Oleh:
Nama : Syifa’un Najibah (201810301060)
Sephia Salsabila (201810301061)
Kelas : Biomolekul A
Kelompok : A2
Sub Kelompok : A2.3
Asisten : Kharisma Fitri K
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mareual Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Asam Asetat Glasial (CH3COOH)
Asam asetat glasial berwujud cairan, tidak berwarna, dan berbau seperti cuka. Asam
asetat glasial memiliki pH 2,4 dengan titik didih sebesar 118°C dan titik lebur sebesar 17°C
serta memiliki massa molekul sebesar 60,05 g/mol. Senyawa ini memiliki densitas sebesar
1040 kg/m² dan larut dalam air. Asam asetat glasial termasuk bahan yang mudah terbakar dan
bersifat berbahaya baik terhadap lingkungan maupun makhluk hidup. Pertolongan pertama
bila terkontak dengan asam asetat glasial segera bilas dengan air mengalir ± 15 menit
(Pubchem, 2022).
2.1.2 Bromofenol Biru
Bromofenol biru berwujud cair, berwarna biru, dan tidak berbau. Bromofenol biru
memiliki berat molekul sebesar 669,96 g/mol, titik didih 279℃, titik lebur 273℃, serta pH 4.
Bromofenol biru berbahaya jika terkena mata dan kulit, serta terhirup. Pertolongan pertama
jka terkena mata dan kulit, bilas segera dengan banyak air bersih yang mengalir. Pertolongan
pertama jika terhirup, bawa korban ke luar ruangan yang berudara segar (Labchem, 2022).
2.1.3 Buffer TAE (Tris Acetate EDTA) atau Buffer Pembeban
Buffer TAE memiliki bentuk fisik berupa cairan dan dapat larut dalam air. Buffer
TAE mudah terbakar apabila berwujud padat dan gas. Bahan ini memiliki pH 8,3 dan banyak
digunakan dalam proses elektroforesis. Buffer TAE merupakan bahan yang berbahaya apabila
kontak dengan mata akan menyebabkan iritasi. Pertolongan pertama apabila terhirup dan
kontak dengan mata yaitu hirup udara segar serta bilas dengan air yang banyak daerah yang
terkontaminasi. Pertolongan pertama apabila kontak dengan kulit yaitu bilas area yang
terkontaminasi dengan air yang banyak selama 15 menit (Labchem, 2022).
2.1.4 DDH2O
DDH2O merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat fisik dan kimia berupa cairan,
tidak berwarna, dan tidak berbau. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi jika mengenai mata
dan kulit. Penanganan pertama jika terkena mata dan kulit yang dapat dilakukan yaitu
membilas mata dan kulit dengan air mengalir selama 5-15 menit (Pubchem ,2022).
2.1.5 EDTA atau Ethylenediaminetetraacetic acid (C10H16N2O8)
EDTA memiliki bentuk cair, tidak berwarna dan tak berbau. Bahan ini memiliki
densitas kira kira 1,02 g/cm³ pada 20°C, kelarutan dalam air pada 20°C larut dan sifat peledak
bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai bahan mudah meledak. Tindakan jika terhirup maka
hirup udara segar. Kontak dengan kulit, cuci dengan air yang banyak dan lepaskan pakaian
yang terkontaminasi. Kontak pada mata, bilaslah dengan air yang banyak. Tindakan jika
tertelan maka beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas) (Labchem, 2022).
2.1.6 EtBr atau Ethidium Bromide (C12H20BrN2)
Ethidium Bromide mempunyai rumus molekul C12H20BrN2. Bahan ini berbentuk
cairan dan berwarna orange bila dibawah paparan sinar UV. Bahan ini memiliki massa molar
394,294 g/mol. Etidium Bromida umum digunakan untuk pewarnaan DNA hasil
elektroforesis gel agarose. Penggunaan zat ini sangat berbahaya karena bersifat karsinogenik,
mutagenik, teratogenik, serta tidak mudah untuk di degradasi di alam. Bahan ini
diklasifikasikan sebagai bahan berbahaya. Pertolongann pertama jika terkena kulit yaitu cuci
dengaan air yaang banyak dan sabun yang banyak. Pertolongan pertama jika terkena mata yaa
iitu dibilas dengan air untuk beberapa menit. Lensa kontak dilepas jika memakainya
(Labchem, 2022).
2.1.7 Fenol (C6H6O)
Fenol merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul C 6H6O. Fenol
memiliki sifat fisik dan kimia berupa cairan, tidak berwarna, dan tidak berbau. Fenol memiliki
pH 6-7. Senyawa ini memiliki berat molekul sebesar 94,11 g/mol, titik didihnya sebesar
181,7°C. Titik lebur dari fenol sebesar 40,5°c dan berat jenis atau kerapatan sebesar 1 g/Ml.
Fenol dapat larut dalam air. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi jika mengenai mata dan
kulit. Penanganan pertama yang dapat dilakukan yaitu membilas mata dan kulit dengan air
mengalir selama 5-15 menit (Labchem,2022).
2.1.8 Isoamil alkohol
Isoamil alkohol merupakan bahan kimia berwujud cairan, tidak berwarna, dan berbau
tidak menyenangkan. Isoamil alkohol memiliki massa molekul 88 g/mol, titik lebur -147 ºC,
titik didih 130,7 ºC, dan densitas sebesar 0,81 g/cm3. Isoamil alkohol bersifat mudah terbakar,
bersifat korosif, dan menyebabkan iritasi, serta dapat larut dalam air. Penanganan pertama
apabila isoamil alkohol terkena mata, kulit, ataupun tertelan adalah segera bilas mulut atau
area yang terkontaminasi dengan air mengalir selama minimal 15 menit. Penanganan pertama
apabila isoamil alkohol terhirup adalah segera bawa korban ke area yang terbuka
(Labchem, 2022).
2.1.9 Kalium asetat (CH3COOK)
Kalium asetat berwujud padatan berupa serbuk kristal putih dan tidak berbau. Kalium
asetat memiliki massa molar 98.14 g/mol, titik lebur sebesar 292°C dan dapat larut dalam air,
etanol serta methanol. Kalium asetat dapat mengakibatkan sembelit apabila tertelan.
Penanganan jika tertelan yaitu memberikan minum maksimal 2 gelas dan segera hubungi
tenaga medis. Penanganan apabila terkena kulit atau mata yaitu dengan membasuh
menggunakan air mengalir selama 15 ment (Pubchem, 2022).
2.1.10 Kanamisin (C18H36N4O11)
Kanamisin adalah salah satu senyawa kimia yang berwujud padatan dalam bentuk
serbuk berwarna kuning cerah dan tidak berbau. Senyawa ini dapat larut di dalam air dengan
kelarutan sebesar 50 g/L. densitas massalnya sebesar 730 kg/m3, berat molekulnya yaitu 484
g/mol, dan tergolong senyawa yang tidak mudah meledak. Senyawa ini jika tertelan dapat
mengakibatkan gangguan pencernaan. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan yaitu
korban diberi air sebanyak 2 – 3 gelas untuk mengencerkan senyawa yang tertelan dan segera
dapatkan pertolongan medis (Merck, 2022).
2.1.11 Na2EDTA (Natrium (II) EDTA)
Natrium (II) EDTA berwujud cair, tidak berwarna dan tidak berbau. Senyawa ini
memiliki berat molekul sebesar 372.24 g/mol dengan densitas sebesar 1,02 g/cm³ pada 20°C
dan larut dalam air. Natrium (II) EDTA diklasifikasikan sebagai preparat yang tidak
berbahaya menurut undang-undang Uni Eropa. Pertolongan pertama yang dilakukan setelah
terhirup segera mencari udara segar. Bilas dengan air pada bagian yang tidak sengaja
terkontak. Segera minum dan tidak memaksakan untuk muntah apabila tidak sengaja tertelan
(Labchem, 2022).
2.1.12 SDS (C12H25OSO3Na)
SDS atau sodium dedosil sulfat adalah salah satu senyawa kimia yang berwujud
padatan dalam bentuk serbuk berwarna putih atau berwarna kuning, serta berbau seperti
lemak. SDS memiliki kelarutan sebesar 10 gram dalam 100 gram air, serta bersifat korosif
sehingga mata yang terkena dapat mengalami iritasi dan kebutaan. Pertolongan pertama yang
dapat dilakukan yaitu dibilas mata dengan air mengalir selama 15 – 30 menit dan segera
dapatkan pertolongan medis (Labchem,2022).
2.1.13 Tris asetat
Tris asetat adalah salah satu senyawa berwujud padatan dalam bentuk serbuk berwarna
putih dan berbau seperti asetat. Senyawa memiliki berat molekul sebesar 181,2 gram/mol, dan
pH dengan rentang antara 6 sampai 7. Tris asetat sangat larut didalam air dengan kelarutan
sebesar 91 g/L pada suhu 20°C. Senyawa ini jika tertelan dapat mengakibatkan gangguan
pencernaan dan keracunan. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan yaitu korban diberi air
sebanyak 2 – 3 gelas untuk mengencerkan senyawa yang tertelan dan segera dapatkan
pertolongan medis (Merck, 2022).
2.1.14 Tris klorida (NH2C(CH2OH)3 · Cl)
Tris klorida adalah salah satu senyawa yang berwujud kimia yang berwujud padatan
dalam bentuk serbuk atau kristal berwarna putih. Senyawa ini memiliki rentang pH antara 3,5
sampai 5,5, titik lebur antara 150°C sampai 152°C, dan berat molekul sebesar 157,60 g/mol.
Senyawa ini sangat larut didalam air dengan kelarutan sebesar 101 g/100ml. Senyawa ini jika
tertelan dapat mengakibatkan gangguan pencernaan dan keracunan. Pertolongan pertama yang
dapat dilakukan yaitu korban diberi air sebanyak 2 – 3 gelas untuk mengencerkan senyawa
yang tertelan dan segera dapatkan pertolongan medis (Merck, 2022).
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Alu dan mortar
- Beaker gelas
- Corong saring
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Mikropipiet (1000 µl, 20-200 µl dan 0.5-10 µl )
- Microtube
- Pengaduk
- Penyaring (tissue/kapas)
- Pipet tetes
- Pisau
- Spatula
- Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
- Tip ( 1000 µl, 20-200 µl dan 0.5-10 µl)
3.1.2 Bahan
- Aquades
- Buah (Tomat, pisang,strowberi,)
- buffer pembeban 6×: bromofenol biru 0,25% (b/v) dan sukrosa 40% (b/v)
- Buffer TAE (40 mM Tris-asetat dan 1 mM Na2EDTA pH 8
- Deterjen (rinso, attack, bukrim)
- ddH2O
- Es batu
- Etanol 96%
- EtBr 250 μg/mL
- fenol
- Garam dapur (NaCl)
- isoamil alkohol
- kloroform
- larutan I (Glukosa 50 mM, Tris-Cl 2.5 mM pH 8, Na2EDTA 10 mM pH 8)
- larutan II (NaOH 0.2 N 20 µL, SDS 1% 100 µL, aquades steril 880 µL)
- larutan III (Kalium asetat 5M, asam asetat glasial, ddH2O dingin)
3.2 Diadram Alir
3.2.1 Isolasi Dna Kromosom
Filtrat
ditambahkan
disentrifugasi
dihasilkan
DNA Kromosom
3.2.2 Isolasi DNA Plasmid
dinokulasikan
E - coli 5 ml LB cair (2.5 µL)
)kanamisin
diinkubasi
disentrifugasi selama 2 menit
5 ml suspensi Pellet
disuspensi
200 µL larutan II (NaOH 0.2 N 20 µL, SDS 1% 100 µL, aquades steril
880 µL)
150 µL larutan III (Kalium asetat 5M, asam asetat glasial, ddH2O
dingin)
dihomogenkan
diinkubasi di dalam es selama 10 menit
disentrifugasi selama 5 menit
Supermatan
Fasa cair
dilarutkan
0,4 gram agarosa 40 mL bufer TAE (40 mM Tris-asetat dan 1
mM Na2EDTA pH 8
Gel agarosa
ditambahkan
bufer TAE
Pita-pita DNA
4.1 Hasil
4.1.1 Isolasi DNA Kromosom
No Perlakuan Jus Pisang Jus Stroberi
1 Ditambahkan larutan deterjen Larutan berwarna kuning Larutan berwarna
keruh dan terdapat merah keruh dan
endapan yang tidak larut endapan sedikit larut
2 Ditambahkan garam dapur Larutan berwarna kuning Larutan berwarna
pucat dan endapan larut merah dan endapan
larut
3 Disaring Larutan berwarna putih Larutan berwarna
bening coklat bening
4 Ditambahkan etanol Terbentuk 3 fasa dan Terbentuk 3 fasa dan
gumpalan seperti awan gumpalan seperti
berwarna putih dibagian awan berwarna
tengah kecoklatan dibagian
tengah
5 Disentrifugasi Larutan tidak berwarna Larutan tidak
dan terdapat gumpalan berwarna dan terdapat
berwarna putih di dasar gumpalan berwarna
tabung coklat di dasar tabung
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu tentang isolasi DNA kromosom dan plasmid. Tujuannya yaitu
melatih kemampuan mahasiswa untuk mengisolasi DNA kromosom dan plasmid, memahami
dan mengetahui berat molekul DNA romosom dan plasmid, serta membedakan DNA
kromosom dan plasmid.
Percobaan pertama yaitu isolasi DNA kromosom dengan menggunakan sampel dari
buah pisang dan stroberi. Tujuan pemilihan sampel pisang dan stroberi karena didalam
tumbuhan pun juga terdapat DNA selain itu sampel yang digunakan mudah untuk didapatkan,
Prinsipnya adalah memisahkan DNA kromosom atau DNA genom dari komponen -
komponen sel lain perlakuan pertama yaitu dilarutkan SDS ke dalam aquades kemudian
diaduk selama 15 menit dan jangan sampai berbusa. Tujuannya yaitu untuk mempermudah
proses reaksi yang akan dilakukan karena jika suatu bahan atau senyawa yang akan digunakan
masih dalam bentuk padatan maka harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan. Pengadukan
berfungsi untuk mempercepat proses palarutan karena tumbukan antar partikel yang terjadi
akan semakin cepat dengan adanya gaya kinetik sehingga padatan dalam larutan akan lebih
cepat larut sedangkan pengadukan jangan sampai timbul busa sendiri bertujuan agar saat
proses reaksi berlangsung tidak mempengaruhi hasil reaksi yang terbentuk. Perlakuan kedua
yaitu diambil daging buah pisang dan stroberi kemudian dihaluskan setelah itu ditambahkan
dengan 100 ml aquades. Perlakuan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ektrak dari sampel
buah yang diinginkan .
Perlakuan ketiga yaitu 4 ml masing – masing jus buah dicampurkan dengan 4 ml
larutan deterjen atau SDS, tujuannya untuk melisiskan membran sel dan membebaskan isinya.
Perubahan yang terjadi yaitu jus pisang yang awalnya berwarna kuning berubah menjadi
berwarna kuning keruh dan terdapat endapan, sedangkan jus stroberi awalnya berwarna merah
berubah menjadi merah keruh dan terdapat endapan yang sedikit larut. Perubahan yang terjadi
ini menandakan bahwa dinding sel dari sampel telah terlisis dan membebaskan isi – isinya.
Penambahan detergen dalam isolasi DNA dapat dilakukan karena detergen dapat
menyebabkan rusaknya membran sel, melalui ikatan yang dibentuk melalui sisi hidrofobik
detregen dengan protein dan lemak pada membran membentuk senyawa lipid protein
kompleks. Macam-macam detergen yang digunakan juga berpengaruh pada hasil dari isolasi
DNA dengan kualitas baik karena kandungan pada masing masing detergen berbeda. Proses
lisis dengan menggunakan detergen, sering digunakan sodium dodecyl sulphate (SDS)
sebagai tahap pelisisan membran sel. Detergen tersebut selain berperan dalam melisiskan
membran sel juga dapat berperan dalam mengurangi aktivitas enzim nuklease yang
merupakan enzim pendegradasi DNA
Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Bromophenol blue. [Serial Online].
Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Ethydium bromide. [Serial Online].
Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Isoamil alcohol. [Serial Online].
Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Sodiuml deodecyl sulfate. [Serial Online].
Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Tris Acetate EDTA . [Serial Online].
Merck. 2022. Material Safety Data Sheet of Tris acetatce . [Serial Online].
Merck. 2022. Material Safety Data Sheet of Tris chloride . [Serial Online].
Pubchem. 2022. Material Safety Data Sheet of DDH2O. [Serial Online]. www.Pubchem.com.
Pubchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Glacial Acetic Acid. [Serial Online].
Lembar Pengamatan