Anda di halaman 1dari 18

Green Chemistry

DiSusun Oleh:

kelompok 2

Ayu Lestarina Br Sinuhaji (20506010)

Gabriela D Butar Butar (20506014)

universitas negri manado

fakultas matimatika dan ilmu pengetahuan alam

prodi pendidikan kimia

tahun 2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang

Green Chemistry adalah penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan senyawa


berbahaya dalam desain, pembuatan dan aplikasi dari produk kimia. Aspek Green Chemistry
adalah meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan katalis reaksi dan proses kimia, penggunaan
reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan
efisiensi atom, penggunaan pelarut yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Green
Chemistry bertujuan mengembangkan proses kimia dan produk kimia yang ramah lingkungan
dan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan.

Beberapa aplikasi Green Chemistry yang memenangkan penghargaan dari Presidential Green
Chemistry Challenge Awards yang didukung ACS Green Chemistry Institute antara lain :
Vitamin C (asam askorbat) untuk proses pembuatan polimer, Professor Krzysztof Matyjaszewski
dari Carnegie Mellon University telah mengembangkan pelarut yang aman bagi lingkungan.
Proses yang ditelitinya disebut Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) yang biasa
dilakukan untuk proses pembuatan polimer. Proses ATRP ini dilakukan dengan Vitamin C
sebagai pereduksi.Hal ini menghemat pemakaian katalis serta aman bagi lingkungan. Gula dan
minyak sayur sebagai bahan baku cat. Procter and Gamble mengembangkan cat yang yang dapat
diperbaharui. Produsen cat biasanya memakai senyawa alkid sebagai bahan baku cat karena
sifatnya tahan lama, mengkilap dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya bahan
bangunan, industri logam, alat pertanian dan konstruksi, tetapi senyawa ini beracun. Oleh karena
itu Procter dan Gamble menciptakan formulasi cat berbahan baku minyak Sefose menggantikan
bahan baku yang berasal dari turunan minyak bumi. Minyak Sefose dibuat dari gula dan minyak
sayur yang jauh lebih aman bahkan pemakaiannya hanya separuh dari senyawa alkid. Pati dan
selulosa sebagai bahan bakar. Virent Energy Systems, Inc. membuat bahan bakar yang berasal
dari pati dan selulosa. Cadangan minyak bumi yang semakin habis mendorong perusahaan ini
mencari bahan bakar alternatif dari sumber yang dapat diperbaharui.Dengan bahan dasar air dan
katalis, pati dan selulosa dapat diubah menjadi bahan bakar alternatif melalui proses yang hemat
energi dan mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan. Ini suatu terobosan yang menarik untuk
mengimbangi harga minyak bumi yang tidak stabil. Enzim untuk pembuatan kosmetik. Eastman
Chemical dikenal sebagai perusahaan yang membuat kosmetik dan perlengkapan mandi .
Seringkali bahan dasar kosmetik menggunakan asam kuat dan pelarut yang beracun. Untuk
mengatasi masalah ini Eastman Chemical mengembangkan teknologi pembuatan ester yang
biasa digunakan sebagai bahan baku dengan secara enzimatis. Pembuatan ester dengan cara ini
ternyata lebih hemat dan aman karena berbahan baku alami. Kacang kedelai sebagai bahan
pembuatan toner printer. Umumnya toner printer dibuat dari turunan minyak bumi. Sifatnya yang
sulit lepas dari kertas mempersulit proses daur ulang. Perusahaan Battelle bersama Advanced
Image Resources dan badan kedelai Ohio. Menciptakan toner printer yang berasal dari
kedelai.Toner printer kedelai ini memiliki kualitas yang sama dengan toner printer konvensional
selain mudah dihapus dari kertas dan pembuatannya yang hemat energi dan proses daur ulang
jadi lebih mudah. Kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan lem perekat. Lem perekat
banyak dipakai di perusahaan kayu dan kertas. Namun lem perekat yang umum dipakai
mengandung formaldehid yang diketahui cukup berbahaya dan bisa menyebabkan kanker. Professor
Kaichang Li dari Oregon State University bersama perusahaan pengolahan hutan Columbia and Hercules
Inc. Mengembangkan bahan perekat berbahan dasar kacang kedelai sebagai pengganti 47 juta pon
perekat berbahan dasar formaldehid. Green process. Mulai tahun 2005 S.C. Johnson and Son, Inc,
membuat sistem yang mengukur kandungan produk yang mereka buat memiliki pengaruh pada
lingkungan dan kesehatan. Sistem ini dinamakan Greenlist. Dengan sistem ini formulasi dari suatu
produk lebih mudah dimodifikasi, hasilnya S.C. Johnson & Son berhasil mengurangi 4 juta pon
pemakaian polyvinylidene chloride (PVDC) per tahun.

Green Chemistry adalah pemikiran mengenai kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari
pencemaran. Green Chemistry bukanlah cabang ilmu kimia baru tetapi cara pandang atau strategi
dalam kaitannya dengan pemanfaatan kimia. Pada tahun-tahun belakangan ini, Green Chemistry
telah diterapkan dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan aktivitas industri.
Makalah ini menyajikan satu pemikiran penerapan konsep Green Chemistry dalam mata kuliah
Pengetahuan Lingkungan pada mahasiswa pendidikan biologi, terutama apabila ilmu kimia
bukan merupakan mata kuliah pokok. Diharapkan mahasiswa menjadi sadar dan peka terhadap
masalah-masalah lingkungan yang timbul akibat pemrosesan dan produk kimia, sehingga
mahasiswa dapat mengambil langkahlangkah untuk menyelamatkan, melestarikan lingkungan,
serta dapat menciptakan produk atau proses kimia yang ramah lingkungan.
Permasalahan yang Dipilih

Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan
polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental
Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan
nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Green chemistry merupakan pendekatan untuk
mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun
tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan
pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi
perancangan maupun proses. Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep green
chemistry ini meliputi berbagai ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk
toksisitas, bahaya fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam.
1.kimia organik

Ilmu kimia yang diajarkan di bangku sekolah selalu memiliki topik yang tak pernah ada
habisnya untuk dibahas. Salah satunya adalah senyawa anorganik. Senyawa ini sebenarnya
tersebar di antara lingkungan keseharian kita. Sebenarnya, senyawa anorganik bukanlah zat
berbahaya dan perlu dihindari. Untuk lebih memahami senyawa anorganik, kita perlu tahu apa
saja contoh senyawa anorganik yang biasa kita temui atau gunakan.
Ciri-ciri senyawa anorganik: Melansir Geologinesia.com, ada beberapa parameter dan
karakteristik dari senyawa anorganik. Secara parameter fungsi senyawa ini bukan digunakan
untuk bahan bakar. Titik didih dan titik leburnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan senyawa
anorganik. Adapun kelarutannya juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan senyawa organik. Di
sisi lain senyawa anorganik tidak memiliki isomerisasi dan waktu reaksi sangatlah cepat.
Senyawa anorganik ini memiliki berat molekul hingga kurang dari 1.000 gram/gramol. Bila ingin
menyelidiki di lingkungan sekitar Anda juga muda ditemukan. Bahkan dalam tubuh kita sangat
mudah ditemukan.
enyawa Anorganik yang Ada di Sekitar Kita Berikut beberapa

senyawa anorganik yang ada dalam kehidupan sehari-hari:

1.NaCI (Natrium Klorida) Bila Anda terlalu asing dengan Natrium Klorida, maka sebutlah garam
dapur. Senyawa ini sangat mudah ditemui di rumah dan lingkungan sekitar terutama laut.
Natrium klorida di laut berperan dalam mengatur salinitas. Natrium klorida juga ada di dalam
tubuh manusia sebagai faktor penting yang mempengaruhi cairan ekstraseluler. Kegiatan
memberikan Natrium klorida yang berbentuk kristal putih atau serupa dengancairan tidak
berwarna. Natrium klorida mudah dilarutkan dalam air dan membentuk larutan garam. Titik
lebur dan titik didih natrium klorida masing-masing adalah 801°C dan 1465°C.

2.CaCo3(kalsium karbonat)

senyawa kalsium karbonat atau caco3 sangat mudah di temui di bebatuan yang tersebar di
dunia.salah satunya adalah kapur.kalsium karbonat dapat terbentuk jika ion karbonat bereaksi
dengan ion kalsium dalam air keras dam menghasilkan limescale.bukan hanya itu,kalsiumkarbon
juga merupakan senyawa utama penyusun cangkang makhluk hidup laut seperti kerrang dan
siput.kalsium karbonat dapat digunakan sebagai pengobatan lambung sebagai antasida.
3. NaOH (Natrium Hidroksida) Natrium hidroksida masuk dalam kategori basa kauskatik.
Memiliki nama lain soda api atau soda kaustil. Materi ini masuk dalam proses produksi kerta,
sabun, tekstil, dan sebagainya. Natrium hidroksida terbentuk dari reaksi antara natrium oksida
dengan air. Dalam bentuknya natrium hidroksida berupa padatan berwarna putih. Bentuk
senyawanya terdapat padatan seperti butiran, serpihan, atau pelet, dan cairan berupa larutan
jenuh 50%. Karakteristik natrium hidroksida yang khas adalah mampu menyerap karbon
dioksida dari udara bebas sehingga penyimpanannya harus ditutup rapat agar tidak
terkontaminasi udara sekitar. Selain itu, natrium hidroksidan yang terlarut dalam air akan
melepas panas.
4. SiO2 (Silikon Dioksida) Anda dapat menemukan senyawa ini dengan mudah di sekitar
lingkungan. Bentuknya adalah pasir silika (kuarsa). Tidak hanya terdapat di alam, silikon
dioksida dapat disintesis. Hasil yang akan diperoleh berupa leburan kuarsa, silika pirogenik, gel
silika, aerogel, silika koloid, dan lain-lain. Pemanfaatan silikon dioksida dalam kehidupan sehari-
hari adalah kaca dan serat optik untuk telekomunikasi. Pasir kuarsa mudah ditemui dalam bentuk
padatan dan serbuk putih atau putih kekuningan. Titik lebur dan titik didih silikon dioksida
masing-masing sebesar 1713°C dan 2950°C.

Senyawa Organik

Golongan besar senyawa kimia yang di dalamnya terkandung molekul-molekul dari karbon,
kecuali karbida dan karbonat yang disebut dengan senyawa organik. Ilmu yang mempelajari
mengenai senyawaan organik disebut dengan kimia organik.

Bila ditilik secara bahasa, senyawa bermakna zat tunggal yang masih dapat diuraikan menjadi
dua unsur atau lebih. Adapun organik seperti dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), bermakna segala sesuatu yang berkaitan dengan zat yang berasal dari makhluk hidup,
seperti hewan atau tumbuhan, serta minyak bumi dan batu bara. Organik sebagai bentuk dari
proses kimia berhubungan dengan organisme hidup.

Beberapa contoh dari senyawa organik seperti: senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat
diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu
cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur
cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.
dari Modul Pembelajaran Jarak Jauh yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, senyawa mempunyai beberapa unsur yang saling bergabung secara kimiawi,
sehingga lambangnya terdiri dari beberapa lambang unsur.

Penelitian mengenai proses penemuan unsur-unsur penyusun suatu senyawa biasa disebut
dengan analisis kualitatif. Sementara analisis untuk menemukan perbandingan setiap jumlah
unsur dalam senyawa disebut analisis kuantitatif.

Bila dilihat secara umum, senyawa mempunyai ciri-ciri utama, di antaranya

: - Terbentuk dari dua unsur atau lebih, yang disusun secara reaksi kimia biasa.

- Memiliki perbandingan komposisi yang tetap.

- Kehilangan sifat zat asalnya.

- Dapat dilakukan penguraan secara kimia, namun tidak secara fisika.

2,kimia analisis

Kimia analisis merupakan salah satu cabang ilmu kimia mengenai teori dan praktik dalam
metode penentuan komposisi kimia suatu bahan. Dalam perkembangannya, metode analisis
kimia berintegrasi dengan ilmu-ilmu lainnya dan terus mengalami perkembangan. Selain
penggunaan metode klasik tetapi juga digunakan metode yang lebih canggih. Metode klasik yang
digunakan dalam metode kimia analisis mendasarkan perhitungan pada reaksi kimia di
laboratorium sedangkan metode analisis yang lebih canggih menggunakan alat-alat instrumen
misalnya penggunaan spektrometer massa, spektrofotometer inframerah, gas chromatography
dan lainnya.

Aktivitas manusia banyak mengeluarkan polusi baik air, tanah maupun udara. Polutan tersebut
berpotensi untuk menurunkan kualitas lingkungan apabila tidak dikendalikan. Polutan dihasilkan
dari reaksi kimia dari proses – proses aktivitas dari manusia. Kadar optimum yang diperbolehkan
polutan itu masuk dalam lingkungan sesuai dengan baku mutu lingkungan. Kimia analisis
berperan sebagai metode untuk mengetahui dan mengukur polutan dalam lingkungan apakah
sudah sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan ataupun sudah melebihi baku mutu lingkungan
sehingga menjadi pencemar yang harus dikendalikan.

Semakin bertambahnya penduduk, maka akan semakin banyak kegiatan yang dilakukan manusia
dalam memenuhi kebutuhannya. Setiap aktivitas manusia akan menimbulkan masalah
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Masalah lingkungan seperti pencemaran,
kerusakan dan bencana dari tahun ke tahun masih terus berlangsung dan semakin luas.

Kondisi tersebut tidak hanya menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan tetapi juga
memberikan dampak yang sangat serius bagi kesehatan dan jiwa manusia. Ada banyak pendapat
yang sering terjadi di masyarakat, misalnya seseorang mengatakan bahwa sungai telah tercemar,
tetapi ada juga yang mengatakan bahwa sungai tersebut masih baik. Untuk mengatasi perbedaan
pendapat yang sering terjadi, dan supaya seseorang tidak memandang sesuatu dari sudut
kepentingannya sendiri, maka perlu adanya tolak ukur yang dapat digunakan bersama.

Menurut UU RI No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,


yang dimaksud pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui
baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Baku mutu di tetapkan sebagai tolak ukur
terjadinya pencemaran lingkungan. Baku Mutu adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

Suatu lingkungan hidup mempunyai ukuran-ukuran kapan dikategorikan bersih, tak terpolusi, tak
terkontaminasi. Ukuran-ukuran tersebut disebut parameter lingkungan. Parameter mempunyai
nilai yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Komponen lingkungan yang paling banyak
diatur paramenternya adalah air. Kualitas air memiliki hampir 40 parameter resmi. Yang
mencakup : parameter fisik, kimia, radioaktifitas dan mikrobiologis Banyak parameter yang
saling bergantung atau berpengaruh satu sama lain.

Apabila satu dari parameter yang saling bergantung diketahui, maka nilai yang lain dapat diduga
sehingga tidak perlu diukur untuk menghemat biaya dan waktu. Parameter fisik meliputi warna,
bau, rasa, kekeruhan, temperatur dan daya hantar listrik. Parameter kimia meliputi kesadahan,
pH dan kadar logam (Fe, Mn, Cr, Cd, Zn), nitrat, flour, sulfat, klorida, dll. Parameter
mikrobiologi meliputi bebas total koliform, koli tinja. Parameter radioaktif meliputi sinar α, β, ɣ
dan lain-lain.

Setiap parameter lingkungan mempunyai nilai baku mutu yang berbeda- beda sesuai dengan
kebijakan pemerintah daerah setempat dengan mengacu kepada peraturan pemerintah pusat.
Penentuan baku mutu dalam setiap parameter berbedabeda sesuai dengan peruntukannya dan
sesuai dengan kegiatan penghasil limbah. Sebagai contoh pada status penentuan kualitas air
sungai yang berbeda peruntukannya mempunya nilai baku mutu pada parameter krom valensi 6
juga berbeda.

Untuk air golongan A yang peruntukannya untuk air minum mempunyai nilai baku mutu
parameter krom valensi 6 sebannyak 0.05 mg/L. Sedangkan nilai baku mutu untuk parameter
yang sama pada air sungai golongan D yang peruntukannya untuk industri adalah 1 mg/L. Dapat
dilihat bahwa toleransi kadar krom valensi 6 yang digunakan pada air golongan 4 lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan air sungai golongan 1.

Sehingga penentuan parameter lingkungan tidak bisa terlepas dari kebijakan pemerintah dengan
mempertimbangkan faktor keadilan untuk semua masyarakat dan tidak mengabaikan faktor
keberlangsungan lingkungan hidup.

3.biokimia

Biokimia, berasal dari dua kata, yaitu bio (artinya kehidupan) dan kimia. Biokimia dapat
diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang dasar-dasar kimia dari kehidupan. Biokimia juga
dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang zat-zat kimia penyusun tubuh makhluk
hidup, serta reaksi-reaksi dan proses kimia, yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup.
Reaksi dan proses kimia yang berlangsung didalam tubuh makhluk hidup atau didalam sel, kita
namakan metabolisme. Dengan definisi ini dapat dipahami bahwa biokimia mencakup atau
bersinggungan dengan sebagian bahasan dalam biologi sel dan biologi molekuler.

Biologi sel adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur sel dan proses-proses biologis yang
berlangsung di dalamnya. Bahasan proses biologis di tataran molekuler adalah biokimia. Biologi
molekuler adalah ilmu yang mempelajari proses-proses biologis pada tataran molokuler. Definisi
ini sangat bertumpang tindih dengan biokimia. Oleh sebab itu, pada saat ini hampir tak ada lagi
batasan antara biokimia dengan biologi molekuler, sehingga bidang ilmu ini sekarang sering
disebut sebagai  biokimia-biologi molekuler.

Tujuan utama mempelajari biokimia adalah untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif
pada tataran molekuler, tentang berbagai proses kimia yang berlangsung di dalam tubuh makhluk
hidup. Dengan demikian dapat pula dipahami apabila biokimia juga memiliki ketumpang-
tindihan yang cukup besar  dengan fisiologi, sebab fisiologi mempelajari berbagai proses dalam
tubuh makhluk hidup, yang pada tataran molekuler tentu saja merupakan cakupan biokimia.

Saat ini biokimia menjadi dasar atau landasan penting bagi berbagai ilmu pengetahuan hayati
lainnya. Mulai dari biologi sel, biologi molekuler, bioteknologi, genetika, imunologi,
mikrobiologi, bahkan taksonomi dan paleonthologi, membutuhkan landasan berbagasi prinsip
biokimia. Pengetahuan aplikatif, antara lain di bidang kesehatan, lingkungan, pertanian dan
peternakan, juga banyak bersinggungan dan membutuhkan biokimia sebagai dasar atau
landasannya. Sehingga dapat dikatakan, biokimia merupakan ilmu yang esensil untuk hampir
seluruh ilmu-ilmu hayati atau Life Sciences.

Didalam buku ini, pertama-tama akan dijelaskan tentang struktur sel dan fungsi bagian-bagian
sel, sebab, tanpa memiliki gambaran yang memadai tentang struktur sel akan cukup sulit untuk
membayangkan bagaimana satu proses biokimia berlangsung di dalam kompartemen-
kompartemen tertentu di dalam sel. Apa lagi banyak proses biokimia berlangsung secara
berkesinambungan berpindah dari satu kompartemen sel ke kompartemen sel yang lain. Setelah
itu akan diuraikan tentang berbagai jenis molekul penyusun tubuh makhluk hidup, terutama
molekul-molekul berukuran besar yang merupakan hampir 90% dari zat padat penyusun tubuh
makhluk hidup. Molekul-molekul ini lazim disebut biomakromolekul.

Selain itu, dibahas juga berbagai proses metabolisme dari biomakromolekul-biomakromolekul,


setelah sebelumnya didahului dengan uraian tentang molekul-molekul yang berperan dalam
pengendalian metabolisme, yaitu enzim dan hormon. Pada bagian selanjutnya, dibahas secara
khusus satu proses penting dalam kehidupan, yaitu biosintesis protein yang merupakan
manifestasi dari ekspresi gen.
4.kimia anorganik

Sintesis anorganik meliputi katalis, keramik dan semikonduktor. Struktur dan dinamika air dan
es polimorf, zat cair dalam ruang-nano dan daerah antarmuka, penyimpanan gas bahan bakar
dalam material supramolekul.

5.kimia fisika

 Besaran fisika adalah sifat benda atau gejala alam yang dapat diukur. Panjang, massa, lama
waktu pertandingan tinju, suhu udara, kekerasan benda, kecepatan mobil, energi yang tersimpan
dalam bahan bakar, arus listrik yang mengalir dalam kabel, tegangan listrik PLN, daya listrik
dari lampu ruangan, dan massa jenis minyak adalah contoh sifat-sifat benda yang dapat diukur
sehingga semuanya dapat dikatakan sebagai besaran fisika. Jika didaftarkan semuanya, jumlah
besaran fisika yang ada saat ini sangat banyak.

Namun, dari besaran yang banyak tersebut, ternyata satu besaran dapat diperoleh dari besaran-
besaran fisika yang lainnya. Misalnya, besaran massa jenis dapat diperoleh dari besaran massa
dan volume. Massa jenis adalah hasil bagi antara massa dengan volume. Besaran gaya dapat
diperoleh dari besaran massa dan percepatan, gaya merupakan hasil perkalian antara massa
dengan percepatan. Besaran volum dapat diperoleh dari pengukuran tiga besaran yakni panjang,
lebar, dan tinggi.

Adanya hubungan antar besaran-besaran fisika tersebut, sehingga memungkinkan adanya


sekelompok besaran fisika saja yang lebih mendasar dibandingkan semua besaran fisika lainnya
yang dapat diturunkan dari besaran dalam kelompok tersebut. Kelompok besaran yang mendasar
inilah yang harus ditentukan. Kelompok besaran ini selanjutnya disebut sebagai besaran pokok.
Berdasarkan pertemuan yang melahirkan kesepakatan para ahli fisika seluruh dunia,
ditetapkanlah tujuh besaran pokok dalam fisika.

Beberapa alasan pemilihan besaran pokok tersebut di antaranya bahwa ketujuh besaran itu
merupakan jumlah paling sedikit yang masih memungkinkan besaran-besaran lain dapat
diturunkan. Jika kurang dari ketujuh besaran di atas maka ada besaran lain yang tidak dapat
diperoleh dari besaran pokok. Karena besaran pokok akan menurunkan besaran lain maka
besaran-besaran tersebut harus dapat ditentukan dengan sangat teliti.

Di dalam ilmu tentang mekanika, besaran massa, panjang, dan waktu telah memiliki sejarah
penggunaan yang sangat lama. Dalam penentuan besaran pokok, ketiga besaran tersebut
dimasukkan. Semua besaran fisika selain tujuh besaran pokok tersebut dinamakan sebagai
besaran turunan. Semua besaran turunan merupakan kombinasi dari besaran-besaran pokok.
Karena jumlah besaran fisika sangatlah banyak sehingga dapat dikatakan bahwa hampir semua
besaran fisika merupakan besaran turunan. Besaran pokok hanyalah himpunan yang sangat kecil
dari himpunan besar besaran fisika yang kemudian didefinisikan sebagai besaran turunan.

Beberapa contoh besaran turunan yang seringkali kita dengar atau bahkan kita gunakan dalam
keseharian antara lain luas (kombinasi dua buah besaran pokok panjang), massa jenis (kombinasi
besaran pokok massa dan besaran turunan volume) sedangkan besaran turunan volume
merupakan kombinasi tiga besaran pokok panjang, dan kecepatan merupakan kombinasi besaran
pokok panjang dan besaran pokok waktu.

Ide sebenarnya adalah hal mudah didapatkan. Ide selalu muncul dalam kehidupan kita sehari-
hari. Sebagai contoh, ketika kita memikirkan jalan mana yang lebih cepat menuju kampus,
bagaimana cara mendapatkan nilai sempurna, ataupun bagaimana cara mencukupkan dana
konsumsi agar cukup untuk satu bulan, semuanya adalah ide. Yang membuat kita sulit dalam
memikirkan ide (khususnya pada artikel ini adalah kimia) adalah kita tidak memahami situasi
yang akan dihadapi. Kita terkadang tidak tahu apa tujuannya, apa masalah yang ingin
diselesaikan, dan apakah hal tersebut sesuai dengan yang diinginkan pihak penyelenggara.

Sehingga pihak penyelenggara biasanya memberikan tema untuk mempermudah kita mencari
ide. Seperti salah satunya tentang “Green Chemistry”. Namun kembali, kita masih belum tahu
apa itu green chemistry. Terkadang kita terjebak pada pemikiran tentang mencari bahan
terbarukan yang belum pernah digunakan dalam proses kimia, namun hal tersebut tentu sangat
sulit untuk ditemukan. Green Chemistry tidak terbatas pada hal itu, pada artikel ini akan
dijelaskan tentang 12 prinsip dasar Green Chemistry, sebagai panduan anda dalam mencari ide.
Selamat membaca.

12 Prinsip Green Chemistry

Sebelum melangkah lebih jauh, apakah anda tahu apa itu green chemistry? Menurut
UNESCO, Green Chemistry adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menciptakan proses
kimia yang aman, baik untuk diri sendiri ataupun lingkungan. Ada 12 prinsip yang sering
dilakukan ilmuwan untuk memperoleh green chemistry, diantaranya :

o Pencegahan Pembentukan Sampah Berbahaya (waste prevention)


Ilmuwan saat ini sedang berlomba untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan. Kenapa
harus ramah lingkungan? Karena kedepannya ketika produk tidak ramah lingkungan ini menjadi
sampah, justru akan mencemari lingkungan dan juga berbahaya untuk kesehatan makhluk hidup.
Salah satu contoh penerapan ide ini adalah alternatif bahan baku pembuatan polistirena. Seperti
yang sudah diketahui, polistirena adalah bahan baku pembuatan gelas plastik dan kemasan
(packaging).

Dulu, bahan baku pembuatan polistirena adalah CFC (Chlorofluorocarbon). Namun, CFC mulai
dikurangi penggunaannya karena berpengaruh pada perubahan iklim – dengan perusakan ozon.
Sekarang, CFC digantikan oleh CO2 (karbon monoksida), yang merupakan senyawa  tidak
berbahaya, tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan tidak merusak ozon. Selain itu, CO2 juga
merupakan bahan alami yang terdapat di alam, sehingga jumlahnya tidak akan meningkat di
lingkungan apabila digunakan dengan tepat

Selain itu, ilmuwan juga berlomba untuk menciptakan proses yang menghasilkan sedikit sampah.
Bahkan, penggunaan energi pun bisa menjadi sampah dilihat dari jejak karbonnya

o Mendesain Bahan Kimia yang Aman (Designing Safer Chemical)


Ilmuwan saat ini sedang berusahan membuat produk kimia yang kurang berbahaya dan kurang
beracun. Selain itu, pada prinsip ini, juga diinginkan produk kimia yang meminimalisir bahan
yang tidak diinginkan. Prinsip ini biasanya diterapkan pada inovasi obat. Pengembang obat saat
ini berlomba-lomba mengatur kiralatilas bahan[3].
Kiralitas adalah sifat dari sistem molekuler senyawa. Sifat kiralitas ini penting dalam pembuatan
obat, terlebih dalam meningkatkan efek penyembuhan obat dan mengurangi efek samping obat.
Lebih jelasnya terkait kiralitas dapat anda pelajari dalam stereokimia[1].

o Sintesis kimia yang kurang berbahaya (Less Hazardous Chemical Synthesis)


Ilmuwan saat ini berlomba-lomba untuk mengurangi dampak dari sintesis kimia. Seperti
pembuatan nilon, polyurethane (untuk bahan baku cat), dan PVC. Ketiga bahan ini disusun dari
bahan kimia yang sama yaitu asam adipat ((CH2)4(COOH)2). Dan asam adipat dulu diperoleh
dari benzene. Benzene untuk bahan dasar merupakan bahan yang berbahaya untuk kesehatan,
karena sifatnya yang karsinogenik. Saat ini, bahan ini telah digantikan oleh glukosa, yang lebih
aman dengan karakteristik yang serupa[2].

o Pelarut yang Aman (Safer Solvents)


Dalam proses kimia, khususnya proses ekstraksi, dibutuhkan pelarut untuk mengekstrak bahan
yang diinginkan. Namun, sebagian besar pelarut yang digunakan dalam industri adalah pelarut
yang bersifat organik. Pelarut organik terkadang mengandung Fluorine (F) dan klorin (Cl), yang
keduanya tidak ramah lingkungan[2].

Selain itu, pelarut organik umumnya juga berasal dari minyak mentah, yang prosesnya tidak
ramah lingkungan. Saat ini, pengganti pelarut organik adalah CO2 dan H2O. Selain bahannya
yang alami dan melimpah, bahan ini juga tidak mudah terbakar. Bahan ini juga dapat digunakan
dalam fase cair ataupun gas, dan umumnya digunakan dalam keadaan superkritis. Pelarut ini
banyak digunakan dalam industri tekstil dan pencucian kering (dry cleaning)[5].

o Meminimalisir Tingkat Bahaya (Minimize Risk of Accident)


Tidak hanya dalam prosesnya, prinsip green chemistry juga dibutuhkan untuk wilayah sekitar
prosesnya. Seperti ketika proses berjalan, apakah akan menghasilkan gas beracun? Apakah dapat
menyebabkan ledakan? Apakah suhu dan tekanannya tinggi? Atau apakah bersifat korosif? Hal-
hal seperti ini perlu untuk dikurangi. Prinsip ini umumnya banyak digunakan oleh
para engineer kimia, seperti kompetisi Plant Design, untuk menciptakan industri yang aman[4].
o Analisa secara langsung untuk pencegahan limbah (real-time analysis for pollutant
prevention)
Salah satu hal yang penting adalah tentang bagaimana kita mengawasi proses terjadinya reaksi,
atau bagaimana kita mengetahui apakah reaksi berjalan atau tidak. Dalam hal ini, anak
informatika bisa mengambil peran. Sebuah software yang dapat menentukan bagaimana reaksi
berjalan, produk yang dihasilkan, bahaya untuk lingkungan, dll. Dapat diawasi oleh sistem AI
dalam waktu 24 jam, dimana hal ini cukup sulit dilakukan manusia dan biasanya dapat
menimbulkan kesalahan[4].

o Ekonomi Atom (Atom Economy)


insip ini penting terutama dalam hal finansial. Selain itu, penerapan prinsip ini dapat
meminimalisir produksi limbah. Dalam reaksi kimia, ada yang disebut sebagai konversi. Apabila
konversi tinggi, dengan kondisi normal, maka artinya reaksi berjalan sesuai harapan. Namun
tidak selamanya reaksi alami menghasilkan produk dengan konversi tinggi, terkadang ada yang
konversinya hanya 30% sampai 40%, dan hal ini perlu untuk dikembangkan[3].

o Mengurangi Derivatives (Reduce Derivatives)
Bahan baku yang kita inginkan terkadang merupakan senyawa kompleks yang terdiri atas banyak
gugus fungsi. Jika kita hanya menginginkan satu gugus fungsi, tentu ini akan menjadi masalah.
Sehingga untuk melindungi gugus fungsi yang diinginkan, dibutuhkan derivatives.
Derivatives adalah suatu senyawa yang dapat digambarkan muncul atau sebenarnya disintesis
dari senyawa induk dengan mengganti satu atom dengan atom atau kelompok atom lain.
Penggunaan derivatives dalam melindungi gugus fungsi tertentu tentu bukanlah hal yang
menguntungkan. Sehingga saat ini banyak industri, seperti laundry, yang menggunakan proses
alternatif yaitu metode sintesis chemoselective, reaksi yang hanya bekerja pada satu jenis gugus
fungsi[1].

o Mendesain Produk yang Dapat Terdegradasi (Design Degradation)


Prinsip ini merupakan salah satu prinsip yang cukup populer, yaitu tentang bagaimana kita
membuat produk yang dapat dengan mudah diuraikan oleh bakteri. Sebagai contoh, bioplastik,
yang dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi penumpukan sampah plastik dan dari bahan alami
seperti asam laktat dan glukosa agar dapat diuraikan dengan baik[2].
o Bahan Baku Terbarukan (Renewable Feedstock)
Ini adalah prinsip lainnya yang juga cukup populer. Contohnya adalah biofuel.
Inovasi biofuel muncul karena bahan bakar minyak bumi yang makin menipis, sedangkan
minyak bumi baru dapat terbentuk kembali ribuan tahun kemudian. Tidak hanya terbatas pada
bahan bakar, contoh lain seperti tintah berbahan dasar kedelai juga merupakan alternatif untuk
mengurangi penggunaan bahan tak terbarukan[5].

o Proses dengan Energi yang Efisien (Energy Efficient)


Seperti yang dijelaskan pada prinsip-prinsip sebelumnya, saat ini ilmuwan berlomba-lomba
menciptakan proses dengan ekonomi atom yang tinggi, namun menggunakan tekanan dan suhu
yang rendah. Hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya khususnya penggunaan bahan bakar.
Tidak hanya itu, hal ini juga dapat mengurangi jejak karbon dari industri energi[3].

o Penggunaan Katalis (Catalyst)


Bagaimana caranya menjalankan reaksi yang memiliki ekonomi atom tinggi namun rendah suhu
dan tekanan? Jawabannya adalah katalis. Katalis dapat meningkatkan kecepatan reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi. Ada berbagai macam katalis, seperti katalis dari logam murni
(seperti platinum atau palladium), ada juga yang merupakan bahan kombinasi beberapa unsur
seperti zeolite, atau kombinasi dari keduanya. Kombinasi inilah yang dapat diatur untuk
menghasilkan reaksi dengan atom ekonomi tinggi dan biaya produksi yang rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan Green Chemistry pada aktivitas dan proses produksi yang dilakukan secara konsisten
dan tepat, dapat mengurangi bahkan menghilangkan senyawa beracun yang berdampak manusia,
biosfir, dan lingkungan sekitar. Pentingnya gerakan ini didukung semua pihak terutama kalangan
industri dan pemerintah. Green Chemistry memang tidak akan menyelesaikan semua masalah
polusi , energi dan pangan. Tetapi peranannya mampu memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap kelestarian hidup jangka panjang (sustainable development).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Aplikasi Green Chemistry yang Memenangkan Penghargaan Dari Presidential Green

Chemistry Challenge Awards. http:www.epa.gov/greenchemistry. Diakses : 22 Maret 2013.

Masalah Dunia Yang Dapat Diperbaiki Green Chemistry. http:www.worldofteaching.com.

Diakses : 22 Maret 201

Muryanto, St dan Hadi, S.D. 2006. Mengintegrasikan Green Chemistry Ke Dalam Program

Studi S1 Bidang Sains Dan Teknik. Proceeding. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Palgunadi J. Kimia Hijau “New But Old Stuff” Yang Sedang Trendi. http:www.al

chemysukma.blogspot.com. Diakses : 22 Maret 2013.

Purnomo H. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan. IKIP PGRI Semarang. Semarang

Anda mungkin juga menyukai