Dosen Pengampu:
1. Dr. Bambang Piluharto, S.Si, M.Si
2. Dr. Donatus Setyawan P.H., S.Si., M.Si
Disusu Oleh:
Sephia Salsabilah Firdaus : 201810301061
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. PENDAHULUAN
Green chemistry atau kimia hijau telah ada selama dua dekade, dan telah membuat
perbedaan yang nyata pada dunia. Perusahaan dan organisasi terkenal yang telah menganut
disiplin ini yaitu Nike, BASF, Hewlett-Packard, National Aeronautics & Space
Administration, serta masih banyak lagi. Pasar global untuk green chemistry diprediksi akan
tumbuh menjadi $98,5 miliar pada tahun 2020. Green chemistry telah dijamin untuk
mengurangi jumlah limbah kimia yang dilepaskan ke udara, air, dan tanah. Hal ini juga telah
melahirkan bidang penelitian baru termasuk pelarut hijau, transformasi dan bahan berbasis
bio, ilmu energi alternatif, perakitan mandiri molekuler, desain katalis generasi berikutnya,
dan desain molekuler untuk mengurangi bahaya.
II. SEJARAH
Green chemistry didirikan pada awal tahun 1990-an berdasarkan kemajuan bidang
disiplin ilmu yang sebelumnya telah ada seperti katalis, sintesis atom-ekonomis, bahan yang
dapat terdegradasi, dan pelarut alternatif. Green chemistry pada mulanya digalakkan ketika
terdapat kekhawatiran tentang dampak buruk yang dapat menyerang kesehatan manusia dan
lingkungan dari proses, produk sampingan, limbah, polusi, dan bahan kimia industri dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Tahun 1990-an selain didirikannya green chemistry juga
merupakan dekade dibuat dan disahkannya Undang-Undang Pencegahan Polusi yang
menandakan bahwa terdapat perubahan kebijakan regulasi dari pengendalian polusi ke
pencegahan polusi sebagai strategi paling efektif untuk menangani banyak masalah
lingkungan.
Presiden Bill Clinton pada tahun 1995 mendukung Badan Perlindungan Lingkungan
AS (EPA) untuk membuat program penghargaan yang diberikan pada inovasi ilmiah di
bidang akademis dan industri yang dapat memajukan green chemistry. Pada tahun 1997
seorang pensiunan anggota staff EPA bernama Dr. Joe Breen bersama ahli kimia bernama
Dennis Hjeresen mendirikan sebuah lembaga bernama Green Chemistry Insitute (GCI)
sebagai lembaga non profit independen yang diisi staff yang mengabdikan diri untuk bekerja
secara eksklusif untuk memajukan green chemistry. Tahun 1998 terdapat dua orang pria
bernama Paul Anastas dan John C. Warner membuat sebuah buku berjudul “Green
Chemistry: Teori dan Praktik”. Buku tersebut menjelaskan tentang “12 Prinsip Kimia Hijau”
yang diuraikan dan menyatakan filosofi yang memotivasi ilmuwan akademis dan industri
pada saat itu dan terus menjadi acuan gerakan green chemistry. Gerakan ini mendapat
dorongan pada tahun 2005 ketika tiga ilmuwan bernama Yves Chauvin dari Prancis, serta
Robert Grubbs dan Richard Schrock dari AS memenangkan hadiah Nobel kimia karena
menyederhanakan proses sintesis senyawa karbon. Tonggak sejarah kimia hijau lainnya
terjadi pada tahun 2008, ketika gubernur California, Arnold Schwarzenegger, mendukung
undang-undang untuk memperketat pembatasan bahan kimia beracun dalam barang-barang
rumah tangga. Undang-undang Produk Konsumen yang Lebih Aman di negara bagian itu
mulai berlaku pada tahun 2013, dan 164 bahan kimia awal ditargetkan untuk diteliti pada
tahun 2014.
III. DAMPAK
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Toxics Release Inventory (TRI) EPA Antara
tahun 2004 dan 2013, jumlah limbah kimia yang dilepaskan ke darat, udara, dan air telah
menurun sebesar 7%. Data ini menunjukkan bahwa pelepasan untuk beberapa bahan kimia,
termasuk asam klorida, trikloroetilen, dan metil isobutil keton, telah menurun lebih dari 60%
dari waktu ke waktu. Data yang dilaporkan oleh industri farmasi yang telah lama
menghasilkan limbah kimia paling banyak untuk menghasilkan molekul kompleks dengan
kemurnian tinggi, telah turun sekitar setengah dari limbah yang biasanya dihasilkan. Analisis
EPA menunjukkan green chemistry dan praktik teknik berada di balik sebagian besar
peningkatan ini.
Peraturan Uni Eropa tentang Registrasi, Evaluasi, Otorisasi dan Pembatasan Bahan
Kimia (REACH) dipandang sebagai promotor yang sangat kuat dari inovasi berkelanjutan
dan green chemistry. Para ahli percaya bahwa proses otorisasi REACH adalah instrumen
utama yang mempromosikan green chemistry dan inovasi berkelanjutan, dengan
memfasilitasi penghapusan bertahap bahan kimia berbahaya dan menggantinya dengan
alternatif yang lebih aman. Di AS, California mengusulkan untuk menghilangkan bahan
kimia berbahaya dari produk konsumen, baik dengan menghilangkan atau memformulasi
ulang dengan bahan kimia yang lebih aman.
Seiring dengan meningkatnya minat terhadap green chemistry, jumlah program
akademik yang secara khusus disesuaikan dengan kimia berkelanjutan juga berkembang di
tingkat sarjana dan pascasarjana. Kursus tingkat perguruan tinggi pertama dalam green
chemistry diajarkan oleh Prof. Terry Collins di Carnegie Mellon University di Pittsburgh,
PA. Pada saat ini, situs web ACS mencantumkan lebih dari 40 program akademik yang
menawarkan kursus green chemistry di AS dan Puerto Rico serta lebih dari 30 lainnya secara
internasional. Di AS, institusi yang telah meluncurkan program pascasarjana dalam green
chemistry diantaranya yaitu Universitas Yale, Universitas Toledo (Ohio), Universitas
Massachusetts, Lowell; dan Universitas California, Berkeley. Sedangkan di Universitas
Eropa, perguruan tinggi yang menawarkan hal yang sama diantaranya yaitu University of
York (Inggris Raya) dan University of Copenhagen.
VII. REFERENSI
Betts, K. 2015. How Industrial Applications in Green Chemistry Are Changing Our World.
Washington: American Chemical Society.