LANJUTAN
LAJU REAKSI
Oleh
Nama : Rosa Mutiara Yuliani
Kelompok/ Kelas : 3/Teknik Pertambangan
Nama Asisten : Fira Tri Wulandari
HCl
Hasil
Logam Mg
Hasil
IV.2.3 Sifat Reaktan
HCl
Hasil
Zn
Hasil
IV.2.5 Pengaruh temperature terhadap laju reaksi
HCl
Hasil
Granula zink
Disediakan 2 tabung reaksi.
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 0,05 gram granula
zink, dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 potongan
kawat tembaga bersih berukuran 1 cm yang telah
dibengkokkan dan dicampur dengan 0,05 gram granula
zink.
Ditambahkan 5 mL larutan HCl 2M masing-masing ke
dalam 2 tabung tersebut .
Diamati laju pelepasan gas yang terjadi menggunakan
stopwhatch dan catat dalam lembar pengamatan.
Hasil
a) Preparasi Larutan
Larutan yang disiapkan dalam video ialah HCl 6M, CH 3COOH 6M, HNO3
6M dan H2SO4 3M.
b) Sifat Reaktan
Mg + H2SO4 = 23 detik
Mg + HCl = 48 detik
Mg + HNO3 = 14 detik
Mg + H3PO4 = 5 menit
M H2SO4 = 3M
t = 23 s
∆[ H 2 SO 4 ]
V=
∆t
3
= = 0,13 M/s
23
Mg (s) + HCl (aq) → MgCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 6M
t = 48 s
∆[ HCl]
V=
∆t
6
= = 0,125 M/s
48
Mg (s) + 2HNO3 (aq) → Mg(NO3)2(aq) + H2 (g)
M HNO3 = 6M
t = 14 s
∆[ H NO 3]
V=
∆t
6
= = 0,142 M/s
14
Mg (s) + H3PO4 (aq) → Mg3(PO4)2 (aq) + H2 (g)
M H3PO4 = 2M
t = 300 s
∆[ H 3 PO 4 ]
V=
∆t
2
= = 0,0067 M/s
300
Mg (s) + 2CH3COOH (aq) → Mg(CH3COO)2(aq) + H2 (g)
M CH3COOH = 6M
t = 66 s
∆[CH 3 COOH ]
V=
∆t
6
= = 0,09 M/s
66
b) Sifat Reaktan
Mg + HCl 6 M 1 menit 6 detik Logam masih ada
Zn + HCl 6 M 1 menit 26 detik Logam masih ada
Cu + HCl 6 M (tidak terbentuk busa) Logam masih ada
Mg + 2HCl → MgCl2 + H2
M HCl = 6M
t = 66 s
∆[ HCl]
V=
∆t
6
= = 0,09 M/s
66
t = 86 s
∆[ HCl]
V=
∆t
6
= = 0,07 M/s
86
t = 86 s
∆[ HCl]
V=
∆t
6
= = 0,07 M/s
86
2
= = 0.045 M/s
44
Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 1 M
t = 51 s
∆ [ HCl ]
v=
∆t
1
= = 0.0196 M/s
51
Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2(aq) + H2 (g)
M HCl = 6 M
t = 1 menit 11 detik = 71 s
∆ [ HCl ]
v=
∆t
6
= = 0.0845 M/s
71
Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
T = 10 oC
M HCl = 6 M
t = 257 s
∆[ HCl]
v =
∆t
6
= = 0.023 M/s
257
Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
T = 25 oC
M HCl = 6 M
t = 210 s
∆[ HCl]
v =
∆t
6
= = 0.0286 M/s
210
Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
T = 50 0C
M HCl = 6 M
t = 71 s
∆[ HCl]
v =
∆t
6
= = 0,0845 M/s
71
VI.2 Pembahasan
Reaksi dapat berjalan cepat maupun lambat bergantung kepada faktor faktor
yang mempengaruhi dibaliknya. Reaksi berjalan cepat ketika produk dalam waktu
tertentu jumlahnya banyak. Reaksi dikatakan lambat apabila dalam waktu tertentu
konsentrasi produk sedikit. Berdasarkan teori tersebut maka pengertian dari laju
reaksi adalah perubahan kosentrasi pereaksi dengan produk persatuan waktu
(Rusman,2019). Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui cara kerja faktor faktor
yang mempengaruhi laju reaksi bekerja. Percobaan pertama dilakukan dengan
membuktikan sifat reaktan mempengaruhi laju reaksi. Percobaan dilakukan dengan
memasukkan 1 cm logam Mg sebagai reaktan ke dalam masing masing tabung
berisikan H3PO4, HCl, HNO3, CH3COOH, H2SO4 sebagai pelarut. Potongan Mg
disesuaikan dengan jumlah volume pelarut agar Mg dapat terendam semua sehingga
akan bereaksi secara maksimal. Pelarut yang bervariasi berguna untuk membuktikan
bahwa sifat zat pelarut akan mempengaruhi laju reaksi. Tabung pertama yang berisi
pelarut H2SO4 saat bereaksi menimbulkan sedikit busa. Kosentrasi busa yang sedikit
menunjukkan reaksi tersebut berjalan lambat. Berdasarkan hasil, waktu yang
diperoleh reaksi tabung pertama tersebut sebesar 23 detik. Tabung kedua dengan
pelarut HCl didapatkan waktu sebesar 48 detik. Reaksi yang terjadi pada tabung
kedua terjadi fenomena timbul sedikit busa namun lebih sedikit daripada tabung
pertama. Tabung ketiga dengan pelarut asam nitrat memperoleh waktu sebesar 14
detik. Fenomena yang terjadi pada tabung ketiga menimbulkan busa paling banyak
diantra lainnya dan terjadi perubahan warna uap karena laju reaksi paling cepat.
Perubahan warna terjadi disebabkan oleh reaksi magnesium bertemu dengan larutan
asam yang pekat (asam kuat). Tabung keempat dengan larutan H3PO4 didapatkan
waktu sebesar 300 detik yang menunjukkan reaksi tersebut berjalan paling lambat.
Fenomena yang terjadi adalah busa paling sedikit diantara lainnya. Tabung kelima
dengan pelarut CH3COOH mendapatkakan waktu sebesar 66 detik, artinya reaksi
berjalan sedikit lambat daripada tabung pertama sampai ketiga namun lebih cepat
daripada reaksi tabung keempat. Fenomena yang terjadi adalah reaksi tidak
menimbulkan busa karena sifat reaktan yang merupakan ikatan kovalen kompleks.
Menurut teori sifat reaktan yang merupakan senyawa ion, maka reaksi akan
berlangsung cepat karena energi yang dibutuhkan untuk melepas ion sedikit,
sebaliknya jika senywa kovalen maka reaksi belangsung lambat karena energi
afinitas yang dibutuhkan banyak. Hasil praktikum pada tabel 6.1.1 no 5 reaksi tidak
menimbulkan busa yang menunjukkan energi afinitas reaksi yang dibutuhkan besar
sehingga seharusnya waktu yang dibutuhkan reaksi paling lama diantara pada reaksi
tabung lainnya. Percobaan kedua juga membuktikkan sifat reaktan melalui reaktan
yang bervariasi yaitu: Cu, Zn, dan Mg, yang dimasukkan pada zat pelarut yang sama
yaitu HCl 6M. zat reaktan yang bervariasi berguna untuk membuktikan bahwa sifat
reaktan akan mempengaruhi laju reaksi. Tabung pertama ketika diukur dengan
stopwach, memperoleh waktu sebesar 66 detik. Fenomena yang terjadi reaksi
banyak menimbulkan busa dengan logam masih ada. Tabung kedua, waktu yang
diperoleh pada reaksi tersebut sekitar 76 detik lebih lama 10 detik daripada reaksi
pada tabung pertama. Fenomena yang terjadi pada reaksi tersebut adalah tidak ada
busa yang terbentuk dengan kondisi logam masih ada. Tidak adanya busa pada
fenomena tabung kedua disebabkan reaksi tersebut berjalan dengan zat reaktan
bersifat kovalen sehingga energi yang dibutuhkan zat tersebut bereaksi banyak dan
berdampak terhadap waktu bereaksi lama. Waktu yang diperoleh pada tabung ketiga
tidak ada karena kedua senyawa tidak mengalami reaksi karena sifat reaktan dan
pelarut sama. Fenomena terjadi tidak terbentuk busa dan gelembung gas.
Percobaan selanjutnya adalah membuktikkan pengaruh kosentrasi terhadap
laju reaksi. Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan sejumlah Zn dengan alat
suntik ke dalam masing masing tabung berisi HCl dengan kosentrasi zat yang
bervariasi. Perubahan posisi pendorong suntik diamati, hal tersebut bertujuan untuk
mengukur waktu yang diperoleh saat berubah nya posisi pedorong suntik. Zat
pelarut memiliki kosentrasi yang berbeda digunakan sebagai indikator yang
mempengaruhi laju reaksi. Persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan reaksi ini
dapat dituliskan sebagai berikut:
Waktu yang diperoleh dari hasil pengamatan tabung pertama sebesar 44 detik. Laju
reaksi yang didapatkan sebesar 0,045. Fenomena yang terjadi pendorong suntik lebih
cepat berubah posisi. Reaksi keduanya menghasilkan gas yang mendorong alat
pendorong suntikan sehingga menunjukkan waktu tempuh pendorong suntik berubah
posisi sampai posisi berhenti. Selanjutnya, waktu yang ditempuh alat pendorong
suntik dari berubah posisi sampai berhenti sebesar 51 detik. Fenomena yang terjadi
adalah pemdorong suntik agak cepat saat berubah posisi namun tidak secepat pada
percobaaan tabung pertama. Kosentrasi yang digunakan pada tabung kedua sebesar
setengah dari kosentrasi pelarut tabung pertama yakni: 1M. Hasil laju reaksi yang
didapatkan sebesar 0,0196 M/s. Pada tabung ketiga, waktu yang ditempuh alat
pendorong suntik berubah posisi adalah sebesar 71 detik. Kosentrasi pelarut pada
tabung ketiga diturunkan menjadi sebesar 0,01M, sehingga menyebabkan reaksi
tersebut berlangsung paling lambat dari kedua reaksi sebelumnya dengan besar laju
reaksi 0,0845 M/s. Berdasarkan teori, kosentrasi reaktan/pelarut yang ditambahkan
pada suatu reaksi berarti semakin banyak molekul reaktan yang tersedia, sehingga
kemungkinan reaktan saling bertumbukan semakin banyak menyebabkan kecepatan
reaksi meningkat. Kosentrasi reaktan yang semakin banyak, maka akan semakin
cepat proses laju reaksi berlangsung. Hasil percobaan kedua yang menunjukkan
kosentrasi banyak dengan laju reaksi yang cepat, dapat dilihat pada tabel 6.1.2 no 1
dengan kosentrasi HCl 2M.
Percobaan selanjutnya adalah membuktikan pengaruh temperature terhadap
laju reaksi. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan Zn dan HCl 6M sejumlah 5
ml diletakkan pada kondisi temperature yang berbeda beda, yakni 10oC, 25oC, 50oC.
Temperature dinaikkan dari tabung pertama sampai ketiga berguna sebagai indikator
perubahan laju reaksi dari Zn dan HCl. Tabung pertama diletakkan dalam wadah
berisi air yang telah diletakkan ice bath ke dalam wadah yang bertujuan agar
tempearatur suhu menjadi 10oC. Hasil pengukuran waktu yang telah diamati,
diperoleh waktu sebesar 257 detik reaksi berlangsung dengan laju reaksi sebesar
0,023 M/s. Fenomena yang terjadi saat reaksi berlangsung sangat sedikit gelembung
gas yang muncul. Gelembung gas yang terlihat hanya ada di permukaan saja.
Tabung kedua diletakkan pada air yang memiliki suhu sebesar 25 oC, kemudian
logam Zn dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Waktu yang diperoleh dari hasil
pengamatan saat reaksi berlangsung adalah sebesar 210 detik dengan laju reaksi
sebesar 0,0286 M/s. Fenomena yang terjadi saat reaksi berlangsung adalah muncul
sedikit gelembung gas yang naik dari dasar ke permukaan. Hal tersebut
menunjukkan reaksi berlangsung lebih cepat daripada reaksi pada tabung pertama.
Tabung ketiga diletakkan pada air yang memiliki suhu 50 oC. Waktu yang telah
diamati diperoleh sebesar 71 detik dengan laju reaksi sebesar 0,0845 M/s. Hasil
waktu menunjukkan rekasi tersebut berlangsung lebih cepat daripada kedua reaksi
sebelumnya. Fenomena yang terjadi juga menunjukkan banyak nya gelembung gas
yang naik dari dasar sampai kepermukaan.
Gelembung gas banyak
Berdasarkan teori, hubungan suhu dengan laju reaksi dapat dikatakan berbanding
lurus. Semakin tinggi suhu reaksi, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan proses reaksi/ laju reaksi (Suyatno et al., 2007). Hasil yang
diperoleh dari percobaan keempat ini menunjukkan hubungan yang sama dengan
teori diatas. Semakin tinggi suhu reaksi, maka akan semakin besar laju reaksinya,
dan laju reaksi terbesar ada tabel hasil 6.1.4 no 3.
Percobaan terakhir membuktikkan bahwa katalis dapat mempengaruhi laju
reaksi. Percobaan dilakukan dengan mereaksikan Zn dan HCl 2M. masing masing
tabung dilakukan perlakuan yang berbeda. Tabung pertama tanpa diberi katalis,
sedangkan tabung kedua diberikan katalis berupa Cu. Senyawa Cu digunakan
sebagai katalis karena sifatnya yang mampu mengeluarkan efek elektronik atau
hirogenesi yang baik. Tabung pertama saat direaksikan Zn dengan HCl tanpa katalis
tidak ada gelembung gas yang muncul dan tidak terjadi perubahan warna. Oleh
karena dapat disimpulkan bahwa Zn dan HCl hamper tidak terjadi reaksi karna laju
reaksi sulit dipastikan. Reaksi tabung kedua menunjukkan sebaliknya, terlihat
gelembung gas yang banyak dan warna larutan menjadi keruh serta terjadi
perubahan warna oren pada Zn. Perubahan warna tersebut disebabkan zat katalis Cu
yang bereaksi aktif dengan Zn dan HCl. Berdasarkan teori, katalis memberikan jalur
energi aktivasi rendah pada suatu reaksi, maka akan mempengaruhi semakin cepat
reaksi berlangsung, dan sebaliknya reaksi tanpa katalis memberikan jalur aktivasi
lebih tinggi sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bereaksi (Sriyanto,
2020). Hasil pengamatan dan teori menunjukkan keselarasan. reaksi yang
berlangsung dengan menggunakan katalis akan lebh cepat prosess reaksi daripada
reaksi tanpa menggunakan katalis.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa sifat reaktan, kosentrasi pelarut/reaktan, temperature, dan
katalis dapat mempengaruhi laju reaksi. Senyawa ionik akan lebih cepat bereaksi
daripada senyawa kovalen. Kosentrasi pelarut dan reaktan yang semakin tinggi,
maka akan semakin cepat reaksi berlangsung, sehingga laju reaksi bertambah.
Temperature suhu reaksi yang semakin tinggi, maka akan mempercepat reaksi
berlangsung dan menambah laju reaksinya. Reaksi yang berlangsung dengan
menggunakan katalis, maka akan mempercepat reaksi berlangsung dan laju
reaksinya bertambah.
Daftar Pustaka
Parning, Horale, Tiopan. 2008. Kimia 2A. Edisi Ketiga. Jakarta Timur: Yudhistira.
PubChem, Bethesda (MD): National Library of Medicine (US), National Center for
Biotechnology Information. 2004. PubChem Compound Summary for CID
14792, Magnesium oxide.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Magnesium-oxide. [diakses pada
20 Maret 2021].
Rusman. 2019. Kinematika Kimia. Edisi Pertama. Aceh: Syiah Kuala University
Press.
Widodo, H., E. Maesaroh. 2016. Studi Kinetika Reaksi Metil Asetat Dari Asam
Asetat Dan Methanol Dengan Variabel Waktu, Konsentrasi Katalis Dan
Perbandingan Reaktan. Jurnal ilmiah Widya. 3(4): 28-34.