, bahkan
terpapar kulit dan mata manusia. Mata yang terpapar langsung dengan logam
magnesium akan menyebabkan kerusakan jaringan mata yang fatal. Mata dibasuh dan
dialiri air yang mengalir selama kurang lebih 15 menit untuk melakukan penanganan
darurat. Logam magnesium dapat menimbulkan rasa terbakar pada mulut jika logam
magnesium tertelan. Mulut dibilas dengan air dan dikumur kumur lalu dimuntahkan.
Logam magnesium dapat menyebabkan ganggua saluran pernafasan sampai napas
sesak tersenggal senggal jika bahan tersebut terhirup. Pasien atau korban dibawa ke
tempat terbuka yang berudara segar untuk melncarkan kembali pernafasannya. Pasien
segera dirujuk ke rumah sakit terdekat jika gejala semakin parah (LabChem, 2015).
III.1.9 Logam Zn
Logam seng merupakan logam yang berbentuk padatan bewarna putih yang
aslinya berwujud cair tidak berbau. Logam seng memiliki massa jenis sebesar 1.05
g/ml. Logam seng bersifat korosif terhadap logam. Logam seng yang mengenai kulit
dan mata dapat menyebabkan luka bakar parah dan kerusakan serius pada mata.
Logam seng menimbulkan efek serius jika terhirup. Logam seng mengenai kulit dan
mata penangananya adalah dengan membilas kulit dan dengan air / pancuran. Mata
dibilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit. Kontak lensa dicopot agar
memudahkan untuk penanganan yang maksimal. Logam seng yang tertelan akan
mengakibatkan keracunan. Mulut dibilas dengan air untuk penanganan zat yang
tertelan, usahakan jangan memaksakan muntah. Korban dipindahkan pada tempat
udara yang terbuka untuk penanganan logam seng yang terhirup (LabChem, 2018).
III.1.10 MgO
Magnesium oksida merupakan baham kimia berupa padatan putih atau serbuk
bubuk bewarna putih dan tidak berbau. Magnesium oksida memiliki titik didih
mencapai 3.600°C. titik lebur dari magnesium oksida berada pada suhu 2825 °C.
magnesium oksida tidak dapat larut dalam air maupun ethanol, namun dapat larut
dengan baik pada larutan ammonia garam dan asam. Massa jenis magnesium oksida
berkisar 3.6 g/cu cm. magnesium oksida memiliki kadar pH sebesar 10.3 pada suhu
nomal. Magnesium oksida sangat berbahaya jika terpapar langsung dengan kulit.
Kulit menjadi iritasi karena sangat korosi sampai terjadi reaksi alergi dan peradangan
kulit. Magnesium oksida yang berkontak langsung dengan mata akan menyebabkan
iritasi mata yang serius. Magnesium oksida yang tidak sengaja terhirup menimbulkan
gejala toksisitas target khusus dan iritasi saluran pernafasan. Magnesium oksida juga
bersifat toksik pada kehidupan air dengan efek jangka panjang. Penanganan yang bisa
diberikan ketika magnesium oksida terdapat kontak dengan kulit dan mata adalah
basuh mata dan kulit dengan air yang banyak. Kelopak mata sesekali diangkat ketika
membasuh mata dan segera minta pertolongan medis. Magnesium oksida yang
tertelan dapat ditangani dengan minum dengan air yang banyak sampai penderita
memuntahkan bahan tersebut. Magnesium oksida yang terhirup segera bawa
penderita ke tempat terbuka, jika tidak dapat bernafas dapat dilakukan resusitasi dari
mulut ke mulut dan minta pertolongan medis segera (PubChem, 2004).
III.1.11 NaHSO3
Natrium Hidroksida Bisulfite adalah senyawa kimia campuran garam yang
larut dalam air. Natrium Hidroksida Bisulfit berbentuk padatan putih yang berbau
mirip seperti sulfur oksida. Natrium Hidroksida Bisulfit memiliki titik didih pada
suhu 150ºC. Titik lebur dari Natrium Hidroksida Bisulfit rata rata berada pada suhu
240°C. Natrium Hidroksida Bisulfit memiliki indikasi bahaya berupa iritasi terhadap
kulit, mata, dan selaput lendir. Natrium hidroksida beracun ketika tertelan namun
tidak bersifat korosif terhadap logam. Natrium Hidroksida Bisulfit yang terdapat
kontak dengan kulit dan mata dapat dilakukan penanganan dengan membasuh mata
dan kulit dengan air yang banyak. Kelopak mata sesekali diangkat ketika membasuh
mata dan segera minta pertolongan medis. Natrium Hidroksida Bisulfit yang tertelan
dapat ditangani dengan minum dengan air yang banyak sampai penderita
memuntahkan bahan tersebut. Natrium Hidroksida Bisulfit yang terhirup segera bawa
penderita ke tempat terbuka, jika tidak dapat bernafas dapat dilakukan resusitasi dari
mulut ke mulut dan minta pertolongan medis segera. (LabChem, 2020).
III.2 Tinjauan Pustaka
III.2.1 Laju reaksi
Ilmu yang mempelajari tentang laju reaksi disebut kinematika kimia. Laju
reaksi digunakan untuk memprediksi waktu yang diperlukan reaksi dari campuran
sampai membentuk kesetimbangan. Laju reaksi juga dapat dipertimbangkan sebagai
pengetahuan tentang mekanisme reaksi berlangsung. Reaksi dapat berlangsung
secara cepat maupun lambat. Kriteria cepat atau lambatnya reaksi dapat dinyatakan
secara kuantitatif dan terukur. Secara kuantitatif, laju reaksi diartikan sebagai
perubahan produk reaktan terhadap satuan waktu. Dalam jangka waktu tertentu, jika
produk reaktan yang dihasilkan banyak maka reaksi tersebut dikatakan berlangsung
cepat, sedangkan jika dalam waktu tertentu reaksi menghasilkan produk reaktan
yang sedikit maka reaksi berjalan lambat.

Gambar diatas menunjukkan adanya perubahan kosentrasi produk dan reaktan


sampai memperoleh posisi kesetimbangan. Kosentrasi produk menunjukkan
peningkatan dari nol sampai mencapai posisi datar, begitupun dengan kosentrasi
reaktan mengalami penurunan dari posisi tertentu sampai pada posisi datar. Posisi
datar dan sejajar menunjukkan perubahan proses reaksi berhenti, dan terus berjalan
lurus tanpa ada perubahan lagi. Berdasarkan gambaran tersebut maka dapat
dipahami bahwa laju reaksi merupakan perubahan kosentrasi pereaksi dengan
produk persatuan waktu. Laju reaksi dipengaruhi beberapa faktor yaitu sifat reaktan,
kosentrasi, luas permukaan, temperature, katalisator (Rusman, 2019).
III.2.2 Sifat reaktan
Sifat dasar dari zat reaktan dapat mempengaruhi cepat atau lambat nya reaksi
tersebut berlangsung. Reaktan memiliki afinitas yang berbeda beda di setiap masing
masing zat. Energi disosiasi dalam reaktan yang berperan dalam mempengaruhi laju
reaksi. Energi disosiasi dapat ditunjukkan muatan kovalen yang sangat kuat sehingga
membutuhkan energi pemutusan lebih besar pada beberapa reaktan. Energi disosiasi
lainnya adalah ketika reaksi berlangsung karena ion dalam satu larutan. Reaktan
tersebut bersifat reaktif dibandingkan senyawa mengandung molekul kovalen.
Reaksi secara umum yang terjadi antara ikatan ion dalam satu larutan terjadi
berlangsung secara cepat, sedangkan reaksi yang terjadi antar ikatan kovalen akan
berlangsung lebih lambat dari reaktan lain. Hal itu disebut faktor sifat dasar dari zat
yang bereaksi (Parning et al., 2008).
III.2.3 Konsentrasi
Laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya konsentrasi reaktan tiap satuan
waktu atau bertambahnya kosentrasi reaktan pada satuan waktu. Kosentrasi reaktan
dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya laju reaksi. Kosentrasi reaktan yang
ditambahkan pada suatu reaksi berarti semakin banyak molekul reaktan yang tersedia,
sehingga kemungkinan reaktan saling bertumbukan semakin banyak menyebabkan
kecepatan reaksi meningkat.kosentrasi reaktan semakin banyak, maka akan semakin
cepat proses laju reaksi berlangsung. Pada reaksi tertentu kosentrasi tidak
mempengaruhi laju reaksi hal tersebut terjadi pada reaksi orde ke nol (Widodo et al,.
2016).
III.2.4 Luas permukaan
Pereaksi yang saling bertemu akan saling bertumbukan dan menimbulkan
proses yang disebut reaksi. Luas permukaan bidang sentuh pada pereaksi heterogen
akan saling bersentuhan dan mempengaruhi laju reaksi. Luas bidang sentuh yang
semakin luas maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, hal tersebut dapat
mempercepat berlangsungnya laju reaksi. Karakteristik bidang permukaan sentuh
juga mempengaruhi laju reaksi. Bidang permukaan yang semakin halus, maka waktu
yang dibutuhkan untuk bereaksi lebih sedikit. Bidang permukaan yang semakin
kasar, maka dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk kepingan tersebut bereaksi.
Pereaksi yang memiliki ukuran partikel lebih kecil akan memiliki luas permukaan
sentuh yang besar sehingga reaksi berlangsung lebih cepat dibandingkan ukuran
partikel pereaksi yang lebih besar (Nazar et al., 2013).
III.2.5 Temperatur
Suhu dapat mempengaruhi laju reaksi berdasarkan kenaikan temperaturnya.
Pada suhu tinggi reaksi akan menghasilkan energi kinetik yang yang lebih besar,
dalam hal ini partikel bergerak lebih cepat. Pada beberapa studi kasus kecepatan laju
reaksi akan bertambah dua kali setelah kenaikan temperature suhu per 10ºC. Setiap
partikel yang bergerak ketika suhu dinaikkan maka hal tersebut akan memperbesar
kecepatan gerak pertikelnya sehingga tumbukan terus terjadi dan waktu yang
dibutuhkan zat lebih cepat untuk bereaksi. Setiap partikel yang bergerak, ketika suhu
diturunkan maka hal tersebut akan memperlambat gerak partikel dan juga energi
kinetiknya, waktu yang dibutuhkan zat utuk bereaksi semakin lama. Hubungan suhu
dengan laju reaksi dapat dikatakan berbanding lurus. Semakin tinggi suhu reaksi,
maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses reaksi/ laju
reaksi (Suyatno et al., 2007).
III.2.6 Katalis
Katalis merupakan salah satu zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi tanpa
mengalami perubahan kekal pada partikel katalis itu sendiri. Katalis terlibat dalam
proses reaksi selama perubahan berlangsung, namun setelah reaksi selesai dan
menghasilkan produk maka katalis diperoleh kembali dalam jumlah yang sama.
katalis yang dapat mempercepat laju reaksi dinamakan katalisator atau katalis positif,
sedangkan katalis yang memperlambat laju reaksi disebut inhibitor atau katalis
negative. Secara umum katalis memiliki dua tipe, yaitu katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis homogen diketahui sebagai katalis yang berwujud fasa katalis
tersebut sama dengan fasa zat pereaksinya. Katalis heterogen dapat diidentifikasi
apabila fasa katalis nya tidak sama dengan fasa zat pereaksinya. Prinsip katalis dapat
mempengaruhi reaksi dengan menyediakan alternative jalur energi aktivasi yang lebih
rendah atau lebih tinggi dari jalur reaksi tanpa katalis. Katalis memberikan jalur
energi aktivasi rendah pada suatu reaksi, maka akan semakin cepat reaksi berlgusng,
dan sebaliknya reaksi tanpa katalis memberikan jalur aktivasi lebih tinggi sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bereaksi (Sriyanto, 2020).
IV. Metodologi Percobaan
IV.1Alat dan Bahan
IV.1.1Alat
 Tabung Reaksi
 Gelas Kimia
 Plat Tetes
 Pipet Volume
 Stopwatch
 Pipet Ukur
 Erlenmeyer
 Pipet Tetes
 Mortar
 Neraca Analitik
IV.1.2Bahan
 Aquades
 HCl Pekat
 Cu
 MgO
 H2SO4 Pekat
 KIO3
 H2O2
 HNO3 Pekat
 CH3COOH
 Logam Mg
 NaHSO3
 Logam Zn
 Larutan Kanji
IV.2 Skema Kerja
IV.2.1 Preparasi Larutan

HCl

 Disiapkan larutan HCl 6M dari HCl


pekat; H2SO4 3M dari yang pekat; HNO3 6M dari yang
pekat, dan CH3COOH 6M.

Hasil

IV.2.2 Sifat Reaktan

Logam Mg

 Disiapkan 5 tabung reaksi. Diisikan


ke dalam masing-masing tabung satu potong logam Mg
sepanjang 1 cm.
 Ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi sejumlah
1 ml bermacam-macam larutan asam dengan urutan sebagai
berikut: (tabung 1) H2SO4 3M, (tabung 2) HCl 6M, (tabung 3)
HNO3 6M, (tabung 4) H3PO4 2M, (tabung 5) CH3COOH 6M.
 Diamati kelima tabung reaksi dengan durasi waktu yang sama.
Dihitung laju reaksinya dan diurutkan besarnya laju reaksi dari
yang terbesar ke yang lebih kecil.
 Dimasukkan hasil dalam lembar kerja (pengamatan).

Hasil
IV.2.3 Sifat Reaktan

HCl

 Disiapkan tiga tabung reaksi.


Diisikan ke dalam masing-masing tabung reaksi 1 ml asam
HCL 6 M.
 Dimasukkan pada tabung pertama 1cm potongan Mg,
ditambahkan pada tabung 2 potongan Zn dan ditambahkan
ke dalam tabung 3 potongan Cu. (Semua logam berukuran
sama. Waktu reaksi pada ketiga tabung dilakukan pada
waktu yang bersamaan)
 Diamati laju reaksi berdasarkan kecepatan melepaskan gas
hidrogen menggunakan stopwatch.
 Dituliskan hasil pengamatan pada lembar pengamatan.

Hasil

IV.2.4 Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi

Zn

 Disiapkan alat suntik 5 mL


dan botol obat suntik dengan tutupnya.
 Dimasukkan sejumlah Zn yang sudah tersedia ( 0.2 g) ke
dalam botol suntik dan tutuprapat.
 Diambil 3 mL larutan HCl 1 M dengan alat suntik
kemudian disuntikkan kedalam botol melalui karet.
 Dicatat waktu yang dibutuhkan mulai HCl disuntikkan
sampai alat penyedot naik dengan ketinggian tertentu.
Diulangi untuk konsentrasi HCl yang berbeda (2 M dan 0,1
M).

Hasil
IV.2.5 Pengaruh temperature terhadap laju reaksi

HCl

 Dimasukkan 5ml HCL 6M masing-masing dalam 3 tabung


reaksi.
 Dimasukkan Tabung ke dalam water bath yang diset pada
temperature 10 C, dimasukkan tabung kedua ke dalam
waterbath yang telah diset pada temperature 25ºC, dan
dimasukkan tabung ketiga dalam temperature 50ºC.
 Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi sepotong
logam Zn yang berukuran sama.
 Diamati waktu yang diperlukan mulai terbentukkanya gas
(gelembung udara)sampai habis, yaitu sampai Zn habis.
 Dicatat data yang dihasilkan dalam lembar kerja.

Hasil

IV.2.6 Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

Granula zink
 Disediakan 2 tabung reaksi.
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 0,05 gram granula
zink, dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 potongan
kawat tembaga bersih berukuran 1 cm yang telah
dibengkokkan dan dicampur dengan 0,05 gram granula
zink.
 Ditambahkan 5 mL larutan HCl 2M masing-masing ke
dalam 2 tabung tersebut .
 Diamati laju pelepasan gas yang terjadi menggunakan
stopwhatch dan catat dalam lembar pengamatan.
Hasil

IV.3 Prosedur Kerja


IV.3.1 Preparasi Larutan
Larutan HCl 6M dari HCl pekat, H2SO4 3M dari yang pekat, HNO3 6M dari
yang pekat, dan CH3COOH 6M disiapkan.
IV.3.2Sifat Reaktan
Lima tabung reaksi disiapkan. Masing-masing tabung diisikan satu potong
logam Mg sepanjang 1 cm, dan kedalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan
1 ml bermacam-macam larutan asam dengan urutan sebagai berikut: (tabung 1)
H2SO4 3M, (tabung 2) HCl 6M, (tabung 3) HNO3 6M, (tabung 4) H3PO4 2M,
(tabung 5) CH3COOH 6M. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan garam
magnesium dan gas H2. Laju reaksi dapat diamati dari pelepasan gas yaitu terjadinya
gelembung udara atau waktu yang diperlukan untuk menghabiskan logam Mg.
Kelima tabung reaksi diamati dengan durasi waktu yang sama. Laju reaksinya
dihitung dan diurutkan besarnya laju reaksi dari yang terbesar ke yang lebih kecil.
Hasil dimasukkan dalam lembar kerja (pengamatan).
IV.3.3Sifat Reaktan.
Tiga tabung reaksi disiapkan. Masing-masing tabung reaksi diisikan 1 ml
asam HCL 6 M. Kemudian pada tabung pertama dimasukkan 1 cm potongan Mg,
tabung 2 ditambahkan potongan Zn dan tabung 3 ditambahkan potongan Cu. Semua
logam berukuran sama. Waktu reaksi pada ketiga tabung dilakukan pada waktu yang
bersamaan. Laju reaksi diamati berdasarkan kecepatan melepaskan gas hidrogen
menggunakan stopwatch. Hasil pengamatan dituliskan pada lembar pengamatan.
IV.3.4Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Alat suntik 5 mL dan botol obat suntik dengan tutupnya disiapkan. sejumlah
Zn yang sudah tersedia ( 0.2 g) dimasukkan ke dalam botol suntik dan tutup rapat. 3
mL larutan HCl 1 M diambil dengan alat suntik kemudian suntikkan ke dalam botol
melalui karet. Waktu yang dibutuhkan dicatat mulai HCl disuntikkan sampai alat
penyedot naik dengan ketinggian tertentu. Percobaan diulangi untuk konsentrasi HCl
yang berbeda (2 M dan 0,1 M).
IV.3.5Pengaruh Temperatur terhadap laju reaksi
5 mL HCl 6M dimasukkan ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi. Tabung
pertama dimasukkan dalam water bath yang diset pada temperature 10ºC, tabung
kedua dimasukkan dalam waterbath yang telah diset pada temperature 25ºC, dan
tabung ketiga dalam temperature 50ºC. Pada masing-masing tabung reaksi
dimasukkan sepotong logam Zn yang berukuran sama. Waktu yang diperlukan
diamati mulai terbentukkanya gas (gelembung udara) sampai habis, yaitu sampai Zn
habis. Data yang dihasilkan dicatat dalam lembar kerja.
IV.3.6Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Dua tabung reaksi disediakan. Pada tabung reaksi 1 dimasukkan 0,05
gramgranula zink, potongan kawat tembaga bersih berukuran 1 cm yang telah
dibengkokkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 dimasukkan dan dicampur
dengan 0,05gram granula zink. Kedalam 2 tabung tersebut, ditambahkan masing-
masing dengan 5 mL larutan HCl 2M. Laju pelepasan gas yang terjadi diamati
menggunakan stopwhatch dan dicatat dalam lembar pengamatan.
V. Data dan Perhitungan

a) Preparasi Larutan

Larutan yang disiapkan dalam video ialah HCl 6M, CH 3COOH 6M, HNO3
6M dan H2SO4 3M.

b) Sifat Reaktan

Mg + H2SO4 = 23 detik

Mg + HCl = 48 detik

Mg + HNO3 = 14 detik

Mg + H3PO4 = 5 menit

Mg + CH3COOH = 1 menit 6 detik

 Mg (s) + H2SO4 (aq) → MgSO4(aq) + H2 (g)

M H2SO4 = 3M
t = 23 s
∆[ H 2 SO 4 ]
V=
∆t
3
= = 0,13 M/s
23
 Mg (s) + HCl (aq) → MgCl2(aq) + H2 (g)

M HCl = 6M
t = 48 s
∆[ HCl]
V=
∆t
6
= = 0,125 M/s
48
 Mg (s) + 2HNO3 (aq) → Mg(NO3)2(aq) + H2 (g)

M HNO3 = 6M
t = 14 s
∆[ H NO 3]
V=
∆t

6
= = 0,142 M/s
14
 Mg (s) + H3PO4 (aq) → Mg3(PO4)2 (aq) + H2 (g)

M H3PO4 = 2M
t = 300 s
∆[ H 3 PO 4 ]
V=
∆t
2
= = 0,0067 M/s
300
 Mg (s) + 2CH3COOH (aq) → Mg(CH3COO)2(aq) + H2 (g)
M CH3COOH = 6M

t = 66 s
∆[CH 3 COOH ]
V=
∆t
6
= = 0,09 M/s
66
b) Sifat Reaktan
Mg + HCl 6 M 1 menit 6 detik Logam masih ada
Zn + HCl 6 M 1 menit 26 detik Logam masih ada
Cu + HCl 6 M (tidak terbentuk busa) Logam masih ada

 Mg + 2HCl → MgCl2 + H2
M HCl = 6M

t = 66 s
∆[ HCl]
V=
∆t
6
= = 0,09 M/s
66

 Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 6M

t = 86 s
∆[ HCl]
V=
∆t
6
= = 0,07 M/s
86

 Cu (s) + 2HCl (aq) → CuCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 6M

t = 86 s
∆[ HCl]
V=
∆t
6
= = 0,07 M/s
86

c) Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi


HCl 1 M = 51 detik
HCl 2 M = 44 detik
HCl 0,01 M = 2 menit

 Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)


M HCl = 2 M
t = 44 s
∆[ HCl]
v=
∆t

2
= = 0.045 M/s
44
 Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 1 M
t = 51 s
∆ [ HCl ]
v=
∆t
1
= = 0.0196 M/s
51
 Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 6 M
t = 1 menit 11 detik = 71 s
∆ [ HCl ]
v=
∆t
6
= = 0.0845 M/s
71

d) Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi


HCl 10oC = 4 menit 17 detik
HCl 25oC = 3 menit 30 detik
HCl 50oC = 1 menit 11 detik
Logam Zn masih utuh pada akhir reaksi di semua perbandingan suhu.

 Zn + 2HCl  ZnCl2 + H2

T = 10 oC

M HCl = 6 M
t = 257 s
∆[ HCl]
v =
∆t
6
= = 0.023 M/s
257

 Zn + 2HCl  ZnCl2 + H2

T = 25 oC

M HCl = 6 M
t = 210 s
∆[ HCl]
v =
∆t
6
= = 0.0286 M/s
210

 Zn + 2HCl  ZnCl2 + H2

T = 50 0C

M HCl = 6 M
t = 71 s
∆[ HCl]
v =
∆t
6
= = 0,0845 M/s
71

e) Pengaruh Katalis Terhadap Laju Reaksi


Zn + HCl = (tidak terjadi perubahan atau tidak terbentuk gas)
Zn + Cu + HCl = 2 menit 30 detik (terbentuk banyak gas)

 Zn (s) + 2 HCl (aq) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)


 Zn + Cu + 2HCl  CuCl2 + Zn + H2
M HCl = 2 M
t = 150 s
∆ [ HCl ]
v =
∆t
2
= = 0,0133 M/s
150
VI. Hasil dan Pembahasan
VI.1 Hasil
Berikut ini merupakan tabel hasil dari praktikum laju reaksi:

VI.1.1 Tabel Hasil Sifat Reaktan 1 dan Sifat Reaktan 2

No Larutan Fenomena yang t (s) V (M/s)


. terbentuk
1. Mg + H2SO4 3 M Sedikit berbusa 23 0,13
2. Mg + HCl 6 M Sedikit berbusa 48 0,125
3. Mg + HNO3 6 M Berbusa sedang dan
meninggalkan uap 14 0,42
bewarna oren
4. Mg + H3PO4 2M Sedikit berbusa 300 0,0067
5. Mg + CH3COOH 6 M Tidak berbusa 66 0,09
6. Mg + HCl 6 M Berbusa banyak 66 0,09
7. Zn + HCl 6 M Tidak berbusa namun 76 0,0789
ada gelembung gas
8. Cu + HCl 6 M Tidak berbusa - -

VI.1.2 Tabel Hasil Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi

No Larutan Fenomena yang terjadi t (s) V (m/s)


.
Pendorong suntik
1. Zn + HCl 2 M berubah posisi sangat 44 0,045
cepat
Pendorong suntik
2. Zn + HCl 1 M berubah posisi agak 51 0,0196
cepat
Pendorong suntik
3. Zn + HCl 0,01 M berubah posisi agak 71 0,0845
lambat

VI.1.3 Tabel Hasil Pengaruh Temperatur terhadap Laju Reaksi

No Larutan T( Fenomena yang t (s) V (m/s)


. ℃¿ terjadi
1. Zn + HCl 6 10oC Sedikit gelembung gas
M di permukaan 257 0,023

2. Zn + HCl 6 M 25oC Gelembung gas sedikit


bergerak naik dari dasar 210 0,0286
ke permukaan
3. Zn + HCl 6 M 50oC Gelembung gas banyak
bergerak naik dari dasar 71 0,0845
ke permukaan

VI.1.4 Tabel Hasil Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi

No. Larutan Fenomena yang terjadi t (s) V (m/s)


1. HCl 2M + Zn Tidak ada gelembung gas
dan tidak terjadi - -
perubahan warna
2. HCl 2M + Zn + Cu Banyak gelembung gas
dan seng berubah warna 150 0,0133
oren

VI.2 Pembahasan
Reaksi dapat berjalan cepat maupun lambat bergantung kepada faktor faktor
yang mempengaruhi dibaliknya. Reaksi berjalan cepat ketika produk dalam waktu
tertentu jumlahnya banyak. Reaksi dikatakan lambat apabila dalam waktu tertentu
konsentrasi produk sedikit. Berdasarkan teori tersebut maka pengertian dari laju
reaksi adalah perubahan kosentrasi pereaksi dengan produk persatuan waktu
(Rusman,2019). Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui cara kerja faktor faktor
yang mempengaruhi laju reaksi bekerja. Percobaan pertama dilakukan dengan
membuktikan sifat reaktan mempengaruhi laju reaksi. Percobaan dilakukan dengan
memasukkan 1 cm logam Mg sebagai reaktan ke dalam masing masing tabung
berisikan H3PO4, HCl, HNO3, CH3COOH, H2SO4 sebagai pelarut. Potongan Mg
disesuaikan dengan jumlah volume pelarut agar Mg dapat terendam semua sehingga
akan bereaksi secara maksimal. Pelarut yang bervariasi berguna untuk membuktikan
bahwa sifat zat pelarut akan mempengaruhi laju reaksi. Tabung pertama yang berisi
pelarut H2SO4 saat bereaksi menimbulkan sedikit busa. Kosentrasi busa yang sedikit
menunjukkan reaksi tersebut berjalan lambat. Berdasarkan hasil, waktu yang
diperoleh reaksi tabung pertama tersebut sebesar 23 detik. Tabung kedua dengan
pelarut HCl didapatkan waktu sebesar 48 detik. Reaksi yang terjadi pada tabung
kedua terjadi fenomena timbul sedikit busa namun lebih sedikit daripada tabung
pertama. Tabung ketiga dengan pelarut asam nitrat memperoleh waktu sebesar 14
detik. Fenomena yang terjadi pada tabung ketiga menimbulkan busa paling banyak
diantra lainnya dan terjadi perubahan warna uap karena laju reaksi paling cepat.
Perubahan warna terjadi disebabkan oleh reaksi magnesium bertemu dengan larutan
asam yang pekat (asam kuat). Tabung keempat dengan larutan H3PO4 didapatkan
waktu sebesar 300 detik yang menunjukkan reaksi tersebut berjalan paling lambat.
Fenomena yang terjadi adalah busa paling sedikit diantara lainnya. Tabung kelima
dengan pelarut CH3COOH mendapatkakan waktu sebesar 66 detik, artinya reaksi
berjalan sedikit lambat daripada tabung pertama sampai ketiga namun lebih cepat
daripada reaksi tabung keempat. Fenomena yang terjadi adalah reaksi tidak
menimbulkan busa karena sifat reaktan yang merupakan ikatan kovalen kompleks.
Menurut teori sifat reaktan yang merupakan senyawa ion, maka reaksi akan
berlangsung cepat karena energi yang dibutuhkan untuk melepas ion sedikit,
sebaliknya jika senywa kovalen maka reaksi belangsung lambat karena energi
afinitas yang dibutuhkan banyak. Hasil praktikum pada tabel 6.1.1 no 5 reaksi tidak
menimbulkan busa yang menunjukkan energi afinitas reaksi yang dibutuhkan besar
sehingga seharusnya waktu yang dibutuhkan reaksi paling lama diantara pada reaksi
tabung lainnya. Percobaan kedua juga membuktikkan sifat reaktan melalui reaktan
yang bervariasi yaitu: Cu, Zn, dan Mg, yang dimasukkan pada zat pelarut yang sama
yaitu HCl 6M. zat reaktan yang bervariasi berguna untuk membuktikan bahwa sifat
reaktan akan mempengaruhi laju reaksi. Tabung pertama ketika diukur dengan
stopwach, memperoleh waktu sebesar 66 detik. Fenomena yang terjadi reaksi
banyak menimbulkan busa dengan logam masih ada. Tabung kedua, waktu yang
diperoleh pada reaksi tersebut sekitar 76 detik lebih lama 10 detik daripada reaksi
pada tabung pertama. Fenomena yang terjadi pada reaksi tersebut adalah tidak ada
busa yang terbentuk dengan kondisi logam masih ada. Tidak adanya busa pada
fenomena tabung kedua disebabkan reaksi tersebut berjalan dengan zat reaktan
bersifat kovalen sehingga energi yang dibutuhkan zat tersebut bereaksi banyak dan
berdampak terhadap waktu bereaksi lama. Waktu yang diperoleh pada tabung ketiga
tidak ada karena kedua senyawa tidak mengalami reaksi karena sifat reaktan dan
pelarut sama. Fenomena terjadi tidak terbentuk busa dan gelembung gas.
Percobaan selanjutnya adalah membuktikkan pengaruh kosentrasi terhadap
laju reaksi. Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan sejumlah Zn dengan alat
suntik ke dalam masing masing tabung berisi HCl dengan kosentrasi zat yang
bervariasi. Perubahan posisi pendorong suntik diamati, hal tersebut bertujuan untuk
mengukur waktu yang diperoleh saat berubah nya posisi pedorong suntik. Zat
pelarut memiliki kosentrasi yang berbeda digunakan sebagai indikator yang
mempengaruhi laju reaksi. Persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan reaksi ini
dapat dituliskan sebagai berikut:

Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)

Waktu yang diperoleh dari hasil pengamatan tabung pertama sebesar 44 detik. Laju
reaksi yang didapatkan sebesar 0,045. Fenomena yang terjadi pendorong suntik lebih
cepat berubah posisi. Reaksi keduanya menghasilkan gas yang mendorong alat
pendorong suntikan sehingga menunjukkan waktu tempuh pendorong suntik berubah
posisi sampai posisi berhenti. Selanjutnya, waktu yang ditempuh alat pendorong
suntik dari berubah posisi sampai berhenti sebesar 51 detik. Fenomena yang terjadi
adalah pemdorong suntik agak cepat saat berubah posisi namun tidak secepat pada
percobaaan tabung pertama. Kosentrasi yang digunakan pada tabung kedua sebesar
setengah dari kosentrasi pelarut tabung pertama yakni: 1M. Hasil laju reaksi yang
didapatkan sebesar 0,0196 M/s. Pada tabung ketiga, waktu yang ditempuh alat
pendorong suntik berubah posisi adalah sebesar 71 detik. Kosentrasi pelarut pada
tabung ketiga diturunkan menjadi sebesar 0,01M, sehingga menyebabkan reaksi
tersebut berlangsung paling lambat dari kedua reaksi sebelumnya dengan besar laju
reaksi 0,0845 M/s. Berdasarkan teori, kosentrasi reaktan/pelarut yang ditambahkan
pada suatu reaksi berarti semakin banyak molekul reaktan yang tersedia, sehingga
kemungkinan reaktan saling bertumbukan semakin banyak menyebabkan kecepatan
reaksi meningkat. Kosentrasi reaktan yang semakin banyak, maka akan semakin
cepat proses laju reaksi berlangsung. Hasil percobaan kedua yang menunjukkan
kosentrasi banyak dengan laju reaksi yang cepat, dapat dilihat pada tabel 6.1.2 no 1
dengan kosentrasi HCl 2M.
Percobaan selanjutnya adalah membuktikan pengaruh temperature terhadap
laju reaksi. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan Zn dan HCl 6M sejumlah 5
ml diletakkan pada kondisi temperature yang berbeda beda, yakni 10oC, 25oC, 50oC.
Temperature dinaikkan dari tabung pertama sampai ketiga berguna sebagai indikator
perubahan laju reaksi dari Zn dan HCl. Tabung pertama diletakkan dalam wadah
berisi air yang telah diletakkan ice bath ke dalam wadah yang bertujuan agar
tempearatur suhu menjadi 10oC. Hasil pengukuran waktu yang telah diamati,
diperoleh waktu sebesar 257 detik reaksi berlangsung dengan laju reaksi sebesar
0,023 M/s. Fenomena yang terjadi saat reaksi berlangsung sangat sedikit gelembung
gas yang muncul. Gelembung gas yang terlihat hanya ada di permukaan saja.

Gelembung gas di permukaan saja

Tabung kedua diletakkan pada air yang memiliki suhu sebesar 25 oC, kemudian
logam Zn dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Waktu yang diperoleh dari hasil
pengamatan saat reaksi berlangsung adalah sebesar 210 detik dengan laju reaksi
sebesar 0,0286 M/s. Fenomena yang terjadi saat reaksi berlangsung adalah muncul
sedikit gelembung gas yang naik dari dasar ke permukaan. Hal tersebut
menunjukkan reaksi berlangsung lebih cepat daripada reaksi pada tabung pertama.

Gelembug gas sedikit

Tabung ketiga diletakkan pada air yang memiliki suhu 50 oC. Waktu yang telah
diamati diperoleh sebesar 71 detik dengan laju reaksi sebesar 0,0845 M/s. Hasil
waktu menunjukkan rekasi tersebut berlangsung lebih cepat daripada kedua reaksi
sebelumnya. Fenomena yang terjadi juga menunjukkan banyak nya gelembung gas
yang naik dari dasar sampai kepermukaan.
Gelembung gas banyak

Berdasarkan teori, hubungan suhu dengan laju reaksi dapat dikatakan berbanding
lurus. Semakin tinggi suhu reaksi, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan proses reaksi/ laju reaksi (Suyatno et al., 2007). Hasil yang
diperoleh dari percobaan keempat ini menunjukkan hubungan yang sama dengan
teori diatas. Semakin tinggi suhu reaksi, maka akan semakin besar laju reaksinya,
dan laju reaksi terbesar ada tabel hasil 6.1.4 no 3.
Percobaan terakhir membuktikkan bahwa katalis dapat mempengaruhi laju
reaksi. Percobaan dilakukan dengan mereaksikan Zn dan HCl 2M. masing masing
tabung dilakukan perlakuan yang berbeda. Tabung pertama tanpa diberi katalis,
sedangkan tabung kedua diberikan katalis berupa Cu. Senyawa Cu digunakan
sebagai katalis karena sifatnya yang mampu mengeluarkan efek elektronik atau
hirogenesi yang baik. Tabung pertama saat direaksikan Zn dengan HCl tanpa katalis
tidak ada gelembung gas yang muncul dan tidak terjadi perubahan warna. Oleh
karena dapat disimpulkan bahwa Zn dan HCl hamper tidak terjadi reaksi karna laju
reaksi sulit dipastikan. Reaksi tabung kedua menunjukkan sebaliknya, terlihat
gelembung gas yang banyak dan warna larutan menjadi keruh serta terjadi
perubahan warna oren pada Zn. Perubahan warna tersebut disebabkan zat katalis Cu
yang bereaksi aktif dengan Zn dan HCl. Berdasarkan teori, katalis memberikan jalur
energi aktivasi rendah pada suatu reaksi, maka akan mempengaruhi semakin cepat
reaksi berlangsung, dan sebaliknya reaksi tanpa katalis memberikan jalur aktivasi
lebih tinggi sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bereaksi (Sriyanto,
2020). Hasil pengamatan dan teori menunjukkan keselarasan. reaksi yang
berlangsung dengan menggunakan katalis akan lebh cepat prosess reaksi daripada
reaksi tanpa menggunakan katalis.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa sifat reaktan, kosentrasi pelarut/reaktan, temperature, dan
katalis dapat mempengaruhi laju reaksi. Senyawa ionik akan lebih cepat bereaksi
daripada senyawa kovalen. Kosentrasi pelarut dan reaktan yang semakin tinggi,
maka akan semakin cepat reaksi berlangsung, sehingga laju reaksi bertambah.
Temperature suhu reaksi yang semakin tinggi, maka akan mempercepat reaksi
berlangsung dan menambah laju reaksinya. Reaksi yang berlangsung dengan
menggunakan katalis, maka akan mempercepat reaksi berlangsung dan laju
reaksinya bertambah.

Daftar Pustaka

LabChem. 2015. Safety Data Sheet Magnesium.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16450.pdf. [diakses pada 20 Maret
2021].

LabChem. 2017. Safety Data Sheet Hydrogen Peroxide.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15430.pdf. [diakses pada 18 Maret
2021].

LabChem. 2018. Safety Data Sheet Nitric Acid.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC17700.pdf. [diakses pada 18 Maret
2021].

LabChem. 2018. Safety Data Sheet Sulfuric Acid.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC25645.pdf . [diakses pada 18
Maret 2021].
LabChem. 2018. Safety Data Sheet Zinc AA Standard,.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC27150.pdf. [diakses pada 20 Maret
2021].

LabChem. 2020. Safety Data Sheet Acetic Acid.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10100.pdf. [diakses pada 19 Maret
2021].

LabChem. 2020. Safety Data Sheet Hydrochloric Acid. https://www.chem-lab.be/en-


gb/producten/630/Group/HCl . [diakses pada 17 Maret 2021].

LabChem. 2020. Safety Data Sheet Potassium Iodate.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC19590.pdf. [diakses pada 19 Maret
2021].

LabChem. 2020. Safety Data Sheet Sodium Sulfite, Anhydrous.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC24930.pdf. [diakses pada 19 Maret
2021].

LabChem. 2020. Safety Data Sheet Water.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf. [diakses pada 17 Maret
2021].

Nazar, M., Sulastri, S. Winarni, R. Fitriana. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Siswa


SMA Pada Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi. Jurnal
Biologi Edukasi. 2(3): 49-53

Parning, Horale, Tiopan. 2008. Kimia 2A. Edisi Ketiga. Jakarta Timur: Yudhistira.

PubChem, Bethesda (MD): National Library of Medicine (US), National Center for
Biotechnology Information. 2004. PubChem Compound Summary for CID
14792, Magnesium oxide.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Magnesium-oxide. [diakses pada
20 Maret 2021].

Rusman. 2019. Kinematika Kimia. Edisi Pertama. Aceh: Syiah Kuala University
Press.

Sriyanto, W. 2020. Modul Pembelajaran Kimia. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat


Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKME.
Suyatno, A. Purwadi, H. Widayanto, PR. Kuncoro. 2007. Kimia. Edisi Pertama.
Jakarta: PT Grasindo.

Widodo, H., E. Maesaroh. 2016. Studi Kinetika Reaksi Metil Asetat Dari Asam
Asetat Dan Methanol Dengan Variabel Waktu, Konsentrasi Katalis Dan
Perbandingan Reaktan. Jurnal ilmiah Widya. 3(4): 28-34.

Anda mungkin juga menyukai